BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Green Consumer Behavior Menurut Jayanti dkk. (2013) Green consumer behavior merupakan perilaku konsumen yang dalam setiap tindakan konsumsinya menerapkan wawasan ramah lingkungan. Ada beberapa tindakan yang harus dilakukan konsumen sebagai salah satu wujud perilaku konsumen ramah lingkungan yang sering dikenal dengan 3R yaitu: 1) Reduce Reduce atau mengurangi dapat diartikan menggunakan lebih sedikit Konsumen yang menggunakan lebih sedikit produk yang mencemari lingkungan dan beralih atau lebih mengkonsumsi produk yang ramah lingkungan merupakan langkah yang sederhana namun dapat meminimalkan dampak lingkungan. 2) Reuse Reuse atau menggunakan kembali dapat diartikan menggunakan produk lagi sesuai dengan kegunaannya Konsumen yang mengurangi kebutuhan akan produk baru dapat membantu mengurangi sampah atau limbah yang dapat mencemari lingkungan. 3) Recycle Recycle atau daur ulang merupakan proses mengolah sampah menjadi bahan atau produk baru, hasil daur ulang yang berupa bahan atau produk tersebut
11
dapat menjadi sumber daya yang berharga dan berguna bagi industri manufaktur.
2.1.2 Produk Hijau Menurut Shamdasami et al. (dalam Sumarsono dan Giyanto, 2012) Produk ramah lingkungan (green product) atau juga dikenal dengan istilah environmental friendly product adalah produk yang mengandung komponen yang aman, tidak beracun, dapat didaur ulang, serta menggunakan kemasan yang ramah lingkungan untuk mengurangi dampak negatif konsumsi produk pada lingkungan. Produk ramah lingkungan biasa ditandai dengan label ramah lingkungan yang melekat pada produk tersebut. Label tersebut merupakan suatu tanda pada produk yang membedakannya dari produk lain yang guna membantu konsumen untuk memilih produk yang ramah lingkungan sekaligus berfungsi sebagai alat bagi produsen untuk menginformasikan konsumen bahwa produk yang diproduksinya ramah lingkungan (Goleman, 2009 dalam Naomi, 2011).
2.1.3 Green Marketing Menurut Polonsky (dalam Cherian dan Jacob, 2012) pemasaran lingkungan, lebih dikenal sebagai pemasaran hijau atau pemasaran yang berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai upaya oleh perusahaan untuk merancang, mempromosikan, harga dan mendistribusikan produk dengan cara yang mempromosikan perlindungan lingkungan. Pemasaran hijau telah didefinisikan sebagai 'semua kegiatan yang dirancang untuk menghasilkan dan memfasilitasi setiap pertukaran yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan manusia atau ingin sedemikian
12
rupa sehingga kepuasan kebutuhan ini terjadi, dengan dampak merugikan yang minimal pada lingkungan alam. Konsumen masyarakat Indonesia kini sudah sadar akan lingkungan, hal ini menjadi titik awal bagi pelaku bisnis untuk memanfaatkan adanya momentum ini, mendorong para produsen dari berbagai macam produk mulai beralih menggunakan bahan-bahan yang tidak merusak lingkungan atau nama lainnya bahan yang ramah lingkungan (Situmorang, 2011 dalam Rangkuti dan Eka, 2014). Menurut Bhatnagar dan Himani (2012) green marketing adalah fenomena yang telah berkembang penting terutama di pasar modern, green marketing adalah segala aktivitas yang akan dilakukan oleh sebuah perusahaan yang akan meminimalisir
adanya
kerusakan
lingkungan.
Chen
and
Cang (2012),
menyatakan bahwa semakin meningkatnya kesadaran konsumen untuk lebih menjaga kesehatan tubuhnya dengan mengkonsumsi produk-produk yang tidak mengandung bahan berbahaya bagi tubuh, mengakibatkan banyaknya perusahaan di dunia mencari cara agar dapat memanfaatkan peluang yang timbul. Salah satu cara yang digunakan perusahan saat ini adalah dengan melalukan pemasaraan hijau (green marketing). Kegiatan pemasaran hijau ini meliputi pengembangan (developing), pembedaan (differentiating), harga, serta mempromosikan produk dan layanan yang dapat memenuhi kebutuhan lingkungan pelanggan.
