BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Tinjauan Tentang Perhatian Orang Tua a. Pengertian tentang Perhatian Orang Tua Perhatian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Sumadi Suryabrata (2008: 14) menjelaskan bahwa pengertian perhatian sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Slameto (2010: 105) menyatakan bahwa perhatian adalah kegiatan yang di lakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan
rangsangan
yang
datang
dari
lingkungannya.
Sedangkan
Baharuddin (2007: 178) mengatakan perhatian adalah pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan pada suatu sekumpulan obyek. Dari beberapa pengertian perhatian yang telah diuraikan diatas peneliti simpulkan bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai suatu perhatian apabila ada pemusatan atau konsentrasi dalam diri individu pada suatu objek yang ada di dalam maupun yang di luar diri kita. Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang
sah yang dapat
membentuk suatu keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk memdidik, mengasuh, membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan 8
tertentu yang akan menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan masyarakat. Dalam KBBI (2005: 802) bahwa yang dimaksud orang tua adalah orang yang dihormati (disegani) di kampong, tetua. Dalam hal ini perhatian yang dimaksud adalah perhatian yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Orang tua adalah ayah dan ibu yang melahirkan manusia baru (anak). Jadi yag dimaksud perhatian orang tua adalah pemusatan atau konsentrasi orang tua (ayah, ibu) pada suatu obyek di dalam maupun di luar diri mereka. b. Aspek-aspek Perhatian Orang Tua Abu Ahmadi dan widodo Supriyono (2008: 87-88) mengatakan bahwa kemajuan belajar anak tidak terlepas dari bantuan dan pengawasan dari orang tua (ayah dan ibu). Diadaptasi dari pendapat Nunung Suwardi BA (1983: 115117) yang mengemukakan usaha orang tua untuk meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya, sebagai berikut. 1) Orang tua perlu sekali menciptakan suasana tentram dan damai dalam rumah tangga. Keserasian antara ayah dan ibu, saling mencintai, saling menghargai, saling mengerti dan menerima. Ayah mestinya merupakan lambang ketenangan, kehalusan perasaan, kesejukan, dedikasi dan penuh kasih sayang bagi anak-anaknya. Ini akan merupakan contoh dan moral yang paling besar bagi ketentraman jiwa si anak. Sehingga si anak dapat melakukan hal-hal yang positif tanpa adanya gangguan emosi. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 87) mengemukakan kaitannya 9
dengan keluarga hendaknya suasana rumah selalu dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak betah tinggal di rumah. Keadaan ini akan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak. 2) Keterbukaan hubungan antara orang tua dan anak. Orang dan anak-anak sama-sama belajar saling menyesuaikan diri sehingga timbul hubungan yang akrab dan erat. Sering orang tua terlalu banyak melarang, sehinngga menjengkelkan si anak. Sebaiknya larangan itu harus dapat dialihkan menjadi perintah atau anjuran. Usahakan jangan sampai orang tu menjadi musuh besar bagi anak. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 86) berpendapat sifat hubungan orang tua dan anak sering dilupakan. Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Yang dimaksud hubungan adalah kasih sayang penuh pengertian, atau kebencian, sikap keras, acuh tak acuh, memanjakan, dan lain-lain. Kasih sayang dari orang tua akan menimbulkan mental yang sehat bagi anak. 3) Memperhatikan kasehatan. Orang tua harus jadi dapat segera melihat tandatanda keletihan si anak. Kemudian segera mencari penyebabnya: (a) bagaimana makananya sudah cukup baikkah nilai gizinya (b) Sudah cukupkah makanan yang dimakannya (c) Cukupkan tudurnya. Kemudian segera ditanggulangi penyebabnya sedini mungkin. Dengan keadaan kesehatan yang baik dari dalam maupun luar anak akan menunjang aktifitas anak dalam kesehariannya terutama dalam belajarnya.
