9
BAB II KAJIAN LITERATUR
A. Minat 1. Konsep minat Minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran, atau kesengan seseorang pada suatu hal. Dengan rasa sukanya pada suatu hal tersebut, maka orang tersebut akan terdorong untuk berbuat aktif terhadap hal yang disukainya itu dengan kesadaran sendiri tanpa ada pakasaan. Karena suatu hal yang disukainya dilakukan secara aktif dan sungguhsungguh, maka tujuan yang harapkan dapata tercapai. Contohnya ada seseorang yang suka melakukan kegiatan membaca. Maka orang tersebut akan terdorong untuk melakukan kegiatan membaca dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan dan melakukannyadengan sungguh-sungguh, maka tujuan meningkatkan keberhasilan suatu hal. Tariga dkk (1990:99) mengungkapkan bahwa “ . . . . minat dapat meningkatkan keberhasilan suatu aktivitas”. Minat yang telah diungkapkan diatas, sesuai dengan hal yang diungkap oleh Slameto (1995), Taringan dkk (1990), dan Rusyana (1984). Slameto dalam Sartawi (2001:180) mengatakan “minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”. Tarigan dkk (1990:99) mengatakan “ . . . . sesuatu yang
10
menarik minat menimbulkan dorongan yang kuat untuk melakukan aktivitas itu akan berhasil mencapai tujuannya . . . .” Sedangkan Bunanta (2004:192) mengungkapkan bahwa “ . . . . minat dimaksudkan kesadaran seseorang bahwa suatu objek, orang, hal, atau keadaan mempunyai hubungan atau kepentingan baginya”. Minat dapat berkembang jika adanya motivasi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Tampubolon (1993:41) bahwa “ Minat adalah perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi”. Motivasi merupakan suatu kekuatan untuk melakukan suatu hal. Seperti yang diungkapkan oleh Makmun dalam Yuliani (2007:17) bahwa minat adalah : a. Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy), atau b. Suatau keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan atau preparatory set dalam diri individu (organism) untuk bergerak (to move, motion, motive) kea rah tujuan tertentu baik disadari maupun tidak disadari.
Sehingga seseorang yang beminat pada suatu hal, agar minat tersebut tercapai, maka harus memiliki motivasi atau kekuatan pada diri orang tersebut untuk melakukan hal yang diminatinya. Seseorang yang memiliki motivasi disebabkan karena orangtersebut memiliki kebutuhan. Begitu juga dengan minat, seseorang memiliki minat karena orang tersebut mempunyai kebutuhan pada sesuatu yang diminatinya. Wrighstone dkk dalam Nurhidayat (2006:5) menyatakan
11
bahwa ‘perkembangan minat akan senantiasa berhubungan dengan kebutuhannya’. Untuk mengetahui minat seseorang, dapat diketahui melalui apa yang dikerjakan yang mejadi minatnya, melalui kegiatannya, ketermapilannya, yang ditujukan pada hal-hal yang disukai oleh orang tersebut. Hal ini sesuai dengan definisi minat yang dikemukakan oleh Paul A. Witty, “ . . . .miant adalah cirri-ciri kenginan yang dilakukan melalui tindakan oleh seseorang individu yang dicobanya melalui objek yang dipilihnya, kegiatannya, keterampilannya, dan ditujukan pada hal-hal yang disukai”, (dalam Tarigan dkk, 1990:104) Menurut Super dan Crites dalam Tabrani Rusyan (1993:27) menafsirkan minat ke dalam empat pengertia, sebagai berikut: a. Expressed interest (minat yang diekspresikan), yaitu pernyataan senang atau tidak senang, suka atau tidak suka terhadap suatu obyek, aktivitas, tugas atau pekerjaan tertentu. b. Manifest interest (minat yang dimanifestasikan) yaitu kecenderungan untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi terhadap suatu kegiatan tertentu. kuat lemahnya minat seseorang dalam pengertian ini dapat dilihat dari frekuensi individu dalam kegiatan tertentu. c. Tested interest (minat yang diukur), yaitu kecenderungan minat individu berdasarkan hasil-hasil tes yang menggunakan alat ukur baku. d. Investoried interest (minat yang diinventarisir), yaitu kecenderungan minat individu yang diketahui melalui inventori yang memuat sejumlah pernyataan atau daftar berbagai macam kegiatan. Sementara itu Chaplin yang dikutip oleh Nurhidayat (2006:17) merumuskan minat ke dalam tiga pengertian, yaitu: ‘Pertama, sebagai suatu sikap yang menetap serta mengikat perhatian individu ke arah
12
obyek-obyek tertentu secara aktif. Kedua, perasaan yang berarti bagi individu terhadap kegiatan, pekerjaan sambilan atau obyek-obyek. Ketiga, motivasi atau kesiapan individu yang mengatur dan atau mengendalikan tingkah laku ke arah tujuan tertentu. Rumusan di atas menggambarkan bahaw setiap individu dalam kehidupannya akan cenderung memilih obyek yang menarik dan mengendalikannya untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini juga dilandasi oleh pemikiran bahwa setiap jenis minat berfungsi memenuhi kebutuhan oleh karena itu kuat kebutuhan yang dipenuhi makin besar dan tahan lama minat yang timbul. Depdikbud juga mengutarakan pengertian minat (1990:583) sebagai berikut: “kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah atau keinginan”. Dari definisi diatas jelaslah bahwa minat harus berkaitkan dengan reaksi sadar seperti diutrakan oleh Whiterington (1978:124) minat adalah : Sebagai kesadaran individu bahwa suatu objek (seseorang, masalah, atau suatu situasi) mempunyai sangkut paut dengan dirinya. Minat harus dipandang sebagai reaksi sadar, kalau tidak demikian minat tidak mempunyai arti sama sekali. Jika individu memiliki minat terhadap satu objek itu dalam suatu cara ada sangkut pautnya dengan dirinya. Minat menurut Slameto (1988:182), adalah : “suasana rasa lebih dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”. Memperhatikan pendapat tersebut, tersirat makna bahwa minat akan menyebabkan keterkaitan antara diri dengan sesuatu ang ada di luar dirinya. Seseorang yang menaruh minat terhadap suatu objek, baik orang
13
maupun atau situasi, berarti terdapat kesadaran dalam diri orang tersebut bahwa objek tersebut bersangkut paut dengan dirinya. Minat seseorang terhadap suatu objek tertentu yang berada di luar dirinya, dapat dinyatakan dengan ungkapan perasaan senang, perhatian yang besar terhadap suatu objek tadi, serta dapat pula dimanifestasikan melalui keikutsertaannya dalam aktivitas. Oleh sebab itu minat dapat pula dikatakan sebagai kecenderungan untuk merasa tertarik pada bidangbidang tertentu serta dirinya merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut. Hal ini dikatakan oleh Wayan Nurkencana (1982:229) dengan mengutip pendapat Doyleas Fryer, bahwa : “minat atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktivitas yang mengstimulir perasaan senang pada individu”. Berdasarkan pendapat di atas, maka jika seseorang menaruh minat terhadap suatu objek atau aktivitas, serta merasa senang berkecimpung di dalamnya. Dari asumsi di atas, kiranya dapat diperoleh gambaran tentang maksud atau pengertian minat. Minat merupakan suatu gejala psikis atau kejiwaan yang berkaitan dengan objek yang berada di luar diri individu, baik orang, maupun situasi tertentu, yang menimbulkan kesadaran adanya keterkaitan antara individu tersebut dengan objek tadi. Minat terhadap sesuatu dapat diungkapkan dengan perasaan senang, pemberian perhatian yang besar, serta partisipasi dalam suatu aktivitas. Begitu juga seorang anak yang berminat pada kegiatan membaca cenderung akan meningkatkan perhatian dan aktivitasnya, karena ia