2.1.4 Kepedulian Lingkungan Menurut Lee (2009) kepedulian lingkungan mengacu kepada ciri afeksi yang dapat menjadi representasi dari kekhawatiran personal, belas kasih, suka dan
13
tidak suka terhadap lingkungan. Studi awal pada kepedulian lingkungan utamanya memeriksa kemungkinan variabel demografis, usia, strata pendidikan, ideology politik, eknik, gender, dan nilai orientasi ditemukan untuk ditegakkan. Efek konsisten pada kepedulian lingkungan sering kali melalui survey serta sample yang berbeda. Selanjutnya studi menginvestigasikan sebuah efek dari kepedulian lingkungan pada perilaku yang disengaja. Namun, Chan dan Lau (2000) mengukur kepedulian lingkungan sebagai uni dimensi dimana kepedulian lingkungan didefinisikan sebagai tingkat emosional dan komitmen seseorang terhadap isu-isu lingkungan.
2.1.5 Sikap Sikap konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen.
Mowen dan Minor (2013:249) menyebutkan bahwa
pembentukan sikap
istilah
konsumen (costumer attitude formation) seringkali
menggambarkan hubungan antara kepercayaan, sikap dan prilaku. Kepercayaan, sikap, dan prilaku juga terkait dengan konsep atribut produk. Atribut produk adalah karakteristik dari suatu produk. Konsumen biasanya memiliki kepercayaan terhadap atribut suatu produk. Suprapti (2010:146) mengungkapkan bahwa sikap konsumen terhadap perilaku secara langsung dapat diukur sebagai afeksi (sebagai suatu ukuran yang bersifat menyenangkan terhadap pembeli). Menurut Kotchen & Reiling (dalam Kaufmann et al. 2012), beberapa literatur psikologi sosial pada penelitian tentang perilaku telah membentuk sikap sebagai prediktor penting dari perilaku, niat perilaku, dan faktor penjelas dari varian dalam perilaku individu.
14
Sikap terdiri dari tiga komponen utama, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.
2.1.6 Niat Beli Produk Ramah Lingkungan Menurut Simamora (2004:106) dalam Rangkuti dan Sulistiawati (2014) mengatakan bahwa timbulnya niat membeli akan suatu produk adalah karena didasarkan dengan adanya kepercayaan yang dimiliki oleh konsumen terhadap produk itu yang dimana disertai pula dengan kemampuan untuk membeli produk tersebut. Menurut Schiffman dan Kanuk (2008), niat pembelian dianggap sebagai pengukuran kemungkinan konsumen membeli produk tertentu, bahwa niat pembelian lebih tinggi kemungkinan pembelian akan lebih besar . Niat pembelian hijau dikonseptualisasikan sebagai kemungkinan dan kesediaan seseorang untuk memberikan preferensi untuk produk yang memiliki fitur ramah lingkungan dibandingkan produk tradisional lainnya dalam pertimbangan pembelian mereka Rashid (2009) dalam Rehman dan Muhamad (2013), niat pembelian hijau adalah jenis tertentu dari perilaku ramah lingkungan yang ditunjukkan oleh konsumen untuk menunjukkan kepedulian mereka terhadap lingkungan. Wen and Li (2013), mendefinisikan niat beli mengacu pada evaluasi atau sikap konsumen terhadap suatu produk dengan stimulasi faktor eksternal, merupakan kesediaan konsumen terhadap suatu produk, dan juga menunjukan kemungkinan bahwa konsumen ingin membeli produk. sebuah keinginan yang lebih besar untuk membeli produk berarti kemungkinan untuk membelinya lebih tinggi, tetapi
15
belom tentu benar-benar membelinya. Sebaliknya, kemauan yang lebih rendah tidak berarti mustahil mutlak untuk membeli.
2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Kepedulian Lingkungan Terhadap Sikap Penelitian yang dilakukan oleh Aman et al. (2012) menguji pengaruh antara kepedulian pada lingkungan terhadap sikap. Dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kepedulian pada lingkungan dapat menjadi prediktor variabel sikap yang sesuai dengan asumsi Baron and Kenny’s. Oleh karena itu, untuk mengkonfirmasi pengaruh positif dan signifikan kepedulian lingkungan terhadap sikap, maka hipotesis untuk penelitian ini adalah: H1 :
Kepedulian terhadap lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap pembelian kosmetik hijau merek The Body Shop.
