BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Nilai Informasi Untuk mengetahui arti atau defenisi dari nilai informasi, ada baiknya melihat defenisi kata demi kata dari nilai informasi yang dikemukan oleh beberapa tokoh. Menurut Davis dalam Kadir (2003:28), informasi adalah “data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang”. Hal yang sama dikemukan oleh Suyanto (2000: 6), Informasi adalah “data yang telah diletakkan dalam konteks yang lebih berarti dan berguna yang dikomunikasikan kepada penerima untuk digunakan di dalam pembuatan keputusan” Kristanto (2003:6), juga menyebutkan informasi merupakan “kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima”. Dus, Wersig, dan Neveling yang dikutip oleh Pendit (2003:33), melihat informasi sebagai struktur, proses, pesan, pengetahuan, makna dan efek. Sedangkan Buckland dalam Pendit (2003:33), “membagi informasi menjadi sesuatu (a thing) dalam bentuk pengetahuan yang terekam, selain pengetahuan yang secara pribadi dipegang oleh seseorang dan sebagai proses, yaitu ketika seseorang menjadi terinformasi (being informed) dan mengalami perubahan dalam pengetahuannya”. Dari beberapa pendapat di atas yang mengemukakan defenisi dari arti informasi, maka informasi mencakup data yang diberi konteks, kemudian diolah untuk disajikan sehingga diterima sebagai sebuah informasi, yang dapat menambah pengetahuan seseorang. Sedangkan pengertian nilai itu sendiri adalah “sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia”. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
12 Universitas Sumatera Utara
Menurut Sutabri (2005:31), “nilai informasi ditentukan oleh dua hal, yaitu manfaat dan biaya untuk mendapatkan informasi tersebut. Suatu informasi dapat dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkannya. Sebagian besar informasi tidak dapat ditaksir secara pasti nilai keuntungannya (dalam satuan uang), tetapi kita dapat menaksir nilai efektifitas dari informasi tersebut”. Begitu juga menurut Jogiyanto (2005:31), “nilai informasi ditentukan oleh dua hal, yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya. Nilai informasi secara nyata memiliki karakteristik khusus terhadap tingkat ukuran, kebutuhan, dinamika, kemanfaatan dan keterpakaian informasi itu sendiri. Tetapi nilai tersebut tidak dapat diukur secara nyata”. Menurut Hemingway (2000:175), ada dua faktor yang menentukan nilai informasi yaitu : (1) Kemampuan untuk menghasilkan dan menngunakan informasi dan (2) Keuntungan dari penggunaan informasi itu sendiri. Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Suryana yang dikutip oleh Koswara (1998:102), “nilai informasi berkaitan dengan bentuk data yang disajikan, apakah berbentuk pita magnetik, buku, jurnal, abstrak, bentuk isian, disk, dan sebagainya”. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa nilai informasi sangat tergantung pada isi, cara perolehan dan manfaatnya bagi pengguna dalam mendukung aktifitas yang sedang ia lakukan. Hal ini didukung oleh pendapat yane menyatakan bahwa pada umumnya nilai informasi harus mencakup 1. 2. 3. 4. 5.
Isi informasi (luas bidang cakupan) Kecermatan pembuatan dan format penyajian Kemutakhiran informasi (up-to-dateness) Kualitas informasi (kredibilitas dan akseptibilitas) Frekuensi penyajian informasi (Suryana yang dikutip oleh koswara, 1998:102)
2.2 Pengukuran Nilai Informasi Sebagian besar informasi tidak dapat ditafsir keuntungannya dengan nilai uang, tetapi dapat ditafsir nilai efektifitasnya. Untuk menentukan nilai suatu informasi maka dapat ditentukan berdasarkan sifatnya.
13 Universitas Sumatera Utara
Menurut Sutabri (2005:31) sifat atau karakteristik yang dapat menentukan nilai informasi dapat dijabarkan sebagai berikut : 1.
Mudah Diperoleh Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila dapat diperoleh secara mudah. Informasi yang penting dan sangat dibutuhkan menjadi tidak bernilai jika sulit diperoleh. Informasi dapat diperoleh dengan mudah jika memiliki suatu sistem.
2.
Luas dan Lengkap Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila mempunyai lingkup atau cakupan yang luas dan lengkap. Informasi sepotong dan tidak lengkap menjadi tidak bernilai, Karena tidak dapat digunakan secara baik.
