BAB II BIOGRAFI HA FIZ
A. Sejarah Ha<af< iz Mas’u
1.
Nama sebenarnya Haf< iz Hasan al-Mas’u
1
Tayibah, “Tokoh Islam (Hafiz Hasan Mas’ud)”, http://tayibah.eIslam.com. dalam Yahoo.com., 2012.
30
Adapun faktor-faktor yang menggalakkan Haf< iz Hasan alMas’u
31
tujuan mengetahui arah. Demikian pula keperluan untuk hidup di padang
pasir
yang
memerlukan
kemahiran
mengesan
air,
mengetahum kedudukan laut, tumbuhan dan haiwan bagi tujuan pergerakan (arah dan kedudukan). 3) Faktor nilai dan sikap, semasa zaman peradaban Yunani kuno aktiviti pelayaran dan geografi berada di tahap yang rendah. Akan tetapi setelah Islam bertapak kedua-dua bidang ini meningkat maju semula. Islam menggalakkan umatnya menjalankan penyelidikan bagi tujuan keharmonian antara iman dan akal. Malah Al-Qur’a
Basrah. Di pantai Larwi terletak bandarbandar lama di pesisiran pantai Gujerat dan Konkan iaitu Cemur, Subarh, Thana dan Khambayat. Lautan Hargind, kemudian Kalah, Laut Sruff (Sungai Campa) dan Laut China yang mereka namai Tinji (Cinji). Pendek kata secara terpenincinya sungai yang pentama disebut adalah Laut Parsi, Larwi adalah Laut Semenanjung Arab, Herkin adalah Laut Hindi, Kalah kemungkinan Teluk Benggala atau Kedah.2 Selain pintar dibidang geografi dan pelayaran, Haf< iz Hasan alMas’u
Taisi
2
Ibid., 2012 Diunduh pada tanggal 10 November 2012, Terarsip di http://ogetto.mywapblog.com/almasudi-sejarawan-pengembara.xhtml 3
33
Tidak banyak para pendahulu yang mengulas sejarah Haf< iz Hasan al-Mas’u
B. Sejarah Muhammad Sya
lengkap
Muhammad
Sya
al-Iskanda
adalah
Muhammad Sya
4
Home page salafi on line Indonesia, http://www.salafi.or.id, 2012.
34
hati guru-guru besar Al-Azhar dan menjadi kagum kepada beliau, hingga beliau dipercaya untuk memberikan fatwa pada tahun 1307 H. Pada tahun 1317 beliau diangkat sebagai Ketua Mahkamah Al-Qulyubiyyah selama tujuh tahun dan akhirnya dipercaya menjadi Qadi (hakim) di negeri Sudan. Karena prestasinya sebagai pemberi fatwa (mufti) yang terpercaya dan hakim yang tidak diragukan lagi keadilan dan kebijaksanaannya, beliaupun berhasil menjadi orang pertama yang menduduki jabatan ini dan mampu meletakkan dasar-dasar hokum yang sesuai dengan syar’i sebagai pijakan untuk hakim-hakim selanjutnya. Pada tahun1322 H, Muhammad Sya
untuk
menjadi
anggota
organisasi
tersebut
dan
sisi
pemerintahan di Mesir.pada masa tuanya Muhammad Sya
35
tetap teguh dalam mengumandangkan pikiran-pikirannya dan bersikeras terhadap perkara-perkara ijtimaiyyah. Keilmuannya yang sangat kokoh, baik secara naqliyah (dalil-dalil yang bersumber dari al-Qur’a
5
Munjid fil Lughoh wal I’lam, (Libanon: Darul Nasyrik, 1986), hal. 327.
36
dalam bidang akhlak adalah Wasay < a< al-Aba<’ li al-Abna<’, dalam bidang ilmu mantik belaiu berhasil menulis kitab Min al-Himayah ala alSayyadah, sedangkan kitab al-Idah li al-Matan Isauji adalah karyanya dalam bidang ilmu hadist.6 Tidak banyak para pendahulu yang mengulas sejarah Muhammad Sya
6
Home page salafi on line Indonesia, http://www.salafi.or.id, 2012.
37
BAB III NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAISI>R <> AL-KHALLA
1.
Kitab Taisi
Khalla
1
Haf< iz Hasan al-Mas’u
39
Allah SWT. Adapun buahnya akhlak, diantaranya adalah dapat melunakkan hati (tidak sombong), menjaga panca indera dari hal-hal yang dapat menggiurkan keimanan, mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat dengan tingginya martabat. Kitab ini terdiri dari 31 kitab, yang meliputi sikap dan perilaku akhlak dalam hubungannya dengan Allah, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa, serta hubungannya dengan alam sekitar. Dengan rincian sebagai berikut: Pelajaran pertama menerangkan tentang taqwa2
ً#ََِ$َا َو%ِ& ِ ِْب ََاه ُ َِْ وَا َ َ َو ِ ل َاوَاِِا ُ َ ِِْإ “Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan.” Sikap taqwa tidak akan sempurna kecuali dengan mengosongkan atau membersihkan dari setiap penyakit hati serta menghiasnya dengan keutamaan-keutamaan. Taqwa merupakan suatu cara atau jalan bagi seseorang untuk mendapatkan petunjuk dan tali yang kokoh serta keselamatan bagi mereka yang memilki sikap taqwa. Adapun sebab-sebabnya taqwa ada banyak, diantaranya: 1. Seseorang yang memandang bahwa dirinya merupakan makhluk yang hina dan memandang bahwasannya Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa. Sehingga tidak pantas bagi seorang hamba untuk berbuat
2
Ibid., hal. 3-5.
40
maksiat kepada Allah karena bahwasannya ubun-ubun seorang insan ada pada kekuasaan Allah. 2. Ingat terhadap semua kebaikan yang telah diberikan Allah kepadanya dalam setiap keadaan dan tidak mengingkari terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. 3. Ingat akan mati, bahwasannya setiap yang bernyawa akan mengalami kematian yang akan membawanya apakah masuk surga atau masuk neraka. Sehingga terdorong untuk melaksanakan amal shaleh sesuai dengan ukuran kemampuannya. Adapun yang termasuk amal shaleh adalah tolong menolong, memandang dengan pandangan kasih sayang bagi seseorang yang berbuat kebaikan. Adapun buahnya taqwa adalah mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Di dunia, dengan diangkat derajatnya dari nama baik dan ucapannya, serta meraih kecintaan dari orang-orang yang ada di sekitarnya, dan diagungkan oleh orang biasa maupun para penguasa. Dan dipandang sebagai orang yang melakukan kebaikan dan kebajikan. Di akhirat, selamat dari adzab neraka dan akan masuk ke surga, serta mendapat kemuliaan dari Allah SWT. Firman Allah SWT:
ن َ ُِْ(ْ)ُ ْ*ُ ه+ َ ْ,-ِ .َْاوَا/0 ا+ َ ْ,-ِ . ا1َ َ َ نا ِا “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang taqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” 41
Pelajaran kedua menerangkan tentang etika seorang guru3 Guru merupakan seseorang yang memberikan pengarahan dan petunjuk terhadap muridnya, karena telah terbukti kesempurnaan pengetahuan dan pengertiannya. Adapun syarat bagi seorang guru: Memilki sikap terpuji yang akan memberikan kekuatan ruh bagi seorang pelajar, karena bahwasannya ruh atau jiwa seorang pelajar adalah lemah. Sehingga apabila seorang guru memilki suatu sikap yang sempurna, maka seorang murid akan menyesuaikannya dengan contohcontoh yang diberikan oleh gurunya. Maka tidak boleh tidak seorang guru harus memilki sifat taqwa, tawadlu, lemah lembut sehingga seorang murid dapat mengambil manfaat dari sikap yang ditunjukkan oleh gurunya. Selain itu harus memilki sikap hilim, senang atau periang, kasih sayang terhadap muridnya sehingga kecintaan seorang murid terhadap gurunya begitu besar terhadap apa yang disampaikan oleh gurunya. Seorang guru harus memberikan nasehat dan pendidikan yang bagus, serta memberikan peluang untuk bergerak, jangan membebani peserta didik, akan tetapi guru harus memberikan perhatian yang lebih untuk peserta didiknya.
3
Ibid., hal. 5-6.
42
Pelajaran ketiga membahas tentang etika seorang pelajar4 Adapun etika seorang pelajar terdiri dari; etika terhadap dirinya sendiri, etika terhadap guru, dan etika terhadap temannya. Etika seorang pelajar terhadap dirinya sendiri diantaranya, meninggalkan sifat ujub, rendah hati, jujur supaya dicintai dan dipercaya, tenang dalam melangkah, memalingkan pandangan dari sesuatu yang diharamkan, memilki sikap percaya terhadap ilmu yang telah didapatnya, dan seorang pelajar tidak boleh memberikan jawaban apabila merasa tidak tahu. Etika
seseorang
pelajar
beserta
gurunya,
diantaranya;
mengi’tikadkan bahwasannya keutamaan guru lebih besar dari pada orang tuanya dalam hal mendidik untuk memperbaiki ruh atau jiwanya, tunduk di hadapan guru, mengikuti pelajaran dengan baik, serta memperhatikan apa yang dibicarakannya, meninggalkan perbuatan yang sia-sia, tidak boleh memuji terhadap guru yang lain dihadapan guru kita sendiri, dikhawatirkan guru kita merasa tersinggung, seorang murid tidak boleh merasa malu untuk bertanya dari pelajaran yang tidak dimengerti. Etika seorang pelajar beserta teman-temannya, diantaranya; menghormatinya, tidak menyepelekan terhadap seorangpun diantara mereka, dan tidak sombong. Dan diantaranya lagi; jangan mengejek teman yang lambat dalm pemahamannya, jangan gampang puas dengan satu pelajaran saja. Seorang guru akan menegur siswanya yang tidak
4
Ibid., hal. 6-7.
43
memperhatikan,
sehingga
akan
menimbulkan
kemarahan
dan
permusuhan bagi guru. Pelajaran keempat hak-hak kedua orang tua5 Orang tua merupakan penyebab adanya seorang anak manusia, apabila tidak ada kesungguhan dari orang tua, maka seorang anak tidak akan bisa istirahat, apabila tidak ada pengorbanan dari orang tua, maka seorang anak tidak akan merasa bahagia dan merasa tenang. Seorang ibu mengandung dengan keluh kesah dan melahirkan dalam keadaan susah payah. Adapun seorang bapak, dia mengerahkan semua kemampuan untuk kepentingan anaknya dengan seseuatu yang bermanfaat bagi pendidikan jasmani dan rohaninya. Seorang anak wajib menyebutkan nikmat yang telah diberikan orang tua kepada kita dan berterima kasih kepadanyaserta melaksanakan perintah orang tua sejauh perintah tersebut tidak menjerumuskan kepada maksiat, duduk dihadapannya dengan tunduk, serta memalingkan pandangan dari berbuat kesalahan kepada orang tua, tidak menyakiti hati orang tua meskipun dengan ucapan “ah”, jangan mengeraskan suara atau melebihi suara orang tua, tidak berjalan dihadapannya kecuali kecuali dengan sifat khidmat, hendaknya memanggil dengan panggilan kasih sayang dan pengampunan, amar ma’ruf nahyi munkar kepada orang tua, agar supaya memberikan keselamatan bagi mereka dari adzab api neraka.
5
Ibid., hal. 8-9.
44
Firman Allah SWT:
uy9Å6ø9$# x8y‰ΨÏã £tóè=ö7tƒ $¨ΒÎ) 4 $·Ζ≈|¡ômÎ) Èøt$Î!≡uθø9$$Î/uρ çν$−ƒÎ) HωÎ) (#ÿρ߉ç7÷ès? ωr& y7•/u‘ 4|Ós%uρ ∩⊄⊂∪ $VϑƒÌŸ2 Zωöθs% $yϑßγ©9 ≅è%uρ $yϑèδöpκ÷]s? Ÿωuρ 7e∃é& !$yϑçλ°; ≅à)s? Ÿξsù $yϑèδŸξÏ. ÷ρr& !$yϑèδ߉tnr& ∩⊄⊆∪ #Z,Éó|¹ ’ÎΤ$u‹−/u‘ $yϑx. $yϑßγ÷Ηxqö‘$# Éb>§‘ ≅è%uρ Ïπyϑôm§9$# zÏΒ ÉeΑ—%!$# yy$uΖy_ $yϑßγs9 ôÙÏ÷z$#uρ
Artinya: “ dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Keduaduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Berbuat baik kepada orang tua terutama kepada ibu. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
ن ِ َ7ْ8ِ93ِ ِ.َ ْ. ا6 َ $َ ِة3َ ِ.َْا.ا4ِ5 “Berbuat baik kepada ibu atas seorang anak, ganjarannya dua kali lipat.” Pelajaran kelima, tentang hak-hak kerabat6 Kerabat adalah sesorang yang mempunyai hubungan rahim. Allah telah memerintahkan supaya menghubungkan tali silaturahmi dan melarang untuk memutuskan tali silaturahmi. 6
Ibid., hal. 9-10.
45
Oleh sebab itu pantas bagi seorang hamba untuk memperhatikan hak-hak kerabat serta melaksanakan hak-haknya. Jamgam sekali-kali menyakiti kerabat dengan perbuatan dan ucapan, bersikap rendah hati, memikul penderitaan kerabat meskipun dia bersikap sombong kepada kita. Menanyakan kepada teman dekatnya, membantu terhadap keperluannya, mencegah dari kemadharatan dalam keadaan apapun. Walaupun mereka tidak membutuhkan apapun dari setiap perkara itu. Dan wajib bagi seorang hamba untuk berjanji kepada kerabatnya. Pelajaran keenam berisi tentang hak-hak tetangga7 Tetangga adalah orang yang rumahnya dekat dengan rumah kita dengan batasannya sampai 40 rumah dari setiap penjuru. Adapun hak-haknya
tetangga,
yaitu; memulainya
dengan
mengucapkan salam, berbuat baik kepada tetangga, apabila memulainya dengan berbuat baik kepada kita dengan ma’ruf, maka kita harus memnuhinya dengan berbuat baik pula, membayar hutang kepadanya, menjenguk apabila sakit, merasa bahagia jika tetangga mendapat kebahagiaan, memilki sikap empati jika tetangga ditimpa musibah, jangan melihat istri-istrinya tanpa ada sebab atau secara sengaja meskipun dai pembantunya, jangan membuka aib tetangga, menolak terhadap sesuatu yang tidak diinginkan sesuai dengan kemampuan kita, serta menyambut tetangga denagn wajah yang berseri-seri. Rasulullah saw bersabda:
7
Ibid., hal. 10-11.
