BAB II KAJIAN LITERATUR A. Tinjauan Umum tentang Es Krim Es krim merupakan hidangan lezat yang terbuat dari susu atau krim, diberi pemanis dan perasa, kemudian dicampur menjadi adonan lalu dibekukan (Weiss, 2011). Menurut Clarke (2014), istilah es krim dapat mempunyai arti yang luas, yaitu beberapa jenis frozen dessert. Beberapa jenis frozen dessert yang termasuk kedalam kategori es krim adalah sebagai berikut: a. Dairy Ice Cream yaitu es krim yang dibekukan, hasil percampuran aerasi dari bahan susu, gula dan perasa. b. Non-Dairy Ice Cream yaitu es krim yang tebuat dari protein susu dan lemak nabati. c. Gelato yaitu es krim ala Italia dengan bahan dasar custard yang mengandung kuning telur. d. Frozen yoghurt adalah es krim yang mengandung organisme lactic acid atau simply yoghurt flavor. e. Milk Ice yaitu es krim yang bahannya sama dengan Dairy Ice Cream tetapi dengan pengolahan tanpa aerasi dan mengandung lebih sedikit lemak susu. f. Sorbet yaitu es krim berbahan dasar buah, sirup gula yang diaersi dan tidak mengandung lemak maupun susu. g. Sherbet yaitu es krim yang dibuat dengan bahan yang sama dalam pembuatan sorbet, tetapi ditambahkan susu atau krim. h. Water Ice adalah es krim yang terbuat dari sirup gula yang dibekukan dengan perasa dan pewarna, seperti es loli. i. Fruit Ice yaitu es krim dengan bahan yang sama dengan water ice, tetapi terbuat dari jus buah asli. Sejarah es krim sudah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi kuno. Pada masa itu raja Nero menikmati minuman ber-es segar yang diberi perasa dari wine dan madu. Cara mendapakan es pada zaman itu adalah dengan mengambil es di atas perbukitan salju lalu menyimpannya ditempat khusus
9
10
agar tidak cepat meleleh. Kemudian teknologi penyimpanan es berkembang setelah itu. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya rumah penyimpanan es di Mesopotamia yang telah berusia 400 tahun, sistem penyimpanan es alami ditemukan di Cina tahun 1100SM dan diketemukannya lubang untuk penyimpanan salju pada masa Alexander the Great yang menaklukkan Petra 837 SM. Sedangkan di Jepang pada abad ke-4, raja Nitoku terinspirasi dari es dan kemampuannya dalam mengolah makanan dan menetapkan 1 Juni sebagai hari es nasional. Kemudian pada masa dinasti Tang (618-907M) diduga telah ditemukan es yang dicampur susu. Pada abad pertengahan bangsa Arab telah mengenal minuman segar yang disebut dengan sherbet, atau sharab atau sharabt dalam bahasa Arab. Kemudian bangsa Persia dan Turki juga sudah mengenal minuman segar dengan rasa buah seperti ceri dan delima. Pada abad pertengahan inilah resep minuman beku ini dibawa ke daratan Eropa. Teknologi pengolahan dan penyimpanan minuman beku berkembang terutama di Negara Italia dan Perancis. Pada pertengahan abad ke-17 minuman ber-es di buat menjadi makanan pencuci mulut dengan gula perasa buah dicampur salju atau es. Tahun 1674 Nicolas Lemery dari Perancis membuat buku mengenai makanan pencuci mulut beku dan 20 tahun setelahnya
seorang
berkebangsaan Italia bernama Lattini juga membuat buku tentang makanan pencuci mulut beku. Negara Perancis kemudian membuat institusi makan dan minum yang mungkin dianggap memberikan sumbangsih terbesar untuk perkembangan es krim modern. Negara Perancis juga merupakan tempat dimana café pertama yang bernama Il Procope didirikan. Café Il Procope merupakan café yang salah satunya menghidangkan menu es krim dengan pelanggan bangsawan dan aristokrat. Resep pembuatan es krim kemudian berkembang lebih luas lagi ke beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat. Di Amerika es krim dengan krim dan stoberi dihidangkan pertama kali pada bangsawan bernama William Black. Kemudian resep es krim mulai diperjualbelikan di restoran dan dimuat di buku resep. Kemudian pada tahun 1859 di Amerika es krim dipasarkan secara massa untuk pertama kalinya.
11
Pada waktu itu seorang pengusaha Amerika terinspirasi dari es krim yang dijual di sebuah saloon di Pensylvania, Amerika Serikat yang beritanya dimuat di koran. Hal ini menginspirasi pengusaha tersebut untuk membuat es krim bisa dipasarkan secara massal. Amerika Serikat menjadi pelopor es krim dijual secara massal, sehingga es krim tidak lagi dessert yang hanya dapat dinikmati kaum bangsawan (Weiss, 2011). Es krim memiliki cara pengolahan yang bermacam-macam berdasarkan jenis es krimnya maupun jenis bahan dasar pembuatannya. Berikut cara pengolahan es krim secara umum: a. Pencampuran bahan 1) Pada pencampuran bahan untuk es krim dengan bahan dasar custard: gula dan telur dikocok sampai gula larut dan adonan berwarna putih kemudian ditambah perasa atau flavouring. 2) Pada pencampuran bahan untuk es krim modern: pencampuran bahan kering seperti gula, susu bubuk dan stabilizer kemudian dicampur dengan bahan cair (susu cair atau krim). 3) Pada pencampuran es krim dengan bahan utama jus (sorbet/sherbet), jus buah dicampur dengan perasa, gula, dan bahan lain. b. Pasteurisasi dan pemasakan Khusus untuk es krim dengan bahan dasar krim, susu, dan custard harus melawati tahapan pasteurisasi. Pasteurisasi adalah pemasakan hingga 80 derajat celcius untuk membunuh bakteri, sedangkan tahapan pemasakan di gunakan untuk es krim berbahan dasar jus buah. c. Pengadukan adonan (mixing) Pada es krim berbahan custard kemudian melewati tahapan homogenisasi yaitu pencampuran susu dan krim yang telah dimasak dicampur dengan telur dan gula dan diaduk hingga rata dan mengental, selanjutnya ditim (dimasak di atas air). Pada es krim berbahan susu dilakukan pencampuran emulsifier ke dalam adonan saat sedang dipasteurisasi pada suhu 50 derajat celcius. Pada adonan berbahan jus buah adonan ditambahkan air saat proses pemasakan.