3.
Ketelitian Begitu juga dengan ketelitian, informasi akan lebih sempurna apabila mempunyai ketelitian yang tinggi atau akurat. Informasi yang tidak akurat akan mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan.
4.
Kecocokan Informasi harus sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna, sehingga informasi itu memiliki nilai karena bermanfaat.
5.
Ketepatan Waktu Sifat ini berhubungan dengan waktu yang dilalui lebih pendek dari pada siklus untuk mendapatkan informasi. Informasi penting dan bernilai menjadi tidak bernilai apabila terlambat diterima, karena tidak dapat dimanfaatkan dalam proses pengambilan keputusan.
6.
Kejelasan Informasi yang jelas akan meningkatkan kesempurnaan nilai informasi, kejelasan informasi dipengharui oleh bentuk dan format informasi.
7.
Fleksibilitas / Keluwesan Berkaitan dengan kegunaan informasi untuk berbagai pengambilan keputusan. Makin banyak keputusan yang diambil dari suatu informasi makin luwes informasi tersebut.
14 Universitas Sumatera Utara
8.
Dapat Dibuktikan Berkaitan dengan tepat tidaknya informasi itu diuji kebenarannya oleh beberapa orang sehingga dapat memperoleh kesimpulan yang sama. Kebenaran informasi bergantung pada validitas data sumber yang diolah.
9.
Tidak Ada Prasangka Informasi semakin bernilai jika didalamnya tidak dimasukkan unsur opini, sebab dengan memasukkan unsur opini maka informasi bersifat bias.
10.
Dapat Diukur
Pengukuran informasi umumnya dimaksudkan untuk mengukur dan melacak kembali validitas sumber data yang digunakan. Sedangakan menurut Sulistyo-Basuki yang dikutip oleh Hasugian (2009:93), informasi memiliki beberapa parameter yaitu : 1.
Kuantitas informasi Berkaitan dengan pengertian bahwa informasi dapat diukur dalam jumlah dokumen, halaman, kata huruf, bit, gambar, lukisan dan lain-lainnya.
2.
Isi Merupakan makna dari informasi itu sendiri.
3.
Struktur Struktur atau format ataupun tata susunan informasi serta hubungan logisnya dengan pernyataan atau unsur yang dapat dijadikan parameter dalam menilai informasi.
4.
Bahasa, simbol, abjad, kode dan sintaks yang mengungkapkan suatu gagasan atau ide
5.
Hidup yang merupakan jumlah rentang waktu saat nilai dapat diambil dari informasi. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam menilai sebuah informasi ada ciri – ciri atau karakteristik yang harus dipenuhi. Mulai dari bagaimana cara memperoleh, isi, bentuk atau format hingga informasi itu sendiri dapat dibuktikan atau tidak. Format berkaitan dengan tata susunan serta hubungan antara unsurunsur yang disajikan.
15 Universitas Sumatera Utara
2.3 Ciri – Ciri informasi Informasi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Dalam proses pemenuhan kebutuhan informasi ada beberapa ciri yang harus dimiliki oleh informasi. Menurut Davis (1991:29), informasi memiliki ciri – ciri , diantaranya : 1. Benar/salah Berhubungan dengan kebenaran terhadap kenyataan 2. Baru Informasi benar-benar baru bagi penerima 3. Tambahan Informasi dapat memperbaharui/memberikan perubahan terhadap informasi yang telah ada. 4. Korektif Digunakan untuk melakukan koreksi terhadap informasi sebelumnya yang salah 5. Penegas Dapat mempertegas informasi yang telah ada, sehingga keyakinan terhadap informasi semakin meningkat Sedangkan Menurut Mayer (2005:3), ada beberapa karakter atau ciri dari informasi yaitu : 1. Information is acquired at definite 2. Information has a definite value, which may be quantified and treated as an accountable asset 3. Information consumption can be quantifed 4. Information has a clear life cycle 5. Information may be processed and refined, so thet raw materials (e.g., database) are converted into finished product (e.g., public directories) 6. Substitutes for any specific item or collection of information are available, and may be quantified as more expensive or less expensive Pendapat diatas menunjukan bahwa karakter informasi adalah nformasi diperoleh pada saat tertentu, informasi memiliki siklus nilai, informasi yang digunakan dapat dihitung, informasi juga memiliki siklus hidup yang jelas, Informasi akan diproses menjadi sebuah produk yang dapat dilihat misalnya direktori yang diolah melalui sebuah database. 16 Universitas Sumatera Utara
Dari kedua pendapat yang telah dipaparkan diatas, maka dapat diketahui bahwa informasi memiliki banyak karakteristik. Diantarnya dari sudut pandang penyajian, informasi memiliki ciri atau karekteristik baru dan korektif. Sedangkan dari substansi informasi itu sendiri, informas memiliki daur hidup, mulai dari proses penciptaan hingga proses pemanfaatan. Informasi juga memiliki nilai. 2.4 Manfaat Informasi Informasi dikatakan bernilai apabila dapat memberikan manfaat kepada para pengguna. Adapun manfaat dari informasi itu sendiri menurut Sutanta (2003:11), adalah : 1. Menambah pengetahuan Adanya informasi akan menambah pengetahuan bagi penerima yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses pengambilan keputusan. 2.
