BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Teori Jaringan Teori yang mendukung penelitian ini adalah teori jaringan. pada teori jaringan banyak di bahas tentang hubungan antara satu aktor (individu atau kelompok) dengan aktor lainnya. Salah satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan pemikiran pada tingkat makro, artinya aktor atau pelaku bisa saja individu (Wellman, 1983: 162 dalam Ritzer, 2004: 382), atau mungkin juga kelompok, perusahaan dan masyarakat. Kaitannya dalam hal ini teori jaringan membahas tentang hubungan yang terjadi pada tingkat struktur sosial skala luas sampai tingkat yang lebih mikroskopik. Analisis jaringan lebih ingin mempelajari keteraturan individu atau kolektivitas berperilaku ketimbang keteraturan keyakinan tentang bagaimana mereka seharusnya berperilaku. Karena itu pakar analisis jaringan mencoba menghindarkan penjelasan normatif dari perilaku sosial. Mereka menolak penjelasan non struktural yang memperlakukan proses sosial sama dengan penjumlahan ciri pribadi aktor individual dan norma tertanan. Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individual atau kelompok) memiliki akses berbeda terhadap sumber daya yang menilai (kekayaan, kekuasaan, informasi). Akibatnya adalah bahwa sistem yag berstruktur cenderung tersratifikasi, komponen tertentu tergantung pada komponen lain. Teori jaringan juga memiliki beberapa prinsip logis yang merupakan tempat bersandarnya pemikiran-pemikiran teori jaringan itu sendiri. (Wellman, 1983 dalam Ritzer, 2004: 384) yaitu: 10
Universitas Sumatera Utara
1. Ikatan antar aktor biasanya dalah simetris baik dalam kadar maupun intensitasnya. 2. Ikatan antara individu yang harus dianalisis dalam konteks struktur jaringan lebih luas. 3. Tersturturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan non acak. 4. Adanya kelompok jaringan menyebabkan terciptanya hubungan silang antara kelompok jaringan maupun antara individu. 5. Ada ikatan asimetris antara unsur-unsur didalam sebuah sistem jaringan dengan akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusikan secara tak merata. 6. Distribusi yang tampang dari sumber daya yang terbatas menimbulkan baik itu kerjasama maupun kompetisi. Jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus, dimana “ikatan” yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan sosial. Berpijak pada jenis ikatan ini, maka secara langsung atau tidak langsung yang menjadi anggota suatu jaringan sosial adalah manusia (person”). Jaringan sosial tidak hanya beranggotakan pada satu individu, namun dapat juga berupa sekumpulan orang yang mewakili titik –titik seperti yang dikemukakan sebelumnya, jika tidak harus satu titik mewakili satu orang, misalnya organisasi, instansi, pemerintah atau negara. Sementara hubungan sosial atau saling keterhubungan merupakan interaksi sosial yang berkelanjutan (relatif cukup lama atau permanen) yang terakhirnya diantara mereka terikat satu sama lain dengan atau oleh seperangkat harapan yang relatif stabil (Zanden, 1990 dalam Agusyanto, 2007:14).