12
d. Pendinginan (cooling) Adonan es krim yang telah melewati tahapan pasteurisasi dan pemasakan kemudian dipindah ke dalam wadah bersih dan didiamkan hingga dingin. e. Ageing dan pencampuran bahan lain Es krim dengan bahan susu, krim, dan custard, setelah di pateurisasi
kemudian
melalui
tahapan
ageing.
Ageing
adalah
mendinginkan adonan yang telah didinginkan di suhu ruang ke dalam kulkas selama satu jam atau bisa semalaman. Bahan es krim selanjutnya di beri perasa kembali kemudian diaduk dengan mesin es krim (kecepatan konstan pada suhu dingin) hingga mengental dan agak mengeras. Pada es krim berbahan jus buah (sorbet dan sherbet) setelah adonan didinginkan ditambahkan jus buah dan perasa. f. Pengemasan (packing) Setelah adonan es krim mengental langkah selanjutnya adalah dikemas. g. Pengerasan (hardening) Es krim disimpan dalam suhu -18 derajat celcius di dalam freezer (Sumber: Chan, 2008).
Bagan 2.1 Making ice cream Sumber: Clarke, 2004 B. Tinjauan tentang Fasilitas Ruang 1. Café Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan kafe (café) adalah tempat minum yang pengunjungnya dapat memesan minuman, seperti kopi, teh, bir, dan kue-kue. Sedangkan menurut Oxford
13
dictionaries (2015), café adalah restoran kecil yang menjual makanan kecil dan minuman. Menurut Neufert (2002), restoran-café menyediakan ruang minum teh, menyediakan minuman tak berakohol, liquor, dll serta kue-kue dan makanan kecil (dingin dan panas) di lingkungan yang ramai lalu lintas. a. Elemen Interior Café Menurut Peraturan Menteri Kesehaatan Republik Indonesia Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga, mengenai syarat teknis higiene dan sanitasi, di dalamnya diatur persyaratan penggunaan elemen interior yaitu: 1) Lantai Kedap
air,
rata,
tidak
retak,
tidak
licin,
kemiringan/kelandaian cukup dan mudah dibersihkan. 2) Dinding a) Permukaan dinding sebelah dalam rata, tidak lembab, mudah dibersihkan dan berwarna terang. b) Permukaan dinding yang selalu kena percikan air, dilapisi bahan kedap air setinggi 2 (dua) meter dari lantai dengan permukaan halus, tidak menahan debu dan berwarna terang. c) Sudut dinding dengan lantai berbentuk lengkung (conus) agar mudah dibersihkan dan tidak menyimpan debu/kotoran. 3) Langit-langit a) Bidang langit-langit harus menutupi seluruh atap bangunan, terbuat
dari
bahan
yang
permukaannya
rata,
mudah
dibersihkan, tidak menyerap air dan berwarna terang. b) Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter di atas lantai. 4) Pintu dan jendela a) Pintu ruang tempat pengolahan makanan dibuat membuka ke arah luar dan dapat menutup sendiri (self closing), dilengkapi peralatan anti serangga/lalat seperti kassa, tirai, pintu rangkap dan lain-lain.
14
b) Pintu dan jendela ruang tempat pengolahan makanan dilengkapi peralatan anti serangga/lalat seperti kassa, tirai, pintu rangkap dan lain-lain yang dapat dibuka dan dipasang untuk dibersihkan. 5) Pencahayaan Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan pemeriksaan dan pembersihan serta melakukan pekerjaanpekerjaan secara efektif. a) Setiap ruang tempat pengolahan makanan dan tempat cuci tangan intensitas pencahayaan sedikitnya 20 foot candle/fc (200 lux) pada titik 90 cm dari lantai. b) Semua pencahayaan tidak boleh menimbulkan silau dan distribusinya sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bayangan. c) Cahaya terang dapat diketahui dengan alat ukur lux meter (foot candle meter) d) Mengukur 10 fc dengan lux meter pada posisi 1x yaitu pada angka 100, atau pada posisi 10x pada angka 10. Catatan : 1 skala lux = 10, berarti 1 foot candle = 10 lux. Untuk perkiraan kasar dapat digunakan angka hitungan sebagai berikut : i.
1 watt menghasilkan 1 candle cahaya atau
ii.
1 watt menghasilkan 1 foot candle pada jarak 1 kaki (30 cm) atau
iii.
1 watt menghasilkan 1/3 foot candle pada jarak 1 meter atau
iv.
1 watt menghasilkan 1/3 x ½ = 1/6 foot candle pada jarak 2 meter atau
v.
1 watt menghasilkan 1/3 x 1/3 = 1/9 foot candle pada jarak 3 meter.
vi.
lampu 40 watt menghasilkan 40/6 atau 6,8 foot candle pada jarak 2 meter atau 40/9 = 4,5 foot candle pada jarak 3 meter.
15
6) Ventilasi/ penghawaan/ lubang angin a) Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi
dengan ventilasi
sehingga terjadi
sirkulasi/
peredaran udara. b) Luas ventilasi 20% dari luas lantai, untuk : i.
Mencegah udara dalam ruangan panas atau menjaga kenyamanan dalam ruangan.
ii.
Mencegah terjadinya kondensasi/ pendinginan uap air atau lemak dan menetes pada lantai, dinding dan langitlangit.
iii.
Membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan.