Mengurangi ketidakpastian pemakai informasi Informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi dapat diketahui sebelumnya, sehingga kemungkinan menghindari keraguan pada saat pengambilan keputusan.
3. Mengurangi resiko kegagalan Adanya informasi akan resiko kegagalan karena apa yang akan terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan dapat dikurangi dengan pengambilan keputusan yang tepat. 4. Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan akan mengahasilkan keputusan yang lebih terarah. 5. Memberikan standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran dan
keputusan untuk
menentukan pencapaian, sasaran dan tujuan Pendapat diatas menunjukuan bahwa dengan informasi akan memberikan standard, aturan, ukuran dan keputusan yang lebih terarah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan secara lebih baik berdasarkan informasi yang diperoleh.
17 Universitas Sumatera Utara
2.5 Kualitas Informasi Nilai informasi ditentukan oleh banyak hal, diantaranya adalah kualitas informasi karena secara tidak langsung nilai informasi akan diperoleh. Berbagai macam karakteristik yang digunakan oleh para ahli dalam mengukur kualitas informasi, mereka mempunyai pemikiran yang berbeda – beda dalam menentukan kualitas informasi. Ahituv yang dikutip oleh Jogiyanto (2007:16), mengukur kualitas informasi dengan menggunakan 5 macam karakteristik yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.
Akurasi (accuracy) Ketepatwaktuan (timelines) Relevan (relevance) Agregasi (aggregation) Pemformatan (formatting) Hal yang sama dikemukan oleh Ivari dan Koskela yang dikutip oleh
Jogiyanto (2007:17), yang menggunakan tiga buah konstruk untuk mengukur kualitas informasi, yaitu 1. Keinformatifan konstruk (construct informativeness) yang terdiri dari relevansi item, kelengkapan, kekinian, akurasi dan kredibilitas. 2. Keaksesan (accessibility) terdiri dari kenyamanan, ketepatwaktuan dan interpretabilitas. 3. Keadaptasian (adaptability) Sedangkan Swanson yang dikut ip oleh Jogiyanto (2007:16), mengukur kualitas
informasi dengan pengukuran keunikan (uniquness),
ketepatan
(conciseness), kejelasan (clarity) dan keterbacaan (readability) Berdasarkan pendapat dan uraian tentang karakteristik yang digunakan dalan mengukur kualitas informasi dapat dikatakan bahwa kualitas informasi tergantung dari 4 hal yaitu : 1. Akurat (Accurate) Informasi dikatakan akurat yaitu informasi harus jelas mencerminkan maksud yang disampaikan dan harus bebas dari kesalahan-kesalahan serta tidak bias atau menyesatkan. Ukuran keakuratan informasi amat bervariasi dan amat tergantung pada sifat informasi yang dihasilkan. Semakin kritis suatu
18 Universitas Sumatera Utara
informasi, akan semakin tinggi keakuratan yang diperlukan, sehingga semakin tinggi tingkat kepuasan yang diberikan kepada penggunanya. 2. Tepat Waktu (Timelines) Umur informasi merupakan faktor yang kritikal dalam menentukan kegunaanya. Ketepatan adalah informasi tidak lebih tua dari periode
waktu
tindakan yang didukungnya. Ketepatan waktu juga berarti kegiatan menyajikan informasi pada saat transaksi terjadi atau pada saat informasi tersebut dibutuhkan. Informasi yang terlambat diterima, nilai kegunaannya akan lebih rendah, karena informasi yang cepat dan tepat akan lebih baik 3. Relevan (Relevance) Informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut harus bermanfaat bagi si penerima informasi. Relevansi informasi yang diterima oleh masing-masing penerima sangatlah berbeda-beda. 4. Lengkap (Complete) Lengkap ialah tidak boleh ada bagian informasi yang penting atau esensial bagi pengambil keputusan atau pelaksanaan tugas yang hilang, karena akan menghasilkan keputusan yang salah nantinya.