46
>ُ ُْ@ْ ِمْ َ َر$َAِ ِB=ْ.َْْ ِم ا. وَا ِ ِ5 + ُ ِْ;ُ, ن َ َْ آ+َ “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tetangganya,”
ل َ َزَا: ل َ َL م٠ صC ِ ِHّ. ا+ ِ ََJَْ ُ اC َ ِ9َ َر#َDى ِٔ َ ْ+ََو ُ ُT َا ُ &َُ َ ِّرR ُ ََْS 6َQَ ِرOْ.ِ5 ْCِِْPُْ, ُ ْ,ِ ْHِ “Dari Aisyah ra, dari Nabi saw berkata: “Malaikat Jibril senantiasa memberikan wasiat kepada saya dengan bertetangga, sehingga saya mengira bahwasannya dia akan mewariskannya kepada tetangga.” Pelajaran ketujuh, adab bergaul8 Etika bergaul, ada banyak, diantaranya; menampakkan wajah yang berseri-seri, bersikap baik, memperhatikan ucapan teman bergaul, bersikap tenang, tidak sombong, diam ketika sedang bercanda, memaafkan dari kesalahan dan kekurangannya, tidak sombong dengan kewibawaan dan kekayaan. Maka sesungguhnya hal itu mendapatkan pahala serta harga diri, tidak akan dijatuhkan dari pandangan orang lain. Selain itu, menyembunyikan rahasia, karena bahwasannya rahasia itu tidak ada nilainya untuk dibicarakan. Syai’r:
ْ َرَ ِد+ِ ] \ َ@ِ5َْ.ْ ُ َو8ِHَA * ث َ َ$َT ْVَ7ْ)َ, ْ*َ.َْ ُءXْ.ِاذَاَا ُ;َا ِد7ْ. ا6ِAِ ِa(َا.ن ا َ َXِْل * َوآ ٍ َ ل َ ْ3َ5_ َو ِ ْ,3ِ `$ِ.َ ًءAَو 8
Ibid., hal. 12.
47
Apabila seseorang tidak menjaga kepada tiga hal
# Maka harus
menjual meskipun sekepal pasir. Yaitu setia kepada teman, mengorbankan harta # Menyembunyikan rahasia-rahasia dalam hati. Pelajaran kedelapan, membahas tentang kasih sayang9 Kasih sayang adalah memberikan kebahagiaan bagi orang lain dan merasa bahagia jika bertemu dengan orang lain. Dan sebab-sebabnya kasih sayang ada lima: Pertama, agama; dengan sempurnanya iman menolong terhadap rasa kasih sayang. Kedua, keturunan; biasanya seorang insan suka penyayang dan mencintai kerabat-kerabatnya dan menghindari terhadap perbuatan yang akan menyakiti hati kerabatnya. Rasulullah saw bersabda:
ْRَ7َbَ8َ0 ْR&َXَ0ِ َ* ِاذَاQ .ن ا ِا “Sesungguhnya rahim apabila saling bersentuhan maka akan saling menyayangi.” Ketiga, perkawinan; apabila sseorang mencintai kepada istrinya, maka dia mencintai terhadap setiap orang yang ada hubungannya dengan perkawinan. Telah berkata Khalid bin Zaed bin Mu’awiyah: “Hal yang paling dibenci oleh kami diantara ciptaan Allah adalah keluarga Zuber
9
Ibid., hal. 12-14.
48
sehingga saya menikahinya. Maka jadilah keluarga Zuber menjadi sesuatu yang disenangi oleh saya dari ciptaan Allah.” Keempat, berbuat baik; yaitu berbuat baik kepada orang lain. Seorang penyair berkata:
ن ُ َ(ْQن ِا َ َ(ِْْ.ا3َ َHْ8َْ&َاXَ.َdَA * ْ*ُJَ5ُْ$ُL ْ3ِHْ8َْ(َ0 س ِ . ا6َ.ْ ِا+ِ(ْQَا Berbuat baiklah kepada sesama manusia, niscaya kamu dapat mengendalikan hati mereka # Maka sudah sejak dahulu kebaikan mengendalikan manusia. Kelima,
persaudaraan;
sebagaimana
Rasul
telah
memperasudarakan antara sahabat Muhajirin dengan sahabat Anshar agar hubungannya menjadi kuat dan menambha rasa kasih sayang. Adapun keutamaan kasih sayang, diantaranya; memberikan manfaat serta mengambil manfaa, tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa, sehingga menjadikan hatinya istiqomah dan urusannya menjadi seimbang. Firman Allah SWT:
ُْاL َ7َ0e َ ً َو8ِْXَ ِ ا ِ ْHَ)ِ5 ُْاXِ`َْوَا “Berpegah teguhlah pada tali agama Allah secara keseluruhan dan janganlah bercerai berai.”
49
Pelajaran kesembilan membahas tentang persaudaraan10 Persaudaraan adalah hubungan antara dua orang yang terjalin dengan rasa kasih sayang. Masing-masing dituntut untuk saling menolong terhadap orang lain dengan hartanya dan jiwanya, memaafkan kesalahannya, ikhlas, meringankan bebannya, diam tidak menyakiti hatinya, berbicar sesuai yang diperintahkan oleh syara dan agama, memerintah pada kebaikan dan langgengnya keistiqomahan. Adapun keutamaan dari persaudaraan adalah besar sekali, yaitu dengan persaudaraan akan mendorong terciptanya akhlak yang baik, dapat meluluhkan hati, dengan persaudaraan dapat mendamaikan persengketaan, sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah dari buahnya taqwa. Firman Allah SWT:
ْ*ُ@َِْ5 َِ)ُْاذَات$ْP َوَا َ ُْاا/0 َA “Bertaqwalah kepada Allah dan damaikanlah orang-orang yang bersengketa diantara kalian.” Pelajaran kesepuluh, tentang etika di majlis11 Orang yang datang ke majlis, maka wajib memulainya dengan mengucapkan salam untuk orang yang hadir, dia duduk di tempat yang dirasa masih ada tempat untuk duduk di majlis, berpaling dari ucapan bohong orang lain yang tidak bermanfaat dan merubah perbuatan munkar
10 11
Ibid., hal. 14-15. Ibid., hal. 16.
50
dengan kekuasaannya, apabila tidak mampu maka dengan lisannya, apabila tidak mampu maka dengan hatinya, berdiri memberikan tempat duduk bagi saudaranya yang baru datang dengan tidak mengejeknya, terkadang seseorang itu lebih bagus daripadanya di hadapan Allah, jangan mengagungkan pada salah seorang saudaranya karena hartanya. Karena hal itu dapat melemahkan agama, menjatuhkan harga diri. Apabila ia bertemu di jalan hendaknya memalingkan pandangannya, menolong terhadap orang yang didzhalimi serta menolong orang yang lemah, memberikan bimbingan bagi orang yang sesat, dan harus menjawab salam kepada orang yang memulai salam, member kepada yang meminta-minta, bersikap tenang di tempat duduknya. Karena hal itu dapat menciptakan keagungan dan memperhatikan pada setiap keadaan. Pelajaran kesebelas, menerangkan tentang etika makan12 Etika sebelum makan diantaranya mencuci kedua tangan, menyimpan makanan di piring yang diletakkan di bawah lantai, duduk, berniat taqwa karena ibadah, tidak makan apabila masih kenyang, merasa cukup dengan makanan, tidak mencela makanan, mencari teman untuk makan bersama. Adapun adab atau etika ketika sedang makan, yaitu memulainya dengan membaca Basmalah dengan suara nyaring agar mengingatkan kepada
temannya,
makan
dengan
menggunakan
tangan
kanan,
mengecilkan suapan, melumatkan kunyahan, tidak terburu-buru untuk
12
Ibid., hal. 17-18.
51
memasukkan makanan ke mulut sebelum selesai dari suapan yang lainnya., makanlah dari makanan yang terdekat kecuali buah-buahan, jangan meniup makanan, jangan memotong makanan dengan pisau, jangan mengusap makanan denagn tangan, jangan mengumpulkan kurma dengan biji kurma dalam satu wadah, dan jangan minum air kecuali apabila dibutuhkan. Ketika selesai makan adabnya, adalah berdiri sebelum kenyang, membasuh
tangan
sesudah
membersihkannya
dengan
mulut,
mengumpulkan sisa nasi, dan membaca Hamdalah. Pelajaran ke dua belas, membahas tentang etika minum13 Etika minum ada banyak, diantaranya: mengambil gelas dengan tangan kanan, sebelum minum hendaknya gelas diteliti dulu, membaca Basmallah, duduk, minum air dengan sedikit-sedikit, karena apabila minum air langsung satu gelas maka akan menimbulkan madarat pada jantung. Nabi Muhammad saw bersabda:
%Hَ >ُ ْ4Hُ8َ0َ. َو%`ََ َءXْ.ْا4`ُ “Minumlah secara sedikit-sedikit dengan sebenarnya dan jangan minum air secara sekaligus dengan sebenarnya.” Diantara etika minum, yaitu minum air dengan tiga nafas, membaca Basmallah dalam setiap kalinya, membaca Hamdallah ketika selesai minum, jangan bernafas dalam badannya, jangan meniup air di
13
Ibid., hal. 18-19.
52
dalam gelas. Apabila sudah minum, bermaksud inginmemberikan minum pada orang lain, maka harus mendahulukan kepada orang yang ada di sebelah kanan kemudian mengakhirkan kepada orang yang ada di sebelah kiri meskipun dia adalah orang yang palig uggul. Karena pada waktu itu, Rasul juga memberi minum kepada seorang Arab dengan mendahulukan orang yang ada di sebelah kanan sebelum Abu Bakar dan Umar. Rasulullah saw bersabda:
+ َ َXْ,َ ْ. َA + َ َXْ,َْ.َا “Sebelah kanan kemudian ke sebelah kanan.” Pelajaran ke tiga belas membahas tentang etika tidur14 Diantara etika tidur, yaitu; suci dari hadas, tidur di pinggir yang sebelah kanan dengan menghadap ke kiblat, bermaksud bahwasannya dengan tidur dapat mengistirahatkan badan supaya kuat untuk melaksanakan ibadah, dzikir kepada Allah ketika mau tidur dan sesudah tidur. Nabi Muhammad saw ketika memulai akan tidur ke tempat tidur di waktu malam, Nabi selalu menyimpan tangannya di bawah pipinya sambil mengucapkan
ت ُ َُْْ َوَاQ َاh َ ِXْ&ِ5 * ُJ$ّٰ.َا Apabila bangun Nabi selalu mencucapkan:
ُْ ُرD4.َْ ِ ا.ََ َوِا0َ ََا3َ ْ8َ5 ََْQِى َا-. ِ $ِ.3ُ ْXَ)ْ.َا
14
Ibid., hal. 19-20.
53
Pelajaran ke empat belas, membahas tentang etika di masjid15 Masjid merupakan rumah Allah. Barang siapa yang hatinya selalu ingat ke masjid, maka Allah akan memberikan keteduhan baginya pada hari kiamat. Sebagaimana dalam hadis: “Orang yang berjalan menuju masjid, maka dituntun dengan rasa rindu, tenang dan rintih. Masuk masjid dengan mendahulukan kaki yang kanan, serta membersihkan sandalnya di luar masjid.” Ketika masuk masjid hendaklah mengucapkan:
h َ ِ$ْkَA ْ+ِ h َ .َiْ& َا6jُ * ِاJ$ّٰ.َا Melaksanakan shalat tahiyatul masjid, membaca salam meskipun di dalam masjid tidak ada siapa-siapa. Karena ssungguhnya di dalam masjid tidak kosong dari jin dan malaikat, duduk denagn niat taqarrub dan muraqabah kepada Allah, memperbanyak dzikir kepada Allah, menahan jiwa dari syahwat, meninggalkan permusuhan, tidak berpindah tempat dari tempat biasanya. Jangan mencari barang yang hilang, tidak mengeraskan suaranya di depan orang yang sedang shalat, tidak terlalu mementingkan pekerjaan, jangan tenggelam dengan hal membicarakan urusan dunia agar selamat ancaman yang akan datang. Nabi saw bersabda: “Akan datang di akhir zaman sekelompok orang dari umatku yang mendatangi masjid sambil duduk dan membentuk lingkaran (halaqah) membicarakan masalah dunia dan cinta kepada dunia. Maka jangan berkumpul kalian, yang tidak ada kebutuhan bagi Allah.”
15
Ibid., hal. 20-22.
54
Apabila keluar masjid, maka hendaknya mendahulukan kaki yang kiri, dan meletakkan kaknya di atas sandal dengan mendahulukan kaki yang kanan. Ketika keluar masjid, maka ucapkanlah doa: Nabi saw bersabda, Allah SWT berfirman: “Rumah kami di bumi adalah masjid-masjid. Barang siapa yang mengunjunghi dan memakmurkan masjid, maka beruntunglah bagi mereka yang membersihkan rumahnya kemudian berkunjung ke masjid, maka mereka berhak mendapatkan penghambaan dari kami.”
ل ِ َ َ0 ْ*َ. ً&َِا3ٍ ِOْ(َ 6ِA ج َ َ ْ&ْ َا+َ : َJَْ ُ $ّٰ. اC َ ِ9 َرl ٍ َْ َا+ََو >ُ َْ ُء93ِ ِOْ(َXْ. اh َ ِ.ٰ ذ6ِA َ ُ َدَا َم.ُ ِ7ْnَْ(َ0 ش ِ َْ8ْ.ُا#َ$َXَQُ َو#َ@ِa َ$َXْ.ا “Dari Anas ra: Barang siapa yang menyalakan lampu di masjid, maka malaikat yang memikul arasy tidak akan berhenti meberikan ampunan selama-lamanya dengan cahaya lampunya.”
Pelajaran ke lima belas membahas tentang kebersihan16 Ketahuilah bahwasannya bersihnya badan, pakaian, dan tempat itu dituntut oleh syara. Sehingga wajib bagi seseorang untuk membersihkan badannya serta merawat rambutnya dengan disisir dan dikasih minyak, ke dua telinganya disapu dan diusap, mulut dikumurkumur dan disikat, hidung dengan menghisap air dan mengeluarkannya, membasuh kuku yang ada di bawahnya. Nabi saw bersabda:
>ُ َ ْ8َp ح ُ j َ(ُ, َرأْ&َ ُ َو+ ُ ِْه3َ, 16
Ibid., hal. 22-23.
55
“Bahwasannya Nabi selalu member minyak pada kepalanya dan menyisiri rambutnya.” Dan bagi seseorang wajib membersihkan pakaian dengan air saja atau memakai sabun apabila membutuhkannya. Dan begitu juga wajib membersihkan tempat, sebab dengan hidup bersih dapat menjaga kesehatan, menghilangkan pikiran yang bingung, menerima kebahagiaan, bersikap rido terhadap teman, dan menempatkan nikmat dari Allah. Firman Allah SWT:
∩⊇⊇∪ ô^Ïd‰y⇔sù y7În/u‘ Ïπyϑ÷èÏΖÎ/ $¨Βr&uρ Artinya: “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan”. Pelajaran ke enam belas tentang jujur dan bohong17 Jujur adalah memberitahukan sesuatu yang sesuai dengan kenyataan/kejadian. Bohong adalah member kabar dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan kejadian. Sebab-sebab jujur adalah berakal, beragama, mempunyai harga diri,. Karena bahwasannya akal dapat mengetahui manfaat kejujuran dan bahasa berbuat bohong. Orang yang jujur tidak menyukai sesuatu yang dapat menimbulkan madarat, maka ia akan selalu bersikap jujur. Agama menyuruh untuk berkata jujur dan melarang berkata bohong. Demikian juga orang ynag mempunyai harga diri dia tidak rela dirinya berkata 17
Ibid., hal. 23-26.