2. Tinjauan Furniture Café Tempat duduk yang terpisah harus disediakan pada desain tempat makan karena untuk mengakomodasi pelanggan yang mobilitas yang terbatas. Menurut Uniform Federal Accessibility Standards (UFAS), café/ restoran harus memiliki kurang lebih 5% tempat duduk dengan akses yang mudah. Zona sirkulasi yang mudah diakses terhubung dengan pintu masuk, public rest room, dan area self-service seperti bar salad, stand bahan pelengkap, dan buffet table. Ruangan yang nyaman sebagai waiting area adalah yang dekat dengan pintu masuk. Tempat duduk yang mudah diakses harus memiliki banyak varian, yang cocok untuk area makan yang kecil maupun besar. Desain meja yang kecil mungkin kurang bisa diakses oleh pengunjung dengan kursi roda karena keterbatasan jangkauan lutut. Contohnya adalah tempat makan dengan tempat duduk built-in seperti booths atau banquettes, harus mempunyai tempat duduk yang mudah diakses untuk pengunjung yang mempunyai kesulitan untuk keluar dari tempat duduk jenis ini (Chiara et al.,1992). Berikut kriteria desain pada area makan:
16
Gambar 2.2 Kriteria desain tempat duduk Sumber: Chiara et al., 1992 a. Tinjauan tentang furniture anak (struktur dan dimensi badan untuk anak-anak usia 6-11 tahun) Tabel 2.1 Tinggi sikap duduk tegak pada kelompok anak dalam satuan inci dan cm menurut usia, jenis kelamin, dan seleksi presentil
Laki-laki Perempuan
6 tahun inci cm 27,4 69,5 27,1 68,8
7 tahun inci cm 28,2 71,7 28,1 71,3
8 tahun inci cm 29,2 74,1 28,9 73,3
9 tahun inci cm 30,2 76,6 30,1 76,4
10 tahun inci cm 30,9 78,5 31,1 79,1
Sumber: Panero, 2003
(a) (b) Gambar 2.3 (a) Tinggi sikap duduk tegak dan (b) Rentang siku ke siku Sumber: Panero, 2003
11 tahun inci cm 31,7 80,6 32,8 83,4
17
Tabel 2.2 Rentang siku ke siku pada kelompok anak dalam satuan inci dan cm menurut usia, jenis kelamin, dan seleksi presentil Laki-laki Perempuan
6 tahun inci cm 11,3 28,8 11,1 28,1
7 tahun inci cm 11,9 30,2 11,6 29,5
8 tahun Inci cm 12,4 31,6 12,4 31,6
9 tahun inci cm 13,7 34,7 13,5 34,2
10 tahun inci cm 13,5 34,4 14,2 36,1
11 tahun inci cm 14,7 37,3 14,7 37,4
Sumber: Panero, 2003 Tabel 2.3 Rentang panggul pada kelompok anak dalam satuan inci dan cm menurut usia, jenis kelamin, dan seleksi presentil Laki-laki Perempuan
6 tahun inci Cm 9,3 23,5 9,3 23,7
7 tahun inci cm 9,6 24,5 10,1 25,7
8 tahun Inci cm 10,4 26,3 10,6 26,9
9 tahun inci cm 11,3 28,8 11,5 29,2
10 tahun inci cm 11,4 28,9 12,3 31,2
11 tahun inci cm 12 30,6 13,3 33,8
Sumber: Panero, 2003
(a) (b) (c) Gambar 2.4 (a) Rentang panggul, (b) Tinggi lipatan dalam lutut, dan (c) Jarak pantat-lipatan dalam lutut Sumber: Panero, 2003 Tabel 2.4 Tinggi lipatan dalam lutut pada kelompok anak dalam satuan inci dan cm menurut usia, jenis kelamin, dan seleksi presentil Laki-laki Perempuan
6 tahun inci Cm 12,8 32,6 12,6 32,1
7 tahun inci cm 13,6 34,6 13,4 34,0
8 tahun Inci cm 14,1 35,8 14,1 35,8
9 tahun inci cm 15,0 38,0 15,1 38,4
10 tahun inci cm 15,6 39,7 15,7 39,8
11 tahun inci cm 16,3 41,3 15,4 41,7
Sumber: Panero, 2003 Tabel 2.5 Jarak Pantat-Lipatan dalam Lutut pada kelompok anak dalam satuan inci dan cm menurut usia, jenis kelamin, dan seleksi presentil Laki-laki Perempuan
6 tahun inci cm 14,7 37,4 15,2 38,6
7 tahun inci cm 15,3 38,9 15,9 40,3
8 tahun inci cm 16,6 42,2 17,0 43,1
9 tahun inci cm 17,7 45,0 17,8 45,2
Sumber: Panero, 2003
10 tahun inci cm 18,3 46,5 18,8 47,7
11 tahun inci cm 19,0 48,3 19,9 50,5
18
b. Tinjauan tentang funiture dewasa 1) Konter Makanan Berikut merupakan gambar jarak bersih aktivitas di area konter makanan. Gambar tersebut menunjukkan zona aktivitas di konter makanan serta sirkulasi baik pelanggan maupun karyawan.
(a) (b) Gambar 2.5 (a) Konter untuk makan siang dan (b) Konter untuk makan siang/jarak bersih meja Sumber: Panero, 2003 2) Area makan Pada area makan, besaran furniture mempertimbangkan aksesori makan yang digunakan seperti piring, gelas, sendok dan perletakannya. Hal ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan kedalaman meja.
(a) (b) Gambar 2.6 (a) ukuran meja minimal dengan kedalaman meja minimal, serta optimal dan minimal yang diiginkan dan (b) ukuran meja/lebar meja optimal dengan berbagai kedalaman meja minimal serta optimal dan minimal yang diiginkan Sumber: Panero, 2003
19
(a) (b) Gambar 2.7 (a) Meja/kedalaman minimal dan optimal/jarak bersih vertikal dan (b) meja/jarak bersih kursi roda Sumber: Panero, 2003
Gambar 2.8 Meja/tempat duduk kursi roda Sumber: Panero, 2003
3. Bar
Gambar 2.9 Tempat duduk bangket/ jarak bersih yang direkomendasikan untuk mendapatkan keleluasaan pribadi secara akustik dan visual Sumber: Panero,
2003 Jarak diantara bar dan backbar harus mempertimbangkan area kerja
yang memadai. Minimal area kerja yang dibutuhkan adalah 90 cm. Area kerja tersebut harus mencukupi sirkulasi bartender ketika melayani pengunjung serta sirkulasi di belakangnya. Jarak bar stool dengan bar stool yang lain harus memungkinkan pengunjung dengan badan yang besar mendapatkan area sirkulasi yang nyaman ketika datang maupun ketika pergi tanpa bersentuhan dengan pengunjung lainnya.
20
Gambar 2.10 Bar/clearences, public side Sumber: Panero, 2003
Gambar 2.11 Sirkulasi area bar Sumber: Panero, 2003
21
Sesuai dengan konsep yang diambil yaitu American Saloon, area bar pada fasilitas Pusat Es Krim menggunakan stool tradisonal dengan pijakan kaki berupa besi yang dipasangkan ke lantai.berikut merupakan perhitungan sirkulasi serta besarnya furniture stool dan pijakan kaki:
Gambar 2.12 Potongan area bar stool dan pijakan kaki Sumber: Chiara et al., 2001
22
4. Display Café Peran display konter es krim disini sama seperti yang terdapat pada bar, yaitu sebagai penutup yang parsial atau kulit peralatan penjualan minuman atau es krim tersebut (Panero, 2003). Dalam penataanya, display konter es krim menutup bagian peralatan penyimpanan es krim dan hanya memperlihatkan es krim yang dijual.