10
4) Perlu adanya pengarahan ataun rangsangan dari orang tua agar anak-anak mempunyai cita-cita untuk masa depannya. Karena seringkali anak sudah duduk di bangku SMA masih belum tahu cita-cita mau jadi apa. Mereka tahu pasti peranannya dalam masyarakat nanti, dibidang apa dia harus berbakti. Ini akan merupakan target yang harus mereka capai dan harus mereka persiapkan sebaik-baiknya untuk menyongsong hari depan yang gemilang. Cita-cita mereka harus disesuaikan dengan kemampuan dan minat si anak. Hubungan perhatian orang tua dengan anak harus ditanamkan sedini mungkin terutaman dalam hal ini mengenai pengarahan untuk masa dapan anaknya. Dengan cara menggali bakat, dan minat anak secara konsisten orang tua akan mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri si anak, sehingga si anak dalam melangkah sudah mengetahui apa yang menjadi cita-citanya. 5) Mengadakan konsultasi dengan guru di sekolah mengenai maju mundurnya pelajaran anak-anak dan dibicarakan langkah-langkah apa yang kiranya dapat membantu meningkatkan prestasi anak disekolah. Dengan adanya komunikasi yang baik antara orang tua dan pihak sekolah terutama guru kelas. Hubungan antara orang tua dengan pihak sekolah (guru) akan membentuk adanya kerjasama dalam hal ini bagaimana cara agar si anak dapat belajar dengan rajin baik di sekolah maupun ketika di rumah. Sehingga dengan adanya control belajar yang baik maka akan dapat meningkatkan hasil belajar anak. 11
6) Adanya bimbingan yang terarah dari orang tua untuk mengisi waktu terluang dengan cara terbaik, sehingga akan membuat kebiasaan aktivitas yang menyenangakan. Dengan cara membuat jadwal pelajaran yang tepat akan membantu si anak dalam belajar, dan mengetahui mana waktunya belajar, dan mana waktunya untuk bermain. Dalam mengisi waktu luang akan sebaiknya orang tua mengarahkan sesuai dengan bakat, dan minat si anak, seperti memasukannya ke sekolah sepak bola, les musik, dan lainlain. 7) Memberikan petunjuk-petunjuk praktis mengenai cara belajar yang efisien, cara mengatur waktu, disiplin belajar, konsentrasi, persiapan menghadapi ujian atau testing dan sebagainya. Waktu anak sebagian besar terada di rumah, sedangkan di sekolah hanya beberapa jam saja. Dengan ini peran atau perhatian orang tua khususnya dalam membimbing belajar anak, diharapkan mampu mengkondisikan belajar anak setelah pulang sekolah, sehingga apa yang telah dipelajari di sekolah dapat melekat pada diri anak. Orang tua dalam mengkondisikan si anak terutama dalam hal belajar bisa dengan berbagai cara, misal dengan membuat jadwal pelajaran, menemani belajar, menanyakan apakah ada kesulitan dalam belajar, menanamkan percayaan diri kepada si anak untuk percaya kepada kemampuan yang dimilikinya. 8) Menyediakan tempat belajar yang baik, sesuai dengan persyaratan kesehatan. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 76) mengemukakan 12
untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya (a) ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang mengganggu konsentrasi pikiran (b) ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata (c) cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan sebagainya. Muniarti Sulasti (Ida Susanti, 1996: 19) memberikan gambaran mengenai perhatian orang tua adalah sebagai berikut. Orang tua yang menaruh perhatian besar pada belajar anak-anaknya dapat dilihat misalnya adanya peringatan-peringatan, teguran-teguran, memperhatikan penyediaan sarana studi dan sebagainya. Lebih lanjut dikatakan bahwa orang tua yang memperhatikan anaknya terutama dalam belajar dapat dilihat dari usaha orang tua untuk memenuhi kebutuhan belajar anaknya. Banyak anak yang lemah semangat belajarnya karena orang tua kurang memperhatikan kebutuhan fasilitas belajar anaknya. Sependapat dengan pernyataan di atas Sutratinah Tirtonegoro (Ida Susanti, 1996: 20) mengemukakan sebagai berikut. Kemajuan belajar anak tidak lepas dari bantuan dan perhatian dari guruguru dan sekolahnya. Tetapi tidak kurang pentingnya dan bahkan ikut ambil peranan yaitu adanya perhatian orang tua (ayah dan ibu), perhatian itu antara lain diberinya fasilitas belajar secukupnya. Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas mengenai perhatian orang tua dapat disimpulkan aspek-aspek perhatian orang tua terhadap anaknya, antara lain: (a) menyediakan fasilitas belajar (b) memberikan bimbingan belajar (c) membantu mengatasi masalah anak