Universitas Sumatera Utara
Hubungan sosial bisa dipandang sebagai sesuatu yang seolah-olah merupakan sebuah jalur atau saluran yang menghubungkan antara satu orang(titik) dengan orangorang lain dimana melalui jalur atau saluran tersebut bisa dialirkan sesuatu, misalnya barang, jasa, dan informasi. Hubungan sosial antara dua orang mencerminkan adanya pengharapan peran dari masing-masing lawan interaksinya. Tingkah laku yang diwujudkan dalam suatu interaksi sosial itu sistematik, meskipun para pelakunya belum tentu menyadarinya. Dari terwujudnya hubungan sosial yang baik maka akan memudahkan jaringan sosial berkembang. Jaringan sosial menjadi sangat penting di dalam masyarakat karena di dunia ini bisa dikatakan bahwa tidak ada manusia yang tidak menjadi bagian dari jaringanjaringan hubungan sosial dari manusia lainnya. Walaupun begitu manusia tidak selalu menggunakan semua hubungan sosial yang dimilikinya dalam mencapai tujuantujuannya, tetapi disesuaikan dengan ruang dan waktu atau konteks sosialnya (Agusyanto, 2007:30). Dari analisis beberapa pakar jaringan mengatakan bahwa sesungguhnya jaringan sosial memiliki keteraturan-keteraturan sehingga terbentuknya jaringan bukan secara acak melainkan secara teratur. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan pada paragraf diatas, manusia dapat membuat jaringan atau terlibat dalam sebuah jaringan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ruang dan waktu. Ada tiga pembagian tipe keteraturan jaringan sosial menurut Epstein (1992 dalam Agusyanto, 2007 : 3031), yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Ketentuan Struktural, dimana perilaku orang-orang teinterpretasikan dalam term tindakan-tindakan yang sesuai dengan posisi-posisi yang mereka duduki dalam suatu perangkat tatanan posisi-posisi. 2. Keteraturan Katagorikal, dimana perilaku seseorang di dalam situasi-situasi yang tidak terstruktur bisa terinterpretasi ke dalam term steriotipe-steriotipe. 3. Keteraturan Personal, dimana perilaku orang-orang, baik di dalam situasi yang terstruktur maupun tidak, bisa diinterpretasikan ke dalam pengertianpengertian ikatan-ikatan personal yang dimiliki seseorang individu dengan orang-orang lain. Bicara mengenai jaringan sosial tidak akan habis dalam sekali pembahasan, karena begitu kompleksnya jaringan yang terbentuk dalam masyarakat bahkan saling tumpah tidih dan memotong satu sama lain sehingga Barnes merasa perlu untuk membedakan jaringan untuk kepentingan penelitiannya, menurut Barnes (1969 dalamAgusyanto, 2007) jaringan dibedakan atas jaringan total digunakan untuk menyebut jaringan sosial yang kompleks, dan jaringan partial untuk menyebut jaringan yang hanya berisi satu jenis hubungan sosial. Lain hal lagi bila jaringan sosial ditinjau dari tujuan hubungan sosialyang membentuk jaringan-jaringan. Beberapa pakar antropologi maupun sosiologi dari beberapa literatur mengatakan, dari sisi ini jaringan sosial dapat di bedakan dalam tiga jenis yaitu : 1. Jaringan interest (kepentingan), terbentuk dari hubungan-hubungan sosial yanng bermuatan kepentingan. Hubungan sosial yang bermakna pada tujuantujuan tertentu atau khusus yang ingin dicapai oleh para pelaku, sehingga
Universitas Sumatera Utara
tindakan dan interaksi juga dievaluasi berdasarkan tujuan rasionalnya tadi. Pertukaran yang terjadi dalam jaringan juga diatur oleh kepentingan – kepentingan pelaku didalamnya. Kecenderungan pelaku untuk memanifulasi hubungan-hubungan sosial yang dimilikinya demi pencapaian tujuan sangat besar. 2. Jaringan power, hubungan-hubungan sosial yang membentuk jaringan bermuatan power. Power disini merupakan suatu kemampuan seseorang atau unit sosial untuk mempengaruhi perilaku dan pengambil keputusan orang atu unit sosial lainnya mellalui pengendalian (Adams: 1977 dalam Agusanto, 2007). Konfigurasi-konfigurasi saling keterhubungan antar pelaku di dalamnya sengaja atau diatur. Ketika pencapaian tujuan yang telah ditargetka dengan bantuan tindakan kolektif, dan konfigurasi saling keterhubungan permanen antar pelakunya, maka jaringan power juga telah terbentuk. Unitunit sosialnya merupakan bentukan yang direncanakan atau distrukturkan secara sengaja oleh power. Pusat power pada jaringan iniselalu mengevaluasi kinerja unit-unit
sosialnya dan memola kembali strukturnya untuk
meningkatkan efisiensinya. Setiap anggota yang terhubung di jaringan ini tidak terjadi secara sukarela dan kesadaran untuk memenuhi kewajiban masing-masing tanpa mengharap insentif. Sangat diperlukan adanya penghargaan bahkan ganjaran (reward and punish) yang terstruktur secara formal guna mendorong timbulnya kerelaan dengan peraturan-peraturan dan perintah-perintah oleh pusat-pusat power mereka.