14
mendapatkan jawaban dari rasa ingin tahunya (kebutuhan) yang pada gilirannya memberikan kepuasan bagi dirinya dan pada akhirnya minat tersebut tertanam kuat dalam diri anak. Hurlock (1999:166-167) mengemukakan bahwa efek minat pada masa akhir kanak-kanak sangat berpengaruh pada perkembangan minat selanjutnya, hal tersebut diterangkan sebagai berikut : Pertama, minat mempengaruhi bentuk dan intensitas cita-cita. Kedua, minat berfungsi sebagai tenaga pendorong yang kuat. Ketiga¸ prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat seseorang. Keempat, minat yang dibentuk dalam masa kanak-kanak sering kali menjadi minat seumur hidup, karena minat menimbulkan kepuasan. Dari berbagai pengertian yang dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa minat adalah kecenderungan individu untuk merasa tertarik pada obyek tertentu yang diekspresikan dengan perasaan senang. Dengan perasaan senang dan tertarik itu pada gilirannya individu akan memusatkan perhatian dan meningkatkan aktivitasnya. Di samping itu dengan adanya minat dapat menghasilkan penghargaan dan penerimaan yang positif terhadap kegiatannya itu. 2. Perkembangan Minat Minat merupakan faktor yang dipelajari karena minat dapat berubah dan berkembang bergantung pada kesempatan belajar. Pernyataan tersebut sejalan dengan dikemukakan oleh Crow & Crow dalam S.P. Sukartini (1986:64) yang mengemukakan bahwa ‘minat individu terbentuk dan
15
sangat
dipengaruhi
oleh
pertumbuhan,
kematangan,
belajar
dan
pengalamannya.’ Dilihat dari pernyataan di atas fase perkembangan minat terjadi secara bertingkat mengikuti masa perkembangan dan kematangan yang dilalui individu yaitu sejak masa bayi hingga dewasa. Adapun prosesnya dimulai dari berpusat pada diri sendiri, hal-hal yang menjadi obyeknya, kemudian berpusat pada orang lain dan obyek-obyek dalam lingkungannya. Pada setiap fase perkembangan tersebut terdapat pertambahan obyek minat dan semakin menuju dewasa sifat minat cenderung lebih stabil, sekalipun kemungkinan
terjadi
perubahan.
Rumusan
tersebut
mengandung
pengertian bahwa pada dasarnya minat bersifat dinamis yakni minat akan berubah sepanjang garis kehidupan individu. Dalam kalimat yang hampir senada Harris (1950) dan Garrison (1952) yang dikutip oleh S.P. Sukartini (1986:63) menyatakan bahwa ‘perkembangan minat sejajar dengan perkembangan fisik dan mental, dalam hal ini perubahan fisik dan mental sebagai konsekuensi adanya pertumbuhan dan akan diikuti pula oleh perubahan pada minatnya’. Hurlock dalam bukunya (1999:126) mengemukakan bahwa “dilihat dari kebutuhan individu, minat mulai berkembang dari kebutuhan fisik, kemudian kebutuhan sosial, mental dan spiritual”. Pada prinsipnya rumusan di atas senada dengan yang diungkapkan oleh Wirghstone dkk (Agus Mulyadi, 1995:5) bahwa ‘perkembangan minat akan senantiasa berhubungan dengan kebutuhannya’. Hal ini
16
mengandung pengertian bahwa minat berkembang dan berubah sejalan dengan fase perkembangan individu. Menurut Ginzberg (Aceng Hidayat 2004:16) perubahan minat dapat terjadi karena : a. Minat individu tersebut tidak menuju ke arah yang diinginkannya. b. Minat individu tersebut tidak sesuai lagi dengan prinsip dan konsep dirinya. c. Minat tersebut tidak lagi memberikan kepuasan. Selain itu Ginzberg (Wahyu Widaya, 1990:22) menunjukkan bahwa perkembangan minat mengalami beberapa tahap yaitu : (1) Sebelum umur sebelas tahun, minat seseorang cenderung tidak stabil; (2) Pada umur 1117 tahun minat seseorang mulai terarah dan bersifat tentative; (3) sesudah umur 17 tahun, minat orang itu mulai menjadi stabil dan realistik. Adapun Presey (Wahyu Widaya, 1990:22) mengemukakan bahwa perkembangan minat mengikuti pola sebagai berikut: (1) Minat orang dewasa, yang berumur 18-25 tahun, lebih terarah keapda kejuruan dan kehidupan keluarga; (2) Minat orang yang berumur antara 35-55 tahun lebih terarah kepada kebutuhan sosial dan kesehatan. Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan minat di atas dapat diambil
kesimpulan
bahwa
minat
yang
dimiliki
individu
perkembangannya seiring atau sejalan dengan gase perkembangan dan kebutuhan individu sebagai hasil dari belajar dari pengalaman dan pengkondisian lingkungan.
17
Begitu juga dengan minat belajar seorang anak yang dikembangkan sangat mempengaruhi perilaku anak untuk minat memabca dan mencintai ilmu pengetahuan saat ini dan masa berikutnya. Selain itu intervensi lingkungan memberikan pengaruh pada kemampuan dan pengalaman anak dalam menumbuhkan minat membaca, sehingga kebutuhan akan rasa ingin tahunya terpenuhi. 3. Jenis-jenis minat Sukardi (1988:238-239) mengklasifikasikan minat ke dalam 10 kelompok, yaitu: -
Minat terhadap alam sekitar, yaitu yang berhubungan dengan alam, binatang dan tumbuhan.
-
Minat mekanis yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan mesin adalah alat teknik.
-
Minat hitung menghitung, yaitu minat yang berhubungan dengan jabatan yang menumbuhkan perhitungan.
-
Minat terhadap ilmu pengetahuan yaitu minat untuk menemukan faktafakta baru dan pemecahan masalah.
-
Minat persuasif, yaitu pada pekerjaan yang berhubungan untuk mempengaruhi orang lain.
-
Minat seni, yaitu minat terhadap kesenian, kerajinan dan kreasi tangan.
-
Minat literatur, yaitu minat yang berhubungan dengan membaca dan menulis.
-
Minat musikal, yaitu minat yang berhubungan dengan dunia musik.
18
-
Minat layanan sosial, yaitu yang berhubungan dengan pekerjaan administraif. Sedangkan Hurlock (Meitasari, 1990:216) mengklasifikasikan minat
sebagai berikut: -
Minat rekreasi. Selama masa-masa remaja, seseorang cenderung menghentikan
aktivitas
rekreasinya.
Yang
menuntut
banyak
pengorbanan tenaga dan berhenti dari perkembangan kesukaan akan rekrasi yang di dalamnya bertindak sebagai pengamat pasif. -
Minat sosial adalah minat yang bersifat sosial bergantung pada kesempatan yang diperoleh oleh individu untuk mengembangkan minat tersebut dan pada kepopulerannya dalam kelompok.