2.6 Kebutuhan Informasi Setiap orang memilik berbagai macam kebutuhan, diantaranya adalah kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi bagi sebagian orang adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Informasi yang nantinya diterima akan dijadikan pedoman dalam melakukan segala kegiatan sehingga menghasilkan sebuah keputusan dan pemenuhan kebutuhannya. Krech dkk yang dikutip oleh Yusuf (1995:10) lebih jauh menjelaskan ”karena adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah-masalah sosial, seseorang termotivasi untuk mencari pengetahuan, bagaimana caranya agar dapat memecahkan masalah tersebut”. Salah satu cara adalah mencari tambahan pengetahuan melalui membaca berbagai media bahan bacaan yang sebagian besar tersedia di perpustakaan-perpustakaan.
19 Universitas Sumatera Utara
Menurut Taylor, ada empat lapisan atau tingkatan yang dilalui oleh pikiran manusia sebelum sebuah kebutuhan benar-benar dapat terwujud secara pasti: 1. Visceral need, yaitu tingkatan ketika need for information not existing in the remembered experience of the inquirer yaitu ketika kebutuhan informasi belum sungguh-sungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman seseorang dalam hidupnya. Dengan kata lain informasi yang aktual yang dibutuhkan tetapi tidak dapat diungkapkan. 2. Conscious need, yaitu ketika seseorang mulai menggunakan mental-description of an ill-defined area of indecision atau ketika seseorang mulai mereka-reka apa sesungguhnya yang ia butuhkan. Pada tingkatan ini kebutuhan informasi mulai dapat dijelaskan atau digambarkan. 3. Formalized need, yaitu ketika seseorang mulai secara lebih jelas dan terpadu dapat mengenali kebutuhan informasinya. Ditahapan ini kebutuhan dinyatakan dengan resmi. 4. Compromised
need,
yaitu
ketika
seseorang
mengubah-ubah
rumusan
kebutuhannya karena mengantisipasi, atau bereaksi terhadap kondisi tertentu. Dalam tulisannya, Guha yang dikutip oleh Syaffril (2004:18), menyebutkan untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu : 1.
2.
3.
4.
Current need approach, yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna informasi yang sifatnya mutakhir. Pengguna berinteraksi dengan sistem informasi dengan cara yang sangat umum untuk meningkatkan pengetahuannya. Jenis pendekatan ini perlu ada interaksi yang sifatnya konstan antara pengguna dan sistem informasi. Everyday need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna yang sifatnya spesifik dan cepat. Informasi yang dibutuhkan pengguna merupakan informasi yang rutin dihadapi oleh pengguna. Exhaustic need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna akan informasi yang mendalam, pengguna informasi mempunyai ketergantungan yang tinggi pada informasi yang dibutuhkan dan relevan, spesifik, dan lengkap. Catching-up need approach, yaitu pendekatan terhadap pengguna akan informasi yang ringkas, tetapi juga lengkap khususnya mengenai
20 Universitas Sumatera Utara
perkembangan terakhir suatu subyek yang diperlukan dan hal-hal yang sifatnya relevan. Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa bahwa kebutuhan informasi terdiri dari empat
tingkatan dan empat
pendekatan yang dapat dilakukan dalam
mengidentifikasi kebutuhan informasi. Pendekatan yang dilakukan tentunya berdasarkan kebutuhan informasi, sehingga lebih muda dalam proses pemenuhan kebutuhan informasi
2.7 Identifikasi Kebutuhan Informasi Menurut Muchyidin yang dikutip oleh Koswara (1998:139), informasi memiliki enam komponen yang masing-masing memiliki sifat, karakteristik, dan kekhasannya masing-masing. Adapun keenam komponen atau jenis informasi tersebut adalah: 1.