Universitas Sumatera Utara
3. Jaringan sentiment (emosi), seperti judulnya jaringan ini terbentuk atas dasar hubungan-hubungan sosial yang bermuatan emosi. Hubungan sosial itu sendiri sebenarnya menjadi tujuan tindakan sosial misalnya percintaan, pertemanan atau hubungan kerabat, dan sejenisnya. Struktur sosial yang terbentuk dari hubungan-hubungan emosi pada umumnya lebih mantap atau permanen. Mengacu pada kata emosi yang didalamnya juga mengandung unsur menyukai atau tidak menyukai, sehingga dalam jaringan ini terdapat saling suka atau tidak suka antar pelaku. Kemudian muncullah norma-norma dan nilai-nilai akibat dari adanya kewajiban saling kontrol yang relatif kuat diantara para pelaku, lantas dapat menjaga stabilitas dan menjaga keberlangsungan hubungan-hubungan sosial emosional yang terdapat dalam jaringan ini. Tipe jaringan ini dengan segala kecenderungan-kecenderungan hubungan emosional didamnya dapat menghasilkan rasa solidaritas. Ketiga tipe jaringan sosial ini dalam kehidupan nyata sering kali berpotongan. Pertemuan-pertemuan tersebut membangkitkan suatu ketegangan bagi pelaku yang bersangkuatan karena logika situasional atau struktur sosial dari masing-masing tipejaringan berbeda atau belum sesuai satu sama lain. oleh karena itu, sering kali terlihat kontradiksi antara tindakan-tindakan dengan sikap yang pelaku wujudkan.
2.2. Jaringan Pertemanan Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan tentang jaringan sosial, salah satu dari tiga jenis jaringan sosial bila ditinjau dari tujuan yaitu jaringan emosi yang terdapat di dalam nilai-nilai pertemanan, maka pada pembahasan selanjutnya ini
Universitas Sumatera Utara
akan dipaparkan tentang jaringan pertemanan. Kalau dilihat dari unsur tiap kata, jaringan pertemanan terbagi atas dua kata yaitu jaringan yang berarti rangkaian dari hubungan-hubungan dalam hal ini merupakan hubungan sosial, sedangkan pertemanan adalah hasil dari interaksi dan komunikasi yang intensif antara satu dengan lainnya, dalam hal ini interaksi dan komunikasi yang intensif telah memberikan kesempatan untuk pertukaran informasi, pencocokan visi, dan akhirnya berujung pada hubungan yang lebih intim lagi bisa berupa persahabatan dan percintaan. Suatu kenyataan bahwa manusia selalu ingin behubungan antar sesama manusia yang berarti akan terjadi rasa keterkaitan antar individu. Ketertarikan merupakan proses yang dengan mudah dialami oleh setiap individu tetapi sukar diterangkan (Guy dan Edgley, 1980 dalam Ahmadi, 2007: 212). Berawal dari ketertarikan seseorang memulai berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Ada beberapa tahapan komunikasi antar individu sampai dapat dikatakan pertemanan atau persahabatan. Tahap pertama, tahap perkenalan, dalam tahap ini dikategorikan sebagai tahap perkenalan karena proses pertukaran informasi dan tingkat keterbukaan diri pada tahap ini sangat terbatas, karena pada waktu pertama kali bertemu dengan seseorang, pembicaraan yang terjadi hanya akan pada seputar informasi untuk saling mengenal saja. Dua pribadi tersebut tidak terlibat dalam pembicaraan yang bersifat pribadi apalagi bertukar informasi pribadi. Hubungan pada tahap perkenalan di bagi atas tiga tahap yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1) Tahap pasif, yaitu tahap yang mengutamakan perhatian terhadap komunikasi tanpa menanyakan apa-apa, seluruh situasi dan kondisi tetap sebagaimana apa adanya dan di manifulasi. 2) Tahap aktif, tahap mengajukan pertanyaan, memperhatikan dan mendengar komunikasi, komunikasi, komunikasi mulai memanifulasi situasi hubungan antar pribadi. 