6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kajian Teori
2.1.1
Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Trianto, (2012:137) menjelaskan pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar
produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. jadi disimpulkan bahwa IPA pada hakikatnya adannya temuan-temuan yang bersifat ilmiah. Menurut Laksmi Prihantoro (dalam Trianto 2010:137) mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberikan bagi kehidupan. Berdasarkan pengertian diatas, pada hakekatnya IPA merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai-nilai ilmiah pada siswa serta salah satu mata pelajaran yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif. 2.1.1.1 Pengertian IPA IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya
secara umum
terbatas pada gejala-gejala
alam.
Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Wahyana (dalam Trianto 2010: 136). Pendidikan IPA diharapkan dapat dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta adanya kemajuan pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris “scince”, Trianto (2010: 136). Kata “science” sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin “scientia” yang berarti tahu. Menurut (Trianto 2010: 136) dalam perkembangannya science sering
7
diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja. Walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi. 2.1.1.2 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang Lingkup bahan kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut. 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya. Berhubung penulis mengadakan penelitian di kelas IV, maka ruang lingkup pelajaran IPA yang dikaji adalah salah satu konsep dari konsep-konsep yang dibahas di kelas tersebut, yang meliputi sebagai berikut: 1. Rangka manusia 2. Alat indera manusia 3. Bagian tumbuhan dan fungsinya 4. Penggolongan hewan 5. Daur hidup hewan 6. Hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan 7. Sifat dan perubahan wujud benda 8. Gaya 9. Berbagai bentuk energi dan penggunaannya 10. Perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit 11. Perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan 12. Hubungan sumber daya alam, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengajaran IPA mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan
8
selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber ilmu dan sumber belajar. Demikian juga dalam diri siswa akan dapat mengembangkan pikiran melalui lingkungan yang banyak memberikan pengalaman terhadap diri siswa dengan cara berinteraksi langsung dan dapat dirasakan siswa. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut diatas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan ide atau gagasan dengan menggunakan ide atau gagasan dengan menggunakan symbol, tabel, diagram, dan media lain. Kompetensi Dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas IV SDN Sidorejo Kidul 03 disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas IV Semester I Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami hubungan antara struktur 1.1. Mendeskripsikan organ
tubuh
manusia
dengan struktur
fungsinya, serta pemeliharaannya.
hubungan
kerangka
tubuh
antara manusia
dengan fungsinya.
1.2. Menerapkan
cara
memelihara
kesehatan kerangka tubuh
2.1.1.3 Tujuan Mata Pelajaran IPA Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi Menurut Depdiknas (dalam Trianto 2014:138) adalah sebagai berikut: 1. Menanam keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2. Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah
9
3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi 4. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di dalam masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Upaya terpenting yang bertujuan memperoleh keberhasilan proses belajar IPA siswa yang optimal yaitu : 1. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 2. Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak. 3. Mencegah terjadinya miskonsepsi. 4. Lebih memperdalam konsep pengertian dan fakta yang di pelajari. 5. Mengembangkan pengetahuan teori, kemudian mengkaitkan dengan kehidupan. 6. Memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
4.
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
5.
Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
10
7.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.1.2 Model Kooperatif 2.1.2.1 Pengertian Model Kooperatif Menurut Isjoni, (2011:15-27) dalam buku Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan komunikasi Antar Peserta Didik, terdapat beberapa ahli mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1.
Sunal dan Hans, 2000 mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peseta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran.
2.
Menurut Anita Lie, 2000 menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.
3.
Menurut Davidson dan Warsham, 2003 pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang berkelompok pengalaman individu maupun pengalaman kelompok .
