BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi uang tersebut dialihkan untuk ditanamkan bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat dirumuskan sebagai mengorbankan peluang konsumsi saat ini, untuk mendapatkan manfaat di masa mendatang. Atau dengan kata lain, setiap kegiatan pengalokasian sumber daya saat ini dengan tujuan manfaat di masa depan disebut dengan investasi (Noor, 2009:4). Menurut Tandelilin (2010:2), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Menurut Noor (2009:10-11), investasi dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya menjadi investasi langsung (direct investment) dan investasi tidak langsung (indirect investment), dengan uraian sebagai berikut:
1
(1) Investasi langsung (direct investment) Investasi langsung dalah investasi pada aset atau faktor produksi untuk melakukan usaha (bisnis). Misalnya investasi perkebunan, perikanan, pabrik, toko dan lainlain. Investasi langsung juga biasa disebut dengan investasi pada sektor riil, atau investasi yang jelas wujudnya, mudah dilihat dan diukur dampaknya terhadap masyarakat secara keseluruhan. Investasi langsung juga menghasilkan dampak berganda (multiplier effect) yang besar bagi sektor ekonomi terkait dan masyarakat secara umum. Investasi langsung akan melahirkan dampak kebelakang berupa input usaha maupun kedepan dalam bentuk output usaha yang merupakan input bagi usaha lain. (2) Investasi tidak langsung (indirect investment) Investasi tidak langsung adalah investasi bukan pada aset atau faktor produksi, tetapi pada aset keuangan (financial assets), seperti deposito, surat berharga (sekuritas) seperti saham atau obligasi, CP (Commercial Paper), reksa dana dan sebagainya. Investasi tidak langsung juga bertujuan untuk mendapatkan manfaat di masa mendatang. Manfaat masa mendatang pada investasi tidak langsung ini lebih dikenal dengan istilah balas jasa investasi berupa dividen atau capital gain (loss). Investasi tidak langsung pada akhirnya juga diarahkan untuk mendorong pengembangan investasi langsung. Investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil maupun aset finansial merupakan aktivitas investasi yang umumnya dilakukan.
2
Menurut Wiagustini (2010:22-23), transaksi investasi di pasar modal dapat berbentuk: (1) Utang berjangka (jangka panjang) Utang berjangka (jangka pendek atau jangka panjang) merupakan salah satu bentuk pendanaan dalam suatu entitas yang dilakukan dengan menerbitkan surat berharga dan dijual kepada para investor. Penerbitan surat berharga tersebut dilakukan dengan cara mengeluarkan janji secara tertulis kepada para pihak untuk meminjam dana dengan disertai kewajiban membayar sejumlah balas jasa berupa bunga. Janji tertulis semacam itu dimungkinkan dan dijamin Hukum Dagang dan Hukum Perdata yang berlaku sah pada suatu negara. Dalam utang jangka panjang dikenal dua macam surat berharga, yaitu: a. Surat obligasi, merupakan surat pengakuan utang oleh suatu entitas dengan disertai janji memberikan imbalan bunga dengan rate tertentu. Obligasi berjangka biasanya mempunyai hari jatuh tempo yang relatif panjang, di atas tiga tahun. b. Sekuritas lainnya, terdiri dari berbagai jenis yang biasanya disebut sekuritas kredit. Misalnya right, waran, opsi dan future. Sekuritas kredit mempunyai hari jatuh tempo relatif pendek, yang disebut berjangka menengah, yaitu antara satu sampai tiga tahun.