3) Tahap interaktif, ialah tahap memanifulasi komunikan agar komunikator bisa memperoleh informasi melalui perilaku komunikan. Tahap persahabatan, tahap ini dapat juga di sebut sebagai tahap pertemanan. Persahabatan atau pertemanan di peroleh setelah melalui tahap perkenalan. Seorang sahabat merupakan orang yang mempunyai kedudukan tertentu dalam hubungan antar pribadi. Menempatkan seorang menjadi sahabat karena telah mengenal dia dengan baik, selain itu, juga telah menaruh rasa percaya dan harapan kepada dia sebagai seorang seorang yang mempunyai perhatian. Pertemanan yang baik ditandai dengan adanya kehangatan dan kasih sayang, kejujuran, adanya komitman, dan menjalani hubungan tersebut secara alami. Dalam hubungan pertemanan, komitmen ditunjukkan dengan cara mengorbankan waktu dan energi mereka untuk menolong sahabat yang membutuhkan. Ada satu prinsip umum yang harus dijaga dalam pertemanan, yaitu keseimbangan dan kesejajaran kedudukan. Pertemanan mengkehendaki agar kedua belah pihak komunikator dan komunikan harus merasa mempunyai kedudukan yang sama, tidak ada yang lebih tinggi dari pada yang lain. pertemanan mempunyai beberapa fungsi diantaranya :
Universitas Sumatera Utara
1) Membagi pengalaman agar dua pihak merasa sama-sama puas dan sukses. 2) Menunjukkan hubungan emosional. 3) Sukarela membantu kalau diperlukan pihak lain. 4) Berusaha membuat pihak lain menjadi senag. 5) Membantu sesama kalau dia berhalangan untuk suatu urusan. Komunikasi antar pribadi dapat menjadi efektif maupun sebaliknya. Karena apabila terjadi suatu konflik dalam hubungan persahabatan, maka karakteristik komunikasi antar pribadi menjadi tidak efektif. Dipandang dari sudut pandang humanistik beberapa hal ditekankan dalam berkomunikasi antar pribadi, yaitu: 1) Keterbukaan, yang memiliki pengertian bahwa dalam komunikasi antar pribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi, kesediaan untuk membuka diri, kesediaan untuk mengakui perasaan dan pikiran yang anda miliki dan juga mempertanggung jawabkannya. 2) Empati, kemampuan seseorang untuk “mengetahui” apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang atau “kacamata” orang lain tersebut, dimana seseorang juga mampu untuk memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan, dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa depannya. 3) Sikap mendukung, dalam hal ini merupakan pelengkap daripada kedua hal sebelumnya, karena komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. 4) Sikap positif, komunikasi antarpribadi akan terbina apabila orang memiliki sikap yang positif terhadap diri mereka sendiri, karena orang yang merasa
Universitas Sumatera Utara
positif dengan diri sendiri akan mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain, yang selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif ini kepada lawan bicaranya, kemudian sikap positif juga dapat diwujudkan dengan memberikan suatu sikap dorongan dengan menunjukkan sikap menghargai keberadaan, pendapat, dan pentingnya orang lain, dimana perilaku ini sangat bertentangan dengan sikap ketidak acuhan. 5) Kesetaraan, memiliki pengertian bahwa kita menerima pihak lain atau mengakui dan menyadari bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga. Karena pada kesetaraan, suatu konflik akan lebih dapat dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuh pihak lain. Sedangkan dari sudut pandang pergaulan sosial, komunikasi berdasarkan model ekonomi imbalan (rewards) dan biaya (cost). Suatu hubungan diasumsikan sebagai kemitraan dimana imbalan dan biaya saling dipertukarkan. Ketiga sudut pandang tersebut tidak terpisah satu dengan yang lain melainkan saling melangkapi, karena setiap sudut pandang tersebut membantu kita untuk dapat memahami komunikasi sebagai solusi yang efektif untuk mengatasi masalah dalam suatu hubungan. Pertemanan yang baik ditandai dengan adanya kehangatan dan kasih sayang, kejujuran, adanya komitmen, dan menjalani hubungan tersebut secara alami. Dalam hubungan pertemanan, komitmen ditunjukkan dengan cara mengorbankan waktu dan energi mereka untuk menolong teman yang membutuhkan. Namun seringkali individu dalam menjalankan suatu hubungan tidak menyadari harapan mereka pada
Universitas Sumatera Utara
temannya sampai terjadi sesuatu yang dirasakannya mengganggu. Hubungan tersebut mengalami konflik dan milai mengalami kemunduran dan proses negosiasi tidak berjalan yang mengakibatkan pola komunikasi diantara mereka berubah. Padahal komunikasi mempengaruhi hubungan, karena komunikasi dan hubungan senantiasa berkaitan.