-
Minat-minat pribadi merupakan minat yang terkuat di kalangan kaula muda. Adapun sebab-sebabnya mereka sadar bahwa dukungan sosial sangat besar dipengaruhi oleh penampilan diri dan mengetahui bahwa kelompok sosial menilai dirinya berdasarkan benda-benda yang dimilikinya, kemandirian, sekolah, keanggotaan sosial dan banyak uangnya yang dibelanjakan.
-
Minat pendidikan. Pada umumnya remaja suka mengeluh tentang sekolah dan tentang larangan-larangan, pekerjaan rumah, kursuskursus wajib, makanan di kantin dan cara pengelola sekolah. Mereka bersikap kritis terhadap guru-guru dan cara guru mengajar. Pada dasarnya minat remaja pada pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada pekerjaan.
19
-
Minat pada pekerjaan. Pad akhir masa remaja, minat pada karir sering kali menjadi sumber pikiran, karena pada saat remaja belajar membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan.
-
Minat pada agama. Remaja masa kini kurang menaruh minat pada agama, mereka menganggap bahwa minat agama terlalu mengekang kehidupannya. Tapi banyak juga remaja yang menganggap bahwa agama itu penting bagi kehidupan. Minat pada agamat tampak dengan membahas masalah-masalah agama, mengikuti pelajaran agama di sekolah dan perguruan tinggi, mengunjungi mesjid dan gereja dan mengikuti berbagai upacara keagamaan.
-
Minat pada status dan simbol. Status sosial merupakan simbol prestise yang menunjukkan bahwa orang yang memilikinya lebih tinggi akan mempengaruhi
status
sosial
yang
lebih
tinggi
pula
dalam
kelompoknya. 4. Ciri-ciri Minat Anak Pada setiap tingkatan usia memiliki ciri minat yang berbeda, pada masa anak. Pada masa anak, minat memiliki peran penting dalam kehidupannya dan mempunyai dampak besar terhadap perilaku dan sikapnya sepanjang masa anak, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar, karena minat mempengaruhi bentuk dan intensitas operasi anak. Disamping itu minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuninya (Hurlock, 1999:144 dan 116) setiap minat yang tumbuh
20
pada diri anak akan memberikan kepuasan pada suatu kebutuhan dalam kehidupan anak. Hal ini disebabkan semakin kuat kebutuhan maka semakin kuat dan bertahan minat tersebut serta semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan, maka semakin kuatlah minat tersebut. Adapun ciri penting dari minat anak menurut Hurlock (1999:115), sebagai berikut: Minat Tumbuh Bersama dengan Perkembangan Fisik dan Mental Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih stabil. Anak yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada teman sebayanya. Mereka yang lambat matang menghadapi masalah sosial karena minat mereka minat anak, sedangkan teman sebaya minat remaja. Minat Bertanggung pada Kesiapan Belajar Anak-anak tidak akan mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental. Sebagai contoh, mereka tidak dapat mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk permainan bola sampai mereka memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang diperlukan untuk permainan bola tersebut. Minat Bergantung pada Kesempatan Belajar Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak. Karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah, minat
21
mereka “tumbuh dari rumah”. Dengan bertamabah luasnya lingkungan sosial, mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal. Minat Dipengaruhi Pengaruh Budaya Anak-anak mendapatkan kesempatan dari orangtua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya mereka dianggap minat yang sesuai dengan mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya mereka. Minat Berbobot Emosional Bobot emosional-aspek afektif-dari minat menenutkan kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat, dan bobot emosional yang menyenangkan memperkuat minat. Minat itu Egosentris Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris. Misalnya, minat anak laki-laki pada matematik, sering berlandaskan keyakinan
bahwa
kepandaian di bidang matematika di sekolah akan merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi di dunia usaha. Perkembangan Minat mungkin Terbatas Ketidak mapuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas membatasi minat anak anak. Anak yang cacat fisik misalnya tidak
22
mungkin mempunyai minat yang sama pada olah raga seperti teman sebayanya yang perkembangan fisiknya normal. 5. Indicator dan jenis-jenis minat Berdasarkan pendapat Hurlock, (sukartini dalam Aceng Hidayat, 2004 :16) mengemukakan bahwa untuk mengetahui minat seserang dapat dilakukan dengan memperhatikan, apa yang dibaca, ditanya dan yang dibicarakannya, dan apa yang ia gambar/lukis secara spontan. Atas konsep tadi sukartini dalam aceng hidayat (2004 :16) mengemukakan analisis ini dapat dilakukan terhadap beberapa hal yaitu : (1) keinginan untuk mengetahui atau memiliki sesuatu, (2) objek-objek atau kegiatan-kegiatan yang disenangin, (3) jenis kegiatan untuk mencapai hal yang disenangi, (4) usaha-usaha untuk merealisasikan keinginan atau rasa senang terhadap sesuatu. Moh. Surya (dalam Sugiharti, 1991 :10) menyatakan, ada tiga jenis minat yang berkaitan kedudukannya dengan proses belajar yaitu : (1) minat yang timbul pada diri anak tanpa pengaruh luar atau disebut dengan minat volunteer, (2) minat in volunteer merupakan minat yang tumbtuhh dalam dir anak dengan pengaruh situasi yang siciptakan oleh guru, (3) minat non volunteer yaitu minat yang ditimbulkan dari dalam diri anak secara dipaksa adalah diharuskan. Ada beberapa cara untuk mengukur minat menurut sukartini dalam aceng hidayat (2004 :17) yaitu
23
a. Tanya jawab Tanya jawab merupakan cara yang paling sederhana dilakukan dengan menanyai subjek tentang yang disenanginya. Oleh karena itu ada kemungkinan jawaban-jawaban yang diharapkan kurang sempurna, sehingga kurang memberikan gambaran yang sebenarnya tentang minat yang bersangkutan. Mungkin disebabkan mengemukakan rasa senang terhadap objek atau kegiatan adalah sifatnya sementara atau sesaat. b. Observasi Observasi adalah aktifitas pengamatan yang dilakukan melalui penlihatan, penciuman, pendengaran, dan pengecap. Pengamatan dapat dilakukan langsung dengan yang diobservasi tanpa diketahui bahwa ia sedang diobservasi c. Tes Dalam tes subjek diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdiri
dari
beberapa
kegiatan
atau
situasi.
Sujek
diminta
mengemukakan perasaan yang dirasakannya, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju atau cara-cara pertanyaan lainnya.