56
bohong, yang dia cari adalah penghias diri dengan akhlak yang baik, dan bahwasannya dalam berkata dusta tidaka ada kebaikan. Sebab-sebab timbulnya bohong; bermaksud membeikan manfaat dan bermaksud menolak bahaya. Karena sesungguhnya manusia kadangkadang berfikir melakukan kebohongan untuk keselamatan sesaat. Berfikir dalam melaksanakan kejujuran untuk keselamatan yang abadi, sehingga tidak akan melakukan perbuatan bohong. Bahayanya berbohong; kembali kepada orang yang bicaranya selalu bohong dengan dihina, hilangnya kepercayaan, dilecehkan di dunia, disiksa di akhirat, dan kembali kepada yang lainnya. Karena bahwasannya orang yang bohong berjanji untuk berbuat baik, akan tetapi dia mengingkarinya, kemudian mereka kecewa terhadap dirinya karena sia-sianya harapan. Sehingga menimbulkan siakp ghibah, namimah, yang akan mendatangkan kebencian dan saling memusuhi. Cukup bagi orang yang bohong hanya dengan ejekan. Firman Allah SWT, dalam Al-Qur’a
ِ تا ِ َ,=ِ5 ن َ ُِْْ;ُ,َ. + َ ْ,-ِ .ب ا َ -ِ َ@ْ.َِْى ا7َ,َXِا “Sesungguhnya orang yang suka bohong tidak mempercayai terhadap ciptaan-Nya, hanya orang yang beriman yang percaya terhadap ayatayat Allah.” Rasulullah saw bersabda:
ِ ِ5 ََ َء+ ِ ِْ ْ+ًِ$َْ h ُ $َXْ.َْ ُ ا3َ ََHَ0 ً#َ5ْ-َآ3ُ ْHَ8ْ.ب ا َ -َ َِاذَاآ
57
“Apabila seorang hamba berbohong meskipun hanya sekali berbohong, maka maliakat akan menjauhinya satu mili dari baunya suatu perkara.” Dan cukuplah ujian yang diberikan kepada orang-orang yang jujur. Firman Allah SWT:
+ َ ِْL` ِد. ا1َ َُُْْ َوآ َ ُاا/0 اَُْٰاا+ َ ْ,-ِ .َاJ4,=ٰ, “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan jadilah kalian semua berada bersama orang-orang yang jujur.” Rasulullah saw bersabda: “Kamu harus mengutamakan kejujuran, meskipun kalian melihat bahwsannya dalam kebenaran itu selalu ada kecelakaan, maka sesungguhnya dari berbuat jujur ada keselamatan.” Pelajaran ke tujuh belas membahas tentang amanah18 Amanah adalah melaksanakan terhadap haq-haq Allah dan hakhak hamba-hamba-Nya. Dengan melaksanakan amanah, agama bisa sempurna dan nama baik bisa terjaga, serta harta dapat dijaga. Karena dengan melaksanakan terhadap hak-hak Allah, seperti; melaksanakan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi apa-apa yang dilarang-Nya. Dan
melaksanakan
terhadap
hak-hak
hamba
Allah,
seperti
mengembalikan barang titipan. Tidak mengurangi takaran, timbangan atau ukuran, tidak meyebarkan kejelekan dan kecacadan. Seseorang akan memilih untuk dirinya terhadap suatu kemaslahatan bagi dirinya di dunia dan di akhirat.
18
Ibid., hal. 26-28.
58
Firman Allah SWT:
َJِ$ْ َاه6ٰ.ت ِا ِ َََْ.واا4ُ َ;د0 ُْْ ُآُ*ْ َانiَ, َ نا ِا “Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk melaksanakan amanah kepada pemilkinya.” Rasulullah saw bersabda:
ُ َ.3َ ْJََ. ْ+َXِ. + َ ْ,َ ِد.َ ُ َو. َ#َََ َا. ْ+َXِ. ن َ َXْ,َ ِا. “Tidak ada iman bagi seseorang yang tidak amanat darinya, dan tidak agama bagi seseorang yang tidak ada perjanjian baginya” Dan kebalikan dari amanah adalah khianat, menyalahi hati dengan melanggar perjanjian secara sembunyi-sembunyi. Adapun madarat berbuat khianat yaitu seseorang yang khianat memilki sifat penghianat, kurangnya agama, menurunnya semangat, dan rendahnya harga diri. Dan diantaranya lagi orang-orang berpaling kepada pelaku khianat karena berbuat jelek kepada saudaranya, dipotong tangannya apabila dia mencuri, Allah benci kepadanya, sehingga Allah menyiksanya dengan alasan karena orang khianat tidak menjaga terhadap yang dibebankan oleh Allah. Firman Allah SWT:
ْ*ُِْ@ُ*ْ َوَا0ََُُْْاَاsَ0ل َو َ ُْ& . وَا َ ُُْااsَ0َ. اَُْٰا+ َ ْ,-ِ .َاJ4,=َ, ن َ ُْXَ$ْ8َ0 “Hai orang-orang yang beriman janganlah berkhianat kepada Allah dan Rasulnya
dengan
apa
yang
mengetahuinya.”
59
diamanatkannya,
sehingga
kamu
Pelajaran ke delapan belas, menerangkan tentang Iffah19 Iffah adalah suatu sifat hati yang menahan terhadap sesuatu yang diharamkan dan kotornya syahwat. Iffah termasuk sifat yang paling sempurna dan paling mulia. Cabangnya sifat Iffah banyak, yaitu sabar, qonaat, pemurah, keselamatan, wara’, tenang, kasih sayang, dan sifat malu. Iffah adalah gudangnya. Sebab-sebabnya iffah; memutuskan untuk tidak bersifat tamak, tidak terlalu sibuk/ mementingkan dalam mencari harta, bersifat qanaah dengan sesuatu yang mendorong pada kebutuhan. Firman Allah SWT:
] ِ 47َ8. ا+ َ َِِْ َءt َا ُ َِهOْ.ُ ُ* اJُHَ(ْ)َ, “Orang-orang yang bodoh menganggap dirinya kaya dari hasil minta.” Rasulullah saw bersabda:
ِ ِ5 1َ َِL ً َوAَ7َُ ُ آDَْ ن َ َ ِم وَآu َ ْ&ِْ$ِ. ي َ 3ِ ُْ ه+َXِ. 6ٰ5ُْb “Beruntunglah bagi mereka yang diberikan hidayah untuk masuk Islam sehingga kenutuhannya tercukupi dan bersikap qanaat.” Pelajaran ke Sembilan belas membahas tentang harga diri20 Suatu sifat yang mendorong untuk berpegang pada akhlak yang mulia dan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Adapun sebab-sebabnya; memilki semangat yang tinggi dan jiwa yang mulia, dengan tujuan untuk
19 20
Ibid., hal. 28-29. Ibid., hal. 29-30.
60
menjaga nilai-nilai yang tinggi, mendapatkan keutamaan dan kemuliaan, dan mengorbankan pemberian, serta tidak menyakiti. Harga diri meruppakan tanda-tandanya Iffah, menjaga kesucian, dan menjaga harga diri. Sehingga orang yang memilki sifat harga diri pastinya bertaqwa, dan jauh dari sifat tamak, rela terhadap sesuatu yang telah diberikan Allah tanpa memandang terhadap sesuatu dimilki oleh orang lain. Dan yang menunjukkan sifat terpujinya seseorang yang memilki harga diri, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
َJَAَ ْpُُْْ ِر َوَا. اC َ ِ.َ8َ w 4 ِ)ُ, َ نا ِا “Sesungguhnya Allah mencintai terhadap urusan-urusan yang terhormat dan kemulian umur.” Pelajaran ke dua puluh, memahas tentang hilim21 Suatu sifat yang menjadikannya mampu untuk mebalas kepada orang yang berbuat marah kepadanya serta dia mampu untuk membalasnya. Sebab-sebabnya adalah menyayangi orang yang bodoh, tidak menyukai permusuhan, merasa malu dengan member balasan dari jawabannya, bermurah hati kepada pelaku kejahatan, menjaga nikamt dari memilki harta yang sudah lalu, melakukan tipu daya, serta mencari kesempatan. Dan begitu juga bahwasannya tidak ingin melakukan permusuhan, itu termasuk kemuliaan jiwa, mempunyai semangat yang 21
Ibid., hal. 30-31.
61
tinggi, merasa malu, ini termasuk pemeliharaan diri dan sempurnanya nama baik. Dan pemeliharaan nikmat yang telah lalu itu termasuk kesetiaan, tipu daya dan mencari kesempatan itu termasuk kebencian. Karena seseorang memperlihatkan kebencian itu termasuk tipu daya. Rasulullah saw bersabda, menganai pujian yang diberikan kepada orang yang bersifat hilim.
َء-ِ َHْ. اx َ ِQَ7ْ. اy ُ ِnْHُ,ِْ َ* َو$َ)ْ. اC َ َِ)ْ. اw 4 ِ)ُ, َ نا ِا “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang memilki sifat malu dan pemaaf, serta Allah membenci orang yang jelek mulutnya dan berkata kasar.” Pelajaran ke dua puluh satu, menerangkan tentang dermawan22 Dermawan adalah mengorbankan harta tanpa meminta dan tidak menghak. Dermawan merupakan suatu keutamaan yang dianggap baik dan merupakan suatu sifat terpuji, karena dalam dermawan ada keterkaitan dengan menyatunya hati. Sehingga banyak manfaat dari sifat dermawan, seperti menyebarkan rasa kasih sayang. Sehingga Rasul pun suka memberi imbalan kepada orang yang takut akan kefakiran. Dan diceritakan dalam hadis, berkata Jibril, telah berfirman Allah SWT: “Agama ini adalah agama yang diridhoi oleh kami, tidak ada yang bisa membereskan/ mendamaikan kecuali orang yang memilki sifat pemurah dan akhlak yang baik. Maka muliakanlah agama mere sekemampuan kalian.” Pelajaran ke dua puluh dua, tentang tawadlu23 22
Ibid., hal. 31-32.
62
Tawadlu adalah rendah hati tidak merasa hina. Adapun yang dimaksud tawadlu memberikan kepada setiap orang yang mempunyai hak dengan haknya, sehingga sikap tidak akan bisa hilang dari orang yang
menghinanya,
tidak
akan
menurunkan
kemuliaan,
dan
kedudukannya. Dan sebab-sebabnya tawadlu mendorong seseorang untuk berbuat mulia kepada orang lain. Rasulullah saw bersabda:
ُ َ8َA ِ َر$ِ. 1َ َ9ََا0 ْ+َ “Barang siapa yang bersifat tawadlu maka Allah akan mengankatnya dengan kemuliaan.”
Pelajaran ke dua puluh tiga tentang mengagungkan diri24 Adalah suatu sifat yang menjadikan seseorang merasa dirinya memilki kedudukan tinggi dan terhormat. Adapun sebab-sebabnya; mengetahuinya sesorang terhadap dirinya. Buahnya
mengagungkan
diri;
berhias
diri,
sabar
dalam
mengahadapi kesulitan hidup, tidak menampakkan terhadap kebutuhan, seseorang mengagungkan kepadanya, dan Allah berbuat baik kepada orang yang mengagungkan diri. Firman Allah SWT:
+ َ ِِْْ;ُXْ$ِ.ِ ِ َو.ُْ&َ ِ.ِ ُة َو8ْ. ِ ا$ِ.َو 23 24
Ibid., hal. 32. Ibid., hal. 33.
63
“Bahwasannya keagungan hanya milik Allah, milik Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin.” Rasulullah saw bersabda:
ِ ِ(ْ7َ َر3َ َL ف َ َ َ اْ ًَأ ُ ِ َ* اQَر “Allah akan memberikan rahmat kepada mereka yang mengetahui kadar imannya.” Pelajaran ke dua puluh empat membahas mengenai dendam25 Adalah menyembunyikan kejahatan dan memilih sikap berlebihan untuk terus menyakitinya. Sebab-sebabnya memilki rasa benci, mengikuti terhadap sifat yang diharamkan, ada 8 yaitu; dengki terhadap orang yang didendami, merasa bahagia jika orang lain tertimpa musibah, memutuskan hubungan meskipun orang lain simpati kepadanya, berpaling dan selalu menyepelekan, berbicara dengan kekejian terhadap orang lain, seperti; mengumpat, menyebarkan kejelekan, meniru-niru karena menghina, menyakiti tubuhnya, mengahalangi terhadap hak orang lain, serta tidak membayar hutangnya. Rasulullah saw bersabda:
ُْ ٍد/ُ)ِ5 l َ َْ. + ُ ِْ;ُX.ا “Orang-orang mukmin tidak pendendam.”
25
Ibid., hal. 33-34.
64
Pelajaran ke dua puluh lima, tentang hasad26 Adalah mengaharapkan hilangnya nikmat yang dimilki oleh orang lain. Perbuatan seperti itu dinamakan “Ghibthah.” Ghibtah bukan termasuk perbuatan tercela, bahkan sifat ghibtah harus dimilki untuk meraih sifat terpuji. Rasulullah saw bersabda:
3ُ ُ(ْ)َ, _ ُ ِAَُXْ.ِ{ُ وَاHْnَ, + ُ ِْ;ُXْ.ا “Orang mukmin yang mempunyai sifat ghibtah mereka suka munafik.” Sebab-sebab hasad ada tiga, yaitu: 1. Membenci seseorang karena mengetahui mempunyai keutamaan atau nikmat yang diberikan Allah kepadanya. 2. Lebih tingginya keutamaan yang dimilki oleh seseorang yang dihasud, orang yang hasud akan memilikinya dengan segenap kemampuannya. 3. Orang yang hasud memilki sifat kikir, dengan keutamaannya dia menghasud orang-orang yang sudah mendapat kebaikaan. Dan menghilangkan sifat hasad yang tertanam dalam hati: berpegang teguh terhadap agama dan melihat sesuatu yang ada pada sifat hasad dari kemadaratannya, merasa ridho dengan qada dan qadar.Dan adapun hal yang dapat mendatangkan sifat fasik, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
w َ َdَ)ْ. ُرا. ا ُ ُْ آiَ0َXَت آ ِ ََ(َ)ْ. ا ُ ُْآiَ,3ُ َ(َ).ا
26
Ibid., hal. 34-36.
65
“Sifat hasad itu dapat menghapus kebaikan, seperti api memakan kayu bakar.”