2.3. Jaringan Online Jaringan online memiliki prinsip yang hampir sama dengan jaringan yang ada di dunia nyata jaringan yang terbentuk dalam suatu ikatan (dengan menafikkan kuat lemahnya) antara individu dengan individu, individu dengan kelompok. Kelompok yang dimaksud disini adalah kelompok yang terbentuk dalam suatu hubungan sosial tatap muka. Sebuah hubungan yang menggunakan ruang maya, namun tetap memiliki hubungan nyata didalamnya jaringan internet juga telah memberikan ruangan untuk jaringan sosial. Putnam salah seorang pakar modal sosial telah memaparkan tentang persoalan ini dalam satu bab penuh Bowling Alone yang memberikan tiga dasar pemikirannya dalam membahas jejaring online ini: •
Internet melenyapkan batas-batas dalam komunikasi dan memfasilitasi jaringan-jaringan baru.
•
Komunikasi-komunikasi online dapat terjadi tiba-tiba dan kekurangan umpan balik yang cepat dalam pertemuan tatap muka, hal itu mendorong resiproksitas dan memfasilitasi penipuan.
Universitas Sumatera Utara
•
Orang yang melakukan komunikasi online cenderung berbaur hanya dengan kelompok-kelompok kecil yang mempunyai kepentingan dan pandangan yang sama dengan mereka sendiri dan tidak toleran dengan siapapun yang berpikir lain.
•
Internet menawarkan banyak kesempatan untuk hiburan pasif dan pribadi. Seraya mengingatkan supaya hati-hati terhadap penilaian suatu teknologi yang masih baru, Putnam mengingatkan percaya bahwa cita-cita dari kewarganegaraan online menghadapi tantangan-tantangan serius (Putnam, 2000: 172-7).
Internet menjadi komplemen terhadap jaringan sosial itu sendiri dan memberi ruang baginya untuk memperluas jaringan-jaringan yang ada dengan cara memperkaya dan membangun hubungan-hubungan tatap muka mereka (Field, 2001: 155). Era dimana dunia penuh dengan hingar bingar internet dan teknologi komunikasi yang memang agak samar. Sehingga pengertian komunitas yang dibahas dalam diskusi soal jaringan sosial meleburkan pedikotomian komunitas riil dan maya. Keduanya tetap membutuhkan jaringan sosial yang cukup sekedar bertahan dan berlanjut serta membutuhkan jaringan sosial yang lebih untuk sukses menghasikan sesuatu. Berbagai keanekaragaman bentuk interaksi dalam sebuah dunia maya menjadikan dunia terasa benar-benar selebar daun kelor. Banyak hal yang dapat dilakukan internet menjadikan realitas tidak cukup lagi. Realitas virtual yang
Universitas Sumatera Utara
membawa bola dunia masuk ke dalam sebuah ruangan yang kendalinya dibawah jari kita, dan dikendalikan dimana saja.