13
(d) mengadakan kerjasama dengan pihak sekolah (e) memberikan motivasi belajar c. Jenis-jenis Perhatian Orang Tua Perhatian timbul karena adanya pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Dilihat dari beberapa segi, perhatian dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Bimo walgito (2010: 112-113) membagi perhatian dalam beberapa segi yaitu: 1) Ditinjau dari segi timbulnya perhatian, maka perhatian dapat dibedakan atas perhatian spontan, dan perhatian tidak spontan. Perhatian spontan yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya, timbul dengan secara spontan, sedangkan perhatian tidak spontan yaitu perhatian yang timbul dengan sengaja, karena itu harus ada kemauan untuk menimbulkannya. 2) Dilihat dari banyaknya objek yang dapat dicakup oleh perhatian pada suati waktu, perhatian dapat dibedakan, perhatian yang sempit, dan perhatian yang luas. Perhatian yang sempit yaitu perhatian individu pada suatu waktu hanya dapat memperhatikan sedikit objek. Sedangkan perhatian yang luas yaitu perhatian individu yang pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak objek sekaligus. 3) Dilihat dari perhatian yang sempit, dan perhatian yang luas, perhatian dapat dibedakan atas perhatian yang terpusat, dan perhatian yang terbagi-bagi. Perhatian yang terpusat yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat memusatkan perhatiannya pada suatu objek, sedangkan perhatian yang 14
terbagi-bagi yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal atau objek. 4) Dilihat dari fruktuasi perhatian, maka perhatian dapat dibedakan, perhatian yang statis, dan perhatian yang dinamis. Perhatian yang statis yaitu individu dalam waktu yang tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju pada objek tertentu, sedangkan perhatian yang dinamis yaitu individu dapat memindahkan perhatiannya secara lincah dari satu objek ke objek lainnya. Sumadi Suryabrata
(2008: 14-16) menyebutkan
macam-macam
perhatian sebagai berikut. (a) Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin. Dibedakan menjadi perhatian intensif dan perhatian tidak intensif. (b) Atas dasar cara timbulnya, dibedakan menjadi perhatian spontan (perhatian tak sekehendak atau perhatian tak disengaja) dan perhatian sekehendak (perhatian disengaja, perhatian refleksif). (c) Atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian, perhatian di bedakan menjadi perhatian terpencar (distributif) dan perhatian terpusat (konsentratif). Jadi kesimpulannya ada bermacam-macam jenis perhatian yang dilakukan orang tua terhadap anaknya. Orang tua yang satu dengan orang tua yang lain cara mengungkapkan perhatian kepada anaknya jelas berbeda-beda. Perhatian orang tua merupakan bentuk kasih sayang, kepedulian maupun simpati orang tua terhadap keadaan anaknya.
15
d. Fungsi Keluarga atau Orang Tua Keluarga bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan itu diperoleh, apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secara baik. Fungsi dari keluarga atau orang tua kepada anak-anaknya antara lain: (1) memberikan rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya (2) sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis (3) sumber kasih sayang dan penerimaan (4) model perilaku yang tepat bagi anak untuk menjadi anggota masyarakat yang baik (5) pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat (6) pembantu anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan (7) pemberian bimbingan dalam belajar keterampilan, motor, verbal, dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri (8) stimulator bagi perkembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat (9) pembimbing dalam mengembangkan aspirasi (10) sumber persahabatan (teman bermain) anak, sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan (Syamsu Yusuf, L.N dan A. Jundika Nurihsan, 2006: 178).