2.
3. 4.
5. 6.
Absolute information, merupakan pohonnya informasi, yaitu jenis informasi yang disajikan dengan suatu jaminan dan tidak membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Substitutional information, yaitu jenis informasi yang merujuk kepada kasus dimana konsep informasi digunakan untuk sejumlah informasi. Dalam pengertian ini, informasi kadangkala digantikan dengan istilah komunikasi. Philosophic information, yaitu jenis informasi yang berkaitan dengan konsep-konsep yang menghubungkan informasi pada pengetahuan dan kebijakan. Subjective information, yaitu jenis informasi yang berkaitan dengan perasaan dan emosi manusia. Kehadiran informasi ini bergantung pada orang yang menyajikannya. Objective information, yaitu jenis informasi yang merujuk pada karakter logis informasi-informasi tertentu. Cultural information, yaitu informasi yang memberikan tekanan pada dimensi kultural. Sedangkan Davis (1991:32), menyebutkan bahwa ada 4 jenis informasi, yaitu : 1.
Monitoring information, yaitu jenis informasi dimana informasi berfungsi untuk mengkonfirmasi tindakan yang akan diambil.
2.
Problem finding information, informasi harus mewakili atau menjawab masalah yang ada.
21 Universitas Sumatera Utara
3.
Action information, informasi yang menggambarkan bahwa akan diambil sebuah tindakan.
4.
Decision support, hasil dari tindakan yang telah diambil, akan dijadikan bahan untuk mengambil keputusan. Dari dua perbedaan pendapat diatas maka kita dapat mengetahui berbagai
jenis atau komponen informasi lengkap dengan defenisinya, bahwa sesungguhnya informasi memiliki berbagai jenis yang ditentukan oleh kebutuhan informasinya sendiri.
2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Katz yang dikutip oleh Yusuf (1995:4), menemukan dalam penelitiannya bahwa ”orang yang tingkat pendidikannya tinggi lebih banyak mempunyai kebutuhan dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah”. Ini berarti bahwa orang yang mempunyai pendidikan relatif tinggi, seperti guru, dosen, dan peneliti, misalnya, lebih banyak mempunyai kebutuhan akan sesuatu yang bisa memuaskannya, dan lebih banyak mempunyai tujuan yang berkaitan dengan permasalahan kehidupannya dari pada orang-orang pada umumnya. Hal ini terjadi karena pada umumnya orang lebih senang berpikir simpleks dari pada orang-orang yang berpendidkan tinggi yang lebih banyak menggunakan pola berpikir multipleks. Konsep multipleksitas dalam berpikir ini diusulkan oleh Krech dkk dalam Yusuf (1995:5), untuk menjelaskan adanya perbedaan dalam cara orang mengalami perubahan kognisi yang di antaranya dipengaruhi oleh sistem kognisi yang sudah dipunyai oleh orang yang bersangkutan sebelumnya. Semua informasi yang menerpa orang yang berpikiran multipleks akan dikelolanya, dikaitkan dengan informasi lain yang sudah dimiliki untuk kemudian dicari pola kaitannya guna menghasilkan pengetahuan baru atau informasi baru. Menurut Sulistiyo-Basuki (2004:396), kebutuhan informasi ditentukan oleh: 1. Kisaran informasi yang tersedia 2. Penggunaan informasi yang akan digunakan
22 Universitas Sumatera Utara
3. Latar belakang, motivasi, orientasi profesional, dan karakteristik masingmasing pemakai 4. Sistem sosial, ekonomi, dan politik tempat pemakai berada dan 5. Konsekuensi penggunaan informasi. Sedangkan menurut Guinchat dalam Chowdhury (1999:180), kebutuhan informasi ditentukan berdasarkan kategori pengguna yaitu : 1. 2. 3.
Users not yet engaged in active life, such as student User with a job and whose information needs are related to their work The ordinary citizen requiring general information for social purpose Dilihat dari dua pendapat diatas dapat diketahui bahwa kebutuhan informasi
pengguna disebabkan oleh dua faktor, yaitu 1.
Faktor eksternal Faktor eksternal misalnya pada pengguna yang mencari informasi karena lingkungan yang mengharuskan mencari informasi, hal ini biasa terjadi pada mahasiswa yang mencari informasi karena kebutuhan tugas.
2.