2.4. Paradigma Fakta Sosial Paradigma fakta sosial diambil dari karya Durkheim the rules of sociological method (1895) dan Suicide (1897). Fakta sosial bersifat eksternal, umum (general), dan memaksa (coercion). Paradigma fakta sosial memiliki kajian struktur sosial dan pranata sosial. Struktur sosial adalah jaringan hubungan sosial dimana interaksi terjadi dan terorganisir serta melalui mana posisi sosial individu dan sub-kelompok dibedakan. Sedangkan pranata sosial adalah norma atau pola nilai yang mendukung kelompok. Perkembangan teknologi informasi juga tidak saja mampu menciptakan masyarakat dunia global, namun secara materi mampu mengembangkan ruang gerak kehidupan baru bagi masyarakat, sehingga tanpa disadari, komunitas manusia telah hidup dalam
dua kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata dan kehidupan
masyarakat maya (cybercommunity). Masyarakat nyata adalah sebuah masyarakat yang secara inderawi dapat dirasakan sebagai sebuah kehidupan nyata, dimana hubungan-hubungan sosial sesama anggota masyarakat dibangun melalui penginderaan. Secara nyata kehidupan masyarakat manusia dapat disaksikan sebagaimana adanya. Sedangkan kehidupan masyarakat maya adalah sebuah kehidupan masyarakat manusia yang tidak dapat secara langsung diindera melalui penginderaan manusia, namun dapat dirasakan dan disaksikan sebagai sebuah realitas.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Paradigma Perilaku Sosial Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri dari atas bermacam-macam obyek sosial dan non sosial. Ada dua teori yang termasuk kedalam paradigma perilaku sosial yaitu teori behavior dan teori exchange. Pokok persoalan sosiologi dalam teori behavior (perilaku) ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang menghasilkan perubahan terhadap tingkah laku. B.F. Skinner (1953, 1957, 1974) membantu fokus perilaku (behavior) melalui percobaan yang dinamakan operant behavior dan reinforcement. Yang dimaksud dengan operant condition adalah setiap perilaku yang beroperasi dalam suatu lingkungan dengan cara tertentu, lalu memunculkan perubahan dalam lingkungan kehidupan tersebut.
2.6. Pilihan Rasional Teori yang dikemukakan oleh James Coleman, seorang Sosiolog yang menerangkan dan menganalisa masalah tingkat mikro dan makro maupun peran yang dimainkan oleh faktor tingkat mikro dalam pembentukan fenomena tingkat makro dipengaruhi oleh faktor individual sedangkan tingkat mikro dipengaruhi oleh perilaku kolektif. Perilaku kolektif sering tidak stabil dan kacau sehingga sukar dianalisis berdasarkan perspektif pilihan rasional. Akan tetapi berdasarkan pandangan Coleman,
Universitas Sumatera Utara
teori pilihan rasional dapat menjelaskan semua fenomena makro tidak hanya yang teratur dan stabil saja. Norma merupakan tingkat makro lain yang menjadi sasaran Coleman. Menurut Coleman, norma, prakarsai dan dipertahankan oleh beberapa peran yang melihat keuntungan yang dihasilkan dari pengalaman tahap norma dan kerugian yang berasal dari pelanggaran norma itu. Aktor koporat menurut Coleman, perubahan sosial yang munculnya aktor korporat sebagai pelengkap aktor ’perubahan natural’. Tahun 1989 Coleman mendirikan jurnal Rationality and Society yang bertujuan menyebarkan pemikiran yang berasal dari perspektif rasional. Coleman menerbitkan buku yang berpengaruh “foundationals of society theory”, dimana buku tersebut berdasarkan perspektif purasional. Teori pilikhan rasional Coleman adalah tindakan perseorangan mengarah kepada suatu tujuan dan tujuan itu (juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan. Coleman sangat dipengaruhi Robert K. Merton (teori struktural fungsional modren) dan dipengaruhi juga oleh Durkheim (teori struktural fungsional klasik) dalam faktor sosial sebagai penentu pelaku individu. Coleman dalam teori rasionalnya menerangkan dan menganalisa masalah tingkat mikro dan makro maupun peran yang dimainkan oleh faktor tingkat mikro dalam pembentukan fenomena tingkat makro dipengaruhi oleh faktor individual sedangkan tingkat mikro dipengaruhi oleh perilaku kolektif. Coleman menyatakan teori pilihan rasional dapat menjelaskan semua fenomena makro, tidak hanya yang teratur dan stabil saja. Coleman dalam teorinya memusatkan pada sistem sosial yaitu fenomena makro yang dipengaruhi oleh faktor individual
Universitas Sumatera Utara