Pelajaran ke dua puluh enam tentang ghibah27 Adalah membicarakan aib orang lain yang dibenci olehnya yang diucapkan dihadapannya. Seperti ucapan dia pincang, fasik, fakir, pendek bajunya, membicarakan kekurangannya. Sebab-sebab ghibah ada 8, yaitu; melampiaskan kejengkelan, ingin mengungguli, terburu-buru dalam mencapai sesuatu untuk terus menyakiti orang lain, bermaksud membersihkan jiwa, berbaik-baukan dengan teman, bercanda, dan memperolok-olok. Tidak termasuk ghibah mencela seseorang karena kelaliannya dalam melakukan sesutau, membimbingnya terhadap sesuatu yang memberikan maslahat bagi dirinya. Allah tidak melarang member nasihat kepada orang lain, tapi Allah melarang mengingkari perbuatan ghibah. Allah SWT berfirman:
ِ ِْBَ)ْ َ* َا. َ ُْآiَ, ْآُ*ْ َان3ُ َQ َاw 4 ِ)ُ,ًَاkْ8َ5 ْ*ُ@ُkْ8َ5 ْwَْnَ, e َ َو >ُ ُْXَُْ@َ ِهAًَْ
Pelajaran ke dua puluh tujuh membahas tentang namimah28 Adalah memindahkan obrolan dari seseorang atau para pegawai tentang keadaannya terhadap orang lain atas dasar merusak. 27 28
Ibid., hal. 36-37. Ibid., hal. 37-38.
66
Sebab-sebab namimah; bermaksud menjelekkan terhadap orang yang diobrolkan, menampakkan kecintaan kepada orang yang diajak bicara, omong kosong, mendekati orang yang mempunyai kelebihan harta. Yang menyebabkan seseorang menahan perbuatan dari sifat namimah; mengetahuinya seseorang bahwa namimah akan mendorong timbulnya perpecahan, permusuhan, menghak untuk disiksa.
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya orang yang dicintai Allah adalah mereka yang mencintai dan dicintai, dan sesungguhnya orang yang dibenci Allah adalah orang yang berbuat jelek karena namimah yang memcah belah persaudaraan.”
Rasulullah saw bersabda:
ٌمXَ َ#َOْ. ا ُ ُBْ3َ,e َ “Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” Pelajaran ke dua puluh delapan tentang sombong29 Adalah menganggap diri merasa lebih besar dari orang lain. Bahayanya sombong banyak: dapat menyakiti hati orang lain, memutuskan kasih sayang, memecah belah hati orang lain, dan mendorong untuk membenci sahabatnya. Yang menjadi penyebabnya adalah orang yang sombong tidak tunduk pada kebenaran, tidak bisa menahan amarah, dan tidak bisa lemah
29
Ibid., hal. 39-40.
67
lembut dalam menasihati. Bagi orang yang sombong, cukup hanya dengan celaan. Rasulullah saw bersabda:
ِ ْHِ@ْ. ا+ َ ِل َذ ر ٍة َ َ/ْ ِ ِ ِHْ$َL 6ِA ن َ َْ آ+َ َ#َOْ. ا ُ ُBْ3َ,e َ ”Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sifat sombong walaupun hanya seberat dzarrah.” Barang siapa yang mengetahui bahwasannya dia diciptakan dari sperma dan kemudian akan menjadi bangkai, maka mudah bagi mereka untuk meninggalkan sifat sombong yang akan mendatangkan sifat ujub. Pelajaran ke dua puluh sembilan menerangkan tentang tipu daya30 Adalah tenangnya jiwa yang sesuai dengan nafsu cenderung terhadap tabeat yang disebabkan oleh syubhat syaitoniyah. Tipu daya ada dua macam: 1. Tipu daya ahli kufur, mereka seperti membeli kehidupan dunai dengan akherat, mereka merasa tenang dengan kesenangan dunia dan mengingkari adanya ba’ats, mereka tertipu dan terpedaya dengan kehidupan dunia, dan menyangka bahwasannya mereka akan mendapatkan tempat dan rahmat ketika meninggal dunia dan menganggap dirinya lebih utama daripada orang lain. 2. Tipu daya orang yang suka maksiat dari kalangan mukmin. Mereka adalah orang yang tidak beramal dan tertipu dengan luasnya ampunan dari Allah atau bersandar pada ketaatan orang
30
Ibid., hal. 40-42.
68
tuanya, karena ilmunya banyak. Yang pertama, mereka tidak tahu bahwa ketika mengaharapkan sesuatu tanpa tidak mengambil sebabsebabnya, itu merupakan harapan yang tercela dan tidak ingat. Yang kedua firman Allah SWT:
>ِ 3ِ ِ.ْ وَا+َُْدٌهُ ََ ٍز.َْe َ ِ> َو3ِ َ.ْ َو+ٌَ3ِ.ِْى وَاOَ,e َ ًَْ,َْاDْBوَا ً}َْp “Takutlah kalian akan suatu masa yang tidak akan ada yang bisa menolong satu orang bapak pun terhadap anaknya dan begitu juga seorang anak terhadap bapaknya sedikitpun.” Yang ketiga, bahwasannya ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah. Diantaranya, ada seseorang yang terpiku dengan banyaknya ibadah, menganggap dirinya lebih pantas untuk dimaafkan daripada orang lain dan tidak tahu bahwasannya hal itu dapat menghapuskan terhadap keikhlasannya yang akan meleburkan terhadap pahala amalnya. Menipu terhadap orang lain dengan banyaknya harta, sehingga dia menyangka bahwasannya hal itu dapat membuat dirinya merasa lebih unggul dari orang lain, sehingga cenderung terhadap kesenangan dunia dan lupa terhadap karunia Allah. Diantara kejelekan tipu daya, akan melahirkan sifat sombong dan akan mengahalanginya untuk masuk ke surga.
69
Pelajaran ke tiga puluh menerangkan tentang zhalim31 Adalah menyepelekan terhadap keadilan dengan melampaui batas. Zhalim termasuk di dalamnya kemaksiatan dan berbagai sifat tercela. Zhalim itu ada dua, yaitu zhalim kepada diri sendiri dan zhalim kepada orang lain. Zhalim kepada diri sendiri seperti sembarangan dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT dan meninggalkan iman. Zhalim kepada oang lain seperti menyakiti tetangga, menghina tamu, membuat kebohongan, ghibah, dan namimah.
Rasulullah saw bersabda:
ِ#ََِ/ْ.َْ َم ا, ٌَتXْ$ُS *ُ ْ$4~.ا “Zhalim yang menjadikan gelap pada hari kiamat.” Dalam hadis qudsi: “Wahai hambaku, sesungguhnya kami mengharamkan berbuat zhalim terhadap diri sendiri, maka janganlah kalian saling menzhalimi orang lain.” Pelajaran ke tiga puluh satu tentang adil32 Adalah tengah-tengah dalam melakukan suatu urusan sesuai dengan syari’at. Adapun macam-macam adil : 1.
31 32
Adil terhadap diri sendiri.
Ibid., hal. 42-43. Ibid., hal. 43-44.
70
2.
Adil terhadap orang lain ada 8, yaitu: a. Adilnya penguasa terhadap rakyat dan memberikan apa yang menjadi haqnya rakyat. b. Adilnya antara rakyat denagn penguasa, murid dengan gurunya, anak dengan orang tuanya, yang dibarengi dengan ketaatan. c. Adilnya seseorang terhadap orang lain dengan tidak bersikap sombong dan menyakitinya.
Firman Allah SWT:
ُ َْAَ َْ3َ/َA3ُ ْHَ8ْ.ن َا ا ِ َ(ْQِ ْ.ل وَا ِ ْ3َ8ْ.ِ5ُ ُْiَ, َ نا ِا “Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil dan berbuat kebaikan, adapun adil seorang hamba mengetahui terhadap dirinya.”
Adapun ihsan, sebagaimana dijelaskan dalam hadis:
>ُ َ َ0 h َ ََ آ َ َا3ُHْ8َ0 َْان “Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya.” Ihsan merupakan puncaknya kehidupan dan sempurnanya iman. Dari 31 bab pembahasan yang terdapat dalam kitab Taisi
Khalla
71
hubungannya dengan Tuhan, sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri, sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga, sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, serta sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar. Nilai-nilai pendidikan akhlak ini, berdiri di atas rasa tanggung jawab terhadap perkataan dan perbuatan. Dan motif dalam diri muslim adalah persoalan yang tumbuh dari dalam dirinya, bukan syarat dan bukan pula rasa takut yang menggerakannya. Hal ini datang dari kenyataan bahwa pribadi muslim bertanggung jawab di hadapan Allah atas semua yang diucapkan atau dikerjakan. Manhaj yang dipilih oleh Allah atas semua yang diucapkan atau dikerjakan. Karena akhlak dalam Islam adalah seperti akidah dan ibadah, yang merupakan bagian dari sisi-sisi konstan yang tak dapat berubah dan tergantikan.33 Berdasarkan jangkauan dari sikap dan perilaku pendidikan akhlak di atas, maka penulis akan memperinci dengan nilai-nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: 1. Religius 2. Jujur 3. Toleransi 4. Disiplin 5. Kerja keras 33
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 47.
72
6. Kreatif 7. Mandiri 8. Demokratis 9. Rasa ingin tahu 10. Semangat kebangsaan 11. Cinta tanah air 12. Menghargai prestasi 13. Bersahabat/komunikatif 14. Cinta damai 15. Gemar membaca 16. Peduli lingkungan 17. Peduli social 18. Tanggung jawab34 Haf< iz Hasan al-Mas’u
34
Muchlis Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 9.
73
Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Taisi
2.
Tabel 1.1 Jangkauan sikap dan perilaku dan Butir-Butir Nilai Akhlak dalam Kitab Taisi
Butir-butir Nilai Akhlak dalam Kitab Taisi
Berdasarkan tabel di atas, sudah ditegaskan bahwasannya budi pekerti yang paling hakiki adalah dengan memiliki akhlak yang mulia. Berangkat dari maksud di atas, penulis akan menjabarkan jangkauan sikap dan perilaku yang dapat melahirkan nilai-nilai akhlak sesuai yang terkandung dalam kitab Taisi
35
Haf< iz Hasan al-Mas’u
74
a.
Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khaliq. Sekurang-kurangnya ada empat alasan kenapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Kedua, karena Allah-lah yang memberikan perlengkapan pancaindera. Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Keempat, Allah-lah yang telah memulaikan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.41 Oleh karena itu, sudah sewajarnya sikap akhlak yang pas kepada Allah. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah, salah satunya adalah dengan bertaqwa. Dalam kitab Taisi
41
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 149-150.
75
dimanapun dan kapanpun Allah selalu melihatnya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, hendaknya kalian beribadah hanya karena Allah, meskipun kita tidak bisa melihat Allah yakinkan dalam hati bahwa Allah pasti melihat kita. Dengan memperoleh ketakwaan, seseorang tentunya akan melaksanakan perbuatan yang diperintahkan oleh Allah, seperti: bersikap jujur, amanah, adil, saling memaafkan, dan senantiasa bersikap sabar. b. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri Allah
memuliakan
manusia
dengan
akal
dan
menjadikannya sebagai dasar taklif. Allah juga memberi mereka kebebasan dan kemampuan memilih yang membuatnya bebas melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan sesuai dengan petunjuk akal dan syara’. Inilah rahasia keindahan akhlak dan bukti akan kemuliannya. Diantara bukti kebenaran dan kemulaian nilai-nilai akhlak Islam adalah adanya tuntutan tanggung jawab dari setiap individu atas semua perbuatnnya. Sehingga setiap orang bertanggung jawab atas sesuatu yang dilakukan. Adapun nilai pendidikan akhlak pribadi ini, ada yang diperintahkan ada yang dilarang. Dalam kitab Taisi
Khalla
76
1. Nilai kebersihan Hendaknya setiap pribadi senantiasa hidup bersih, baik bersih badan, pakaian, maupun tempat, karena hal itu sangat dianjurkan oleh syara’. Wajib bagi seseorang untuk membersihkan badannya, yaitu dengan merawat rambutnya dengan disisir dan dikasih minyak, ke dua telinganya disapu dan diusap, mulut dikumur-kumur dan disikat, menghisap air ke hidung dan mengeluarkannya, serta membersihkan kuku. Selain
bersih
membersihkan
badan,
pakaian
menggunakan air
saja
hendaknya
yang
hendak
atau
memakai
senantiasa
dipakai
dengan
sabun
apabila
individu
wajib
membutuhkannya. Dan
yang
terakhir,
setiap
membersihkan tempat yang didiaminya, sebab dengan hidup bersih dapat menjaga kesehatan, menghilangkan pikiran yang bingung, mendapat kebahagiaan, bersikap ridho terhadap teman, dan mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.42 2. Nilai kejujuran Sifat jujur merupakan salah satu dari sifat yang ada pada diri Rasul. Sebelum diutus sebagai Nabi, Muhammad terkenal karena kejujurannya. Beliau digelari al-Shadiq alAmin (jujur dan terpercaya). Kejujuran adalah ketenangan, 42
Haf< iz Hasan al-Mas’u
77
sementara kebohongan adalah kegelisahan. Saat bersikap jujur, maka hati kita menjadi tenang dan tenteram. Meskipun kita mengetahui bahwasaannya dengan bersikap jujur akan menghadapi sesuatu yang tidak disukai. Kejujuran adalah kekayaan yang kini mulai pudar dari tangan manusia.43 Menurut Haf< iz Hasan al-Mas’u
melaksanakan
sesuatu
yang
dapat
menimbulkan
kemaslahatan bagi dirinya baik di dunia maupun di akhirat.
43
Amr Khaled, Buku Pintar Akhlak, (Jakarta: Zaman, 2010), hal. 83.
78
4. Iffah Sifat iffah ini memilki banyak cabang, diantaranya: sabar, qonaat, pemurah, wara, tenang, kasih sayang, dan memiliki rasa malu. Malu adalah sifat yang ada pada jiwa yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan yang bisa memperbaiki dan memperindahnya serta meninggalkan hal yang bisa menodai dan memperburuknya. Sehingga kita akan menjumpai ketika dia melakukan hal yang menyimpang dari syari’at, dia akan merasa malu terhadap manusia. Jika dia melakukan hal yang haram, dia merasa malu terhadap Allah. Jika dia meninggalkan salah satu kewajiban dia merasa malu kepada Allah. Jika dia meninggalkan sesuatu yang seharusnya dia kerjakan , dia merasa malu kepada manusia. Malu termasuk bagian dari iman, oleh karena itu Ibnu ‘Umar menyebutkan bahwa Nabi saw pernah melewati salah satu sahabat Anshar yang menasehati saudaranya dalam hal malu, maksudnya
adalah
menganjurkannya
untuk
berakhlak
dengannya, maka Nabi saw menjelaskan bahwa malu adalah bagian dari keimanan.44 5. Harga diri Orang yang memilki harga diri, berarti ia telah berusaha untuk bersikap iffah, menjaga kesucian, dan menjaga diri. Sehingga orang yang memilki sikap ini oastinya 44
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Akhlak-Akhlak Mulia, (Surakarta: Pustaka Al-Fiyah, 2010), hal. 104.