Gambar 2.13 Display counter es krim dan minuman Sumber: Panero, 2003 Pada display es krim terdapat pula counter makanan seperti cake dan cookies yang di display dan diambil dengan bantuan pramuniaga. Jenis counter pada display es krim adalah counter berdiri.
Gambar 2.14 Konter penjualan berdiri Sumber: Panero, 2003
23
a. Display cake, ice cream cake dengan suhu penyimpanan -20°C sampai +2°C.
(a)
(b)
(c) Gambar 2.15 (a) display caké, es krim (b) dimensi display cake, es krim , dan (c) tampak potongan display cake, es krim Sumber: katalog ISA Italy, 2014 b. Display es krim
(b) (b) Gambar 2.16 (a) display es krim (b) dimensi display es krim , Sumber: katalog ISA Italy, 2014
Gambar 2.17 Tampak potongan display es krim Sumber: katalog ISA Italy, 2014
24
c. Ice cream mix (work table untuk mencampur es krim dengan topping) (a)
(b)
(c) Gambar 2.18 (a) display ice cream mix (b) dimensi display ice cream mix, dan (c) tampak potongan ice cream mix Sumber: Katalog ISA Italy, 2014 5. Dapur Café/ Restoran Dapur café/ restoran didesain berdasarkan kapasitas ruang makan tuntutannya (jenis, volume/luas, dan
kualitas penawaran yang siap
disajikan) seperti halnya frekuensi pergantian tamu sepanjang hari atau tergantung pada waktu Peraturan
Menteri
makan (frekuensi kebutuhan). Berdasarkan Kesehaatan
Republik
Indonesia
Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga, mengenai syarat teknis higiene dan sanitasi diatur persyaratan ruang pengolahan makanan yaitu: a. Luas tempat pengolahan makanan harus sesuai dengan jumlah karyawan yang bekerja dan peralatan yang ada di ruang pengolahan. b. Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan minimal dua meter persegi (2m²) untuk setiap orang pekerja. Contoh : Luas ruang dapur (dengan peralatan kerja) 4 m x 5 m = 20 m². Jumlah karyawan yang bekerja di dapur 6 orang, maka tiap pekerja mendapat luas ruangan 20/6 = 3,3 m², berarti luas ini
25
memenuhi syarat (luas 2 m2 untuk pekerja dan luas 1,3 m² perkiraan untuk keberadaan peralatan ) Luas ruangan dapur dengan peralatan 3 m x 4 m = 12 m². Jumlah karyawan di dapur 6 orang, maka tiap karyawan mendapat luas ruangan 12/6 = 2 m2, luas ini tidak memenuhi syarat karena dihitung dengan keberadaan peralatan di dapur. c. Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan langsung dengan toilet/jamban, peturasan dan kamar mandi. d. Peralatan di ruang pengolahan makanan minimal harus ada meja kerja, lemari/ tempat penyimpanan bahan dan makanan jadi yang terlindung dari gangguan serangga, tikus dan hewan lainnya. Lebar koridor di ruang gedung persiapan dan produksi diukur secara berbeda, berdasarkan apakah jalan itu sering dilalui atau berhubungan dengan tempat pelayanan. Gang untuk melayani 0,901,20 m, jalan lintas samping dengan pemanfaatan yang saling berkaitan 1,50-1,80m dan jalan lintas utama (angkutan dan lintasan gang berlawanan) 1,10-3,30 m seharusnya menjadi lebih lebar. Lebar koridor untuk tempat memasak di retoran yang kecil sampai yang sedang antara 1-1,50 m (Neufert, 2002) Dapur hangat berfungsi sebagai tempat memasak, menggoreng, terdiri atas area pengolahan, dengan alat-alat sebagai berikut: kompor (dua hingga delapan buah), penyedot asap ketel, perangkat masak cepat, pemasak otomatis, pengukus dan pengukus tekanan tinggi otomatis, oven konveksi udara, perebus (Bain Marie), oven pemanggang, pelat pemanggang, wajan pemanggang lipat, oven bertingkat, penggorengan (redam), salamander, peniup udara (untuk bahan-bahan beku), oven microwave, mesin pemanggang, dan pemanggang nonstop otomatis, peralatan otomatis yang besar hanya digunakan pada perangkat dapur yang sangat besar (Neufert, 2002). Dapur dingin ditata harmonis, sejajar dengan arah dapur hangat tempat penyajian (bersama), dan tempat roti. Perlengkapan standar seperti kulkas dan atau meja dingin, berbagai alat potong (untuk roti,
26
mengiris daging, keju), mesin pengocok, timbangan talenan, tempat pembuatan salad dengan lemari bawah perbendingin, berpemanggang, microwave, area kerja, dan penampungan yang memadai. Dapur restoran dengan jendela atau meja yang ditempatkan di daerah diantara pengolahan dan ruang pengunjung, perlu mempertimbangkan kebutuhan: tempat, lemari hangat dengan pelat pemanas, juga pendingin untuk makanan dingin, rak piring atau wadah tambahan, dan tempat sendok. Restoran besar diperlukan pula alat penyedia keranjang, piring, atau mangkuk sup. Tabel 2.6 Tabel Kebutuhan Luas Area Dapur (dalam m²/kursi): Ukuran Restoran Jumlah Kursi
Kecil Hingga 100
Sedang hingga 250
Penerimaan barang Ruang untuk kemasan kosong Limbah/sampah Kantor kepala gudang Bongkar/muat Ruang pendingin Ruang pendingin daging Ruang pendingin produk susu Ruang pembeku Runag pendingin sayur dan buah Ruang pendingin lain (makanan kecil/ kue dingin) Penyimpanan makanan berpendingin Gudang untuk bahan/makanan kering Gudang sayur Stok harian Penyimpanan makanan tanpa pendingin Praproses sayuran Praproses daging Dapur hangat Dapur dingin Pembuatan kue Pencucian wadah Kantor kepala dapur Perlengkapan dapur Pencucian piring Penyajian/kantor pelayan Toilet dan kamar mandi Jumlah