3
(2) Penyertaan Penyertaan merupakan salah satu bentuk penanaman modal pada suatu entitas yang dilakukan dengan menyetorkan sejumlah dana tertentu dengan tujuan untuk menguasai sebagian hak pemilikan atas perusahaan tersebut. Entitas yang membutuhan dana, menerbitkan surat berharga dan dijual kepada investor yang mengakibatkan para investor tersebut dapat memiliki sebagian perusahaan sebesar jumlah surat berharga yang dikuasainya. Surat berharga semacam ini umumnya disebut saham. 2.1.2 Saham Saham atau disebut juga dengan ekuitas merupakan salah satu tipe sekuritas yang paling dikenal oleh masyarakat. Menurut Tandelilin (2010:32-37), saham terbagi menjadi dua bentuk, yakni: (1) Saham biasa Saham biasa adalah sertifikat yang menyatakan kepemilikan atau kekuasaan atas aset suatu perusahaan. Ketika investor membeli sebagian saham suatu perusahaan, artinya investor berhak atas sebagian kekayaan yang berupa laba atau aktiva perusahaan. Investor juga memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terkait pengambilan keputusan untuk kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Jika perusahaan dilikuidasi, investor akan menerima proporsi atas saham yang dimilikinya setelah semua utang dan kewajiban lain perusahaan tersebut dibayar. Karakteristik saham biasa adalah tidak memiliki jatuh tempo dan
4
bernilai nominal. Nilai nominal saham biasa di BEI pada umumnya berkisar antara Rp1.000,- Rp500,- atau Rp100,-. Namun berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, perusahaan dapat mengeluarkan saham dengan nilai nominal atau tanpa nilai nominal. Manfaat yang akan didapatkan investor apabila berinvestasi saham biasa diantaranya adalah: a. Dividen tunai Pada umumnya (meski tidak semua) perusahaan membayarkan dividen tunai kepada para investor. Namun besarnya jumlah dividen serta waktu pembagiannya tidak dijamin. Besarnya jumlah dividen yang dibayarkan dapat meningkat, menurun atau bahkan tidak dibagikan sewaktu-waktu. Di Indonesia, keputusan pembagian dividen harus memperoleh persetujuan dalam RUPS. Setelah itu, perusahaan terbuka akan menyampaikan pengumuman secara resmi jadwal pelaksanaan dan besarnya pembayaran dividen melalui surat kabar dan melaporkannya kepada BEI yang telah mencatat sahamnya. b. Dividen saham Selain tunai, perusahaan juga dapat membagikan dividen kepada para investor dalam bentuk saham baru sehingga meningkatkan jumlah saham yang dimiliki investor. Jenis ini disebut juga dengan dividen saham. c. Saham bonus Perusahaan yang tercatat di BEI juga sering memberikan saham bonus, yaitu saham baru yang diberikan kepada investor dan berasal dari kapitalisasi agio
5
saham. Pada dasarnya saham bonus serupa dengan dividen saham. Bedanya adalah dividen saham berasal dari laba perusahaan. (2) Saham preferen Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Layaknya obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. Layaknya saham biasa, dalam hal likuidasi pemegang saham preferen mempunyai hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Karakteristik saham preferen terhadap dividen diantaranya adalah sebagai berikut: a. Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. b. Saham preferen umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya. c. Saham preferen mempunyai hak atas aktiva perusahaan yang diutamakan dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi. Besarnya hak atas aktiva pada saat likuidasi adalah sebesar nilai nominal saham preferennya termasuk semua dividen yang belum dibayar jika bersifat kumulatif.
6
Macam-macam saham preferen menurut Jogiyanto (2013:141) adalah sebagai berikut: a. Convertible preferred stock Saham preferen menambah bentuk di dalamnya yang memungkinkan pemegangnya untuk menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan. Pertukaran saham preferen ke saham biasa tidak menimbulkan keuntungan (gain) atau kerugian (loss) di perusahaan emiten. Nilai yang dicatat saham-saham ini adalah sebesar nilai nominalnya dan selisih yang diterima yang berbeda dengan nilai nominalnya dicatat sebagai rekening agio saham. Juga di dalam catatan perusahaan emiten, nilai pasar saat penukaran tidak diperhitungkan karena alasannya adalah pertukaran saham tersebut dilakukan langsung dengan perusahaan. b. Callable preferred stock Bentuk lain dari saham preferen adalah memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari investor pada tanggal tertentu di masa mendatang dengan nilai yang tertentu. Harga tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nilai nominal sahamnya. c. Floating atau adjustable-rate preferred stock Saham preferen ini tidak membayar dividen secara tetap namun tingkat dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas treasury bill, atau di Indonesia disebut dengan SBI.