B. Membaca 1. Pengertian membaca Membaca merupakan salah satu upaya individu dalam memenuhi kebutuhan mengenai suatu informasi karena pada dasarnya setiap individu
24
mempunyai dorongan untuk selalu ingin tahu. Dengan rasa ingin tahunya itu individu berusaha memenuhinya melalui kegiatan membaca. Kegiatan membaca adalah kegiatan yang melibatkan banyak hal berkaitan dengan potensi individu, karena membaca melibatkan to think (berpikir), to feel (merasakan), dan juga to act (bertindak melaksanakan apa yang dianjurkan oleh sebuah buku) (Hernowo, 2003:53). Sedangkan menurut Henry Guntur Tarigan (1979:11) keterampilan membaca pada hakekatnya merupakan keterampilan intelektual yaitu keterampilan formal dalam hal ini kata-kata sebagai bunyi dengan makna yang dihubungkan oleh kata-kata tersebut. Rumusan ini mengandung pengertian
bahwa
membaca
merupakan
proses
berpikir
dalam
menghubungkan kata-kata dan mengambil makna dari hubungan kata tersebut. Dalam Tampubolon (1992:62) mengungkapkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan fisik dan mental. Dikatakan kegiatan fisik karena bagian-bagian tubuh khususnya mata yang melakukannya. Membaca adalah bagian paling penting dalam proses pendidikan. Kita mendapat ilmu pengetahuan dari membaca buku. Kita memperoleh informasi dalam ilmu apapun yang kita inginkan melalui kegiatan membaca buku. Kegiatan membaca buku dianggap memiliki nilai lebih dibandingkan dengan kegiatan lain seperti menonton televisi da internet dan lain sebagainya. Khususnya dalam hal memperoleh informasi dengan membaca cukup kita dapat memproleh informasi dengan mudah dan
25
murah, sedangkan media lain membutuhkan biaya yang lebih mahal dari pada membaca buku. Dengan membaca sekarang mendapatkan berbagai macam pengetahuan yang dapat digunakan dalam kehidupannya hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Rusyana (1984:190) ‘kemampuan membaca sangat penting pemeliharaan dan pengembangan kehidupan suatu masyarakat baik sebagai perseorangan maupun sebagai bangsa agar suatu masyarakat dapat bertahan di muka bumi“. Soepartinah Pakasi (1980:9) mengungkapkan pentingnya membaca . . . . dengan mambaca ia dapat memperleh pengetahuan membentuk pengertian-pengertian mengembangkan daya pikir memperoleh sikap hidup yang baik untuk menjadi warga Negara yang berguna begi masyarakat dan Negara.
Suhendar dan Supinah (1992:4) menjelaskan bahwa “hakikat membaca adalah suatu proses menggali keseluruhan makna isi bacaan melalui proses berfikir dan bernalar. Selain menggali makna yang terkandung dari isi bacaan kegiatan membaca juga harus bisa membuat seseorang mampu menerapkan isi becaan tersebut dikehidupannya sehari-hari. Suhendar dan Supinah (1992:3) menjelaskan bahwa : Dalam proses membaca ini trlibat aspek-aspek berfikir seperti mengingat, memahami, membandingkan, membedakan, menemukan,m menganalisis, mengorganisasi dan pada akihirnya meerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan.
26
Dari uraian diatas, maka merupakan suatu kegiatan yang kompleks dan rumitTarigan (1990) mengungkapakan ‘ kita harus menyadari dan memahami bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompeks, rumit, dan mencakup keterampilan yang lebih kecil (dalam Asep Saepurokhman, 2002:6) Membaca merupakan kegiatan mental. Dikatakan kegiatan mental karena bagian-bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan terlibat di dalamnya. Sementara itu M. Surya (Siti Aisah, 1999:18) mengungkapkan rumusannya bahwa: Membaca merupakan suatu alat untuk mencapai tugas-tugas perkembangan karena membaca banyak memberikan pengetahuan. Kesenangan estetis dan memberikan bermacam-macam pengalaman yang terus-meners. Melalui membaca mereka bisa memuaskan dirinya. Dengan mengidentifikasikan dirinya dengan pelaku-pelaku dalam bacaan itu. Rumusan itu di atas mengandung makna bahwa kemampuan membaca terkait erat dengan kemampuan berbahasa karena membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Karena membaca dapat membantu perkembangan berbahasa pada masa kanak-kanak. Membaca bagi anak dapat meningkatkan daya penalaran yang tinggi, menumbuhkan sikap positif dan memberikan keterampilan agar dapat bekerja mandiri. Setiap individu yang melakukan aktivitas membaca pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa (Henry Guntur Tarigan, 1979:7) senada dengan
pendapat
tersebut
Nana
Syaodih
(Sartawi,
2001:26)
27
mengungkapkan bahwa membaca adalah uapya menangkap konsepkonsep orang lain melalui lambang-lambang tulisan. Dalam kalimat yang hampir sama, Bram & Dickey yang dikutip oleh Paul O Houwitan (1997:4) berpendapat bahwa membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan berupa penerjemahan simbol adalah huruf ke dalam kata dan kalimat yang memiliki makna bagi seseorang. Membaca bukanlah suatu keterampilan yang begitu saja bisa dibentuk pada diri seseorang. Keterampilan membaca peerlu dipelajari, lalu dipraktekkan, dan setiap hari harus terus dilatih, sehingga keterampilan membacanya semakin baik. Bahan bacaan yang dibaca tentunya harus berbagai macam dan bermanfaat bagi kehidupan, sehingga dari hasil kegiatan membaca tersebut menghasilkan perubahan menjadi lebih baik. Dari pengertian di atas memberikan gamabran yang jelas bahwa membaca merupakan usaha memetik serta memahami atau makna yang terkandung di dalam bahasa tulisan. Di samping itu melalui membaca kita berusaha menyelami pikiran orang lain dan menambah pemikiran serta pengalaman orang lain ke dalam pemikiran dan pengalaman kita. Adapun
Didin
Hafiduddin
dalam
Percikan
Iman
(2000:17)
mengemukakan bahwa membaca memiliki dua pengertian yaitu pengertian khusus dan pengertian luas. Membaca menurut pengertian khusus yakni aktivitas membaca tulisan, misalnya membaca buku, majalah, Al-Qur’an.