0,06-0,08 0,05-0,07 0,04-0,06 0,15-0,21 Penyimpanan berbentuk lemari/kamar Penyimpanan berbentuk lemari/kamar 0,04-0,08 0,13-0,15 0,08-0,10 0,04-0,06
0,05-0,07 0,05-0,07 0,04-0,06 0,14-0,20 0,03-0,04 0,05-0,06 0,03-0,04 0,04-0,05 0,03-0,04
Besar lebih dari 250 0,04-0,06 0,04-0,06 0,03-0,05 0,02-0,03 0,13-0,20 0,02-0,04 0,03-0,05 0,02-0,03 0,03-0,05 0,03-0,04 0,02-0,03
0,18-0,23 0,14-0,20 0,06-0,08 0,03-0,04
0,15-0,24 0,10-0,12 0,03-0,06 0,02-0,03
0,25-0,31
0,21-0,26
0,16-0,21
0,08-0,10 0,06-0,09 0,26-0,33 0,13-0,15 0,05-0,08 0,03-0,05 0,06-0,08 0,10-0,12 0,06-0,08 0,40-0,50 1,60-2,10
0,05-0,08 0,04-0,07 0,19-0,24 0,09-0,12 0,07-0,10 0,04-0,06 0,02-0,03 0,50-0,70 0,09-0,11 0,08-0,10 0,30-0,40 1,50-2,00
0,04-0,06 0,03-0,05 0,15-0,21 0,07-0,11 0,06-0,09 0,03-0,05 0,02-0,03 0,40-0,60 0,08-0,10 0,10-0,15 0,28-0,30 1,30-1,60
Sumber: Neufert, 2002
27
6. Playground Pada Fasilitas Café dan Restoran. Tabel 2.7 Contoh Perlengkapan Playground yang Sesuai dengan Anak (berdasarkan umur): Toddler (umur 6-23 bulan) Perlengkapan memenjat di bawah ketinggian 32” Ramp Single file step ladders Seluncur Seluncur spiral kurang dari 360º Spring rockers Tangga Ayunan dengan dudukan bucket
Preschool (2-5 tahun)
Certain Climbers Tangga horizontal kurang atau sama dengan 60” untuk umur 4 dan 5 Komedi putar Ramps Rung ladder Seluncur Seluncur spiral sampai 360º Spring rockers Tangga Ayunan - belt, dudukan bucket (24tahun), rotating tire
Grade school (5-12 tahun)
Panjatan lengkung Jembatan tali/rantai Standing climbing bebas dengan peralatan yang didesain fleksibel Jungkat jungkit Ladders- horizontal, rung, dan step Overhead rings Ramps Ring tracks Seluncur Seluncur spiral lebih dari 360º Tangga Ayunan- belt dan rotating tire Track rides Vertical sliding poles
Sumber: U.S. Consumer Product Safety Commission, 2010 Desain perlengkapan playground yang akan dipakai adalah slide, climber, dan guard rail untuk area anak usia 5 sampai 12 tahun, sedangkan area toddler dan preschool berupa fasilitas ruang bermain. Perlengkapan playground tersebut memiliki ketentuan perancangan sebagai berikut: Tabel 2.8 Standar Keselamatan Desain Besi atau Pagar Penahan pada Playground Gambar Guardrail dan Barrier
Protects against accidental fall from platform Discourages climbing over Protects against climbing trough Toddlers Too edge distance from platform Bottom edge distance from
Guardrail Yes
Barrier Yes
No No
Yes Yes
Not recommended Not recommended
A=24”or higher
28
platform Recommended when platform fall height is: Preschool age Too edge distance from platform Bottom edge distance from platform Recommended when platform fall height is: School age Too edge distance from platform Bottom edge distance from platform Recommended when platform fall height is:
Not recommended
B<3” H= 18” or higher
A=29” or higher 9”< B ≤ 23” 20’< H ≤ 30”
A=29” or higher B < 3.5” H > 30”
A=38” or higher 9” < B ≤ 28” 30” < H ≤ 48”
A= 38” or higher B < 3.5” H > 48”
Sumber: U.S. Consumer Product Safety Commission, 2010 Tabel 2.9 Dimensi yang Direkomendasikan untuk Akses Ladder, Tangga, dan Ramps Type of acces Ramps Slope (vertical: horizontal) Width (single) Width (double) Stairways Slope Tread width (single) Tread width (double) Tread depth (open riser) Tread depth (closed riser) Vertical rise Step Ladders Slope Tread width (single) Tread width (double) Tread depth (open riser) Tread depth (closed riser) Vertical rise Rung Ladders Slope Rung width Vertical rise Rung diameter
Age of Intended User Toddler Preschool age
School age
< 1:8 ≥ 19” ≥ 30”
≤ 1:8 ≥ 12” ≥ 30”
≤ 1:8 ≥ 16” ≥ 36”
≤ 35” 12-21” ≥ 30” Not appropriate ≥8” ≤ 7”
< 50” ≥ 12” ≥ 30” ≥ 7” ≥ 7” ≤ 9”
< 50” ≥ 16” ≥ 36” ≥ 8” ≥ 8” ≤ 12”
35 ≤ 65” 12-21” Not appropriate Not appropriate 8” >5” and ≤ 7”
50-75” 12-21” Not appropriate ≥ 7” ≥ 7” ≤ 9”
50-75” ≥ 16” ≥ 36” ≥ 3” ≥ 6” ≤ 12”
Not appropriate Not appropriate Not appropriate Not appropriate
75-90” ≥ 12” ≤ 12” 0.95-1.55”
75-90” ≥ 16” ≤ 12” 0.951.55”
Sumber: U.S. Consumer Product Safety Commission, 2010
29
Gambar 2.19 Desain slide Sumber: U.S. Consumer Product Safety Commission, 2010
Gambar 2.20 ampak potongan slide minimal Sumber: U.S. Consumer Product Safety Commission, 2010 Berdasarkan ketentuan keselamatan penggunannya, material lantai playground yang direkondasikan adalah semua material yang di test ke dalam ASTM F1292, termasuk unitary surfaces, engineered wood fiber, pea gravel, sand, thredded/recycled rubber mulch, wood mulch (not CCAtreated),wood chip (U.S. Consumer Product Safety Commission, 2010).