79
orang tersebut bertaqwa, jauh dari sifat tamak, serta merasa rela terhadap sesuatu yang telah diberikan oleh Allah tanpa memandang terhadap sesuatu yang dimilki oleh orang lain. 6. Hilim Sikap hilim merupakan salah satu akhlak yang sangat terpuji. Orang yang hilim, dia selalu menjaga dirinya untuk membalas kepada orang yang berbuat marah kepadanya, padahal dia sendiri mampu untuk membalasnya. Orang yang hilim tidak menyukai permusuhan dan bersikap murah hati pada orang yang berbuat kejahatan. 7. Dermawan Hendaknya setiap insan memilki sikap dermawan, sebagaim yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Nabi adalah manusia yang paling dermawan, beliau pernah memberikan pemberian yang tidak ada seorang manusiapun yang member seperti yang beliau lakukan. Beliau lebih mengutamakan orang lain atas dirinya sendiri. Kedermawanan beliau adalah kedermawanan yang tepat pada tempatnya. Beliau menginfakkan harta untuk Allah dank arena Allah. Terkadang untuk orang kafir, orang yang membutuhkan, orang yang berjihad fii sabilillah atau untuk melunakkan hati orang yang baru masuk Islam atau
80
dalam rangka mensyari’atkan kepada umat ini agar meneladani beliau.45 8. Tawaduk Tawaduk mempunyai dua arti: Pertama, tunduk dan menerima kebenaran dari siapapun. Kedua, tawaduk berarti merendahkan sayap kepada manusia. Maksudnya engkau ramah dan lembut saat bergaul dengan orang lain, siapapun dai. Entah pembantu, pelayan orang terhormat, orang biasa, orang rendahan, ataupun orang besar. Keutamaan dari bersikap
tawaduk
adalah
bahwasannya
Allah
akan
mengangkat kedudukan dan derajat bagi orang yang bersikap tawaduk. Oleh sebab itu, bersikaplah tawaduk, karena ketika berusaha untuk bersikap tawaduk kepada Allah dalam hidup bermasyarakat, pada waktu itulah kita kian dimuliakan oleh Allah.46 9. Nilai keadilan Dalam literatur Islam, keadilan dapat diartikan sebagai istilah untuk menunjukkan pada persamaan atau bersikap tengah-tengah atas dua perkara. Keadilan ini terjadi berdasarkan keputusan akal yang dikonsultasikandengan agama. Dimana ada kewajiban maka ada keadilan, yaitu menerapkan dan melaksanakan hak sesuai dengan tempat, waktu dan kadarnya yang seimbang. Demikian pentingnya 45 46
Ibid., hal. 179-180. Amr Khaled, Buku Pintar Akhlak, hal. 55-56.
81
masalah keadilan dalam rangka pelaksanaan hak dan kewajiban.47 Sedangkan nilai pendidikan akhlak yang dilarang terdiri dari: berbicara bohong, bersikap mengagungkan diri, dendam, hasad, ghibah, namimah, sombong, tipu daya, dan dhzalim. c. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga Dalam hubungan sosial, kedua orang tua menduduki posisi yang paling istimewa. Dalam kebaktian, berbakti kepada orang tua menempati kedudukan kedua setelah berbakti kepada Allah SWT. Di dunia ini tidak ada seorangpun yang kedudukannya menyamai orang tua dan menandingi jasa orang tua terhadap anak, kecuali si anak menemukan mereka dalam keadaan menjadi budak, yang kemudian memerdekakannya. Jasa orang tua telah didapatkan oleh sang anak sejak masih dalam kandungan, bahkan saat melahirkan sang ibu mempertaruhkan nyawanya, kemudian pemeliharaan dan mendidiknya hingga dewasa. Hal inilah yang menjadikan kedua orang tua sangat tinggi posisinya bagi anak-anaknya.48 Di dalam kitab Taisi
Khalla
Hak kepada ke-dua orang tua a) Selalu menyebutkan nikmat yang telah diberikan oleh orang tua.
47 48
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, hal. 143-144. M. Amin Syukur, Studi Akhlak, (Semarang: Walisongo Press, 2010), hal. 70.
82
b) Berterimakasih kepada orang tua. c) Melaksanakan perintah orang tua sejauh perintah tersebut tidak menjerumuskan terhadap kemaksiatan. d) Duduk dihadapannya dengan pandangan tunduk serta memalingkan pandangan dari berbuat kesalahan. e) Tidak menyakiti hati orang tua meskipun dengan ucapan “AH”. f) Tidak berjalan di hadapannya kecuali denagn sikap hidmat. g) Memanggil dengan panggilan kasih sayang dan pengampunan. h) Amar ma’ruf nahyi munkar kepada orang tua. •
Hak-hak kerabat a) Jangan pernah menyakiti kerabat baik dengan ucapan maupun perbuatan. b) Bersikaplah rendah hati. c) Memikiul penderitaan kerabat meskipun dia bersikap sombong. d) Membantu terhadap keperluannya serta mencegah dari kemadaratan dalam keadaan apapun.49 •
Kasih sayang, maksudnya adalah senantiasa memberikan kebahagiaan kepada orang lain dan merasa bahagia jika bertemu dengannya.50
49
Haf< iz Hasan al-Mas’u
83
d. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa Yang
termasuk
nilai
pendidikan
akhlak
dalam
bermasyarakat, yaitu: adab bergaul, tetangga, dan persaudaraan. Hendaknya setiap orang memperhatikan akhlak yang harus
dilaksanakan
ketika
bergaul
dengan
orang
lain,
diantaranya: menampakkan wajah yang berseri-seri, bersikap baik, memperhatikan ucapan teman bergaul, bersikap tenang, tidak sombong, diam ketika sedang bercanda, memaafkan dari kesalahan
dan
kekurangannya,
tidak
sombong
dengan
kewibawaan dan kekayaan. Maka sesungguhnya hal itu mendapatkan pahala serta harga diri, tidak akan dijatuhkan dari pandangan orang lain. Selain itu, menyembunyikan rahasia, karena bahwasannya rahasia itu tidak ada nilainya untuk dibicarakan. Sebagaimana dijelaskan dalam sya’ir:
ْ َرَ ِد+ِ ] \ َ@ِ5 َْ.ْ ُ َو8ِHَA # ث َ َ$َT ْVَ7ْ)َ, ْ*َ. َْٔ ُءXْ.ِاذَاَ ا ُ;َا ِد7ْ. ا6ِAِ ِa (َا.ن اا َ َXِْ َوآ# ل ٍ َ ل َ ْ3َ5_ َو ِ ْ, 3ِ `$ِ. َ ًءAَو Apabila seseorang tidak menjaga kepada tiga hal # Maka harus menjual meskipun sekepal pasir. Yaitu
setia
kepada
teman,
mengorbankan
Menyembunyikan rahasia-rahasia dalam hati.
50
Ibid., hal. 12-13.
84
harta
#
Selain harus memperhatikan adab dalam bergaul, kita sebagai
makhluk
sosial
yang
tidak
bisa
hidup
tanpa
bermasyarakat dan bertetangga, hendaknya senantiasa menjaga akhlak dari perbuatan-perbuatan yang tercela.
Tetangga
merupakan orang yang rumahnya dekat dengan rumah kita, oleh karena itu hendaklah muliakan tetangga kita. Yang terdekat lebih berhak dibandingkan yang lebih jauh. Bertetangga dengan baik adalah dengan cara berbuat baik dan bersikap dermawan terhadap mereka dan anak-anak mereka. Termasuk hal yang sangat disayangkan sekali, kebanyakan mereka berbuat jahat terhadap tetangga mereka yang lebih keterlaluan tetangganya.
dibandingkan Sehingga
terhadap
yang
sering
orang terjadi
yang
bukan
adalah
dia
mengganggu tetangganya dengan merampas barang miliknya dan mengusirnya.51 Selain akhlak kepada tetangga, yang termasuk nilai pendidikan akhlak bermasyarakat adalah menyambung tali persaudaraan. Menyambung tali persaudaraan adalah wajib dan memutuskannya adalah karena turunnya laknat dan terhalang masuk ke dalam surga. Jika manusia dalam keadaan kekurangan sedangkan engkau dalam keadaan kaya karib kerabatmu dalam keadaan miskin, maka cara menyambung tali persaudaraana mereka adalah dengan cara memberikan kekayaan kepada mereka sesuai dengan kemampuan. Jika manusia dalam keadaan
51
Abu Hudzaifah Ahmad bin Kadiyat, Akhlak-Akhlak Mulia, (Surakarta: Pustaka Alfiyah, 2010), hal. 74.
85
tercukupi dan semuanya dalam keadaan baik, maka pulang pergi menjenguk mereka di pagi dan sore hari bisa terhitung sebagai bentuk menyambung tali persaudaraan.52 Pada zaman kita ini, perbuatan menyambung tali persaudaraan ini sangat minim sekali. Yang demikian itu, karena masing-masing orang sibuk dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri, sehingga lupa terhadap yang lainnya. e. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar Hendaknya
seorang
muslim
memperhatikan
dalam
masalah kebersihan, baik badan, pakaian, maupun tempat. Karena dengan hidup bersih dapat menjaga kesehatan, dapat menghilangkan pikiran yang negatif, senantiasa mensyukuri atas nikmat Allah yang telah diberikan. Dengan pola hidup bersih, dapat melestarikan lingkungan alam sekitar menjadi indah dan nyaman.
B. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Menurut Muhammad Sya
52
Ibid., hal. 71.
86
kepadanya.53 Kitab ini mengulaas berbagai persoalan akhlak yang paling mendasar yang sangat diperlukan oleh setiap pelajar.54 Yang khas dari kitab ini, pada awal baitnya selalu dimulai dengan kata ya< bunayya< yang berarti wahai anak lelaki kecilku. Menurut Muhammad Sya
53 54
Home page salafi on line Indonesia, http://www.salafi.or.id, 2012. Muhammad Sya
t.t), hal. 1 55
Ibid., hal. 1-4.
87
bodoh
itu
dapat
terlindungi
karena
ketidaktahuan
dan
kebodohannya, sifat itu menjadi tameng agar orang lain bisa memakluminya, sedangkan pada orang lain (pandai) tidak memilki tameng tersebut kecuali dia harus dapat mengimbangi keilmuannya dengan baiknya akhlak yang diwujudkan dalam perilaku. Bab kedua, kewajiban untuk taqwa kepada Allah56 Takut kepada Allah merupakan suatu keharusan, karena Dia telah menciptakan, memberi rizki, dan menganugerahkan akal. Adapun yang kita ucapkan dan lakukan bahkan yang bersenayam di hati sekalipun tiada samar bagi-Nya. Oleh karena itu maka kita harus bertaqwa. Taqwa dapat tercermin melalui keunggulan dalam menjalankan
perintah-perintah-Nya
dan
menjauhi
larangan-
larangan-Nya, karena Allah tidak akan meridhoi dan mengancam siapa saja melanggar aturannya dengan siksa yang pedih. Sesungguhnya dalam ketaatan kepada Allah terdapat suatu kenikmatan yang hanya dapat dirasakan bagi yang telah mencobanya. Adapun mencoba untuk senantiasa taqwa adalah terasa berat, akan tetapi sesuatu yang berat itu dapat menjadi mudah apabila selalu dicoba dengan sungguh-sungguh. Taqwa tidak hanya berkutat pada ibadah mahdloh saja melainkan juga mencakup ibadah yang kategorinya ghairu mahdloh seperti cinta
56
Ibid., hal. 4-7.
88
tanah air, menjaga kesehatan, dan lain-lain. Bab ini ditutup dengan hadis Nabi yang artinya: “Bertaqwalah kepada Allah dimana saja kamu berada dan iringilah pernuatan jelek dengan kebaikan untuk mengahpusnya, dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik.” Bab ketiga, hak Allah dan Rasul-Nya57 Diantara kewajiban kita terhadap Allah adalah mengetahui sifat-sifat Allah untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan seharihari dalam bentuk ketaatan atas perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Adapun kewajiban terhadap utusan Allah adalah mengikuti dan menjalankan ajaran-ajaran-Nya, sebab mentaati Rasul sebagai manifestasi dari taat kepada Allah karena perintah dan larangan Rasul adalah bersumber dari wahyu yang berasal dari Allah. Bab keempat, hak-hak orang tua terhadap anaknya58 Adapun hak-hak orang tua terhadap anaknya adalah dihormati, ditaati selagi tidak melanggar pada aturan syari’at. Karena orang yang paling mencintai manusia adalah kedua orang tuanya, hal ini terbukti dengan kasih sayang orang tua yang tercurah sejak kita dalam kandungan hingga kita besar menjadi manusia yang mampu berdiri sendiri dengan memberikan pelayanan semaksimal mungkin dan mendidik dengan tujuan yang 57 58
Ibid., hal. 7-10. Ibid., hal. 10-12.
89
baik. Oleh sebab itu, membuat marah kepada kedua orang tua adalah sama halnya dengan mengundang murkanya Allah kepadanya. Bab ke lima, hak-hak dalam persaudaraan59 Saudara disini dimaknai dengan saudara sesame muslim dan teman sesama pencari ilmu. Hendaklah setiap teman tidak menyakiti dan berbuat jelek pada teman yang lain terlebih lagi dalam urusan belajar dan mencari ilmu. Memberikan kenyamanan pada setiap saudara adalah suatu keharusan baik tatkala sedang berada di dalam majlis ilmu maupun pada majlis yang lainnya. Membantu salah satu saudara yang sedang kesulitan untuk melakukan suatu hal dalam pelajaran adalah suatu keharusan, karena memberikan manfaat kepada orang lain adalah salah satu cara untuk mencapai puncaknya ilmu itu sendiri. Selain membantu dalam kesulitan, mengajak dalam beribadah kepada Allah juga merupakan hak dalm persaudaraan. Dan seorang muslim yang satu dengan yang lain adalah seperti bangunan yang saling menguatkan satu sama lainnya. Bab ke-enam adab menuntut ilmu60 Menuntut ilmu haruslah dengan bersungguh-sungguh dan rajin dengan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat. Seorang murid hendaknya mempersiapkan terlebih dahulu apa yang akan 59 60
Ibid., hal. 12-15. Ibid., hal. 15-18.
90
dipelajarinya di dalam kelas. Mengajarkan dengan baik apa yang telah diperintahkan guru serta menanyakan sesuatu apa yang belum dimengerti adalah suatu keharusan bagi pencari ilmu dalam menuju kesuksesan.
Wajib
bagi
murid
untuk
memulyakan
dan
menghormati gurunya, karena perhiasan ilmu adalah bersikap rendah hati dan dengan menunjukkan perilaku yang baik. Bab ke-tujuh adab seorang yang sedang belajar dan berdiskusi (Muthola’ah, Mudzakarah, Munazharah)61 Sistem belajar keolmpok adalah sangat membantu dalam belajar, karena ketika kita merasa kesulitan kita dapat meminta bantuan langsung pada teman kita, begitujuga sebaliknya. Jika kebetulan terlebih dahulu kita lebih memahami daripada teman kita dalam suatu persoalan, hendaknya kita juga dapat membantu teman kita untuk membantunya. Sebaiknya setiap pelajaran tidak hanya dihafalkan saja melainkan juga dipahami makna dan maksud yang terkandung di dalamnya. Mengingat pelajaran yang lebih dipelajari (mudzakarah) dengan sendirian maupun bersamatemannya yang dilakukan dengan saling Tanya jawab adalah keharusan. Karena ketika dalam ujian akan terlihat mana siswa yang rajin ataupun tidak rajin salah satunya tampak bisa atau tidaknya dia mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Siswa yang baik dalam menjawab diapun akan
61
Ibid., hal. 18-20.