Menanggapi pendapat ahli tersebut daiatas tentang pembelajaran kooperatif, bahwa model pembelajaran tersebut dirancang oleh guru dalam kegiatan kelompok untuk mencapai pengalaman belajar yang sudah ditentukan. Model pembelajaran kooperatif juga dapat dikatakan sebagai wahana belajar berdemokrasi, tiap individu dituntut untuk menuangkan ide-ide hingga melakukan tindakan yang mengarahkan pada kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. 2.1.2.2 Ciri-ciri Model Kooperatif Menurut Isjoni, (2011:27) ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu: 1) setiap anggota memiliki peran, 2) terjadi interaksi langsung di antara siswa, 3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, 4) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
11
interpersonal kelompok, dan 5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan . 2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pairs and Share) 2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Model pembelajaran
kooperatif tipe
TPS
(Think
pair
and
share) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif tipe yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok secara keseluruhan. Karakteristik model TPS (Think pair share) siswa dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan. TPS (Think pair and share) memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain, Ibrahim, (2007:10) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Strategi Think Pairs and Share merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), bahwa Think Pairs and Share merupakan cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam metode ini memberi lebih banyak siswa waktu berpikir,merespon dan saling membantu. 2.1.3.2 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Kelebihan model pembelajaran TPS (Think Pair and Share) menurut Lie (2008: 58) keunggulan Think Pair and Share adalah: (1) meningkatkan kemandirian siswa; (2) meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya; dan (3) melatih kecepatan berpikir siswa. Adapun kelemahan model pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
12
Menurut Lie (2008:58), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah: Kelompok yang melapor banyak dan perlu dimonitor, 1. Lebih sedikit ide yang muncul, 2. Tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok. 2.1.3.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Menurut Wawan Junaidi,(2009:1) langkah-langkah pembelajaran TPS (Think Pairs and Share) adalah sebagai berikut: Langkah I : Berpikir (Thinking) Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang terkait dengan pelajaran dan siswa diminta menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri. Langkah II ; Berpasangan (Pairing) Lalu guru meminta murid berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.Interaksi selam waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang di identifikasi.Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Langkah III : Berbagi (Sharing) Pada langkah akhir,guru meminta pasangan-pasangan berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapatkan
kesempatan
untuk
melapor.
Arends,
(1997)
disadur
Tjokrodihardjo,(2003). Langkah-langkah
pembelajaran
Think
Pairs
and
Share
(TPS)
(Depdiknas,2008): a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang akan dicapai. b. Peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru. c.
Peserta didik diminta berpasangan dan mengemukakan hasil pemikiran masing-masing.
13
d. Guru
memimpin
pleno
kecil
dan
masing-masing
kelompok
mengemukakan hasil diskusinya. e.
Berawal dari hal tersebut guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan oleh siswa.
f. Guru memberi kesimpulan g. Penutup 2.1.4
Hasil Belajar
2.1.4.1 Pengertian Belajar Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosial menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya.Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar
masyarakat
tidaklah
demikian.Belajar
dianggapnya
property
sekolah.Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah.Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan.Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti dikatakan Reber, belajar adalah the proces of acquiring knowledge.Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Gagne (dalam Agus Suprijono, 2009 : 2) menyatakan, bahwa belajar adalah disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan sesorang secara alamiah. Menurut Baharuddin (2015:14) dalam bukunya Teori Belajar dan Pembelajaran.Menjelaskan
“Belajar
merupakan
aktivitas
yang
dilakukan
seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihanpelatihan atau pengalaman-pengalaman. Harold Spears (dalam Agus Suprijono, 2009) mengemukankan, learning is to observe, to read, to imitate, to try something thenselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu). Sedangkan Purwanto ( 2014 : 85) mengatakan bahwa belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui pelatihan dan pengalaman, dalam arti perubahan-
14
perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada anak bayi. Pendapat para ahli di atas tentang pengertian belajar dapat di simpulkan bahwa, belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang secara sadar untuk melakukan perubahan tingkah laku. Dari belajar sesorang dapat mengetahui sesuatu yang pada dasarnya belum mereka ketahui. Belajar merupakan proses dari tidak tahu menjadi tahu. 2.1.4.2 Pengertian Hasil Belajar Menurut (Sudjana, 2008 : 22) Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam proses belajar mengajar disebut juga dengan hasil belajar. Menurut Purwanto ( 2014 : 85) hasil belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah yang lebih buruk. Sedangkan menurut Hamalik (2001: 103) hasil belajar ialah penguasan pelajaran, keterampilan-keterampilan belajar dan bekerja. Pengenalan dalam halhal tersebut penting artinya bagi guru, oleh sebab dalam pengenalan ini guru dapat membantu/ mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan hasil dan kemajuan belajar selanjutnya (pada kelas-kelas berikutnya), kendatipun hasil-hasil tersebut dapatt saja berbeda dan bervariasi sehubungan dengan keadaan motivasi, kematangan, dan penyesuaian sosial. Pendapat beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dari hal yang tidak tahu menjadi tahu. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku.