7
2.1.3 Return Saham Seperti yang telah disinggung pada bab sebelumnya, tujuan utama investor berinvestasi adalah memaksimumkan return yang diharapkan. Return merupakan imbal hasil dalam berinvestasi. Return merupakan motivasi bagi investor dalam berinvestasi. Return dalam investasi terdiri dari dua komponen (Jones, 2014:139), yaitu: (1) Yield Komponen utama bagi investor ketika mempertimbangkan return saham adalah arus kas periodik atau pendapatan yang berupa pembagian dividen. Mekanisme pembayaran dividen adalah emiten membayarkan sejumlah uang tunai kepada investor. Besarnya dividen yang dibagikan tergantung pada harga saham di pasar. (2) Capital gain (loss) Komponen keuda adalah apresiasi (depresiasi) dari harga saham yang disebut juga capital gain (loss) atau lebih mudah disebut dengan perubahan harga saham. Ketika investor menjual saham yang dimilikinya pada harga yang lebih tinggi dibandingkan harga beli, maka saat itulah investor dikatakan memperoleh capital gain. Sebaliknya, apabila investor menjual saham yang dimilikinya pada harga yang lebih rendah dibandingkan harga beli, maka saat itulah investor memperoleh capital loss.
8
2.1.4 Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan metode penilaian saham untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menguji beberapa faktor yang mempengharuhi, yakni faktor makroekonomi serta faktor internal perusahaan (Suresh, 2013). Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan yang dibuat oleh perusahaan penerbit saham. Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar. Sedangkan nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya atau yang seharusnya terjadi (Tandelilin, 2010:301). Setelah didapatkan nilai intrinsik saham, investor akan mengetahui saham-saham manakah yang harga pasarnya lebih rendah dari nilai intrinsiknya (undervalued) sehingga layak dibeli, serta saham-saham manakah yang harga pasarnya lebih tinggi dari nilai intrinsiknya (overvalued) sehingga menguntungkan untuk dijual. Menurut Jones (2014:348), analisis fundamental terdiri dari tiga tahapan pendekatan top-down, yakni: (1) Analisis ekonomi Analisis ekonomi perlu dilakukan karena kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal. Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian makro karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan serta tingkat return yang disyaratkan atas investasi tersebut, dan kedua faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi makro. Maka dari itu, jika
9
ingin mengestimasi aliran kas, bunga, ataupun premi risiko dari suatu saham, harus dipertimbangkan analisis ekonomi makro. Salah satu indikator dalam analisis ekonomi makro yang perlu diketahui investor adalah tingkat bunga. Salah satu tingkat suku bunga yang mempengaruhi pergerakan harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga SBI. Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan sistem diskonto. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah. Bank Indonesia menyerap kelebihan uang primer yang beredar dengan menjual SBI. Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan mekanisme BI rate (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan oleh Bank Indonesia untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. BI rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian moneter untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI satu bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar BI rate (www.bi.go.id). (2) Analisis industri Investor perlu menilai suatu industri dan menentukan return harapan dari industri yang akan dianalisis, dengan demikian investor akan dapat menentukan peluang investasi pada industri yang mempunyai prospek baik. Ada dua langkah yang perlu
10