91
mendapat penghargaan baik dari guru, orang tua, dan temantemannya. Sebaliknya siswa yang tidak bisa menjawab soal ujiandengan baik secara otomatis dia akan mendapat hidup dari guru, orang tua, dan teman-temannya. Dalam berdiskusi hendaklah saling menghormati pendapat masing-masing dengan memberikan kesempatan untuk berbicara dan tidak menyelanya sebelum orang yang berbicara selesai menungkapkan pendapatnya. Berdiskusi dalam masalah ilmiah adalah
sangat
bermanfaat
untuk
menguatkan
pemahaman,
melemahkan lidah, menjernihkan pemikiran, dan dapat melahirkan siswa yang pemberani dan modern. Bab ke-delapan adab berolahraga dan berjalan di jalan umum62 Disini seorang siswa yang baik serta harus memperhatikan kesehatannya dengan menggunakan waktu luangnya untuk berolahraga di tempat yang sepi dari lalu lalang orang banyak dan sejuk udaranya. Agar pikiran yang fresh didapatnya ketika belajar. Dengan berjalan di jalan raya hendaknya tidak memenuhi jalanan, karena di jalan raya setiap orang berhak untuk menggunakannya. Ketika berada di jalan raya hendaknya tidak ikut campur dengan urusan orang lain, karena hal itu hanya akan mencelakakan diri kita sendiri. Sekiranya di jalan ada pedagang, maka jangan sampai kamu sebagai siswa yang baik sekedar iseng menawarnya, karena
62
Ibid., hal. 21-23.
92
hal tersebut hanya akan membuat penjual kecewa dan mengundang cacian pada kita. Bab ke-sembilan, tatakrama seseorang yang sedang berada pada suatu majelis63 Dalam memasuki atau melewati suatu majelis disarankan untuk membaca salam sebagai penghormatan pada orang yang kita lewati dan jangan masuk sebelum mendapat izin untuk lewat atau memasukinya.
Hal
ini
dikhawatirkan
akan
mengganggu
konsentrasi dan menyinggung perasaan orang-orang yang berada dalam forum tersebut. Dalam suatu forum, hendaknya tidak duduk dengan bersempit-sempitan dan berikanlah kelapangan pada orang lain terutama pada orang yang lebih tua. Forum yang baik untuk diikuti adalah forum yang di dalamnya bertujuan secara ilmuah dan bermanfaaat, buku pada forum untuk menggosip dan lain-lain yang tidak ada manfaatnya. Bab ke-sepuluh, adab makan dan minum64 Tidak makan dan minum secara berlebihan. Manusia dianjurkan seyogyanya hanya makan dan minum tatkala sudah merasa lapar dan merasa haus. ini merupakan salah satu adab makan yang sesuai dengan tuntunan yang diajarkan Nabi, karena makan yang tidak teratur dan berlebihan merupakan salah satu penyebab timbulnya suatu penyakit. Tata cara makan yang baik, 63 64
Ibid., hal. 23-26. Ibid., hal. 26-29.
93
hendaklah diawali dengan menjaga kebersihan tempat dan peralatan yang digunakan untuk makan, tak terkecuali mencuci tangan sebelum makan. Setelah menyiapkan makanan yang akan santap mulailah dengan doa yang dilanjutkan makan dengan kunyahan yang lain, karena hal itu akan membantu dalam melancarkan pencernaan. Tidak diperkenankan makan di tempat umum, seperti pasar dan jalan raya, karena hal itu dapat mengurangi keperwiraan seseorang. Ketika makan hendaknya tidak memikirkan perutnya sendiri, melainkan diajukan untuyk bersedekah pada orang yang berada di sekeliling kita tanpa disertai dengan kata-kata yang menyakitkan. Ketika makan dan minum haruslah tenang dan tidak tergesa-gesa suap demi suap dan tegukan demi tegukan. Setelah makan dan minum tidak lupa juga membaca doa sebagai ungkapan syukur atas segala karunia berupa rizki yang telah Allah berikan dalam bentuk makanan dan minuman yang kita konsumsi. Bab ke-sebelas, adab berada di dalam masjid untuk beribadah65 Pada bab ini memaparkan tentang anjuran kontinuitas atau bersikap istiqamah dalam beribadah. Hal ini tercermin dari ketika shalat fardu tepat pada waktunya dianjurkan mengiringinya dengan shalat-shalat sunat. I’tikaf di dalam masjid hendaknya dalam keadaan suci dan tenang tidak berbicara kecuali yang bermakna
65
Ibid., hal. 29-32.
94
ibadah apalagi
mengeraskan
suara,
karena
hal
itu
akan
mengganggu orang lain yang berada di masjid dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah. Bab ke-dua belas, keutamaan jujur66 Hendaklah sikap kita menjadi orang yang dapat dipercaya dan dipegang kata-katanya, karena kebohongan merupakan cacat dan aib yang tercela yang akan mengakibatkan kamu menjadi seorang yang tidak dapat dipercaya oleh orang lain. Seperti siswa yang berbohong kepada gurunya maka diapun akan mendapat hukuman denagn tidak dipercaya ataupun diberi sangsi oleh gurunya. Suatu kebohongan yang berhasil maka akan menjangkit kita untuk berbuat bohong yang selanjutnya. Kejujuran hendaknya diterapkan dalam urusan yang serius ataupun dengan tujuan bercanda atau bermain-main sekalipun, hendaknya lisan kita dibiasakan untuk berkata kebenaran dan kejujuran. Menjadi seorang yang jujur akan memberikan dampak positif pada kita dengan menjadi orang yang dipercaya oleh orangorang di sekeliling kita. Bab ke- tiga belas keutamaan menjadi orang yang terpercaya67 Terpercaya merupakan salah satu gelar Nabi Muhammad saw dan perhiasan bagi orang-orang yang mulia. Seseorang harus dapat dipercaya dalam hal ucapan, perbuatanm menjaga harta 66 67
Ibid., hal. 32-35. Ibid., hal. 35-38.
95
orang lain dan pada setiap tindak tanduk seseorang. Menjaga rahasia dan harta orang lain merupakan manifestasi dari bentuk dapat dipercaya. Untuk menghindari dari sifat tidak dipercaya orang lain, salah satunya tidak menyentuh apalagi mengambil barang milik orang lain tanpa seizin pemiliknya. Karena seseorang yang pernah tertangkap basah mengambil barang milik orang lain, maka apabila dikemudian hari terjadi kehilangan lagi orang tersebut akan menjadi tertuduh meskipun dalam hal ini dia bukan pelakunya. Hal ini, karena orang-orang di sekelilingnya telah menganggap jelek orang tersebut. Selain itu, salah satu bentuk penghianatan seorang terhadap dirinya sendiri adalah menjawab pertanyaan yang diajukan pada siswa lain meskipun siswa tersebut mengetahui jawabannya. Saling menyontek dala ujian juga merupakan penghianatan siswa pada dirinya
sendiri
dan
penghianatan
pada
gurunya.
Karena
sesungguhnya penghianatan dan kebodohan adalah sama dalam hal menipu. Bab ke-empat belas menjaga diri68 Termasuk contoh-contoh menjaga diri diantaranya adalah menerima apa adanya, peduli pada orang yang membutuhkan dengan tidak berlaku bakhil, tidak menempatkan kekuasaan pada orang lain, tidak menuruti semua hawa nafsunya dalam hal makan
68
Ibid., hal. 38-42.
96
dan minum serta semua hal yang dapat menggiring pada perbuatan buruk bahkan dapat mengendalikannya. Menjaga diri merupakan perhiasan barang orang yang bermartabat dan berakhlak mulia. Hendaklah kita menjauhi hal-hal yang dilarang seperti memelototi, bercakap-cakap, dan berduaduaan dengan seorang wanita yang bukan mahramnya. Bab ke-lima belas keutamaan sikap tingginya jiwa kesatria dan perwira69 Setiap orang yang tidak bisa menjaga keperwiraannya, maka dia akan direndahkan oleh orang-orang yang ada di sekelilingnya. Cara yang dapat ditempuh guna menjaga tingginya keperwiraan adalah tidak bergaul dengan orang yang bejat moralnya dan dapat mengendalikan hawa nafsu dalam makan dan minum dan seperti mengendalikan diri dari hal-hal yang dapat menjerumuskan diri pada perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Sesungguhnya orang yang dihormati dan dimuliakan bukan karena hartanya saja, melainkan dengan ketinggian budi dan jiwa orang tersebut. Termasuk dari perilaku menjaga diri adalah tidak menuruti semua hal yang menjadi keinginannya dari kenikmatan dunia, menghormati harta milik orang lain, dan mau membantu orang yang membutuhkan tidak dengan maksud sombong. Sikap kesatria dapat tercermin dengan memaafkan perbuatan orang yang
69
Ibid., hal. 42-45.
97
telah mendzaliminya, tidak membalas dendam bahkan sebaliknya membalasnya dengan kebaikan. Mengatakan sesuatu yang benar meskipun pada diri sendiri juga wujud dari sikap kesatria dan menjaga kehormatan diri sendiri. Adapun kemuliaan jiwa dapat tercermin dengan menghargai dan menghormati orang lain dan tidak memaafkan orang lain. Selain itu sabar dengan semua cobaan yang menimpa dengan hanya meminta pertolongan pada Allah. Bab ke-enam belas akhlak tercela: gosip, adu domba, dengki, iri hati, sombong, dan menipu70 Ghibah adalah membicarakan aib orang lain selagi orang tersebut tidak ada. Namimah adalah memandang orang lain dengan tatapan yang tidak suka dan membeberkan kejelekan seseorang agar orang lain ikut serta membenci dan memusuhinya. Iri adalah perasaan tidak suka hati dengan kebaikan dan kenikmatan yang dimilki orang lain, dan berharap kebaikan dan kenikmatan tersebut beralih pada dirinya. Dengki adalah menyimpan kebencian pada orang lain yang telah berbuat jelek padanya dengan unsure untuk membalas dendam ketika ada kesempatan. Sombong adalah sikap menganggap dirinyalah yang paling baik dan mulia dari segi fisik, harta, kedudukan, dan lain-lain, serta menganggap bahwa orang lain adalah berada di bawahnya.
70
Ibid., hal. 46-49.
98
Ke-lima sifat tersebut adalah sifat-sifat yang harus dijauhi karena akan dapat menceburkan kita pada lembah kenistaan dan merendahkan kita di sisi Allah. Adapun orang yang paling bertaqwa tidak memandang suku, bangsa, ras, dan sebagainya. Bab ke-tujuh belas kewajiban seorang hamba kepada Allah: taubat, takut, mengharap, shabar, dan syukur71 Setiap manusia tidak ada yang terbebas dari dosa, kecuali hanya para Nabi. Akan tetapi jika manusia telah terlanjur melakukan suatu dosa sepatutnya segera taubat, mohon ampun kepada Allah, karena Allah adalah Dzat yang Maha Pemberi ampunan. Adapun makna taubat adalah pengakuan atas suatu dosa dengan ressiko akan mendapatkan siksaan karena dosa yang telah dilakukan tersebut dari Allah kelak, disertai dengan perasaan sedih, menyesal atas segala kelalaian yang telah dilakukan dan teringat dengan siksa Allah. Setelah itu hendaklah selalu berada dengan sungguh-sungguh agar dosa-dosanya tersebut dapat diampuni. Manusia tidak sepantasnya merasa putus asa dari karunia dan kemurahaan Allah, meskipun dia telah melakukan dosa besar, karena sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun atas semua dosa yang kita lakukan asalkan kita benar-benar bertaubat dengan sungguh-sungguh.
71
Ibid., hal. 49-52.
99
Tatkala manusia mendapatkan suatu musibah, hendaklah ia sabar dengan apa yang ditimpa Allah padanya dengan hati lapang. Melainkan sebaiknya manusia tetap bersyukur atas apa yang telah ditimpakan Allah tersebut, karena Allah tidak melipat gandakan musibah yang dihadapinya. Karena apabila manusia mendapat musibah yang menimpa harta, jabatan, dan lain-lain hendaknya bermuhasabah atas apa yang telah diperbutnya di masa yang silam. Menerima dengan sabar atas ketentuan Allah disertai dengan usaha untuk memperbaikinya adalah jalan menuju kesabaran dan berdoa kepada Alah atas kebaikan dan ketentuan baik dikemudian hari. Pada hakikatnya tidak ada sesuatupun yang terjadi tanpa seizing Allah. Adapun sesuatu yang menurut kita baik belum tentu menurut Allah baik pula. Jika manusia tahu keputusan yang baik bagi Allah niscaya manusia akan memilih keputusan Allah tersebut. Bab ke-delapan belas dalam bekerja dan berusaha senantiasa disertai dengan tawakkal dan pola hidup yang zuhud72 Pada dasarnya ilmu yang telah diperoleh tatkala menuntut ilmu adalah wajib diamalkan. Ilmu hendaknya menjadi pemicu bagi peningkatan dalam penghidupan, karena ilmu sendiri bukanlah suatu belenggu yang membatasi ruang gerak manusia
72
Ibid., hal. 52-56.
100
dalam berusaha, melainkan ilmu adalah sebagai penggerak untuk meningkatkan penghidupan manusia. Seorang alim adalah seorang yang mempergunakan ilmunya untuk mencari rizki yang halal dan sesuai dengan syariat Islam. Sebagai contoh orang yang berilmu ketika dia dia bekerja sebagai pedagang, maka dia akan menjadi pedagang yang jujur. Bukanlah suatu hal yang memalukan tatkala sesorang yang sedang mencari ilmu juga bekerja di sawah. Akan tetapi yang disebut dengan aib yang memalukan adalah tatkala seorang terpelajar tidak semangat, lesu dan hanya berpangku tangan pada orang lain. Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul adalah seorang penggembala kambing dan pedagang yang gigih dalam berusaha dan bekerja. Selain itu Abu Bakar adalah seorang pedagang, sehingga dia diangkat menjadi seorang khalifah bagi kaum muslimin untuk mengganikan Nabi. Disini menunjukkan bahwa ilmu bukanlah suatu penghalang bagi manusia untuk bekerja dan berusaha dalam rangka mencari rizki yang halal sebanyakbanyaknya. Tawakkal adalah menyerahkan semua keputusan kepada Allah setelah berusaha semaksimal mungkin. Sebagaiman aseorang petani yang berusaha merawat dan menanami sawahnya dengan penuh semanagt dan gigih dalam bekerja, setelah itu ia
101
menyerahkan hasil yang akan diperolehnya kelak hanya pada Allah saja, dengan penuh harap dan selalu berdoa akan karunia-Nya. Zuhud bukanlah bertopang dagu dengan bemalas-malasan dalam kerja, akan tetapi zuhud adalah suatu usaha bekerja keras untuk mencari rizki yang halal disertai dengan meninggalkan cinta dunia yang berlebih-lebihan. Oleh karena itu, tatkala kita telah mampu memenuhi kebutuha kita hendaklah kita menolong dan mensodaqohkan
harta
kita
pada
orang yang lemah
dan
membutuhkan kita. Bab ke-sembilan belas, ikhlas niat karena Allah73 Adapun segala perbuatan adalah tergantung dengan niatnya. Contoh: seorang yang menahan diri dari makan dan minum sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari tanpa diniti untuk puasa hanya karena Allah, maka dia tidak mendapatkan pahalanya orang yang berpuasa. Berbeda jika dia berniat untuk berpuasa hanya karena Allah semata maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang yang berpuasa. Dalam menjalankan sesuatu yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala macam yang dilarang Allah, hendaknya senantiasa disertai dengan niat hanya karena Allah saja dan bukan karena orang lain. Sebagai contoh, dalam mempelajari bahasa Arab hendaknya disertai dengan niat guna dapat mempelajari firman-
73
Ibid., hal. 56-59.