Faktor internal Faktor internal seperti motivasi dalam diri yang harus memenuhi kebutuhan informasinya sendiri.
2.9 Karakteristik Kebutuhan Informasi Setiap orang memiliki kebutuhan informasi yang berbeda, kebutuhan informasi tersebut dipengarui oleh beberapa hal seperti yang telah dijelaskan diatas. Begitupun dengan karakteristik informasi, beberapa tokoh mengemukakan tentang karakteristik kebutuhan informasi. Menurut Nicholas yang dikutip oleh Ishak (2006:94), ia menyatakan bahwa ada sebelas karakteristik kebutuhan informasi yaitu : 1. Pokok Masalah (Subject) Subject atau pokok masalah yang ada dalam informasi merupakan hal yang paling mudah untuk dilihat. Dalam menguraikan pokok masalah dalam kebutuhan informasi ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan, yaitu : Beberapa banyak pokok masalah yang terkandung dalam informasi, seberapa
23 Universitas Sumatera Utara
jauh kedalam pokok masalahnya, dan apakah terdapat masalah dalam menetukan subjek yang lebih rinci. 2. Fungsi (Function) Pengguna informasi memiliki fungsi yang berbeda dalam memanfaatkan setiap informasi yang didapatkannya.Pada dasarnya pengguna membutuhkan informasi dengan tujuan untuk memenuhi lima fungsi pokok, yaitu : fungsi temuan, fungsi aktualisasi informasi, fungsi penelitian, fungsi penyegaran dan fungsi pendorong. 3. Sifat (Nature) Sifat informasi yang dimaksudkan seperti informasi berubah pada periode tertentu, informasi juga akan merubah pemikiran orang. 4. Tingkat Intelektual (Intellectual Level) Tingkat intelektual orang berbeda-beda, inilah salah satu hal yang menyebabkan bahwa kebutuhan informasi setiap orang juga berbeda. Dalam pemahaman setiap informasi yang diterima, pengguna juga memerlukan tingkat intelektualitas. 5. Titik Pandang (View Point) Informasi dalam setiap bidang dilihat dengan titik pandang atau view point yang berbeda. Oleh karena itu untuk memudahkannya dibuat kategori berdasarkan pada pemikiran dan bidangnya masing-masing. 6. Kuantitas (Quantity) Setiap pengguna informasi tentu membutuhkan jumlah informasi yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan informasi. Jumlah informasi ditentukan oleh setiap individu artinya, setiap pengguna mampu untuk menentukan batasan informasinya masing-masing. 7. Kualitas (Quality) Untuk dapat melakukan pemilihan kebutuhan informasi berdasarkan kualitas secara tepat, sangat diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap penggunaan informasi.
24 Universitas Sumatera Utara
8. Batas Waktu Pengiriman (Date) Informasi pada setiap disiplin ilmu yang ada akan memiliki umur penyimpanan berkas informasi yang berbeda – beda. 9. Kecepatan pengiriman (Speed of Delivery) Kecepatan pengiriman merupakan salah satu hal yang mempengarui kualitas informasi. Jika waktu pengiriman lama, maka informasi yang datang juga lama ini akan mengakibatkan sulit untuk mengambil keputusan. 10. Tempat Asal Publikasi (Place) Bagi pengguna informasi tempat asal publikasi merupakan faktor yang dapat membantu dalam mencari pokok permasalahan. 11. Pemrosesan dan Pengemasan (Processing and packaging) Pemrosesan berkaitan dengan cara penyajian dari pokok masalah hingga riset, sedangkan pemrosesan misalnya disajikan dalam bentuk cetak atau elektronik. Sedangkan menurut Leckie dkk (1996:161), kebutuhan informasi memiliki enam karateristik yang dapat menunjukan wujud dari kebutuhan informasi yaitu : 1. Demografis seseorang (Demography) 2. Konteks (context) 3. Frekuensi (Frequency) 4. Kemungkinan (Probability) 5. Kepentingan (Importance) 6. Kerumitan (difficulty) Dari dua pendapat diatas yang mengemukakan tentang karakteristik kebutuhan informasi, maka secara jelas terdapat beberapa perbedaan diantaranya yaitu demografis seseorang, kemungkinan dan kepentingan. Pada pendapat kedua demografis seorang berkaitan dengan tingkat pendidikan yang berujung pada intelektualitas seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Sedangkan kemungkinan dan kepentingan merupakan dua hal yang berbeda pada pendapat sebelumnya. Oleh karena itu pada dasarnya setiap pengguna informasi memiliki kebutuhan dan karakteristik kebutuhan informasi yang berbeda, yang salah satunya dipengarui oleh tingkat intelektual seseorang.