15
2.1.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Sukmadinata
(2009:162-165)
menjelaskan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua jenis saja, yaitu faktor yang bersumber pada dirinya atau dari luar dirinya atau lingkungan. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentuka kualitas hasil belajar. 1. Faktor dalam diri individu (internal) Faktor dari dalam individu menyagkut hal-hal berikut: a. Aspek jasmaniah Aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmaniah dari individu. Tiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda, ada yang tahan belajar lima atau enam jam terus-menerus, tetapi ada juga yang hanya tahan satu dua jam saja. Kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pencecapan. Indra yang paling penting dalam belajar adalah penglihatan dan pendengaran. b. Aspek psikis atau rohaniah Hal-hal yang menyangkut aspek-aspek ini adalah sebagai berikut: 1. Kondisi kesehatan psikis Seseorang yang sehat rohaninya adalah orang yang bebas dari tekanan-tekanan
batin
yang
mendalam,
gangguan-gangguan
perasaan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang menggangggu, frustasi, konflik-konflik psikis. Seseorang yang sehat rohaninya akan merasakan kebahagian, dapat bergaul dengan orang lain dengan wajar, dapat mempercayai dan bekerja sama dengan orang lain, dapat tidur nyenyak, selera makan normal, dsb. 2. Kondisi intelektual Kondisi intelektual ini menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat baik bakat sekolah maupun bakat pekerejaan. Juga termasuk kondisi intelektual adalah penguasaan siswa akan pengetahuan atau pelajaran-pelajaran yang lalu.
16
3. Kondisi sosial Kondisi sosial menyangkut siswa dengan orang lain., baik gurunya, temannya, orang tuanya, maupun orang-orang yang lainnya. Seseorang yang memiliki kondisi hubungan yang wajar dengan orang-orang disekitarnya akan memiliki ketentraman hidup, dan hal ini akan mempengaruhi konsentrasi dan kegiatan belajar dan sebaliknya. 4. Situasi afektif Selain ketenangan dan ketentraman psikis juga motivasi untuk belajar. Belajar perlu didukung oleh motivasi yang kuat dan konstan. Motivasi yang lemah serta tidak konstan kurangnya usaha belajar, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar. 5. Keterampilan yang dimiliki Keberhasiulan
belajar
seseorang
juga
dipengaruhi
oleh
keterampilan-keterampilan yang di milikinya, seperti keterampilan membaca, berdiskusi, memecahkan masalah, mengerjakan tugastugas, dsb. 2. Faktor dari luar individu atau lingkungan (Eksternal) Faktor-faktor luar individu atau eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar, terdapat hal-hal berikut: a. Lingkungan keluarga Keluarga,
merupakan
lingkungan
pertama
dan
utama
dalam
pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial psikologis yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar anak. Termasuk faktor fisik dalam lingkungan keluarga adalah keadaan rumah, keadaan tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah apakah tenang atau banyak kegaduhan.
17
b. Lingkungan rumah Suasana lingkungan rumah di sekitar pasar, terminal atau tempattempat hiburan berbeda dengan daerah khusus pemukiman. Suasana lingkungan rumah di lingkungan pemukiman yang padat dan kurang tertata, juga berbeda dengan pemukiman yang jarang dan tertata. c. Lingkungan fisik Lingkungan fisik adalah kondisi dan suasana sosial psikologis dalam keluarga. Kondisi dan suasana ini menyangkut keutuhan keluarga, iklim psikologis, iklim belajar dan hubungan antara anggota keluarga. Keluarga yang tidak utuh, baik secara struktural maupun fungsional, kurang memberikan dukungan yang positif terhadap perkembangan belajar. d. Lingkungan sekolah Lingkungan
sekolah
juga
memegang
peranan
penting
bagi
perkembangan belajar bagi para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekolah, sarana dan prasarana
belajar
yang
ada,
sumber-sumber
belajar,
media
pembelajaran, dsb. Lingkungan sosial yang menyangkut hubungan siswa dengan teman-temannya, guru-gurunya, serta staf sekolah yang lain. Lingkungan sekolah menyangkut akademis yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, berbagai kegiatan kokurikuler, dsb. e. Lingkungan masyarakat Lingkungan masyarakat di mana siswa atau individu berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat di mana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar didalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasinya.