102
firman Allah dalam al-Qur’an dan sunnah-Nya yang telah disampaikan Nabi sebagai pedoman dalam hidupnya. Menjadikan segala perbuatan baik hanya mengharap ridha Allah dan taat kepada-Nya. Berlaku sopan santun kepada semua teman dan saudara-saudara kita dengan niat menjalankan perintah Allah dan tidak melanggar hak-hak orang lain, karena itu adalah hal yang dilarang Allah dan bukan hanya mengharap pujian dari orang lain. Hal tersebut adalah salah satu wujud berbuat ikhlas karena Allah. Bab ke-dua puluh anjuran ibadah-ibadah yang harus dilestarikan seorang siswa yang baik74 Ibadah-ibadah tersebut adalah memperbanyak membaca alQur’an dengan disertai merenungkan makna yang terkandung di dalmnya. Disini dengan harapan setelah siswa mengetahui makna yang terkandung tersebut kemudian dapat melaksanakan ajaranajaran yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang-Nya di dalam Al-Quran. Selain memperbanyak membaca al-Qur’a
74
Ibid., hal. 59-61.
103
keburukan pada yang telah kita lakukan, segeralah bertaubat kepada
Allah
dan
akan
mengiringinya
dengan
kebaikan.
Memperbanyak doa untuk kebaikan kedua orang tua, teman, saudara-saudara sesama orang Islam juga merupakan hal yang harus dilakukan bagi seorang siswa yang baik.75 2. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Wasa<ay< a
dan Butir-Butir Nilai
Akhlak dalam Kitab Wasay < a< al-Aba<’ li al-Abna<’ karya Muhammad Sya
Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri
Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar 75 76 77
Butir-butir Nilai Akhlak dalam Kitab Taisi
Muhammad Sya
Ibid., hal. 4.
Ibid., hal. 15. Ibid., hal. 49. 79 Ibid., hal. 32. 80 Ibid., hal. 10. 81 Ibid., hal. 42. 82 Ibid., hal. 18. 78
104
Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab
Wasay< a< al-Aba<’ li al-Abna<’ dari 20 bab, penulis dapat mengelompokkan nilai pendidikan akhlak sebagai berikut: a. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan Dalam kitab Wasay < a< al-Aba<’ li al-Abna<’ ada beberapa nilai pendidikan terhadap Allah, hal ini tertuang dalam bab kedua, bab ketiga, bab ke tujuh belas, bab ke-delapan belas dan bab ke-sembilan belas. Diantara kewajibannya adalah perintah untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah, kewajiban seorang hambanya kepada Allah, tawakkal, bersikap zuhud, ikhlas karena Allah, serta anjuran ibadah yang harus dilestarikan oleh seorang pelajar, dan mengetahui sifat-sifat Allah untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk ketaatan atas perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. Keimanan dan ketakwaan seseorang menjadikan pikiran dan hatinya menjadi cerah dan bersih, sehingga menjadi mudah baginya memfungsikan daya-daya yang dimilkinya, salah satunya adalah daya ingat.83 Imam Syafi’I berkata:
# $% " & ' ( !" * !8 #$ %" !9$ :7 5 4 26 3 *- ." / 0 21 3 ) * " ,+ # 83
M. Quraish Shihab, Dia Dimana-mana: “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hal. 141.
105
“Aku melapor kepada Waki’, bahwa hafalanku melemah, beliau memberiku petunjuk agar kutinggal laku durhaka, hafalan itu anugerah dari Allah Ta’ala, anugerahnya tidak diberikan kepada orang durhaka.”84 Berdasarkan sya’ir di atas jelas bahwasannya Allah SWT akan memberikan balasan bagi orang yang senantiasa bertaqwa dengan diberikan berbagaimacam anugerah yang tidak disangka-sangka. Selain itu, manfaat yang bisa diraih dari bersikap taqwa adalah Allah akan mendampingi bersama-sama orang bertaqwa, Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa, dan yang paling istimewa adalah Allah menjanjikan surga bagi mereka yang senantiasa bertaqwa.85 Selain itu, menurut Muhammad Sya
84
Aly As’ad, Terjemah Ta’lim Muta’allim: Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan, (Kudus: Menara Kudus, 2007), hal. 45. 85 H. Mohammad Sabbikhis, Risalah Jum’at, (Gedongkuning, Majelis Tabligh, 2012), hal 1-2.
106
Dimanapun kita berada harus senantiasa mentaati aturan atau nilai yang berlaku di masyarakat. Dalam Wasa
oleh
pikirannya.
Artinya,
ia
mampu
menyesuaikan pilihannya yang benar sehingga bebas tidak dikuasai dan tidak diperbudak oleh nafsunya.86 Sedangkan akhlak yang jelek merupakan suatu tingkah laku atau perbuatan yang harus dijauhi, diantaranya: gossip, adu domba, dengki, iri hati, sombong, dan menipu. c. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga Pendidikan akhlak dalam keluarga meliputi akhlak terhadap orang tua. Menurut Muhammad Sya
Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih, (Yogyakarta: Belukar, 2004),
hal.102.
107
kita masih dalam kandungan sampai benar-benar menjadi manusia yang mampu berdiri sendiri dengan memberikan pelayanan semaksimal mungkin dan mendidik dengan tujuan yang baik. Oleh sebab itu, membuat marah pada kedua orang tua adalah sama halnya dengan mengundang murkanya Allah padaanya. Bila seorang muslim menyadari hak kedua orang tuanya dan melakukannya dengan sempurna sebagai wujud ketaatan terhadap Allah dan sebagai pelaksanaan terhadap petunjuknya, maka sesungguhnya Allah juga mewajibkan kepadanya untuk bertindak sopan santun terhadap kedua orang tuanya. d. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa Manusia merupakan bagian dari masyarakat, tempat ia hidup. Kita tidak bisa terpisah dari masyarakat dan menjauh dari manusia lainnya kecuali dalam keadaan tertentu yang mengharuskannya untuk menjauhi masyarakat tersebut, seperti terjadinya fitnah dan lain-lain. Ini menunjukkan bahwa interaksi dengan orang lain merupakan tuntunan dalam syariat Islam dan Allah menjanjikan pahala bagi orang-orang yang berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya dengan baik.
108
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Uluumuddin, menyebutkan tujuh manfaat dalam berinteraksi dengan sesame manusia, yaitu: •
Saling belajar dan mengajar
•
Saling member dan mengambil manfaat
•
Mendidik dan belajar bersikap sopan santun
•
Saling mengasihi
•
Memperoleh
pahala
dan
membuat
orang
lain
mendapatkannya •
Bersikap tawadlu
•
Bertukar pengalaman87 Oleh karena itu, Muhammad Sya
menerangkan
dalam
kitabnya
tentang
hak-hak
dalam
persaudaraan. Saudara disini dimaknai sebagai saudara sesama muslim dan teman sesama mencari ilmu. Hendaklah setiap teman tidak menyakiti dan berbuat jelek pada teman yang lain terlebih lagi dalam urusan belajar dan mencari ilmu. Memberikan kenyamanan pada setiap saudara adalah suatu keharusan baik tatkala sedang berada dalam majlis ilmu maupun pada majlis yang lainnya. Selain itu, membantu dalam kesulitan, mengajak dalam beribadah kepada Allah merupakan hak dalam persaudaraan. Dan seorang mukmin yang satu
87
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 105.
109
dengan mukmin yang lainnya dalah seperti bangunan yang saling menguatkan. e. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar Dalam kitab Wasay < a< al-Aba<’ li al-Abna<’ karya Muhammad Sya
110
BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAISI>R < AL< DAN KITAB WASA< AY < A< AL-ABA<’ AL-KH
A. Analisis Perbandingan Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Taisi
Khalla
Wasa
111
Adapun parameter perbandingan yang penyusun gunakan adalah latar belakang dan lingkup kajian kitab. Latar belakang disini dimaksudkan untuk memberikan gambaran perbandingan atas kedua tokoh tersebut. 1. Persamaan-persamaannya a. Keduanya merupakan tokoh ulama Islam yang memperhatikan dan peduli terhadap perkembangan umat manusia khususnya dalam masalah akhlak. b. Dalam
menerapkan
pendidikan
akhlak,
keduanya
sama-sama
mendasarkan pada ajaran al-Qur’a
< a< al-Aba<’ li al-Abna<’ secara globalnya membahas dan kitab Wasay tentang sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Allah, sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri, sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga, sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, serta sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar. d. Kedua kitab ini, mempunyai relevansi yang harus dilaksanakan oleh seorang muslim dalam menghadapi era globalisasi, sehingga umat Islam bisa berperan di tengah-tengah kemajuan peradaban dunia yang
112
mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan pandangan-pandangan Islam. e. Kendalanya: minimnya pengamalan nilai-nilai pendidikan akhlak sehingga semakin menggeser dari yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw, dan minimnya mengaktualisasikan keimanan dan ketakwaannya dalam kehidupan sehari-hari. Cara
mengatasinya:
mendorong
manusia
serta
memberikan
pemahaman tentang pentingnya mengamalkan ilmu pengetahuan dan mengaktualisasikan keimanan dan ketakwaannya dalam kehidupan seharihari. 2. Perbedaan-perbedaannya a. Menurut Ha
Khalla
113
1) Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Allah SWT, seperti bertakwa, jujur, sabar, pemurah, wara’, amanah, adil, hilim. 2) Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri, ada yang positif (yang harus dilaksanakan) dan ada yang negative (yang harus ditinggalkan). Yang positif meliputi: Sabar, tenang, tawadlo, menghargai orang lain, menghargai diri sendiri, amanah, jujur, rasa kasih sayang, tawadla, adil.. Sedangkan nilai pendidikan akhlak yang
dilarang
terdiri
dari:
berbicara
bohong,
bersikap
mengagungkan diri, dendam, hasad, ghibah, namimah, sombong, tipu daya, dan dhzalim. 3) Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga, terdiri dari: rasa kasih sayang, sabar, tepat janji, adil, jujur, hormat, hidmat, rela berkorban, rendah hati, suka membantu. 4) Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, yang terdiri dari: Bersikap empati, bersikap tenang, pemaaf, kasih sayang, ikhlas, tawadlo, istiqomah, jujur, amanah, pemurah, dermawan, hilim. 5) Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar, yaitu dengan melestarikan nilai kebersihan. a. Dalam penyampaian intruksi, Haf< iz Hasan al-Mas’u
114
b. Kendalanya: sulit menemukan biografi dari Haf< iz Hasan alMas’u
Taisi
< a< al-Aba<’ li al-Abna<’, terdiri dari 20 bab. Kitab ini b. Dalam kitab Wasay lebih memprioritaskan akhlak yang harus dimiliki oleh setiap pelajar, tidak menjelaskan akhlak yang harus dilakukan oleh keseluruhan manusia baik yang masih muda maupun yang sudah tua. c. Nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Wasay < a< al-Aba<’ li al-Abna<’, terdiri dari:
115
1) Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Allah SWT, seperti Bertakwa, jujur, sabar, ikhlas, tawakkal, taat, bersyukur. 2) Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri, ada yang positif (yang harus dilaksanakan) dan ada yang negative (yang harus ditinggalkan). Yang positif meliputi: Sabar, tawakkal, ikhlas, tekun dalam menuntut ilmu, jujur, menjaga diri, bersyukur, menjaga kesehatan. Sedangkan nilai pendidikan akhlak yang dilarang terdiri dari: berbicara bohong, bersikap mengagungkan diri, dendam, hasad, ghibah, namimah, sombong, tipu daya, dan dhzalim. 3) Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga, terdiri dari: Hormat, kasih sayang, mandiri, taat, jujur. 4) Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, yang terdiri dari: Kasih sayang, jujur, berjiwa ksatria dan perwira, berdiskusi. 5) Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar. Dalam
< a< al-Aba<’ li al-Abna<’, tidak dijelaskan mengenai nilai kitab Wasay yang harus dilaksanakan untuk melestaikan alam sekitar, sehingga penulis tidak mencantumkannya sebagaimana yang terdapat dalam kitab Taisi
116
Sya
dengan
kitab
Taisi
memfokuskan nilai pendidikan akhlak yang harus dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat, baik yang sedang mencari ilmu, baik yang tua, maupun yang muda. Sedangkan kitab Wasay < a< alAba<’ li al-Abna<’ lebih memfokuskan akhlak yang harus dimilki oleh seorang pelajar. Pada dasarnya perbedaan terbesar anatar kajian nilai-nilai pendidikan akhlak Haf< iz Hasan al-Mas’u
117
Sehingga perbedaan gagasan yang tidak kontradiktif tersebut antar keduanya itu sudah tidak teridentifikasi dengan jelas, maka perbedaan- perbedaan itu justru akan saling melengkapi dan semakin menyempurnakan nilai-nilai pendidikan akhlak.
B. Relevansi Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Taisi
< a< al-Aba<’ li al-Abna<’ Kitab Taisi
1
Murtadha Muthahari, Islam dan Tantangan Zaman, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996),
hal. 194.
118
intelektual dan spiritual yang dibutuhkan, tetapi sayangnya, orang-orang tersebut mendominasi tampuk pemerintahan secara keseluruhan. Hubungan akhlak dengan dunia pendidikan, menurut Ibnu Miskawaih2 tujuan dari pendidikan adalah untuk membentuk perilaku lahir dan batin manusia menuju arah tertentu yang dikehendaki. Dengan berakhlak yang baik, maka seseorang akan menjadi lebih bertakwa kepada Allah SAW, dan kebaikannya akan terpancar dalam setiap tindak tanduknya. Oleh sebab itu,
< a< al-Aba<’ li al-Abna<’ sangat relevan kitab Taisi
2
Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih, (Yogyakarta: Belukar, 2004), hal.
3
M. Solly Lubis, Umat Islam Dalam Globalisasi, (Jakarta: Gema Insani Press, 1992), hal.
38. 31-32.