30
Gambar 2.21 Layout playground dengan jarak bersih sesuai standar Sumber: U.S. Consumer Product Safety Commission, 2010 7. Sistem Pengorganisasi Ruang pada Café atau Restoran Berikut merupakan beberapa alernatif pengorganisasian ruang yang digunakan dalam perancangan interior café atau restoran: a. Proyek Autostrada Completion, Ontario, Canada Pada rancangan ini menggunakan perorganisasian ruang cluster. Hal ini ditandai dengan ruang yang ditata dengan dinamis dengan mempertimbangkan faktor kedekatan fungsi. Terdiri dari ruang yang memiliki fungsi yang hampir sama, contohnya pada area makan dan bar. Setiap ruang memiliki ukuran yang berbeda namun memiliki fungsi yang sejajar.
Gambar 2.22 Layout Autostrada Completion, Ontario, Canada Sumber: Gao, 2012
31
b. Proyek Restoran Urban Farmer, Portland, USA Pada proyek ini pembagian ruang
dirancang berdekatan
berdasarkan fungsi, untuk mempermudahkan aktivitas. Telihat jelas penataan ruang yang berlainan ukuran, bentuk, dan fungsinya tetapi berhubungan satu dengan yang lain, yaitu area makan dengan area yang paling luas berdampingan dengan area dapur, bar dan counter penjualan. Sedangkan area perpustakaan berada di area luar. Masingmasing ruang memiliki luasan dan bentuk yang berbeda. Selain itu tidak adanya tempat utama menunjukkan ini adalah ornganisasi ruang cluster.
Gambar 2.23 Layout Urban Farmer, Portland, USA Sumber: Gao, 2012 c. Proyek Restoran Nevy di Amsterdam
Gambar 2.24 Layout Nevy di Amsterdam, Belanda Sumber: Gao, 2012
32
Pada proyek ini pembagian ruang yang dirancang dekat berdasarkan fungsi, untuk mempermudahkan aktivitas. Pada layout ini telihat jelas penataan ruang yang berlainan ukuran, bentuk, dan fungsinya tetapi berhubungan satu dengan yang lain pada semua area. Selain itu tidak adanya tempat utama menunjukkan ini adalah organisasi ruang cluster. d. Proyek Restoran Piatti Mill Valley, Mill Valley, USA Pada proyek ini layout dirancang secara linier. Hal ini bertujuan untuk mempermudah akses pengguna. Layout ini mengutamakan hubungan fungsi yang berbeda disetiap area agar melebur menjadi satu sehingga pengunjung dapat menikmati seluruh ruangan secara utuh Gao (2012).
Gambar 2.25 Layout Piatti Mill Valley, Mill Valley, USA Sumber: Gao, 2012
33
e. Proyek Restoran Holyfields, Frankfurt, Jerman
Gambar 2.26 Layout Holyfields, Frankfurt, Jerman Sumber: Gao, 2012 Pada proyek ini layout dirancang secara linier. Hal ini ditunjukkan dengan pengulangan ruang dengan bentuk dan fungsi yang hampir mirip. Menurut Gao (2012), pada penataan layout ini pengunjung dapat lebih mudah untuk memilih tempat makan dan proses pemesanan lebih nyaman. Sehingga pengunjung lebih dapat menikmati suasana dan atmosfer ruangan restoran. C. Tinjauan Mengenai American Saloon Saloon berarti ruang publik atau gedung yang digunakan untuk tujuan spesifik contohya: billiard saloon, dapat juga berarti (untuk british) lounge bar, sedangkan di Amerika utara berarti sebuah tempat dimana minuman beralkohol mungkin dibeli dan diminum (Oxford University Press, 2015). Menurut tulisan Duis (2005) akhir tahun 1850 istilah saloon muncul di untuk istilah daftar pencarian yang umumnya digunakan untuk bangunan yang khusus menyediakan bir, menjual liquor, menyediakan makanan serta penginapan. Pada mulanya di Chicago sebelum tahun 1850an, salah satu cikal bakal terwujudnya saloon di Amerika adalah dari tempat penginapan yang mengkombinasikan restoran, hotel, dan drinking place. Tipe kedua drinking place adalah tempat dimana yang sebelumnya menjual bahan makanan yang
34
beralih menjual minuman keras dalam jumlah grosir. Pada awalnya tempat ini hanya digunakan untuk mencoba sampel minuman keras, namun pada perkembangannya berubah menjadi tempat minum (saloon). Pertumbuhan penduduk yang tinggi membuat presentase pertumbuhan saloon semakin tinggi pula pada pertengahan abad 19. Selama awal abad 1880 pertumbuhan yang berlebihan dalam industri pembuatan bir mulai memaksa adanya perubahan. Pertumbuhan di industri bir yang dianggap memiliki pertumbuhan yang menjanjikan di masa depan dan dibarengi dengan adanya akses, membuat pengusaha bir mulai beralih ke produsen bir retail. Cara yang mereka tempuh adalah dengan mengadaptasi sebuah sistem dari Inggris yaitu sistem kontrol bernama "tied-house". Pengusaha bir membeli ratusan etalase, khususnya untuk lokasi yang sangat diminati, kemudian disewakan pada saloonkeeper yang memiliki prospek bagus, lengkap dengan furniture seperti sarana hiburan (contoh : arena bowling dan meja billiard). Kenyataan baru dalam berjalannya bisnis ini adalah banyaknya saloonkeepers yang tadinya adalah pengusaha yang berubah menjadi seperti pegawai. Hal ini bisa jadi merupakan alasan yang mendorong saloonkeepers menjadi seorang kiminal untuk memenuhi pemasukan mereka. Politik merupakan hal yang bersahabat dengan saloonkeepers karena sifat bisnis mereka yang mudah beradaptasi di dalam lingkungan dengan tingkat melek huruf rendah, bar (saloon) menyediakan tempat utama untuk pertukaran informasi tentang pekerjaan, perumahan, dan banyak tragedi yang menimpa kota miskin. Pada distrik yang kumuh, bar digunakan untuk menyimpan barang berharga, telepon untuk keadaan darurat, dan meyediakan koran untuk literatur. Pada distrik perusahaan, saloon menjadi bursa tenaga kerja dan ruang serikat, serta menyediakan tempat untuk gaji tunai. Saloon yang dibangun di dekat jalanan yang ramai dan sibuk di pusat kota, menyediakan restroom. Di semua kota pembelian, setiap membeli minuman bisa mendapatkan buffet gratis. Fitur ini biasanya ditawarkan hanya untuk jenis makanan dingin dengan sistem kompetisi. Menurut Wellskopp (2013), Saloon digolongkan menjadi beberapa macam berdasarkan dari kelompok etnisnya, yaitu:
35