28
Sedangkan menurut pengertian luas yakni membaca fenomena alam, fenomena sosial, dan membaca diri melalui proses muhasabah. Berdasarkan beberapa uraian tentang pengertian mambaca di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa membaca merupakan usaha individu dalam memenuhi kebutuhan dan rasa ingin tahu akan informasi agar ia dapat mengenal diri, lingkungannya dan penciptanya. Begitu juga dengan seorang anak, melalui membaca mereka akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan
yang dapat membantu tugas-tugas
perkembangannya secara optimal, sehingga ia dpat mengenali siapa dirinya dan penciptanya. 2. Perkembangan Membaca Perkembangan membaca pada setiap anak memiliki irama yang berbeda-beda seiring dengan perkembangan bahasa dan pikirannya. Ada anak yang mulai belajar membaca sejak dini, dan ada anak yang terlambat. Menurut Tampubolon (1992:113) secara umum perkembangan membaca anak dan bahan bacaan anak dapat dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu jenjang pemula (0;0-5;0 th), jenjang belajar membaca (5;0-8;0 th), jenjang lancar membaca (8;0-11;0 th), jenjang membaca lanjut (11;0-seterusnya). Sedangkan menurut Daan Tulalesy (1999:4) bahwa dilihat dari tingkatan usia, membaca dibedakan sebagai berikut: a. Membaca permulaan (beginning reading) disingkat MP. Membaca permulaan ini dimulai dari kelas I sampai kelas III SD. Yang diutamakan dalam MP adala pengembangan unsur-unsur fisiologis, baik alat-alat biologis maupun bentuk-bentuk grafis. Latihan fisologis ini dilakukan seperti mata dilatih untuk bergerak secara
29
teratur, cepat dan tepat menangkap tiap huruf, kata, dan kalimat. Latihan grafis dipusatkan tiap huruf, kata, dan kalimat serta pelafalan dan intonasinya. Latihan psikologis yaitu latihan dasar berpikir. b. Membaca Lanjut (Intermediate reading) disingkap ML yang berlaku di kelas IV, V, dan VI SD disebut juga membaca lancar. Disini latihan kecepatan dan ketepatan baca diutamakan dengan tingkat penguasaan ini di atas 70%. c. Membaca Mahir (advanced reading) disingkat MM yang berlaku untuk SLTP kelas I ke atas. Di awal MM ini para peserta didik diberi latihan pemantapan kecepatan dan komprehensif. Bahasa bacaan adalah suatu fungsi otak, sama seperti bahasa lisan yang juga merupakan fungsi otak (Doman, 1998:91). Membaca sangat berbeda pengertiannya dengan mengeja. Selama ini yang dipelajari di sekolah bukanlah belajar membaca tetapi belajar mengeja. Sebagaimana Doman (1998:91) menyatakan tentang perbedaan memabca dan mengeja yaitu : Membaca adalah suatu pekerjaan yang dilakukan otak, sedangkan mengeja adalah suatu mata pelajaran mengenai kaidah-kaidah tertentu yang diciptakan manusia agar memabca dan menulis itu menjadi teratur. Jika Guru mengajar mengeja, dia menyampaikan fakta-fakta dari dunia ilmu pengetahuan yang telah dikumpulkan manusia. ketika seorang anak membaca, otaknya tidak bekerja untuk merumuskan bagaimana sebuah kata dibentuk. Otak anak itu sedang menafsirkan apa yang disiratkan oleh penulisnya. Jeane S. Chall (Muktiono, 2003:24) menggolongkan perkembangan membaca sesuai dengan tingkat usia dan pengalaman pendidikannya sehingga orang tua atau orang dewasa lain dapat mengetahui kemampuan membaca anak dan sampai sejauh mana kemampuan tersebut bisa dikembangkan. Ia mengemukakan bahwa anak usia dini (6 tahun ke bawah) berada pada tingkat 0 yaitu pre-reading dan pseudo reading; Pada tingkat ini anak biasanya “berpura-pura” memabca, mengulang cerita
30
ketika melihat halaman-halaman sebuah buku yang sudah pernah dibacakan untuknya dan secara meningkat anak menyebut nama hurufhuruf, mengenal beberapa tanda dan nama mereka. Bahkan pada situasi tertentu, anak dapat melebihi kemampuan perkembangannya. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa anak yang diajarkan membaca sejak usia dini ternyata menjadi unggul di kemudian hari sebelum ada tes yang menyatakan bahwa anak tersebut memiliki bakat unggul. Hal ini sangat berkaitan dengan fungsi reseptif manusia. Semakin dirangsang fungsi ini maka akan semakin tinggi prestasi yang dapat diraih apalagi jika ditambah dengan fasilitas yang memadai. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan membaca anak terakit erat dengan
perkembangan
fisik
dan
mentalnya
karena
setiap
fase
perkembangan membaca anak dituntut menguasai keterampilan pada fase perkembangan yang sedang dilaluinya. 3. Tujuan dan fungsi membaca a. Tujuan Membaca Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan (Henry Guntur Tarigan, 1997:9). Beberapa tujuan dari membaca diantaranya: 1) membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta;
2)
membaca
untuk
memperoleh
ide-ide
utama;
3) membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita; 4) membaca untuk menyimpulkan atau inferensi.
31
Kemampuan
membaca
sangat
diperlukan
untuk
kemjuan
seseorang, bahkan kemajuan suatu bangsa. Karena membaca memiliki banyak manfaat yang dapat membuat seseorang bahkan suatu Negara dapat meraih kesuksesan. Karena begitu banyak menfaat yang diperoleh dengan membaca. Dalam Al-Quran kata Iqra’ (bacalah) tidak akan diletakkan Allh SWT pada awal kalimat perintahnya yang pertama jika mekna yang dikandungnya itu tidak sedemikian pentingnya. Sebenarnya tujuan utama membaca adalah memperoleh informasi yang dibutuhkan. Suhendar dan supinah (1992:20) ‘ tujuan utama membaca adalah untuk mencari dan memperoleh informasi”. Sedangkan menurut Tarigan dkk (1990:32) “. . . . tujuan membaca adalah mencari serta memperoleh informasi, mencaup isi dan memahami makna bacaan”. Waples (1967) mengatakan tujuan membaca adalah : 1. Mendapat alat tertentu (instrumental effect), yaitu membaca untuk tujuan memperoleh tujuan yang bersifat praktis 2. Mendapat hasil yang berupa prestise (prestige effect), yaitu membaca dengan tujuan ingin mendapat lebih (self image) dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya 3. Memperkuat nilai – nilai pribadi atau keyakinan 4. Mengganti penyalaman estetik yang sudah using 5. Membaca untuk menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit tertentu. (Nurhadi, 1987:136, dalam Yuliani 2006:242)
32
Adapun menurut Paul Ohouwitan (1997:4) tujuan umum mebaca ialah untuk mendapatkan informasi baru. Dalam kenyataannya terdapat tiga tujuan yang lebih khusus, yakni: 1. Membaca untuk kesenangan (iseng-iseng saja). Termasuk dalam kategori ini misalnya membaca novel, surat kabar, majalah, dan komuik. Kegiatan ini diberi nama sebagai reading for pleasure atau bacaan yang dijadikan obyek kesenangan. 2. Membaca untuk meningkatkan pengetahuan, seperti pada membaca buku-buku pelajaran. Kegiatan ini dinamai sebagai reading for intellectual profit. 3. Membaca untuk dapat melakukan suatu pekerjaan, misalnya para mekanik perlu membaca buku-buku petunjuk, ibu-ibu membaca buklet resep memasak makanan tertentu, membaca prosedur kerja dari suatu sistem dan lain-lain. Kegiatan ini dinamakan reading for work. Menurut Irawan dan Meinanda (1981:63), fungsi membaca adalah: 1. Untuk mengurangi ketegangan mengenai sutau kejadian 2. Sebagai alat untuk mengetahui sesuatu 3. Kepuasan diri b. Manfaat Membaca Nilai dan kegunaan kompetensi membaca dalam kehidupan seharihari menurut Daan Tulalessy (1999:4) diataranya: 1. Membaca untuk memahami bahasa. Kegunaan ini pada umumnya berlaku dalam dunia pembelajaran bahasa. 2. Membaca untuk mendapatkan informasi memandu kehidupan manusia (life by information) 3. Membaca telaah atau membaca kaji yaitu membaca dengan motivasi studi akademik atau kepentingan kritik. 4. Membaca untuk mendapatkan kesenangan. Adapun dalam Puspita (2009:29), manfaat membaca adalah: 1. Membaca menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan sintaksis. Selain itu membaca memperkenalkan
33
pada banyak
ungkapan
kreatif,
dan
dengan
demikian
mempertajam kepekaan linguistik dan kemampuan menyatakan perasaan. 2. Banyak
membaca
buku
dan
artikel
mengajak
untuk
berintropeksi dan melontarkan pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan dan hubungan individu dengan individu lainnya. 3. Membaca memicu imajinasi. Karena dengan membaca buku mengajak untuk membayangkan dunia beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian, lokasi dan karakternya.
C. Minat membaca Berdasarkan pada uraian tentang konsep minat dan membaca, maka yang dimaksud dengan minat membaca yaitu ketertarikan (kecenderungan hati) individu pada membaca yang menimbulkan dorongan untuk mencari dan aktif melalui kegiatan membaca. Dikatakan mencari yakni individu berusaha merealisasikan keinginan atau rasa senangnya terhadap membaca melalui kegiatan mengunjungi tempat sumber bacaan, meminjam sumber bacaan, dan membeli sumber bacaan. Dikatakan aktif yakni adanya peningkatan perhatian individu pada obyek minatnya (membaca). Peningkatan perhatian tersebut dapat dilihat dari frekuensi membaca, durasi membaca, ragam bacaan, kegiatan mengisi waktu luang, banyaknya sumber bacaan yang dibaca, dimiliki dan pinjam.
34
1. Pengertian minat membaca Berbagai tokoh mengungkapkan tentang minat membaca. Menurut tampubolon (1990:244), “minat membaca adalah keinginan, kemauan, dan motivasi untuk membaca”. Sedangkan menurut Duppuis dalam Yuliani (2007), ‘minat baca adalah sesuatu yang disukai atau sesuatu yang tidak disukai’ (dalam saepurokhman 2002:32) 2. Kedudukan minat dalam membaca Agar seseorang memiliki kemampuan membaca, maka orang tersebut harus memiliki minat terhadap membaca. Tarigan dkk (1990:107) “ . . . . minat sangat memegang peranan penting dalam menetukan langkah yang akan kita kerjakan walaupun motivasinya sangat kuat, tetapi jika minat tidak ada tentu kita tidak akan melakukan sesuatu yang dimotivasikan pada kita”. Begitu juga dengan kedudukan minat dalam membaca. Minat menduduki tingkat teratas pada kegiatan membaca. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh tarigan dkk (1990:107), “ . . . . kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat teratas, karena tanpa minat seseorang sukar akan melakukan kegiatan membaca”. Membaca merupakan proses berpikir, membaca merupakan proses setutup usia, membaca mempunyai kedudukan utama dalam semua mata ajar sekolah, membaca harus mempunyai tujuan tertentu, dan pertumbuhan serta perkembangan membaca itu dipengaruhi oleh banyak faktor.
35
Kegiatan membaca membuktikan fungsinya sebagai suatu keterampilan dasar dalam kehidupan masyarakat, dengan kemampuan membaca yang dimiliij anak akan berhasil disekolah dan dalam kehidupan selanjutnya dalam masyarakat. 3. Indikator minat membaca a. Keinginan untuk mengetahui bacaan atau memiliki buku bacaan b. Objek-objek atau kegiatan yang diminati c. Usaha-usaha untuk meralisasikan keinginan atau rasa senang terhadap membaca Seseorang yang memiliki minat membaca, akan melakukan tindakan yang berkaitan dengan membaca. Tindakan – tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Adanya dorongan bahan bacaan dari dalam diri berupa keinginan untuk memiki, membaca, membeli, dan meminjam bahan bacaan 2. Selalu mencari bahan bacaan yang diminati, dengan tempat dimanapun walau jaraknya jauh 3. Berusaha untuk memilki bahan bacaan, kalaupun tidak mempu membeli maka akan berusaha untuk meminjam bahan bacaan tersebut dengan jumlah bahan bacaan yang maksimal 4. Menydiakan waktu untuk pergi ke tempat-tempat yang ada bahan bacaannya, misalnya ke perpustakaan, took buku, dan taman bacaan. 5. Menyediakan waktu yang cukup untuk membaca setiap hari
36
6. Melakukan kegiatan membaca dengan bahan bacaan yang berbeda pada setiap kali membaca 7. Memiliki, membaca, membeli, dan meminjam bahan bacaan yang beragam 8. Menggunakan waktu luang yang dimiliki dengan membaca 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca. Tumbuhnya minat membaca dipengaruhi oleh stimulus lingkungan sekitar anak. Keluarga sangant penting peranannya dalam perkembangan pendidikan anak. Orangtualah yang pertama mengenalkan pendidikan pada anak, termasuk di dalamnya adalah membaca, mengenalkan minat baca pada anak sangat penting. Dengan membaca anak akan memiliki wawasan yang luas dan terbiasa menggunakan otak dan imajinasinya. Oleh karena itu, menumbuhkan minat bada pada anak harus dilakukan sedini mungkin. Banyak hambatan dan rintangan yang harus dihadapi dalam mengenalkan kegiatan membaca ini. Faktor-faktor penghambat ini dapat berasal dari dalam lingkungan keluarga sendiri atau dari lingkungan luar. Ada beberapa faktor yang dapat menghambat minat membaca pada anak antara lain adalah: a. Faktor Internal Faktor internal yakni faktor yang berasal dari dalam diri individu yang berpegaruh terhadap tumbuhnya minat membaca yaitu motivasi. Motivasi dalam istilah pendidikan dapat dipandang sebagai suatu
37
proses, yaitu: a) proses yang dapat mengarahkan siswa ke dalam pengalaman
belajar
yang
dapat
terjadi;
b)
mendorong
dan
mengaktifkan para siswa dalam belajar; c) memusatkan perhatian mereka kepada satu pengarahan dalam satu waktu (Syamsu Yusuf, dkk, 1993:14). Sedangkan menurut Gleitman dan Reber yang dikutip oleh Suprioko (2004) motivasi adalah keadaan internal organisme-baik manusia ataupun hewan-hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi pada diri individu dapat timbul dan tumbuh kembang dengan jalan datang dari dalam individu itu sendiri (intrinsik) dan datang dari lingkungan (ekstrinsik). Kedua pengertian motivasi di atas memberikan gambaran bahwa motivasi merupakan dorongan pada individu baik internal maupun eksternal untuk memusatkan perhatiannya pada kegiatan sehingga dapat bertingkah laku secara terarah. Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi minat membaca, motivasi yang datang dalam diri individu berupa keingnan untuk memperoleh pengetahuan, hiburan, keinginan untuk mendapat penghargaan dari orang disekitarnya, dan keinginan mendapatkan pengakuan dari lingkungan sebayanya atau karena paksaan. Motivasi tersebut memberikan dorongan pada anak untuk terlibat dalam kegiatan membaca. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal yakni segala sesuatu yang berasal dari luar individu yang mempengaruhi tumbuh kembangnya minat membaca anak, yaitu:
38
1) Faktor keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagai anak dalam
mendapatkan
mendapatkan
pendidikan.
pembelajaran
tentang
Dalam
keluarga
kebiasaan
yang
anak secara
langsung atau tidak langsung diberikan oleh orang tua. Begitupula dengan penanaman minat membaca pada naka tidak terlepas dari peran serta orangtua. Menurut Moh. Surya dalam seminar pendidikan, “Mengembangkan Minat Baca” yang dikutip oleh Ummu Uci (2005:28) mengemukakan bahwa orangtua merupakan pendidik pertama dan utama dalam menumbuhkan kebiasaan membaca. Sejalan dengan pendapat di atas, Bunanta (2004:85) dalam bukunya mengungkapkan bahwa seorang anak tidak hanya meniruniru suara-suara yang didengar di rumahnya (termasuk suara TV), mereka juga meniru perbuatan orangtuanya. Hal tersebut disebabkan ibu dan bapak adalah modelnya yang pertama. Sama halnya ketika akan menanamkan minat dan kebiasaan membaca pada anak harus ditanamkan dan dimulai oleh ibu dan bapak, karena ibu dan bapak haruslah merupakan pribadi yang gemar membaca yang dapat menunjukkan bahwa buku adalah objek yang dapat dinikmati, memberi kesenangan dan informasi yang berguna (Bunanta, 2004: 84-85).
39
1. Kurangnya waktu orang tua bersama anak; televisi dan video game; temperamen orangtua yang keras. 2. Faktor di luar keluarga -
Lingkungan pergaulan anak.
-
Sekolah yang tidak mendukung.
-
Harga buku yang mahal.
2) Faktor sekolah Lingkungan sekolah adalah lingkungan kedua bagi anak dalam memperoleh pembelajaran tentang kebiasaan. Dalam menumuhkan minat baca anak, sekolah dalam hal ini guru merupakan sosok yang dijadikan model bagi anak dalam memupuk kebiasaan membaca. Ketika anak sudah kehilangan peran orangtua dalam membaca, maka peran pengganti diambil oleh sekolah dan perpustakaan. Gurulah yang harus bertanggung jawab untuk mendekatkan anakanak pada sastra (Murti Bunanta, 2004:88-89). 3) Media, fasilitas dan kondisi lingkungan tempat siswa tumbuh Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurug Gagne yang dikutip oleh Arief S. Sadiman (1990:6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk
belajar.
Sementara
itu
Briggs
(Yuliani,
2007)
40
berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Adapun yang dimaksud dengan fasilitas adalah semua sarana dan prasarana fisik dan nonfisik yang menunjang pada suatu kegiatan. Dalam faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca yang dimaksud dengan media adalah semua komponen yang merangsang siswa untuk membaca, seperti buku, majalah, koran. Sedangkan
yang dimaksud dengan fasilitas
yaitu gedung
perpustakaan, taman bacaan, dan lingkugan yang kondusif untuk membaca. 5. Sebab dan Akibat Rendahnya Minat Membaca Rendahnya minat membaca anak, tentu tidak hanya sebatas masalah kuantitas dan kualitas buku saja, melainkan mengkait juga pada banyak hal yang paling berhubungan, misalnya mental anak dan lingkungan keluarga atau masyarakat uang tidak mendukung. Untuk orang yang berada di kota mungking kesulitan membangkitkan baca anak karena serbuan media informasi dan hiburan elektronik. Sementara di pelosok desa, anak lebih suka bermain daripada membaca. Sebab, disana lingkungan atau tradisi membaca tidak tercipta, orang lebih suka mengobrol atau menonton acara televisi daripada menunggui anak belajar. Beberapa minat
tokoh
membaca
mengungkapkan
dalam
Mulyana
penyebab (1999)
rendahnya
mengungkapkan
41
tentang penyabab terjadinya rendah minat membaca adalah sebagai berikut: a. Tidak ada suasana kondusif di rumah untuk membaca. b. Terlalu sibuk oleh aktivitas lain di luar kegiatan membaca. c. Ada pengalaman buruk dalam kesulitan membaca buku. d. Tidak ada kesadaran tentang pentingnya membaca untuk mencari ilmu. e. Tidak ada penataan waktu yang baik. Arixs (2006) pada artikelnya yang berjudul Enam Penyebab Rendahnya Minat Baca. a. Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat anak-anak atau siswa atau mahasiswa harus membaca buku (lebih banyak lebih baik), mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasi karya-karya ilmiah, filsafat dan sebagainya. b. Banyaknya jenis hiburan, permainan (game), dan tayangan televisi yang mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku, surfing di internet walaupun yang terakhir ini masih dapat dimasukan sebagai sarana membaca. Hanya saja apa yang dilihat di internet bukan hanya tulisan tetapi hal-hal visual lainnya yang kadangkala kurang tepat bagi konsumsi anak. Walaupun media. Walaupun media tersebut dapat menyajikan sarana membaca, tetapi terkadang isinya kurang tepat untuk dibaca anak-anak. c. Banyaknya tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, mall, super market, dan lain-lain.
42
d. Budaya baca memang berlum pernah diwariskan nenek moyang kita. Kita teriasa mendengarkan dan belajar berbagai dongeng, kisah adat istiadat secara verbal dikemukakan orang tua, tokoh masyarakat, penguasa zaman dulu. Anak-anak di dongengi seara lisan, diajar membuat Banten dengan melihat cara memotong janur, menata buahbuahnya dan lain-lain sajian. Tidak ada pembelajaran (sosialisasi) secara tertulis. Jadi tidak terbiasa mencapai pengetahuan melalui bacaan. e. Setiap orang disibukkan oleh aktivitas mencari nafkah dan aktivitas lainnya di laur aktivitas membaca, sehingga tiap hari waktu luang sangat minim bahkan hampir tidak ada untuk membantu anak membaca buku. f. Sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan, masih merupakan barang-barang aneh/langka. Rendahnya minat membaca akan berakibat pada hal-hal sebagai berikut: -
Rendahnya wawasan
-
Selalu bertanya-tanya kepada orang lain tentang apa yang terjadi dan bukannya mencari informasi sendiri.
-
Lemah dalam bahasa tulisan.
-
Lemah dalam gaya bicara.
-
Mudah bosan saat membaca.
43
D. Media Gambar 1. Pengertian Gambar Gambar merupakan alat visual memberikan
penggambaran
visual
yang mudah didapat, selalu yang
tentang
masalah
yang
digambarkannya. Gambar telah lama digunakan sebagai media untuk belajar dan mengajar karena efektif dan mudah. Dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada penggunaan media Gambar dalam menumbuhkan minat membaca pada anak usia prasekolah, karena untuk merangsang anak belajar. Kunaefi dalam Sumarni (2003 :23) menyatakan tentang pengertian Gambar sebagai berikut. Gambar merupakan salah satu bentuk media gambar yang memiliki suatu urutan terentu yang menggambarkan suatu peristiwa atau kejadian dan dapat pula berbentuk suatu carita tersusun. Media gambar berseri sangat cocok digunakan untuk membentuk pikiran yang teratur. Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Gambar merupakan rangkaian gambar yang menjelasakan suatu peristiwa atau kejadian dalam bentuk cerita tersusun. Penggunaan media sangat bermanfaat untuk balajar mengajar. Pada dasarnya media yang digunakan harus dapat menarik perhatian anak sehingga mereka mersa senang serta dapat mempertinggi motivasi belajarnya. Gambar juta tidak mudah dilupakan, serta lebih kongkret dalam ingatan. gambar yang menyertai bacaan mempunyai fungsi yang tidak kurang penting dan isi bacaan itu, fungsi gambar dalam bacaan menurut Pakasi, (1981:22) yaitu:
44
1. 2. 3. 4. 5.
Untuk menarik perhatian anak. Untuk mengadakan moivasi dan merangsang anak. Untuk memberikan suatu latar belakang pada bacaan. Untuk merangsang percakapan (ekspresi) dan diskusi. Untuk mendidik sifat kritis pada anak dengan bertanya; sesuaikah gambar ini dengan apa yang kita baca? 6. Untuk memperkenalkan kata-kata baru. Sedangkan menurut Wilkinson dan Brown dalam Sumarni (2003) manfaat gambar mempunyai sejumlah implikasi bagi pengajaran yaitu: 1. Bahwa penggunaan gambar dapat merangsang minat atau perhatian siswa. 2. Gambar-gambar yang dipilih dan diadaptasi secara tepat membantu siswa memahami dan mengingat isi informasi. 3. Gambar-gambar dengan garis sederhana seringkali dapat lebih efektif sebagai penyampaian informasi ketimbang dengan gambar bayangan atau dengan gambar fotografi yang sebenarnya. 4. Warna dalam gambar biasanya menimbulkan masalah sekalipun gambar berwarna lebih memikat perhatian siswa daripada yang hitam putih, namun tidak selalu gambar berwarna merupakan pilihan terbaik untuk mengajar atau belajar satu studi memberi saran agar menggunakan warna yang seharusnya realistic dan bukan sededar demi memakai warna saja. Dari kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa media gambar dapat menarik perhatian siswa merangsang minat serta meningkatkan motivasi belajar siswa. Media gambar adalah media yang tidak diproyeksikan yang mempunyai arti, uraian dan tafsiran juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau menjelaskan suatu masalah, Hamalik dalam Sumarni (2003;23). Menurut Sadiman dalam Sumarni (2001 :46) ada bebrapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media gambar yang baik, yaitu :
45
a. Cocok dengan tujuan pengajaran, media gambar yang dipilih hendaknya dapat menunjang tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. b. Autentik, gambar sebaiknya dapat melukiskan benda atau situasi yang sesungguhnya. c. Sederhana, tidak rumit dan dapat memperjelas masalah. d. Bernilai keindahan, hal ini penting untuk menarik perhatian anak. Gambar juga termasuk pada media yang sederhana, tetapi sangat banyak digemari. Dengan gambar, anak mampu mempersepsikan apa yang mereka lihat. Salah satu kecerdasan menurut Gardner dalam Kurniasih; (2005) adalah “kecerdasan visual, anak mempersepsikan apa yang mereka lihat, yaitu melalui gambar, foto, slide”. Gambar seringkali kita temukan dalam majalah, surat kabar, dan buku pelajaran ataupun dalam iklan suatu produk di persimpangan jalan. bentuk penggunaan media gambar juga berbagai macam, diantaranya adalah bentuk orang, dan benda, semuanya mempunyai maksud dan tujuan. Sadiman mengemukakan bahwa (2003:29) “gambar merupakan media umum yang sering digunakan serta dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana yang sifatnya konkrit dan realistis menunjukkan pokok permasalahan tertentu”. Fungsi penggunaan media gambar adalah merupakan media visual yang dapat berfungsi untuk mengantar atau meneruskan informasi (pesan). Selain pengertian di atas Kurniasih (2005:22) menyatakan pendapat yaitu “suatu alat berupa lukisan atau
46
ilustrasi dua dimensi yang tidak diproyeksikan”. Gambar diperlihatkan kepada anak, kemudian gambar dijelaskan secara detail, sehingga selain melihat, anak juga paham mengenai alur cerita dari gambar tersebut, sehingga pesan yang tersampaikan akan lebih dipahami. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar ialah media visual dua dimensi yang sifatnya semi konkrit dan realistis yang didalamnya merupakan suatu rangkaian atau alur cerita sehingga pesan yang ingin disampaikan mudah dimengerti. 2. Syarat-syarat untuk Gambar Gambar yang dipergunakan harus menarik dan merangsang untuk menumbuhkan minat membaca pada anak. Gambar tersebut hendaknya memenuhi beberapa syarat (Departemen dan Kebudayaan tahun 1984) 1985 :41, Sumarni sebagai berikut : a. Gambar-gambar cukup besar untuk dapat dilihat dari tempat anak sampai ke detailnya, b. Art dari setiap gambar; hubungan antara satu gambar dengan gambar yang berikutnya dapat dilihat jelas, c. Tiap gambar sifatnya merangasang untuk ingin mengetahui kelanjutannya. Hal ini dapat dicari pada gambar berikutnya, d. Isi tiap gambar menunjukkan suatu aksi (gerak),
47
e. Gambar hendaknya jangan terlalu banyak isi yang tidak terlalu penting, terlalau banyak hiasan dapat mengaburkan arti dari gambar-gambar itu, f. Gambar-gambar itu sebaiknya diberi warna yang hidup, 3. Kelebihan dan kekurangan media Gambar a. Kelebihan media Gambar Melalui gambar anak dapat berimajinasi dan memperoleh gagasangagasan serta memberikan inspirasi tentang isi cerita. Gambar yang kurang jelas juga dapat mempengaruhi anak dalam menafsirkan gagasan, oleh kareba itu, media gambar memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa ahli mengemukakan kelebihan dari media gambar yang dikemukakan Sadiman dkk dalam Sumarni (2003:25) sebagai berikut: 1. Sifatnya konkrit, lebih realistis, menunjukkan pokok permasalahn tertentu 2. Dapat megganti keterbatasan ruang dan waktu 3. Mengatasi keterbatasan penglihatan kita 4. Dapat
memperjelas
suatu
masalah
atau
membetulkan
kesalahpahaman 5. Harganya murah dan mudah digunakan b. Kekurangan media Gambar Disamping kelebihan media gambar dalam penggunaanya, ada juga beberapa kelemahannya, yaitu:
48
1. Kadang terlalu kecil ukurannya untuk digunakan pada kelompok siswa yang cukup besar 2. Pada umunya hanya dua dimensi yang nemapak pada suatu gambar, sedang dimensi yang lainnya tidak jelas 3. Tidak dapat memperlihatkan suatu pola gerakan secara utuh untuk suatu gambar, kecuali jika menampilkan sejumlah gambar dalam suatu urutan peristiwa 4. Tanggapan bisa berbeda terhadap gambar yang sama Selain kelemahan-kelemahan media gambar diatas, ada juga kelemahan yang lainnya sepertinya. Media gambar hanya menekankan pada indera penglihatan saja. Untuk itu, orang-orang tertentu yang mempunyai kelainan pada indera penglihatan, menganggap bahwa gambar itu diperuntukkan bagi orang yang bisa meihat saja. c. Manfaat Media Gambar Media gambar harus dirancang sedemikian rupa dan dipilih dengan tepat sesuai dengan wacana yang akan diberikan kepada siswa sehingga dapat menimbulkan daya tarik pada siswa. Menurut Wilkinson dan Brown (1984) dalam Kurniasih (2005:23) manfaat gambar mempunyai sejumlah aplikasi dalam pengajaran yaitu: a) Penggunaan gambar dapat merangsang minat atau perhatian siswa. b) Gambar-gambar yang dipilih dan diadaptasikan secara tepat membantu siswa memahami dan informasi.
49
c) Gambar-gambar dengan garis sederhana seringkali dapat lebih efektif sebagai penyampaian informasi dibanding dengan gambar fotografi yang sebenarnya. d) Warna dalam gambar biasanya menimbulkan masalah sekalipun gambar berwarna lebih memikat perhatian siswa pada yang hitam putih, namun tidak selalu gambar berwarna merupakan pilihan terbaik untuk mengajar atau belajar satu studi memberi saran agar menggunakan warna yang seharusnya relistik dan bukan sekedar demi memakai warna saja. Beberapa kelebihan dari gambar berseri di dalam proses pembelajaran diantaranya: a) Sifatnya semi konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal lainnya. b) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu tidak semua benda, obyek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu peristiwa yang terjadi di masa lampau, kemarin atau bahkan semenit yang lalu. c) Harganya murah dan mudah digunakan.