16
2. Tinjauan Tentang Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar sebagai sebuah proses tertentu mempunyai maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Berikut ini akan disajikan beberapa pendapat tentang definisi belajar. Belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 17) adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 10) menyatakan bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimilasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru. Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Syaiful Bahri Djamarah (2011: 13) berpendapat bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan yang terjadi karena proses belajar memiliki ciri-ciri tertentu. Slameto (2010: 3-5) menyebutkan bahwa ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar antara lain: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Terjadi secara sadar Kontinu dan fungsional Bersifat positif dan aktif Bersifat permanen Bertujuan atau berarah Mencakup seluruh aspek tingkah laku
17
Muhibbin Syah (2008: 63) mengemukakan bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amet gantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri. Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan usaha yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku bersifat kontinu, positif, aktif, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Belajar dapat dilaksanakan di sekolah maupun di keluarga. b. Tujuan Belajar Ada bermacam variasi mengenai tujuan dalam belajar. Salah satunya menurut Sardiman (2011: 25-29) ada tiga jenis tujuan dalam belajar, yaitu untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan serta pembentukan sikap. Dari ketiga tujuan pembelajaran tersebut, maka dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Kemampuan dalam berpikir dan kepemilikan pengetahuan itu dua hal yang tidak dapat 18
dipisahkan. Hal ini terbukti bahwa seseorang tidak akan dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa adanya bahan pengetahuan, sebaliknya
juga
kemampuan
berpikir
tesebut
dapat
memperkaya
pengetahuan yang dimiliki seseorang. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar di dalam kegiatan belajar. 2) Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih
kemampuan.
Interaksi
yang
mengarah
pada
pencapaian
keterampilan itu akan menuruti kaedah-kaedah tertentu dan bukan sematamata hanya menghafal serta meniru. 3) Pembentukan sikap Pembentukan sikap mental dan perilaku siswa, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu, guru tidak hanya sekedar sebagai pengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada siswa. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya. Oemar Hamalik (2008: 85) berpendapat bahwa tujuan belajar adalah perangkat hasil yang hendak dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Tujuan yang disadari oleh siswa sendiri sangat bermakna dalam upaya menggerakkan kegiatan belajar untuk mencapai hasil yang optimal. 19
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari belajar adalah untuk mendapatkan atau menambah pengetahuan seseorang, penanaman konsep dan keterampilan, serta untuk pembentukan sikap seseorang agar menjadi lebih baik, dan mencapai nilai yang optimal. c. Pengertian Hasil Belajar Dimyati dan Mudjiono (2006: 250-251) berpendapat bahwa Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Oemar Hamalik (2008: 159) menyatakan evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa. Sasaran dari hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan keterampilan (Oemar Hamalik, 2008: 161-163).
20
1) Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Tiap kategori dirinci menjadi suatu struktur dan urutan tertentu, misalnya dari konsep yang sederhana menuju ke konsep – konsep yang lebih komplek. 2) Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. 3) Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan,mengamati). Dari uraian-uraian tadi, penulis dapat menyimpulkan apa yang dimaksud dengan hasil belajar, yaitu sesuatu yang diperoleh setelah seseorang mengalami suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut pemahaman dan pengetahuan terhadap berbagai hal. Hasil belajar dalam penelitian ini hasil belajar diperoleh dengan nilai ujian tengah semester khususnya pada mata pelajaran matematika pada kelas IV pada tahun pelajaran 2011/2012 di SD N Serang. Dengan hasil belajar yang baik akan mempengaruhi pada hasil belajar pada mata pelajaran yang lainnya, ini tentunya akan membantu dalam mengembangkan daya berpikirnya. 21
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Slameto (2010: 54) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor interen dan faktor eksteren, sebagai berikut. 1) Faktor-faktor interen Faktor interen adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini dibagi menjadi tiga yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan, adapun penjelasan selengkapnya, sebagai berikut. a) Faktor jasmaniah Faktor jasmaniah adalah salah satu faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. Untuk
dapat
belajar
dengan
baik,
seseorang
harus
menjaga