dilakukan dalam menilai suatu industri, yaitu mengestimasi earning per share yang diharapkan dari suatu industri dan mengestimasi price earning ratio yang diharapkan. (3) Analisis perusahaan Analisis ekonomi menunjukkan kapan waktu yang tepat bagi investor untuk berinvestasi saham, sedangkan analisis industri akan memberikan gambaran industri apa saja yang diharapkan mampu memberikan keuntungan di masa mendatang. Analisis perusahaan bertujuan menganalisis perusahaan yang ada pada tiap sektor/industri agar investor dapat memutuskan pada perusahaan mana ia akan berinvestasi. Analisis perusahaan merupakan langkah terakhir pendekatan topdown dalam analisis fundamental. Investor dituntut untuk memiliki pemahaman yang baik terhadap faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi return saham. Analisis fundamental di tingkat perusahaan meliputi analisis pada variabelvariabel dasar keuangan untuk mengestimasi nilai intrinsik perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah DER, ROA, PBV dan ukuran perusahaan yang diestimasi menggunakan total aktiva. DER adalah rasio yang membandingkan utang jangka panjang dengan modal sendiri untuk mengetahui seberapa besar modal dibiayai oleh pinjaman. ROA adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan memanfaatkan total aktiva yang dimiliki. PBV adalah rasio perbandingan harga saham dengan nilai bukunya. Ukuran perusahaan yang digambarkan dengan total aktiva dapat mencerminkan
11
kemampuan perusahaan dalam mengelola aset-asetnya serta menjadi jaminan bagi pemegang saham bahwa perusahaan tersebut memiliki finansial yang memadai. Selain analisis pada variabel keuangan, juga dapat dilakukan analisis terhadap posisi perusahaan dalam persaingan di pasar, ikatan buruh, perubahan teknologi, manajemen perusahaan, persaingan luar negeri, dan lain-lain. Hasil analisis perusahaan akan memberikan pemahaman bagi investor mengenai potensi yang dimiliki perusahaan terkait variabel-variabel keuangannya dan investor dapat mengkalkulasi nilai intrinsik perusahaan. Investor dalam melakukan analisis perusahaan berpedoman pada laporan keuangan karena di sana tersedia data keuangan perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba-rugi dan laporan arus kas. Neraca menunjukkan portofolio dari aset-aset yang dimiliki perusahaan, termasuk kewajiban dan kepemilikan saham perusahaan. Laporan laba-rugi adalah yang paling sering digunakan oleh investor, tidak hanya untuk menilai kinerja manajemen namun juga sebagai panduan bagi investor dalam meramalkan profitabilitas perusahaan di masa mendatang. Laporan laba-rugi menggambarkan pemasukkan dan pengeluaran perusahaan selama suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Laporan arus kas menggabungkan elemen-elemen dari neraca dan laporan laba-rugi dengan tujuan untuk melacak keluar masuknya aliran kas perusahaan. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian, yakni arus kas operasional, arus kas investasi, dan arus kas finansial. Bagi para investor, informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu
12
jenis informasi yang paling mudah dan murah didapatkan dalam melakukan analisis
perusahaan.
Laporan
keuangan
juga
dianggap
sudah
cukup
menggambarkan seberapa besar kekayaan perusahaan, seberapa besar penghasilan yang diperoleh perusahaan serta transaksi ekonomi apa saja yang telah dilakukan perusahaan yang dapat mempengaruhi kekayaan dan penghasilan perusahaan. 2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh DER terhadap Return Saham DER merupakan rasio yang membandingkan total utang dengan total modal sendiri. DER juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu utang. Semakin besar DER, menunjukkan semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak luar, baik berupa pokok maupun bunga pinjaman. Jika beban perusahaan semakin berat maka kinerja perusahaan semakin memburuk dan hal ini berdampak pada penurunan harga saham di pasar modal. Menurunnya harga saham perusahaan di pasar modal akan menyebabkan return saham mengalami penurunan. Beberapa penelitian empiris yang menguji hubungan antara DER dan return saham diataranya telah dilakukan oleh Putri (2012) dengan hasil bahwa DER secara signifikan berpengaruh negatif terhadap return saham perusahaan real estate dan property di BEI periode 2007-2009. Penelitian lain oleh Arista (2012) juga memberikan hasil bahwa DER secara signifikan berpengaruh negatif terhadap return saham perusahaan manufaktur di BEI periode 2005-2009. Hasil yang sama juga
13
ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2013) bahwa DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham indeks LQ45 di BEI periode 2009-2012. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian: H1: DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. 2.2.2 Pengaruh ROA terhadap Return Saham ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan
keuntungan
dengan
memanfaatkan
aktiva
yang
dimilikinya.