1. Irish saloon, yaitu stand-up bars dimana pilihan menyediakan wishkey dan perempuan dapat membeli whiskey dari pintu belakang (Wellskopp, 2013)
Gambar 2.27 Crown Bar Liquor Saloon – Belfast, Ireland Sumber: Skaremedia, 2015 2. German Saloon, yaitu saloon dengan pencahayaan yang sangat terang dengan pelayanan seperti restoran dalam hal menyajian makanan dan bir di atas meja. Saloon gaya Jerman lebih berorientasi pada keluarga, kemudian pelarangan di Jerman mendesak saloon hanya dibuka hari sabtu. Sama seperti di German Saloon di Illinouis atau di Chicago pada umumnya juga dilarang sampai pada saloon yang dibuka di pedesaan (Wellskopp, 2013)
Gambar 2.28 Interior German Saloon Sumber: Public Program Staff, 2012
36
Gambar 2.29 Garden beer di Mecklenburg Gardens, Cincinnati, Jerman didirikan pada 1865 Sumber: Farley, 2011 3. Kelompok etnis lain
menambahkan fitur uniknya kedalam masakan,
sedangkan kelompok etnis lain seperti Jews, Greeks, dan Italian lebih menyukai suasana yang minum yang tertutup dan jarang minum ditempat umum (Wellskopp, 2013) 4. Menurut Wellskopp (2013) saloon yang berkembang di Amerika mengadaptasi dari beberapa tipe saloon yang berasal dari beberapa negara, yaitu mengadaptasi dari German Brewer. German Brewer dianggap memiliki andil besar dalam terwujudnya saloon culture, kemudian mengadaptasi dari tradisi British dan Irish yang meminum beer dan hard liquor sambil berdiri di area bar yang panjang dan hanya diperuntukkan untuk pelanggan laki-laki. Selain itu, bar di Amerika juga mengadaptasi gaya beer garden (meminum bir di area terbuka) tapi dalam versi yang lebih kecil. Saloon di Amerika juga menyediakan fasilitas hiburan dengan tujuan untuk menyebarluaskan budaya minum bir yang berbeda di Amerika. Menurut Starr (1992), mayoritas orang Amerika berpendapat bahwa bangunan false front merupakan bangunan yang di bangun pada awal abad ke-19 dan merupakan salah satu bangunan awal pada sejarah arsitektur Amerika. Bangunan false front dicirikan dengan bangunan yang dibangun dengan kayu solid kasar dan tents. False front dibangun karena mudah dibangun serta biayanya murah. Tembok rendah yang lebar juga merupakan identitas false front. Bangunan false front banyak dibangun hampir di seluruh Amerika pada awal abad ke 19. False front disebutkan merepresentasikan harapan pedagang ataupun orang yang membangunnya.
37
Fakta sejarah false front tersebut mungkin merupakan salah satu alasan mengapa set designer Hollywood membangun set bangunan false front sebagai simbol arsitektur Amerika. Pada setting film barat abad 19, setting lokasi merupakan bangunan false front dengan dekorasi struktur ornamen gaya Victoria. Bangunan tersebut dibangun dengan konstruksi seadanya. Berikut merupakan gambar contoh American saloon yang dibangun di kota padat penduduk dengan bentuk bangunan false front:
Gambar 2.30 Tampak samping architectural drawing of the Western Village theme park (Las Vegas), saloon and gaming parlor, exterior elevations, 1947 Sumber: Stadelman, 1947
Gambar 2.31 Tampak belakang architectural drawing of the Western Village theme park (Las Vegas), saloon and gaming parlor, exterior elevations, 1947 Sumber: Stadelman, 1947
38
Gambar 2.32 Tampak samping architectural drawing of the Western Village theme park (Las Vegas), saloon and gaming parlor, exterior elevations, 1947 Sumber: Stadelman, 1947
Gambar 2.33 Tampak depan dan architectural drawing of the Western Village theme park (Las Vegas), saloon and gaming parlor, exterior elevations, 1947 Sumber: Stadelman, 1947
39
(a)
(b) Gambar 2.34 (a) Floor plan lantai 1 (b) Floor plan lantai 2 architectural drawing of the Western Village theme park (Las Vegas), saloon and gaming parlor, exterior elevations, 1947 Sumber: Stadelman, 1947
40
Gambar 2.35 Postcard showing the saloon in the Golden Nugget, (Las Vegas), after 1946 Sumber: Wright, 1956
Gambar 2.36 Postcard showing the interior of the Golden Nugget Gambling Hall (Las Vegas), after 1946 Sumber: Wright, 1956
41
D. Interior Sistem Dalam perancangan desain interior harus memperhatikan faktor fungsi serta penataan yang tepat sehingga dapat menghasilkan desain yang dapat memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi penggunanya. Perancangan bangunan juga harus memperhatikan interior sistem yang menunjang fungsi, kenyamanan
dan
keselamatan
penggunannya.
Berikut
merupakan
pertimbangan interior sistem yang digunakan: 1. Sistem Penghawaan Pada perancangan Pusat Es Krim di Surakarta menggunakan penghawaan alami dan penghawaan buatan. Penghawaan alami digunakan pada bagian outdoor cafe, sedangkan penghawaan buatan digunakan pada area dengan ruang yang tertutup. Menurut Tanggoro (2004), kriteria udara yang nyaman adalah udara dengan kecepatan tidak boleh lebih dari <30ºC dan banyak mengandung oksigen. a. Penghawaan alami Letak bangunan yang berada di kota dengan polusi dan panas cenderung memberikan efek tidak nyaman bagi penggunanya. Sebagai salah satu cara mengurangi ketidaknyamanan tersebut adalah dengan membuat landscape pada area sekeliling bangunan, sehingga dapat mengurangi
tingkat
polusi
dan
meningkatkan
oksigen
yang
didapatkan dari tumbuhan. b. Penghawaan Buatan Penghawaan buatan digunakan dalam ruangan. Salah satu penghawaan buatan yang digunakan adalah AC. AC digunakan untuk kenyamanan pengguna dalam kegiatan pengguna di dalam ruang. Karena aktivitas dan kepadatan pengguna, penghawaan buatan diperlukan untuk menunjuang esfektifitas dan efisiensi kerja. Pada penghawaan buatan digunakan AC (Air Conditioner) central dan AC Window. AC Central digunakan berkaitan dengan area perancangan yang luas. Sedangkan AC window digunakan pada area tertentu seperti area toilet dan dapur karena area ini memiliki kebutuhan penghawaan yang membutuhan penghilangan bau.