kesehatannya. Dengan tubuh yang sehat, maka belajar pun akan menjadi bersemangat. Selain kesehatan yang termasuk dalam faktor jasmaniah adalah cacat tubuh. Tubuh yang cacat atau tidak normal akan mengganggu belajar siswa.Siswa harus belajar dengan menggunakan alat bantu dan perlakuan khusus. b) Faktor psikologis Faktor psikologis di antaranya adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Semua aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap kesuksesan belajar seseorang. Minat misalnya 22
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang. Siswa yang berminat tinggi untuk belajar akan mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang kurang mempunyai minat belajar. Selain itu contoh lain adalah tentang aspek kesiapan. Kesiapan seseorang untuk belajar juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa yang siap belajar cenderung dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dibandingkan siswa yang kurang siap mengikuti proses belajar mengajar. c) Faktor kelelahan Kelelahan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi belajar. Jika tubuh lelah, maka konsentrasi untuk belajar menjadi terganggu. Maka dari itu istirahat sangatlah perlu untuk menjaga stamina tubuh, sehingga seseorang bisa berkonsentrasi dalam belajar. 2) Faktor-faktor eksteren Faktor eksteren merupakan faktor yang ada di luar individu. Faktor eksteren dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktorkeluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat, adapun penjelasan selengkapnya, sebagai berikut. a) Faktor keluarga Belajar yang baik dapat dilakukan apabila keadaan rumah tenang dan tentram, hubungan keluarga baik sehingga anak betahdi rumah dan faktor ekonomi keluarga terpenuhi. Namun hal ituberbalik arah dengan 23
keadaan seseorang yang mempunyai keluarga dengan keadaan ekonomi yang minim, anak akan cenderung ikut berusaha memikirkan masalah yang sedang dialami orang tuanya sehingga konsentrasi belajar menurun. b) Faktor sekolah Faktor sekolah meliputi lingkungan sekolah, metode mengajar, kurikulum, dan fasilitas-fasilitas lain yang menunjang belajar. Faktorfaktor ini juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Misalnya metode mengajar yang digunakan guru juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Guru yang tidak menggunakan metode pembelajaran yang variatif akan membuat siswa merasa bosan terhadap pembelajaran yang dibawanya sehingga hasil belajar pun akan menurun. c) Faktor masyarakat Faktor masyarakat meliputi teman bergaul, kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa yang memberi pengaruh baik pada siswa, dan lingkungan masyarakat yang positif. Faktor-faktor ini pun secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi. Dari faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam individu tersebut dan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu.
24
3. Tinjauan Tentang Matematika a. Pengertian Matematika Ruseffendi (Heruman, 2008: 1) menyatakan bahwa matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif : ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan Soedjadi (Heruman, 2008: 1) menyatakan bahwa hakikat matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dari pola pikir yang deduktif. Dalam
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
(KBBI)
matematika
didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Johnson dan Rising (Asep Jihad, 2008: 152) mengemukakan bahwa matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat dengan simbul yang padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi, matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya, matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan, dan matematika adalah suatu seni, keindahannya 25
terdapat pada keterututan dan keharmonisan. Sedangkan Reys (Asep Jihad, 2008: 152) mengatakan bahwa matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Senada dengan pendapat Kline (Asep Jihad, 2008: 152) bahwa matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya karena untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Jadi dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan bahasa yang menggunakan lambang-lambang atau simbol dan memiliki arti serta dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. b. Karakteristik Matematika Asep Jihad (2008: 152-153) mengemukakan bahwa ada beberapa karakteristik matematika yang dapat membedakan dengan ilmu pengetahuan lain, sebagai berikut. 1) Objek pembicaraan matematika bersifat abstrak, sekalipun dalam pembelajaran di sekolah anak diajarkan mengenai benda-benda konkret, namun siswa tetap di dorong untuk melakukan abstraksi. 2) Dalam pembahasannya mengandalkan tata nalar, artinya info awal berupa pengertian yang dibuat seefisien mungkin, pengertian lain harus dijelaskan kebenarannya dengan tata nalar yang logis. 3) Pengertian ataupun konsep atau pernyataan yang digunakan sangat jelas berjenjang sehingga terjaga konsistensinya. 4) Matematika melibatkan perhitungan atau operasi. 5) Matematika dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan sehari-hari. 6) Dalam pembahasannya, matematika memiliki dua objek garapan yakni objek langsung, yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, dan prosedur operasi, sedangkan objek tidak langsungnya menyangkut tentang implikasi dari proses pembelajaran matematika, yang terdiri dari kebiasaan bekerja 26
baik, sikap memanipulasi dalam arti positif, serta membangun konsep mental yang baik seperti kejujuran.