Meningkatnya ROA berarti kinerja perusahaan semakin baik dan sebagai dampaknya harga saham perusahaan semakin meningkat, dengan meningkatnya harga saham maka return saham perusahaan yang bersangkutan juga meningkat. Semakin besar ROA maka kinerja perusahaan tersebut semakin baik, karena tingkat return semakin besar. Konsekuensi ROA yang meningkat akan meningkatkan return saham. Penelitian empiris yang menguji hubungan ROA dan return saham diantaranya dilakukan oleh Malintan (2010) dengan hasil bahwa ROA secara signifikan berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan pertambangan di BEI periode 2005-2010. Penelitian lain yang dilakukan oleh Aziz (2012) juga memberikan hasil bahwa ROA secara signifikan berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan perbankan di BEI periode 2003-2010. Hasil yang sama juga ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Prabowo (2013) bahwa ROA secara signifikan berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan manufaktur di BEI periode 2009-2011. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian:
14
H2: ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. 2.2.3 Pengaruh PBV terhadap Return Saham PBV merupakan rasio antara harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Pada umumnya perusahaan yang beroperasi dengan baik akan mempunyai rasio PBV lebih besar dari satu (>1). Hal ini disebabkan karena PBV yang semakin besar menunjukkan harga dari saham tersebut semakin meningkat. Semakin tinggi rasio PBV suatu perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula penilaian investor terhadap perusahaan yang bersangkutan. Jika harga pasar saham semakin meningkat maka capital gain atau return realisasi dari saham tersebut juga meningkat. Hal ini disebabkan karena return realisasi merupakan selisih antara harga saham periode saat ini dengan harga saham sebelumnya. Penelitian empiris yang menguji hubungan PBV dan return saham diantaranya dilakukan oleh Sugiarto (2011) dengan hasil bahwa PBV secara signifikan berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan Main Board Index (MBI). Penelitian lain yang dilakukan oleh Putri (2012) juga memberikan hasil bahwa PBV secara signifikan berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan real estate dan property di BEI periode 2007-2009. Hasil yang sama juga ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Arista (2012) bahwa PBV secara signfikan berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan manufaktur di BEI periode 2005-2009. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian: H3: PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
15
2.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan ratarata total aktiva. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total aktiva. Semakin besar total aktiva semakin mampu perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin besar perusahaan menghasilkan laba, maka semakin besar pula jumlah dividen yang dibayarkan. Selain itu, jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa total aktiva yang tinggi akan meningkatkan return saham yang diharapkan oleh investor. Penelitian emipiris yang menguji pengaruh ukuran perusahaan dan return saham diantaranya dilakukan oleh Adiwiratama (2010) dengan hasil bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan manufaktur di BEI. Penelitian lain yang dilakukan oleh Acheampong, dkk. (2014) juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Ghana. Hasil yang sama juga ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sundari (2014) bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan real estate dan property di BEI periode 2006-2009. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian: H4: Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
16
2.2.5 Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Return Saham Tingkat suku bunga SBI yang meningkat akan bedampak pada pergerkan harga saham. Investor lebih memilih untuk berinvestasi di sektor perbankan dibandingkan pasar modal. Penelitian emipiris yang menguji pengaruh tingkat suku bunga SBI terhadap return saham diantaranya telah dilakukan oleh Aziz (2012) dengan hasil bahwa tingkat suku bunga SBI secara signifikan berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan sektor perbankan di BEI periode 2003-2010. Penelitian lain juga dilakukan oleh Riantani dan Tambunan (2013) yang menunjukkan hasil bahwa tingkat suku bunga SBI secara signifikan berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan industri otomotif di BEI periode 2007-2011. Hasil yang sama juga ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2014) yaitu tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan properti di BEI periode 2007-2011. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian: H5: Tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham.
17