42
2. Sistem Pencahayaan Pencahayaan merupakan faktor yang pokok dalam perencanaan suatu bangunan, karena apabila sistem dari pencahayaan itu kurang baik maka dapat membuat suasana bangunan/ ruangan menjadi gelap, remangremang dan terang. Oleh karena itu untuk perencanaan sistem pencahayaan ini harus disesuaikan dengan jenis bangunan/ ruangan yang akan dibuat. Sebagai contoh adalah sistem pencahayaan di mall dan di cafe, di mall sistem pencahayaannya harus terang dan dapat menerangai secara maksimal bangunan/ ruangan tersebut. Pada perancangan ini menggunakan pencahayaan alami dan buatan. a. Pencahayaan alami Pencahayaan alami diperoleh dari cahaya matahari langsung. Cahaya alami dimanfaatkan pada perancangan terutama di daerah rancangan outdoor. Pencahayaan alami (natural lighting) adalah suatu sistem pencahayaan yang menggunakan sumber cahaya alam yaitu sinar matahari. Sifat dari sistem ini hanya sementara, artinya hanya pada waktu matahari terbit hingga tenggelam, jadi tidak dapat dimanfaatkan sepanjang hari. Cahaya matahari alami yang digunakan merupakan pencahayaan alami tidak langsung. Pencahayaan alami tidak langsung didapatkan dengan memantulkan cahaya alami ke benda pematul seperti kaca, cermin, alumunium ataupun benda pemantul lain. Hal ini ditujukan untuk mengurangi silau cahaya matahari. b. Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan diaplikasikan pada bagian dalam area perancangan yang tertutup serta pada semua area pada malam hari. Pencahayaan buatan digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan cahaya pada tempat yang tidak terjangkau cahaya matahari . Selain itu, pencahayaan buatan juga digunakan sebagai elemen dekorasi pada ruangan.
43
3. Sistem Akustika Sistem Akustik (acoustics system) adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengatur tingkat kebisingan suatu bangunan/ruangan. Dalam suatu perencanaan bangunan publik sistem akustik juga salah satu faktor yang harus diperhatikan, karena apabila sistem akustik itu tidak baik ataupun tidak ada maka kita akan merasa kurang nyaman bila berada di ruangan tersebut. Sehingga segala aktifitas yang berada dalam bangunan/ruangan tersebut akan merasa terganggu. Untuk itu kita juga harus memperhatikan pula dimana letak bangunan itu berada apakah dekat jalan umum, pabrik, sekolah maupun bangunan-bangunan yang mengeluarkan suara yang bising. Sehingga kita dapat juga menyesuaikan tingkat kebisingan dari lingkungan sekitar dengan ruangan yang kita tempati. Apabila lingkungan disekitar kita terlalu ramai dan bising berarti kita harus menyesuaikan juga dengan bahan akustik yang dapat meredam suara-suara bising dari luar ruangan. Menurut tempatnya akustik dibedakan menjadi 2 jenis akustik : a. Akustik Ruang Sebagai fasilitas umum tentunya akan banyak aktivitas yang melibatkan manusia di dalamnya. Sebagai salah satu cara mengurangi kebisingan adalah dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat mengurangi bising di dalam ruangan. Selain bahan peredam bunyi, speaker juga digunakan sebagai pembuat suasana maupun sebagai sarana informasi. b. Akustik Lingkungan Akustik lingkungan merupakan salah satu hal yang penting dipertimbangkan terutama jika letak area yang dirancang berdekatan dengan jalan raya atau daerah berpolusi. Alternatif akustik lingkungan yang digunakan adalah dengan penanaman pohon. Hal ini dapat diaplikasikan misalnya dengan pembuatan landscape di sekitar bangunan.
44
4. Sistem Keamanan Sistem
pengamanan
terhadap
kegiatan
yang
berlangsung
menggunakan sistem sekuriti, CCTV ( Closed Circuit Television ) dan Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu). CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk memonitor suatu ruang melalui layar televisi atau monitor, yang menampilkan gambar dari rekaman kamera yang dipasang pada setiap sudut ruangan (biasanya tersembunyi) yang diinginkan oleh bagian keamanan. Semua kegiatan dapat dimonitor di ruang khusus. Pada sistem pengamanan terhadap fisik bangunan berupa pengamanan terhadap bahaya kebakaran. a.
Sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran adalah : 1) Sistem pendeteksi awal 2) Smoke detektor. Alat ini bekerja bila suhu mencapai 70ºC. 3) Fire alarm system. Alarm yang otomatis akan berbunyi jika ada api atau panas pada suhu 135ºC - 160ºC 4) Fire estinguisher 5) Sprinkler Penempatan titik – titik sprinkler harus disesuaikan dengan standar yang berlaku dalam kebakaran ringan. Setiap sprinkler dapat melayani luas area 10-20 m dengan ketinggian ruang 3m. Ada beberapa cara pemasangan sprinkler seperti dipasang di bawah plafon atau di pasang pada dinding. Kepala sprinkler yang dipasang dekat dinding, harus mempunyai jarak tidak boleh lebih dari 2,25 m dari dinding. 6) Hidrant Kebakaran Hidrant kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku air. Dalam usaha memadamkan kebakaran selain api faktor utama yang
harus
diperhatikan
adalah
asap.
Untuk
mancegah
mengalirnya asap kemana-mana diperlukan alat-alat seperti :
45
a) Fire damper Alat untuk menutup pipa ducting yang mengalirkan udara supaya asap dan api tidak menjalar kemana-mana. Alat ini bekerja secara otomatis, kalau terjadi kebakaran akan segera menutup pipa-pipa tersebut. b) Smoke & heat ventilating Alat
ini
dipasang
pada
daerah-daerah
yang
menghubungkan udara luar. Kalau terjadi kebakaran, asap yang timbul segera dapat mengalir keluar, sehingga para petugas pemadam kebakaran akan terhindar dari asap-asap tersebut. c) Vent & exhaust Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi menghisap asap yang akan masuk pada tangga yang akan dibuka pintunya. Dapat pula dipasang di dalam tangga, secara
otomatis
berfungsi
memasukkan
udara
untuk
memberikan tekanan pada udara di dalam ruang tangga. b.
Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia (pencurian) diterapkan dengan sekuriti, CCTV (Close Circuit Television) dan Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu).