BAB II KAJIAN LITERATUR
A. KAJIAN TEORI MUSEUM 1. Pengertian Museum Menurut International Council of Museums ( ICOM ), museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan rekreasi. (Sutaarga, Moh. Amir. 1997/1998) Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1), museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Menurut KBBI edisi IV, museum adalah gedung yang digunakan sebagai tempat pameran benda-benda yang patut mendapatkan perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu, dan juga tempat menyimpan barang kuno. 2. Sejarah Singkat Museum Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, Μουσεῖον atau mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian. Bangunan lain yang diketahui berhubungan dengan sejarah museum adalah bagian kompleks perpustakaan yang dibangun khusus untuk seni dan sains, terutama filsafat dan riset di Alexandria oleh Ptolemy I Soter pada tahun 280 SM. Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan.
Di Indonesia, museum yang pertama kali dibangun adalah Museum Radya Pustaka. Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal sebagai yang terlengkap koleksinya di Indonesia, Museum Wayang, Persada Soekarno, Museum Tekstil serta Galeri Nasional Indonesia yang khusus menyajikan koleksi seni rupa modern Indonesia. Pada awalnya, museum bermula sebagai tempat untuk menyimpan koleksi milik individu, keluarga atau institusi kaya. Benda-benda yang disimpan biasanya merupakan karya seni dan benda-benda yang langka, atau kumpulan benda alam dan artefak arkeologi. 3. Jenis-Jenis Museum Museum di Indonesia dapat dibedakan melalui beberapa jenis, yaitu : a. Jenis museum berdasarkan kepemilikan, yaitu terdapat dua jenis :
Museum Pemerintah, adalah museum
yang dibiayai oleh
pemerintah dan semua keperluan disediakan dari anggaran tahinan pemerintah lokal.
Museum Swasta, adalah museum yang didirikan oleh pihak swasta, dikelola langsung oleh pihak swasta itu sendiri. Biasanya pihal swasta berupa yayasan atau perseorangan namun tetap dalam pengawasan direktorat permuseuman atas nama pemerintah. Dilihat dari status kepemilikannya, Museum Gula Gondang
Winangoen merupakan Museum Pemerintah, karena berada dibawah pengelolaan Pabrik Gula Gondang Winangoen. b. Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki, yaitu terdapat dua jenis :
Museum Umum, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti materiil manusia dan atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu, dan teknologi.
Museum Khusus, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bkti materiil manusia atau lingkunganny dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi. Di lihat berdasarkan koleksi yang dimiliki, Museum Gula
Gondang Winangoen merupakan Museum Khusus dengan benda koleksi terdiri dari satu cabang keilmuan yaitu mengenai gula. c. Jenis museum berdasarkan ruang lingkup wilayah, terdapat empat jenis:
Museum Nasional, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.
Museum Propinsi, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wlayah propinsi dimana museum berada.
Museum Lokal, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada.
Museum Lapangan Terbuka, merupakan museum yang merupakan satu komplek luas yang terdiri atas model-model bangunan rumah adat, baik yang asli dan telah dipindahkan dari asal daerah semula, maupun
tiruan
sebagai
koleksi
pelengkap
dengan
tujuan
memelihara dan melestarikan keaslian, seni bangunan dan teknologinya. Dilihat berdasarkan ruang lingkup wilayah, Museum Gula Gondang Winangoen merupakan Museum Lokal, karena berada di wilayah Kabupaten Klaten serta benda koleksinya berasal dari daerah tersebut.
d. Jenis museum berdasarkan bentuk bangunan, terdapat tiga jenis :
Museum
Terbuka,
merupakan
museum
yang
benda-benda
koleksinya diletakan pada ruang terbuka atau diluar bangunan museum namun masih dalam lingkup kawasan museum, seperti taman.
Museum Tertutup,
merupakan museum
yang benda-benda
koleksinya diletakan di dalam ruang atau bangunan museum.
Museum Kombinasi, merupakan museum yang benda-benda koleksinya diletakan pada di dalam maupun diluar bangunan museum. Dilihat berdasarkan bentuk bangunan, Museum Gula Gondang
Winangoen merupakan Museum Kombinasi, karena terdapat beberapa benda koleksi yang tidak memungkinkan dimasukan di dalam bangunan museum, sehingga peletakannya di letakan disekitaran diluar bangunan museum. 4. Fungsi Dan Tugas Museum a. Fungsi Museum Museum mempunyai fungsi yang positif bagi masyarakat Indonesia, terutama mengenai pengetahuan sejarah. Adapun dilihat dari fungsinya museum bisa dibagi menjadi beberapa bagian. 1) Tempat Menyimpan Warisan Budaya Leluhur Museum merupakan salah satu tempat yang tepat untuk menyimpan sekaligus mengamankan warisan budaya yang ada di Indonesia. Warisan budaya semisal keris, baju adat kerajaan masa lalu, dll. Dengan adanya warisan budaya leluhur, maka museum pun
harus
menjadi
bahan
yang
representatif
buat
para
pengunjungnya. 2) Pusat Dokumentasi dan Penelitian Ilmiah Masa lalu tidak akan bisa kita selami tanpa adanya dokumentasi yang didapat pada zamannya. Adanya naskah-naskah
kuno menjadi salah satu dokumentasi yang bisa dijadikan penelitian untuk diaplikasikan pada zaman sekarang. 3) Pusat Penyaluran ilmu untuk umum Tidak saja kalangan peneliti yang harus mengetahui semua kebudayaan masa lalu, tetapi hasil penelitian tersebut di sebarkan kepada masyarakat. Salah satu fungsi museum adalah sebagai alat untuk penyebaran ilmu tersebut. 4) Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa Di museum kita akan bisa melihat warisan budaya masa lampau dari berbagai kawasan, khususnya di Indonesia. Bila kita datang ke museum nasional, maka warisan dari tiap daerah hampir semuanya ada di tempat tersebut. 5) Visualisasi Budaya dan Warisan Masa Lalu Ini fungsi yang paling penting dari museum. Kita tidak akan bisa kembali ke tahun di mana warisan dan budaya itu terbentuk. Museum sebagai salah satu alat untuk mnggambarkan masa-masa tersebut. 6) Cermin untuk Masa Datang Kita bisa melihat bagaimana adanya peradaban sekarang. Bentuk yang ada sekarang sebenarnya terbentuk dari masa lalu. Karena bisa dikatakan sejarah adalah sebagai salah satu cermin untuk kehidupan yang akan datang. 7) Menambah Keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa Museum juga akan menjadikan kita merasa kagum akan kekayaan budaya masa lampau. Bagaimana kebudyaan tersebut merupakan sebuah daya cipta Tuhan Yang Maha Esa. 8) Obyek wisata Museum juga dapat berfungsi sebagai objek wisata yang edukatif.
b. Tujuan Museum Tujuan museum dilihat dari sudut pandang nasional adalah demi terwujudnya dan terbinanya nila-nilai budaya nasional untuk memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebangsaan serta memperkuat jiwa kesatuan nasional. Tujuan museum juga sebagai sarana pendidikan dan rekreasi, masyarakat disadarkan akan tingginya nilai yang dikandung dalam koleksi museum dan memberi mereka kesempatan untuk memperluas wawasan. 5. Acuan Hukum Pendirian Museum Pendirian sebuah museum memiliki acuan hukum, yaitu: a. Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya b. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang - undang RI Nomor 5 Tahun 1992 c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaandan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum d. Keputusan
Menteri
Kebudayaan
dan
Pariwisata
Nomor
KM.33/PL.303/MKP/2004tentang Museum 6. Persyaratan Museum Pendirian dan penyelanggaraan museum tidak hanya berdiri begitu saja
tanpa
adanya
acuan-acuan
khusus.
Adapun
pendirian
dan
penyelenggaraan museum memiliki persyaratan khusus dan umum. Antara lain : 1. Persyaratan Umum Secara garis besar terdapat beberapa acuan atau syarat dalam pendirian dan penyelenggaraan museum, antara lain : Letak museum di bagian kota yang tepat Gedung museum dapat menjamin keamanan koleksi, penataan koleksi, sirkulasi koleksi, personil dan pengunjung. Pembagian ruang yang sesuai dengan fungsi-fungsi museum. Perencanaan pengadaan koleksi.
Perencanaan dan pengadaan sarana dan fasilitas untuk koleksi, perkantoran, dan personil serta pengunjung museum. Perencanaan pengadaaan dan latihan jabatan personil yang sesuai dengan fungsi-fungsi museum. (Sutarga, Moh Amir, 1997/1998) Selain itu, adapun beberapa persyaratan perencanaan dan perancangan bangunan museum, antara lain : Bangunan
museum
dipisahkan
berdasarkan
fungsi
dan
aktivitasnya, ketenangan dan keramaian, serta keamanannya. Pintu masuk utama (Main Entrance) adalah untuk pengunjung museum. Pintu masuk khusus (Service Entrance) untuk lalu lintas koleksi, bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga, serta ruang-ruang pada bangunan khusus. Area publik terdiri dari, antara lain : bangunan utama ( Ruang Pamer Tetap dan Pamer Temporer ), Auditorium, pos jaga/ kemanan, Lobby dan Ruang Istirahat, Ticketing dan Penitipan Barang, Toilet, Taman dan tempat parker. Area Semi Publik terdiri dari Bangunan Administrasi ( termasuk perpustakaan dan ruang rapat ). Area Private terdiri dari Laboratorium Konservasi, Studio Reparasi, Storage dan Ruang Studi Koleksi. 2. Persyaratan Khusus
Bangunan Utama ( Ruang pamer tetap dan temporer ) haruslah : a. Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan. b. Mudah dicapai baik dari luar maupun dalam. c. Merupakan bangunan penerima yang memiliki daya tarik sebagai bangunan pertama yang dikunjungi oleh pengunjung museum. d. Sistem keamanan yang baik, baik dari segi konstruksi, spesifikasi, ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda secara alami (cuaca, dll) maupun kriminalitas.
Bangunan Auditorium haruslah : a. Mudah di capai oleh umum b. Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, dan ceramah.
Bangunan Khusus terdiri dari : Laboratorium konservasi, Studio reparasi, Storage, dan studio koleksi haruslah : a. Terletak pada daerah tenang b. Mempunyai pintu masuk khusus c. Memiliki sistem keamanan yang baik ( baik terhadap kerusakan, kebakaran, dan kriminalitas ) yang menyangkut segi-segi konstruksi maupun spesifikasi ruang.
Bangunan Administrasi haruslah : a. Terletak strategis baik terhadap pencapaian umum maupun bangunan-bangunan lain. b. Mempunyai pintu masuk khusus. (Buku Pedoman Pendirian Museum, 1992/1993)
7. Standarisasi Museum Sebuah perancangan yang baik memiliki standarisasi khusus yang menjadi pedoman dalam perancangan tersebut. Dalam perancangan museum gula ini beberapa ketentuan standarisasi ditentukan agar bangunan museum nyaman untuk dikunjungi. Hal tersebut antara lain mengenai ruangan-ruangan dalam museum, ruang pameran untuk karya seni dan ilmu pengetahuan umum, ruang tersebut haruslah memenuhi syarat sebagai berikut : a. terlindung dari gangguan, pencurian, kelembaban, kering, dan debu. b. Mendapatkan cahaya yang terang, merupakan bagian dari pameran yang baik. 1) Di dalam kuliah lukisan (tembaga,gambar tangan, dan lainlain). Map didimpan dalam lemari yang dalamnya 80cm dan tingginya 60cm.
2) Sesuatu yang khusus untuk publik (lukisan-lukisan minyak, lukisan dinding pameran yang berubah-ubah) Suatu pameran yang baik harus dapat dilihat publik tanpa rasa lelah. Penyusunan ruangan dibatasi dan perubahan dan kecocokan dengan bentuk ruang. Penyusunan setiap kelompok lukisan yang berada dalam satu dinding menyebabkan ruang menjadi lebih kecil. Bagian dinding dinding dalam perbandingan bidang dasar sebagai ukuran besar merupakan hal penting terutama untuk lukisan-lukisan karena besar ruang tergantung pada besarnya lukisan. Sudut pandang normal adalah 54° atau 27° terdapat pada sisi bagian dinding lukisan yang diberikan cahaya yang cukup dari 10m = 4.9m (gambar no.6) di atas mata kira-kira 70cm. Lukisan kecil tergantung di titik beban (gambar no.9). Kebutuhan tempat lukisan 3-5m² tempat hiasan gantung. Kebutuhan tempat material lukisan 6-10m² bidang dasar lukisan. Kebutuhan tempat 400 uang logam 1m² luas lemari pakaian. Pencahayaan museum haruslah baik (gambar no.5) Tempat untuk menggantung lukisan yang menguntungkan adalah antara 30° dan 60° pada ketinggian ruangan 6,70m² dan 2,13m untuk lukisan yang panjangnya 3,04 samapai 3,65m (gambar no.10). Pada instalasi gabungan tidak ada lorong memutar melainkan jalan masuk dari bagian samping. Ada bagian untuk pengepakan, pengiriman barang administrasi, bagian pencahayaan lukisan, bengkel untuk pembuatan lukisan, dan ruang ceramah (untuk sekolah tinggi). Terutama untuk obyek-obyek historis untuk gedung-gedung dan bingkai-bingkai yang cocok untuk itu disebut museum modern. Neufert,Ernst. 2002)
(
Gambar 2.1 Standarisasi Museum (Sumber : Neufert,Ernst. 2002)
Program Kegiatan Museum Program kegiatan dalam sebuah tata pelaksanaan pada museum sangatlah penting. Hal ini ditujukan selain untuk mempromosikan kepada masyarakat tentang museum itu sendiri, juga untuk membagikan wawasan kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan. Penyajian koleksi merupakan pokok dari program-program yang diadakan oleh museum. Koleksi museum merupakan salah satu bentuk komunikasi yang penting dalam upaya menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke museum. Dalam penyajian koleksi museum harus memperhatikan nilai estetika, artistik, edukatif dan informatif. Berkaitan dengan
pengunjung
memperhatikan
museum,
kebebasan
dalam
bergerak
penyajian bagi
koleksi
pengunjung,
harus sirkulasi
pengunjung museum, kenyamanan pengunjung museum, dan keamanan koleksi museum. Informasi yang disampaikan kepada pengunjung juga harus bersifat komunikatif dan edukatif, yaitu sekurang-kurangnya memuat nama benda, asal temuan, periode dan umur, serta fungsi koleksi.Penyajian koleksi dapat dilakukan dalam tiga jenis pameran, yaitu: a. Pameran tetap, yaitu pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu 3 – 5 tahun. Tema pameran sesuai dengan jenis, visi dan misi museum. Idealnya koleksi yang disajikan
25 – 40 % merupakan
koleksi museum b. Pameran khusus atau temporer, merupakan pameran koleksi museum yang diselenggarakan selama 1 minggu hingga 3 bulan c. Pameran keliling, merupakan pameran koleksi yang diselenggarakan di luar lingkungan museum. Sebaiknya pameran keliling menggunakan replika koleksi, untuk menghindari kerusakan dan kehilangan koleksi. Adapun beberapa program yang dapat dilakukan di antaranya adalah publikasi dengan membagi-bagikan brosur atau booklet mengenai isi dan manfaat museum kesekolah-sekolah atau kelompok-kelompok masyarakat. Dapat juga pengelola museum melakukan aksi jemput bola dengan bekerjasama dengan pihak sekolah untuk menjadikan kunjungan
ke museum sebagai bagian dari proses belajar di luar kelas yang bisa juga di masukkan dalam kurikulum muatan lokal. Bentuk-bentuk aktivitas yang dapat dilakukan di museum bermacam-macam. Bagi siswa sekolah dapat berupa paket edukasi (teaching kit), koleksi keliling (traveling study collections), kelas budaya (cultural class), bercerita (story telling), slide berseri (slides series), taman bermain yang berhubungan dengan koleksi (collections playground), atau aktivitas khusus untuk para guru (educators program). Sedangkan untuk masyarakat umum
dapat berupa aktivitas yang diperuntukkan bagi
keluarga (family workshop atau family day), bagi perorangan maupun kelompok (community workshop atau open house) Setiap museum dapat membuat aktivitas-aktivitas yang mendidik seperti contoh di atas.Tetapi, materi perlu dirancang sebaik mungkin, desain materi harus berupa aktivitas yang menumbuhkan rasa ingin tahu, dengan kata lain, materi yang diberikan dapat mengarahkan siswa untuk bertanya, mencari jawaban atas pertanyaannya, dan menciptakan pertanyaan baru serta memperoleh pengetahuan baru.Aktivitas tersebut selayaknya dilakukan tanpa meninggalkan unsur bermain. Jika hal ini dilakukan secara konsekuen serta ada komitmen dari pihak sekolah untuk turut memajukan museum, tentunya museum-museum kita akan ramai dikunjungi siswa-siswa sekolah. Dengan ramainya pengunjung museum, tentunya hal ini akan meningkatkan pendapatan museum yang nantinya dapat digunakan untuk merawat dan menambah kolesi museum. Cara lain yang perlu dicoba adalah pengelola museum dapat merekrut pelajar atau mahasiswa untuk menjadi guide di museum. Dengan keberadaan guide, tentunya pengunjung akan merasakan suasana yang lebih dinamis dan hidup, pengunjung merasa ditemani dan di-orang-kan, serta akan menjadikan pengunjung lebih aktif berdialog mengenai koleksi museum, sehingga pengunjung akan lebih kerasan dan kembali lagi di lain hari. Selain itu, untuk pelajar dan mahasiswa yang dilibatkan sebagai
pemandu akan mengetahui seluk beluk museum sehingga mereka akan mengetahui bagaimana museum itu sebenarnya. Untuk lebih mendekatkan museum dengan masyarakat, pengelola dapat melakukan kombinasi kemasan seperti cafe museum yang menyatu dengan gedung museum. Meskipun oleh beberapa orang konsep ini dianggap agak berlebihan tetapi dengan cara ini para pengunjung cafe dapat sekaligus mendapatkan informasi tentang museum serta dapat meningkatkan nilai jual museum. 8. Sistem Pelayanan Museum Pelayanan museum merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan museum. Pelayanan museum diharapkan mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan pengguna museum, seperti halnya pengunjung yang datang untuk mendapatkan informasi, menambah pengetahuan dan wawasan mengenai benda-benda koleksi dalam museum. Dengan pelayanan museum seperti pemandu museum dapat sangat membantu pengunjung dalam memudahkan mendapatakan informasi. 9. Ruang Lingkup Perancangan Museum Bangunan museum harus memiliki kelengkapan bangunan yang dapat menunjang aktivitas penggunanya, antara lain : 1. Area / Ruang Lobby 2. Area / Ruang Pameran Tetap 3. Area / Ruang Kantor 4. Area / Ruang Karyawan 5. Area / Ruang Meeting 6. Area / Ruang Perawatan koleksi 7. Area / Ruang Pemeliharan Koleksi 8. Area / Ruang Perpustakaan 9. Area / Ruang Cafe 10. Area / Ruang Candyland / Tempat bermain anak 11. Area / Ruang Toilet 12. Area Gudang
B. KAJIAN TEORI GULA 1. Sejarah Gula Indonesia Dan Perkembangan Industri Gula Indonesia Pada awalnya gula tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia, kemudian menyebar ke India. Pada tahun 510 Sebelum Masehi, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti halnya pada berbagai penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan dijaga
ketat,
sedangkan
produk
olahannya
diekspor
dan
untuk
menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sebelum sesudah masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642 mereka menemukan tanaman tebu yang sedang tumbuh dan kemudian mempelajari cara pembuatan gula. Selama ekspansi berlanjut mereka mendirikan pengolahan-pengolahan gula di berbagai daratan lain yang mereka kuasai, termasuk di Afrika Utara dan Spanyol. Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib pada abad ke-11. Para prajurit yang pulang menceritakan keberadaan “rempah baru” yang enak ini. Gula pertama diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099. Abad-abad berikutnya merupakan periode ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur, termasuk di dalamnya adalah impor gula. Sebagai contoh, dalam sebuah catatan pada tahun 1319 harga gula di London sebesar “dua shilling tiap pound”. Nilai ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata, sehingga dapat dikatakan gula sangatlah mewah pada waktu itu. Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula sebagai penghias meja-meja mereka. Ketika Henry III dari Perancis mengunjungi Venice, sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya dengan menampilkan piring-piring, barang-barang perak, dan kain linen yang semuanya terbuat dari gula.
Karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai obat. Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga 15 yang merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk memperkokoh kekuatan mereka. Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di Venice. Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana. Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerika lah yang telah mengubah konsumsi gula di dunia. Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa tanaman tebu untuk ditanam di kawasan Karibia. Iklim yang sangat menguntungkan
untuk
pertumbuhan
tanaman
tebu
menyebabkan
berdirinya sebuah industri dengan cepat. Kebutuhan terhadap gula yang besar bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago. Tanaman tebu dibudidayakan secara massal. Jutaan orang dikirim dari Afrika dan India untuk bekerja di penggilingan tebu. Oleh karenanya, produksi gula sangat erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat. Secara ekonomi gula sangatlah penting sehingga seluruh kekuatan Eropa membangun atau berusaha membangun jajahan di pulau-pulau kecil Karibia dan berbagai pertempuran terjadi untuk menguasai pulau-pulau tersebut. Selanjutnya tanaman tebu dibudidayakan di berbagai perkebunan besar di kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia, Filipina dan kawasan Pasifik) untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa dan local. Pada tahun 1750 terdapat 120 pabrik pemurnian gula yang beroperasi di Britania dengan hanya menghasilkan 30.000 ton per tahun. Pada tahap ini gula masih merupakan sesuatu yang mewah dan memberi keuntungan yang sangat besar sehingga gula dijuluki “emas putih”. Keadaan ini juga berlaku di negara-negara Eropa Barat lainnya.
Para pemerintah menyadari keuntungan besar yang didapat dari gula dan oleh karenanya mengenakan pajak yang tinggi. Akibatnya gula tetap merupakan sebuah barang mewah. Keadaan ini terus bertahan sampai dengan akhir abad ke-19 ketika kebanyakan pemerintahan mengurangi atau menghapus pajak dan menjadikan harga gula terjangkau untuk warga biasa 2. Fungsi Gula Fungsi gula dalam teknologi pangan tidak hanya berfungsi sebagai pemanis alami saja, berikut adalah manfaat gula dalam pengolahan pangan, antara lain : a. Gula Pasir juga berfungsi sebagai pengawet. Sama hal nya dengan garam, sifat gula pasir adalah higroskopis atau menyerap air sehingga sel-sel bakteri akan dehidrasi dan akhirnya mati. Jika larutan gula atau garam mempunyai kepekatan yang tinggi atau sekitar 25%. Kebanyakan bakteri atau jamur tidak dapat mampu bertahan hidup pada larutan gula atau garam yang pekat. b. Membantu meningkatkan fermentasi Dengan menambah sedikit gula pada ragi maka akan dapat mempercepat peragian adonan. Namun demikian setelah melewati batas tertentu, penambah gula justru dapat memperlambat peragian. Gula berfungsi seperti pupuk pada tanaman. Ragi dapat berfermentasi dengan adanya gula namun apabila gula berlebihan maka ragi justru akan mati. Pada tanaman pun, apabila pemberian pupuk berlebihan, hasilnya justru akan mati. Saat mana gula justru mulai menghambat kegiatan ragi tergantung pada tepung yang digunakan dan prosedur pengolahannya, baik pada pembuatan secara langsung (straight dough) atau secara sponge (sponge dough). Gula juga berhubungan erat dengan mikroba yang berperan dalam fermentasi. c. Membantu dalam pembentukan warna Gula yang dilumeri bila dipanaskan bersama protein akan bereaksi membentuk gumpalan-gumpalan berwarna gelap yang disebut
melanoidin menyerupai caramel dalam hal warna, bau, dan rasa. Bila terus dipanaskan maka gumpalan-gumpalan menjadi hitam dan tidak dapat larut. Sukrosa tidak akan bereaksi dengan protein. Pada umumnya fructose dan dekstrose paling aktif dalam reaksi browning. Pada semua jenis gula, kecuali sukrosa, reaksi browning dapat dipercepat dengan meningkatkan pH. Pengulalian dan browning memiliki peranan penting dalam penentuan warna hasil produksi, terutama pada kulitnya. d. Menambah mutu produk Pemberian gula akan mengempukan hasil produksi karena gula akan mengubah susunan, volume, dan simetri pada produk yang dihasilkan. 3. Jenis Gula Jenis-jenis gula antara lain : • Brix (derajat): suatu pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah gula dalam sebuah larutan, berdasarkan pada pembiasan cahaya. Terutama digunakan dalam industri minuman ringan dan minuman buah. • Dekstrosa : Istilah bahasa Inggris untuk glukosa. • Fruktosa (padanan kata levulosa, gula buah): gula yang agak manis (1,7 kali lebih manis dari gula biasa) umumnya didapat dari buah-buahan dan madu. • Galaktosa: suatu gula yang tidak umum dijumpai dalam makanan, kecuali sebagai bagian dari jenis gula yang lain, seperti laktosa (gula susu) dan raffinosa (gula dalam kacang-kacangan). Seringkali merupakan bagian dari komponen dinding sel tanaman. • Glukosa (padanan kata dekstrosa): gula yang terdapat pada berbagai tanaman, juga dalam darah. Sumber energi yang utama bagi tubuh. Kurang manis dibandingkan sakarosa. • Gula: umumnya digunakan sebagai padanan kata untuk sakarosa. Secara kimiawi gula identik dengan karbohidrat. • Gula anggur : padanan kata dari glukosa.
• Gula Barbados : gula tebu yang berwarna coklat. • Gula Barley : bukan termasuk gula, melainkan permen Amerika yang keras dan memiliki citarasa jeruk lemon, terbuat dari cairan barley dengan penambahan gula. • Gula batu : tidak semanis gula granulasi biasa, gula batu diperoleh dari kristal bening berukuran besar berwarna putih atau kuning kecoklatan. Kristal bening dan putih dibuat dari larutan gula jenuh yang mengalami kristalisasi secara lambat. Gula batu putih memiliki rekahan-rekahan kecil yang memantulkan cahaya. Kristal berwarna kuning kecoklatan mengandung berbagai karamel. Gula ini kurang manis karena adanya air dalam kristal. • Gula Bit : gula kristal putih (sakarosa) yang diperoleh dari tanaman bit. • Gula bubuk : Gula granulasi (gula pasir) bubuk, juga dikenal sebagai gula „confectionary'. Gula ini didapat dari penghancuran secara mekanis sehingga tidak ada cristal-kristal yang tertinggal. Terkadang gula ini dicampur dengan sedikit pati atau bahan anti kempal untuk mencegah penggumpalan. • Gula Castor : Gula castor atau caster adalah nama dari gula pasir yang sangat halus, terdapat di Britania. Dinamai demikian karena ukuran butirannya sangat kecil sehingga dapat ditaburkan dari wadah berlubang-lubang kecil. Karena kehalusannya, gula ini lebih cepat larut dibandingkan gula putih pada umumnya, dan oleh karenanya gula ini secara khusus bermanfaat dalam pembuatan „meringues' dan cairan dingin. Gula ini tidaklah sehalus gula bubuk yang dihaluskan secara mekanis (dan biasanya dicampur dengan sedikit pati untuk menghindari penggumpalan). • Gula Coklat : gula yang ditambah dengan sedikit molase (tetes) untuk memberikan citarasa dan warna. • Gula Dekorasi : lihat gula sdaning.
• Gula Gelatin (padanan kata gula gel, gula selai/ jam): campuran dari gula granulasi dan pektin. Digunakan dalam pembuatan selai dan „marmelade'. • Gula Granulasi (Gula pasir) : Kristal-kristal gula berukuran kecil yang pada umumnya dijumpai dan digunakan di rumah (gula pasir). 4. Cara Pembuatan Gula Tebu Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang mendukung dan ketika dewasa hampir seluruh daun-daunnya mengering, namun masih mempunyai beberapa daun hijau. Sebelum panen, jika memungkinkan, seluruh tanaman tebu dibakar untuk menghilangkan daundaun yang telah kering dan lapisan lilin. Api membakar pada suhu yang cukup tinggi dan berlangsung sangat cepat sehingga tebu dan kandungan gulanya tidak ikut rusak. Di beberapa wilayah, pembakaran areal tanaman tebu tidak diijinkan karena asap dan senyawa-senyawa karbon yang dilepaskan dapat membahayakan penduduk setempat. Meskipun demikian, tidak ada dampak lingkungan, karena CO2 yang dilepaskan sebenarnya memiliki proporsi yang sangat kecil dibandingkan dengan CO2 yang terikat melalui fotosintesis selama pertumbuhan. Besarnya areal tanam dan jumlah tanaman tebu dapat dikurangi jika ekstraksi gula dapat dilakukan semakin baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan gula dunia. Pemanenan dapat dilakukan baik secara manual dengan tangan ataupun dengan mesin. Pemotongan tebu secara manual dengan tangan merupakan pekerjaan kasar yang sangat berat tetapi dapat mempekerjakan banyak orang di area di mana banyak terjadi pengangguran.Tebu dipotong di bagian atas permukaan tanah, dedauan hijau di bagian atas dihilangkan dan batang-batang tersebut diikat menjadi satu. Potongan-potongan batang tebu yang telah diikat tersebut kemudian dibawa dari areal perkebunan dengan menggunakan pengangkut-pengangkut kecil dan kemudian dapat diangkut lebih lanjut dengan kendaraan yang lebih besar ataupun lori tebu menuju ke penggilingan.