2.2.2 Pengaruh Kepedulian Lingkungan Terhadap Niat Beli Kosmetik Hijau Waskito dan Harsono (2012) menyebutkan bahwa warga Jogyakarta menunjukkan perilaku mendaur ulang kembali produk yang sudah dikonsumsi lebih tinggi. Masyarakat kota Jogyakarta sangat perhatian untuk memilih produk yang dapat didaur ulang. Mereka mulai mempertimbangkan untuk menggunakan produk yang dapat di-refill, suka memanfaatkan produk yang dapat didaur ulang untuk keperluan sehari-hari dan memanfaatkan produk yang sudah tidak dapat dipakai untuk didaur ulang kembali sehingga dapat dimanfaatkan lagi. Mereka cenderung lebih loyal untuk mengkonsumsi produk dari perusahaan yang perduli terhadap lingkungan, memiliki rencana untuk merubah pembelian produk dan jasa
16
yang mengkampanyekan ramah lingkungan. Chan dan Lau (2000) dengan menggunakan model persamaan struktural menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang kuat ada di antara kepedulian pada lingkungan dan niat beli produk. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka hipotesis untuk penelitian ini adalah: H2 :
Kepedulian lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli kosmetik hijau merek The Body Shop.
2.2.3 Pengaruh Sikap Terhadap Niat Beli Produk Kosmetik Hijau Sikap merupakan suatu ekspresi seseorang yang merefleksikan rasa suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap seseorang berhubungan dengan perilakunya, sikap positif akan menyebabkan perilaku yang positif terhadap suatu objek. Sikap memiliki korelasi positif terhadap perilaku pembelian produk hijau, temuan saat ini didukung oleh Cheah dan Phau (2011) yang menyebutkan bahwa konsumen dengan sikap menguntungkan dibandingkan sikap yang tidak menguntungkan terhadap lingkungan mereka, atau fenomena hijau pada umumnya, lebih cenderung untuk membeli produk yang ramah lingkungan. Dalam Pradipta dan Suprapti (2013) peran sikap dan norma subyektif dalam menentukan niat berperilaku dan akhirnya menentukan perilaku dijelaskan oleh teori sikap yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (Schiffman dan Kanuk, 2008:240). Para pemasar meyakini bahwa sikap positif yang ditunjukan oleh konsumen terhadap sebuah obyek akan memudahkan untuk memacu perilaku positif terhadap objek tersebut. Penelitian Jayanti dan Fransisca (2013) menunjukkan
17
bahwa sikap konsumen dan norma subyektif konsumen, secara parsial maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap minat berperilaku konsumen. Temuan lainnya adalah bahwa norma subyektif ternyata berpengaruh lebih besar dari pada sikap dalam menentukan niat membeli computer merek Acer. Hubungan antara sikap, norma subyektif dan niat konsumen untuk membeli produk tertentu juga dapat diaplikasikan dalam dunia politik seperti niat calon pemilih untuk menentukan pilihannya terhadap sebuah partai tertentu dalam pemilihan umum. Berdasar adopsi teori sikap dari Fishbein dan Ajzen, niat calon pemilih sangat ditentukan oleh sikapnya terhadap partai tertentu dan norma subyektif yang dipegangnya. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka hipotesis untuk penelitian ini adalah: H3 :
Sikap berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat untuk membeli kosmetik hijau merek The Body Shop.
2.2.4 Sikap Memediasi Kepedulian Lingkungan Terhadap Niat Beli Kosmetik hijau Cheah dan Phau (2011) menyebutkan bahwa sikap memiliki korelasi positif terhadap perilaku pembelian produk hijau. Penelitian yang dilakukan oleh Aman et al. (2012) juga menemukan bahwa sikap memediasi sebagian pengaruh kepedulian pada lingkungan terhadap niat beli produk. Sedangkan Sumarsono dan Yayat (2012) menemukan ada efek mediasi penuh dengan sikap tentang pengaruh antara kepedulian lingkungan dan perilaku pembelian
produk hijau Dari
penelitian yang dipaparkan tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
18
H4 :
Sikap memediasi pengaruh kepedulian
lingkungan terhadap niat beli
kosmetik hijau merek The Body Shop.
2.3 Kerangka Konseptual Berdasarkan penelusuran kajian pustaka dan hasil-hasil penelitian terdahulu maka model penelitian dapat digambarkan seperti berikut : Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sikap H1
H3 H4
Kepedulian Lingkungan H2 Sumber: Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini, 2015
19
Niat Beli