18
2.2
Kajian Penelitian yang Relevan Dari penerapan model pembelajaran TPS (Think Pairs and Share) terbukti
hasil belajar siswa meningkat,dengan adanya kerjasama antar siswa dengan pasangan masing-masing akan menambah pemahamannya terhadap materi energi bunyi seperti yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya sebagai berikut: a) Akhbib Nanda Mahardika (2014)
dalam penelitiannya yang berjudul
“Peningkatan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran think pair share materi perubahan energi bunyi siswa Kelas IV SD 1 Temulus” persentase ketuntasan siswa dapat mengalami peningkatan dari 60% pada siklus I menjadi 86,7% pada siklus II. b) Kornelia (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Share) Pada Siswa Kelas IV SDN Sidorejo Lor 05 Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2015/2016” persentase ketuntasan siswa dapat mengalami peningkatan dari 72,5% pada siklus I menjadi 95% pada siklus II. Dari dua penelitian terdahulu membuktikan bahwa model pembelajaran TPS dapat membantu proses pembelajaran untuk meningkatkan Hasil belajar IPA siswa. Mengacu pada penelitian terdahulu, maka peneliti ingin melakukan penelitian lagi dengan menggunakan model yang pembelajaran yang sama. Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang dilakukan kali ini dengan penelitian-penelitian terdahulu. Peneliti menduga dapat meningkatkan hasil belajar yang berimplikasi pada nilai rata rata belajar siswa. Pada penelitian terdahulu subyek penelitiannya adalah siswa sekolah yang berbeda. Penulis beranggapan bahwa perbedaan subyek didik, merupakan faktor lain yang akan mempengaruhi hasil belajar. Situasi sekolah yang berbeda, fasilitas yang berbeda, tantangan masyarakat yang berbeda, demikian juga pola asuh dari orang tua yang berbeda karena budaya yang berbeda tentu berkontribusi terhadap hasil belajar siswa juga. Karena itu, dengan memilih subyek penelitian yaitu siswa kelas IV SDN Sidorejo Kidul 03 Kota Salatiga, peneliti bermaksud melihat efektivitas penerapan model pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar IPA
19
siswa. Artinya, jika model ini efektif, maka model ini akan menjadi rujukan bagi sekolah bersangkutan, maupun sekolah yang berbeda, karena terbukti teruji pada sekolah yang tentu saja memiliki situasi yang berbeda-beda. 2.3
Kerangka Pikir Berdasarkan kajian teoritis di atas maka dirumuskan kerangka pemikiran
sebagai berikut: a) Penerapan model pembelajaran Think Pairs and Share diharapkan siswa mampu menguasai materi mengajarkan pasangannya yang kurang mampu untuk memahami materi pelajaran. b) Dari proses pembelajaran Think Pairs and Share diharapkan ada kerjasama antar siswa dengan pasangannya dan dapat diadakan sharing antar pasangan dalam kelompok. c) Dengan
adanya
kerjasama
yang
efektif
diharapkan
dapat
meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi rangka manusia. Tabel 2.2 Kerangka Berfikir Kondisi awal
Guru Belum Menggunakan model TPS Menggunakan model TPS dalam pembelajaran IPA melalui 2 siklus
Tindakan
Hasil belajar siswa mencapai KKM
belum
Siklus I menggunakan model pembelajaran TPS dalam pembelajaran dengan alat peraga media gambar Siklus II menggunakan model pembelajaran TPS dalam pembelajaran dengan alat peraga media gambar dan LCD
Melalui pembelajaran kooperatif tipe TPS hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA SK : Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya, KD : Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya. sehinngga dapat meningkat mencapai KKM. Kondisi akhir
20
2.4
Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:“ Melalui Model pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pairs and Share) dapat meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Sidorejo Kidul 03 Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2016/2017’’.