25 Universitas Sumatera Utara
2.10 Kriteria Pemilihan Sumber Informasi Banjir informasi yang dikarenakan oleh keberadaan internet memunculkan sebuah gejala yang disebut information explode yaitu ledakan informasi. Ledakan informasi yang terjadi membuat pengguna merasa bingung dalam memilih sumber informasi mana yang harus digunakan dalam proses pemenuhan kebutuhan informasi mereka. Seperti yang telah diketahui
sumber-sumber
informasi dapat diperoleh dari buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran, dll). Oleh karena itu hendaknya para pengguna mengidentifikasi sumber informasi terlebih dahulu. Dalam artikelnya Adam (2009:1), menyebutkan ada beberapa kriteria dalam memilih sumber informasi yaitu : 1.
Relevansi Relevansi, mengacu pada sejauh mana informasi yang ingin dicari sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Ketika tidak memperhatikan aspek relevansi ini, maka akan membuang-buang waktu dan tenaga dalam mencari informasi.
2.
Kredibilitas Sebuah informasi yang kredibel adalah informasi yang berkualitas dan dapat dipercaya. Kredibilitas informasi biasanya berhubungan dengan kredibilitas penulisnya, lembaganya, pemanfaatannya dan proses pembuatannya
3.
Pemanfaatannya Semakin banyak tulisan seorang dalam sebuah jurnal disitir orang maka semaking kredibel dan bermanfaatlah informasi tersebut.
4.
Proses penciptaan Informasi yang telah tersedia akan dievaluasi, hingga memiliki mutu yang lebih baik.
5.
Kemutakhiran sumber informasi Kemutakhiran sebuah buku ataupun karya tulis dapat dilihat dari tahun publikasi dari tulisan tersebut.
26 Universitas Sumatera Utara
6.
Obyektifitas Sebuah tulisan dikatakan obyektif jika tulisan tersebut tidak dipengaruhi oleh emosi atau pendapat pribadi penciptanya. Sebaliknya karya dikatakan obyektif jika karya tersebut didasarkan pada fakta atau fenomena yang dapat diamati.
7.
Kedalaman informasinya Penulis menggunakan sebuah pendekatan dalam penyajian karyanya dan ia mencantumkan kelebihan dan kekurangannya, maka informasi itu dapat dikatakan dalam. Pendapat yang sedikit berbeda dikemukakan oleh Hadi (2004:67), ia mengatakan bahwa ada tiga pedoman untuk memilih sumber informasi, yaitu relevansi, kemutakhiran dan adekuasi. Dari dua pendapat diatas yang berbeda, maka dapat dilihat bahwa ada hal-hal yang harus dilihat dalam memilih sumber informasi. Kriteria sumber informasi paling tidak harus mencakup : 1. Relevansi Relevansi merupakan hal yang mengacu pada sejauh mana informasi yang ingin disesuaikan dengan masalah yang akan dibahas. Pada relevansi ada beberapa hal pula yang harus diperhatikan yaitu nilai guna, Informasi yang dicari harus memiliki nilai guna. Kedalaman tentang informasi, sebuah topik akan lebih mendalam dibahas pada artikel ilmiah yang ada dalam jurnal dari pada tulisan yang ada di Blog. 2. Kredibilitas Kredibilitas adalah kualitas dan kepercayaan. Sebuah informasi yang kredibel adalah informasi yang berkualitas dan dapat dipercaya. Kredibilitas informasi biasanya
berhubungan
dengan
kredibilitas
penulisnya,
lembaganya,
pemanfaatannya dan proses pembuatannya. 3. Kemutakhiran Kemutakhiran sebuah sumber informasi baik berupa buku, jurnal maupun lainnya, dapat dilihat dari tahun publikasi tulisan tersebut. Pengetahuan tentang kemutakhiran sumber informasi ini penting. Jika tidak memperhatikan kriteria atau aspek ini seringkali kita akan mendapatkan informasi yang kadaluwarsa.
27 Universitas Sumatera Utara