Pemotongan dengan mesin umumnya mampu memotong tebu menjadi potongan pendek-pendek. Mesin-mesin hanya dapat digunakan ketika kondisi lahan memungkinkan dengan topografi yang relatif datar. Sebagai tambahan, solusi ini tidak tepat untuk kebanyakan pabrik gula karena modal yang dikeluarkan untuk pengadaan mesin dan hilangnya banyak tenaga kerja kerja. Ekstraksi Tahap pertama pengolahan adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Di kebanyakan pabrik, tebu dihancurkan dalam sebuah serial penggiling putar yang berukuran besar. Cairan tebu manis dikeluarkan dan serat tebu dipisahkan, untuk selanjutnya digunakan di mesin pemanas (boiler). Di lain pabrik, sebuah diffuser digunakan seperti yang digambarkan pada pengolahan gula bit. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.
Gambar 2.2 Proses Ekstrasi Gula (Sumber : http://www.food-info.net/id/products/sugar/prodcane.htm)
Ekstraksi gula Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 15% gula dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula, sekitar 50% air serta pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang terhitung sebagai “abu”. Sebuah tebu bisa mengandung 12 hingga 14% serat dimana untuk
setiap 50% air mengandung sekitar 25 hingga 30 ton bagasse untuk tiap 100 ton tebu atau 10 ton gula. Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming) Pabrik
dapat
membersihkan
jus
dengan
mudah
dengan
menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran untuk kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming. Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih. Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses. Penguapan (Evaporasi) Setelah mengalami proses liming, jus dikentalkan menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas dalam suatu proses yang dinamakan evaporasi. Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi. Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam „evaporator majemuk' (multiple effect evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).
Pendidihan/ Kristalisasi Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam panci yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam panci ini sejumlah air diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci dengan
menggunakan
pengering
berputar.
Kristal-kristal
tersebut
kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.
Gambar 2.3 Sentrifugasi Gula (Sumber : http://www.food-info.net/id/products/sugar/prodcane.htm) Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan. Dalam sebuah pabrik pengolahan gula kasar (raw sugar) umumnya dilakukan tiga proses pendidihan. Pertama atau pendidihan “A” akan
menghasilkan gula terbaik yang siap disimpan. Pendidihan “B” membutuhkan waktu yang lebih lama dan waktu tinggal di dalam panci pengkristal juga lebih lama hingga ukuran kristal yang dinginkan terbentuk. Beberapa pabrik melakukan pencairan ulang untuk gula B yang selanjutnya digunakan sebagai umpan untuk pendidihan A, pabrik yang lain menggunakan kristal sebagai umpan untuk pendidihan A dan pabrik yang lainnya menggunakan cara mencampur gula A dan B untuk dijual. Pendidihan “C” membutuhkan waktu secara proporsional lebih lama daripada pendidihan B dan juga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terbentuk kristal. Gula yang dihasilkan biasanya digunakan sebagai umpan untuk pendidhan B dan sisanya dicairkan lagi. Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol. Inilah yang menyebabkan lokasi pabrik rum di Karibia selalu dekat dengan pabrik gula tebu. Penyimpanan Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya
sudah
dapat
digunakan,
tetapi
karena
kotor
dalam
penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna.
Afinasi (Affination) Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang dinamakan dengan “afinasi”. Gula kasar dicampur
dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil („magma') disentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup sehingga pengotor dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan sebelum perlakuan berikutnya (karbonatasi). Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses. Karbonatasi Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel
kristal
halus
berupa
kalsium
karbonat
yang
menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalangumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna. Selain karbonatasi, t eknik yang lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan
proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas. Penghilangan warna Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula,
keduanya
mengandalkan
pada
teknik
penyerapan
melalui
pemompaan cairan melalui kolom-kolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular [granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna. GAC merupakan cara modern setingkat “bone char”, sebuah granula karbon yang terbuat dari tulang-tulang hewan. Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari karbon. Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan. Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi. Pendidihan Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan
udara panas
sebelum
dikemas
dan/
atau disimpan siap untuk
didistribusikan. Pengolahan sisa (Recovery) Cairan sisa baik dari tahap penyiapan gula putih maupun dari pembersihan pada tahap afinasi masih mengandung sejumlah gula yang dapat diolah ulang. Cairan-cairan ini diolah di ruang pengolahan ulang (recovery) yang beroperasi seperti pengolahan gula kasar, bertujuan untuk membuat gula dengan mutu yang setara dengan gula kasar hasil pembersihan setelah afinasi. Seperti pada pengolahan gula lainnya, gula yang ada tidak dapat seluruhnya diekstrak dari cairan sehingga diolah menjadi produk samping: molase murni. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau dikirim ke pabrik fermentasi seperti misalnya pabrik penyulingan alkohol. 5. Pengembangan Produk Berbahan Dasar Gula Gula merupakan salah satu bahan pengolahan pangan yang sering digunakan. Tidak hanya sebagai bahan olahan utama, gula juga seringkali digunakan sebagai bahan tambahan dalam berbagai jenis resep pangan. Memberi rasa manis dalam sebuah masakan menambah cita rasa bagi penikmatnya. Itulah sebabnya gula menjadi salah satu komoditi yang dikembangkan di berbagai Negara. Berbagai macam jenis gula mempunyai keunikan masing-masing dan pengolahan yang berbeda-beda pula. Misalnya saja, antara gula pasir dan gula aren. Gula Pasir merupakan gula yang sering digunakan dalam keseharian, tidak jauh beda memang dengan gula aren yang juga digunakan
dalam
keseharian.