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa, matematika mempunyai beberapa karakteristik yang dapat membedakan dengan ilmu pengetahuan yang lain. Karakteristiknya meliputi objek pembicaraannya abstrak, pembahasan mengandalkan nalar, terjaga konsistensinya, melibatkan perhitungan, dapat diterapkan pada ilmu lain dan kehidupan sehari-hari, serta dalam pembahasannya memiliki dua objek garapan yakni langsung dan tidak langsung. 4. Karakteristik Anak SD Pelaksanaan pembelajaran di SD harus disesuaikan dengan karakteristik dari anak SD. Pemahaman akan karakteristik anak SD akan mempengaruhi guru dalam menentukan metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jean Piaget (Sugihartono, 2007: 109) membagi tahap perkembangan kognitif dalam 4 tahap. Tahap perkembangan tersebut adalah sebagai berikut. a. Stadium Sensorimotorik (0-2 tahun) Tingkah laku intelegen pada bayi, baru dapat diketahui dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stemulasi sensorik. Bayi sudah mempunyai skema tingkah laku antara lain: menghisap, meraih, atau memegang. b. Stadium Praoperasional (2-7 tahun) Anak telah memiliki penguasaan bahasa yang sistematis, permainan yang simbolis. Anak mampu menirukan tingkah laku yang dilihatnya seharihari dan 27
sehari sebelumnya. Pada masa ini berpikir anak sangat egosentrik, belum mampu mengambil perspektif orang lain, melainkan perspektifnua sendiri. Cara
berpikirnya
sangat
memusat
saat
dihadapkan
pada
benda
multidimensional, anak hanya memusatkan paada satu dimensi dan mengabaikan dimensi lain. c. Stadium Operasional Konkret (7-11 tahun) Cara berpikir egosentris mulai berkurang, sehingga menjadi desentrasi, yaitu mampu memperhatikan dimensi lebih dari satu dalam waktu seketika dan mampu menghubungkan beberapa dimensi. Pada stadium ini anak dapat menjawab bila dalam keadaan kongkrit maksudnya ada bendanya. Jika dalam bentuk kata-kata belum dapat menjawab. d. Stadium Operasional Formal (12-15 tahun) Pada masa ini cara berpikir tidak terikat, sudah terlepas dari tempat dan waktu. Namun bagi anak yang taraf intelegensinya di bawah normal dan di lingkungan kebudayaan yang rendah tarafnya, anak tidak dapat berpikir secara abstrak. Bahkan remaja yang normal dipengaruhi budaya yang tak merangsang cara berpikirnya juga tidak akan mencapai berpikir abstrak secara optimal. Jadi dalam pelaksanaan pembelajaran di SD harus memperhatikan karakteristik peserta didik meliputi stadium sensorik motorik, stadium pra operasional,
stadium
operasional
konkret,
28
operasional
formal.
Dengan
memperhatikan karakteristik peserta didik guru akan mengetahui pembelajaran yang akan dilaksanakannya. B. Kerangka Pikir Pendidikan di lingkungan keluarga sangatlah perlu dilaksanakan dalam pendidikan informal. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama kali dirasakan oleh anak, apapun yang dilihat dalam keluarga secara tidak langsung aan membentuk watak dan kepribadian si anak tersebut. Oleh karena itu keluarga khususnya orang tua harus mampu menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang baik kepada anaknya. Bagi anak keluarga adalah tempat bernaung dan tempat untuk belajar mengenai pengalaman sebagai bekal masa depannya. Anak akan belajar dengan tekun dan rajin karena adanya perhatian orang tua terhadap sekolahnya. Totalitas orang tua dalam memperhatikan aktivitas anak selama menjalani rutinitasnya sebagai pelajar sangat diperlukan agar anak mudah dalam mentransfer ilmu selama menjalani proses belajar yang dilaksanakan di sekolah maupun di keluarga atau di rumah, agar si anak mencapai hasil belajar yang maksimal. Perhatian orang tua dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar, pemberian motivasi dan penghargaan, serta pemenuhan fasilitas belajar. Dalam hal ini orang tua mempunyai tanggung jawab dalam mendidik anakanaknya. Namun belum banyak orang tua yang memperhatikan belajar anak-
29
anaknya di lingkungan keluarga atau rumah, mereka menyerahkan seluruh belajar anak-anaknya kepada pihak sekolah. Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan di SD sampai dengan SLTA, salah satu mata pelajaran untuk ujian nasional adalah matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai banyak manfaat dalam berbagai bidang kehidupan, namun tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran ini masih kurang. Pada siswa merasa susah dan enggan untuk mempelajari matematika dari pada mata pelajaran yang lainnya. C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut. “ Ada hubungan perhatian orang tua dengan hasil belajar sisiwa kelas IV pada mata pelajaran matematika di SD N Serang”.
30