Namun
yang
membedakan
adalah
pembuatan gula aren dan gula pasir, gula aren merupakan gula yang berasal dari pohon aren, dimana setiap bagian dari pohon aren tersebut dapat di manfaatkan. Gula aren terbentuk dari nira pohon aren yang diendapkan, dimasak, hingga mengental lalu di cetak. Selain itu, cairan dari buah pohon aren juga menghasilkan gula, yaitu gula semut. Tidak jauh berbeda dengan gula aren, gula semut juga berwarna coklat kemerah-
merahan, namun bedanya gula semut terbentuk dari pemisahan air buah pohon aren, yang akhirnya terbentuk butiran-butiran gula. Sedangkan gula pasir terbuat dari tebu, dengan kualitas rasa yang sedikit berbeda dari gula aren, proses mula-mula gula pasir adalah dari pohon tebu yang diperas dan diambil cairan dari batang pohon tebu tersebut. Melalui proses yang berbeda juga yaitu dengan beberapa tahapan proses cairan tebu diolah menjadi gula pasir berbentuk seperti butiran pasir berwarna putih. Macam-macam
jenis
gula
menghasilkan
macam-macam
pengembangan produk pangan berbahan dasar gula. Produk yang sering dijumpai adalah gula-gula atau permen. Permen adalah sejenis gulagula (confectionary) adalah makanan berkalori tinggi yang pada umumnya berbahan dasar gula, air, dan sirup fruktosa. Selain itu ada pula caramel, cairan kental berwarna coklat ini adalah salah satu produk pengembangan dari gula pasir. Sedangkan produk pengembangan lainnya yang menggunakan dominasi gula adalah roti. Berbagai jenis roti dalam proses pembuatannya pasti menggunakan campuran gula yang hampir sama takarannya dengan tepung yang merupakan bahan dasar pembuatan roti. Contohnya saja roti tart, cupcakes, dsb. 6. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Gula Gula selalu hadir dalam berbagai makanan dan minuman seharihari. Tapi terlalu banyak gula dapat meningkatkan risiko sejumlah penyakit yang mempengaruhi kesehatan. Mengonsumsi banyak gula ternyata bisa memberikan efek yang cukup mengerikan. Menurut American Heart Association (AHA), rata-rata orang dewasa di Amerika Serikat mengonsumsi 22 sendok teh gula tambahan sehari, sementara remaja mengonsumsi 34 sendok teh sehari. Berikut penyakit akibat makan gula berlebihan antara lain: a. Meningkatkan risiko diabetes b. Diet tinggi glikemik dapat menyebabkan jerawat c. Meningkatkan risiko penyakit jantung d. Meningkatkan kemungkinan depresi
e. Meningkatkan risiko Infeksi jamur
C. PENDEKATAN DESAIN Pada umumnya museum merupakan lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamatan, dan pemanfaatan benda-benda bukti material hasil budaya serta alam dan lingkunganya, guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Di Indonesia dewasa ini, keberadaan museum sudah mulai tidak terlihat. Banyak masyarakat, anak-anak bangsa yang tidak tertarik dengan benda-benda bersejarah, bahkan kebudayaanpun. Sehingga
kebudayaan
yang
harusnya
masih
dapat
dilestarikan
terkesampingkan. Hal ini lah yang menjadi pengamatan dan akar masalah bagi bangsa Indonesia. Masuknya tehknologi dan kebudayaan lain sangat mempengaruhi kebudayaan bangsa ini. Masyarakat terkhusus anak muda lebih memilih melestarikan kebudayaan luar daripada budaya bangsa sendiri. Oleh Karena itu, perencanaan dan perancangan museum ini harus mampu memecahkan masalah mengenai ketidaktertarikan masyarakat terhadap bendabenda bersejarah maupun kebudayaan menjadi sebuah bangunan yang digemari dan sering dikunjungi oleh masyarakat. Bangunan museum, selain difungsikan sebagai tempat penyimpanan benda bersejarah, museum juga digunakan sebagai tempat edukasi atau pendidikan,serta tempat wisata atau rekreasi. Seharusnya mampu menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke museum. Dari permasalahan diatas maka Perencanaan dan perancangan desain interior museum gula jawa tengah gondang winangoen ini menggunakan pendekatan desain konseptual. Pendekatan konseptual yaitu teori pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan ke semua aspek yang ditemui ( definisi masalah, tujuan, sorotan kajian, metodologi, pengumpulan dan penganalisisan data). Kerangka Konseptual berperanan sebagai peta yang berkaitan dengan penemuan secara impirikal (pemerhatian atau ujian). Ini karena, kerangka konseptual berpontensi sangat berhubungan penemuan impirikal mereka menggunakan bentuk-bentuk yang berbeda tergantung kepada persoalan atau
masalah kajian. Pendekatan konseptual dalam perencanaan dan perancangan desain interior museum ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi secara faktual. Sehinga dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dengan tepat melalui berbagai aspek dalam perencanaan dan perancangan ini.