119
yang melihat bahwa iptek semata-mata sebagai kekuatan atau kekuasaan untuk kepentingan pengaruh atau kekuasaan (knowledge is power). Oleh sebab itu, diperlukan solusi yang tepat untuk merubah sikap tersebut yaitu dengan penyebarluasan kembali motivasi-notivasi keilmuan yang terdapat dalam kandungan al-Qur’a
Wasay< a< al-Aba<’ li al-Abna<’ dalam menghadapi era globalisasi adalah dapat menjadi obat mujarab dalam memperbaiki akhlak di berbagai bidang, khususnya dalam menyikapi berbagaimacam karakteristik dari globalisasi seperti: adanya penciptaan dan penggandaan terhadap produk-produk baru, perluasan
dan
pemekaran
hubungan
sosial,
aktivitas,
dan
saling
kebergantungan, adanya intensifikasi dan akselerasi dalam hubungan social, serta kesadaran dari masing-masing individu. Sehingga, dapat menggali semua nilai syari’at, baik yang terkait dengan aqidah, muamalah, akhlak, alamiah maupun insaniyah kemudian direalisasikan dalam kehidupan nyata, maka umat Islam akan memenangkan persaingan zaman. Secara ontologis, dalam orientasi pilihan bidang ilmu dan teknologi yang relevan diharapkan agar umat melihat betapa luasnya cabang ilmu pengetahuan yang tersedia di abad modern ini. Namun, betapapun luasnya cabang ilmu itu, dalam pilihannya diharapkan agara umat manusia tetap
120
berpegang kepada tuntunan agama dan mematuhi suruhan dan larangan Allah SWT. Secara
epistemologis,
diharapkan
agar
pengembangan
dan
penggarapan ilmu pengetahuan itu, nilai-nilai, akidah, dan kaidah keislaman hendaknya tetap menjadi petunjuk dan pengarah (guidance) bagi para ilmuan. Dan secara aksiologis, supaya pemanfaat iptek tetap dalam suasana mental dan perilaku yang takwa. Juga berusaha agar iptek itu membawa kesejahteraan bagi umat manusia, bukan saling merusak dan berbunuhan.4 Dengan demikian, pada satu sisi, proses pendidikan harus dapat menyiapkan anak didik yang dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat sekarang dan akan datang, masyarakat yang semakin lama semakin sulit diprediksi karakteristiknya. Hal ini dikarenakan di era kehidupan global ini, dengan adanya berbagai penemuan dalam bidang teknologi informasi, orang harus dapat membelajarkan diri dalam suatu proses pendidikan yang bersifat maya
(virtual).
Implikasinya,
bahwa
pendidikan
harus
mampu
mempersiapkan bangsa ini menjadi komunitas yang terberdayakan dalam menghadapi kehidupan global yang semakin lama semakin menggantungkan diri pada teknologi informas. Sisi lain, proses pendidikan tidak boleh mengenyampingkan pembentukan kepribadian. Masyarakat sekolah haruslah masyarakat yang berakhlak. Kampus, misalnya, bukan semata-mata hanya wahana untuk meningkatkan kemampuan intelektual, tetapi juga kejujuran, kebenaran, dan pengabdian pada masyarakat. Secara keseluruhan budaya kampus adalah budaya yang berakhlak mulia. Kampus semestinya menjadi
4
Ibid., hal. 13.
121
pelopor dari perubahan kebudayaan secara total yang bukan hanya nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga tempat persemaian dari pengembangan nilai-nilai akhlak kemanusiaan.5
C. Kritik Terhadap Kitab Taisi
karya Muhammad Sya
Iskanda
Khalla
5
H.A.R. Tilar, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional, (Bandung: Rosdakarya, 2002), hal. 76.
122
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi, seperti halnya globalisasi. 3. Dari kedua kitab ini, yakni Kitab Taisi
al-Mas’u
dan
Muhammad
Sya
al-Iskanda
selain
menyodorkan wacana atau ilmu tentang akhlak, hendaknya bisa sampaia kepada memfungsikan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam kedua kitab tersebut, sehingga dapat membentuk karakter atau sikap terpuji bagi semua kalangan dalam berbagai situasi dan kondisi.
D. Penanaman Nila-Nilai Kejujuran Dalam Pendidikan Berbagai macam perubahan telah dilakukan oleh bangsa kita, dari masa orde lama, orde baru, bahkan revolusi, tetapi perubahan demi perubahan itu tak kunjung membawa dampak yang baik. Perubahan yang terjadi hanya perubahan dari satu tangan ke tangan lain, tetapi kondisinya sama saja. Satu aspek penting yang perlu dikaji pada kegagalan pemerintah dalam mengelola negara ini adalah berkaitan dengan kejujuran. Kejujuran menjadi kebutuhan pokok yang susah sekali terpenuhi. Kejujuran menjadi
123
sesuatu yang tabu, karena dari perubahan demi perubahan yang terjadi, tidak pernah membawa dampak positif terhadap aspek moral ini. Dari dulu hingga sekarang, kejujuran memang susah ditemukan pada kalangan elite politik. Mereka pintar, tetapi tidak memiliki moral.Korupsi adalah salah satu penyakit yang sudah membudaya dari dulu sampai sekarang. Korupsi menjadi penyakit yang susah disembukan. Korupsi menjadi penyakit sistemik dalam roda pemerintahan bangsa kita, banyak terjadi, namun susah diatasi, dan satu sama lain saling keterkaitan. Penyakit ini sangat merugikan rakyat. Berapa banyak kekayaan bangsa
yang
dimanfaatkan
untuk
kepentingan
pribadi.
Korupsi
memutarbalikan fakta bahwa Indonesia yang terkenal dengan kekayaan sumber daya alamnya harus menjadi negara miskin, yang serba import dari luar negeri. Terbukti Indonesia adalah negara agraris, tetapi mesti mengimport beras dari Thailand, dan beberapa negara lainnya. Hal ini sangat bertentangan antara potensi alam yang begitu banyak dimiliki Indonesia dengan kebijakan Pemerintah untuk mengimport beras dari luar negeri. Padahal Indonesia adalah negara Agraris, yang memiliki banyak lahan pertanian. Tidak seharusnya sebuah negara yang memiliki predikat sebagai negara agraris memenuhi kebutuhan pangannya dengan mengimport beras dari luar negeri. Kebijakan yang terlihat aneh itu belum lagi ditambah dengan permasalahan – permaslahan Birokrasi yang tidak kunjung selesai dan terus bertambah. Kasus bank century, mafia pajak, kasus wisma atlet, merupakan
124
kasus – kasus yang menambah carut – marut kehidupan bangsa ini. Krisis kejujuran menjadi permasalahan utama bangsa ini. Sebenarnya bangsa ini haus terhadap kejujuran. Kejujuran menjadi sesuatu yang dirindukan kehadirannya karena susah dijumpai. Krisis bukan hanya menimpa aspek perekonomian saja, tetapi juga kepada aspek moral. Dan ketika dicermati, krisis perekoniman hanyalah imbas dari krisis moral yang ada. Oleh karena itu, moral menjadi aspek yang sebenarnya mesti diperhatikan dari dulu sampai sekarang. Karena ketika moral suatu bangsa sudah baik, maka aspek – aspek kehidupan yang lain pun akan menjadi normal pula. Moral menjadi aspek kehidupan yang begitu urgent dan harus mendapatkan perhatian yang lebih, porsi yang besar, serta penangan yang ekstra. Pondasi kebangkitan bangsa kita terletak pada kualitas moral, tidak heran bangsa Indonesia dari dulu sampai sekarang masih tetap dalam taraf bawah, dan hanya menjadi negara berkembang, semua itu adalah refleksi dari moral Indonesia yang sangat bobrok. Berbeda sekali dengan jepang, jepang adalah negara kecil yang luluh lantah setelah kekalahan dari Amerika pada tahun 1945, tetapi dengan jangka waktu yang cepat jepang bisa bangkit untuk memperbaiki kondisi. Jepang memiliki semangat dan komitmen yang besar terhadap perubahan menuju kemajuan yang harus dicapai Jepang. Jepang sangat mengangkat nilai – nilai moral pada setiap struktur sosial masyarakat. Sehingga dalam jangka waktu yang singkat, mereka bisa mencapai kemajuan. Jauh melampaui Indonesia yang sebenarnya memiliki lebih banyak potensi
125
untuk maju dengan kekayaan alam yang ada, tetapi dengan modal yang sedikit mereka maju dalam semua aspek. Harus ada upaya untuk mengatasi semua problematika bangsa yang terjadi saat ini. Faktanya memang semua aspek kehidupan mengalami masalah yang kompleks, tetapi nampaknya ada satu aspek yang sangat urgen yang perlu kita benahi sehingga bisa berdampak pada semua aspek lain. Dilihat dari segi yang membangun, pendidikan nampaknya bisa dijadikan sebagai suatu titik yang bisa dibenahi sehingga bisa bermanfaat terhadap semua aspek lain, sehingga bisa meningkatkan kualitas bangsa secara keseluruhan. Pendidikan adalah usaha dasar yang bisa membangun kondisi dalam sebuah bangsa. Melalui pendidikan, bangsa bisa direformasi. 1. Pentingnya menanamkan nilai-nilai kejujuran Dalam Kitab Taisi
6
Haf< iz Hasan al-Mas’u
126
memperkuat pernyataan ini, bahkan ini merupakan refleksi dari seluruh komponen bangsa Indonesia. Karena pemimpin adalah gambaran dari sebuah masyarakat. Motivasi yang salah dalam menjalankan amanah sebuah negara menjadi
penyebabnya.
Para
pemimpin
negara
sebagian
besar
menyalahgunakan amanah sebagai alat pemuas hawa nafsu pribadi, entah itu kekuasaan, ataupun uang. Sehingga kondisi saling menjatuhkan, saling tidak jujur, saling memanipulasi sudah menjadi kondisi yang biasa dijumpai di kalangan elite politik negeri ini. Kinerja mereka bukan diorientasikan untuk menjalankan amanah agar bisa membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik, tetapi dikhususkan untuk memenuhi kepentingan pribadi, ataupun kelompok politiknya. Kesalahan niat dan tujuan dalam memimpin bangsa sudah merupakan kesalahan yang fatal sekali. Bagaimana mungkin sebuah kapal yang berisi seluruh warga Indonesia dikendalikan oleh sekelompok orang yang diberi kepercayaan menjadi nahkoda, tetapi mereka mengendarai kapal ini sesuka hati mereka. Kondisi intelektual rakyat yang rendah menjadi lahan empuk bagi mereka, sehingga setiap tindakan yang berbau KKN dengan mudah direkayasa. Harusnya rakyat melek terhadap kondisi ini. Sudah jelas bahwa akar dari semua permasalahan negeri ini terletak pada krisis kejujuran. Berarti kejujuran menjadi aspek utama yang seharusnya dibenahi dalam mengatasi masalah ini.
127
Pendidikan menjadi aspek utama dalam menanamkan nilai – nilai kejujuran. Pendidikan adalah upaya untuk memperbaiki kondisi yang dialami generasi sekarang agar tidak dialami kondisi berikutnya. Pendidikan mengajarkan kita akan sejarah. Bukan hanya sejarah perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan dari belanda, tetapi juga sejarah tentang kekuasaan demi kekuasaan yang telah berganti yang dialami bangsa ini. Pendidikan akan mencatat bagaiamana seorang pemimpin yang menjadikan kekuasaan sebagai lahan KKN telah tumbang dan selalu dikenang masyarakat bahwa mereka adalah pelaku kriminal. Prinsip yang harus dipegang oleh bangsa kita adalah kejujuran menjadi nilai terbaik yang dimiliki siapapun. Inilah ranah pendidikan yang mestinya diterapkan pada bangsa ini. Pendidikan yang menjunjung nilai – nilai kejujuran. Pendidikan tidak berorientasi pada kondisi siswa yang harus lulus ujian akhir nasional, meski dengan cara – cara yang tidak benar. Pendidikan yang tidak memandang segalanya dari nilai rapor hasil semesteran belaka, juga bukan pendidikan yang mengharuskan siswa stress dengan adanya ujian akhir nasional. Fakta tentang pendidikan di Indonesia memang menarik. Pendidikan menekankan pada hasil akhir peserta didik, bukan pada proses. Ujian akhir nasional adalah salah satu agenda besar dalam pendidikan di Indonesia yang akan menentukan nasib peserta didik apakah lulus atau tidak dari satu jenjang pendidikan. Ujian nasional menjadi momok yang
128
masih menakutkan, karena hasil ini masih memiliki presentase yang lebih dari 50% dalam menentukan lulus tidaknya peserta didik. Fakta dalam UAN yang dilaksanakan selama 3 – 4 hari akan menentukan nasib selama 3 tahun menempuh studi. Proses belajar mengajar dianaikan. Semua jerih payah yang dilakukan siswa tidak akan terbayar ketika hasil akhir dari UANnya jelek. Bahkan bisa jadi siwa yang pintar hanya karena satu mata pelajaran yang diujikan dalam UAN tidak bisa, ia tidak lulus. Kondisi demikian menjadi momok yang sangat menakutkan bagi siswa. Karena 3 hari selama UAN berlangsung itulah yang akan menentukan nasib siswa. Kenyataan ini berimbas pada sikap siswa yang cenderung tidak jujur saat UAN, melakukan segala cara agar bisa lulus, meskipun tidak halal. Salah satu kejadian yang sering terjadi dalam pelaksanaan UAN adalah ketidakjujuran siswa dalam mengerjakan. Mereka mengerjakan soal dengan menyotek dari teman lain, atau dari catatan yang dibuat sebelumnya. Selain itu di beberapa sekolah ada juga guru yang mendukung tindakan siswa itu. Karena mereka tidak mau ambil resiko. Yang mereka inginkan adalah siswa yang diajar bisa 100% lulus menempuh UAN, sehingga citra sekolah di mata umum tetap baik. Inilah kondisi yang wajar setiap tahun kita jumpai dalan dunia pendidikan. Dalam hal ini berarti pendidikan di Indonesia telah gagal mendidik warga negaranya menjadi Insan cendikia dan berkarakter, tetapi malah sebaliknya, mereka dididik untuk berbuat curang, tidak jujur, dan
129
menghalalkan segala cara untuk memmenuhi keinginan. Kondisi ini berbanding lurus dengan kenyataan mengenai kebobrokan pemerintah sekarang. Sistem pendidikan yang mengharuskan siswa berbuat curang dan tidak jujur terwujud dalam fakta pemerintah yang selalu melakukan praktek KKN dalam berbagai macam aspek. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa krisis moral yang terjadi di lingkungan elite politik saat ini adalah imbas dari sistem pendidikan yang salah. Perlu ada perubahan dalam bidang pendidikan. Pendidikan tidak lagi menekankan pada aspek hasil ujian, tetapi semua aspek diperhatikan, terutama proses, Inilah bagian yang paling penting. Pendidikan harus diasupi gizi berupa nilai – nilai kejujuran. Sistem pendidikan yang ada pun jangan sampai mengondisikan siswa agar mereka berbuat curang. 2. Upaya-upaya dalam menanamkan nilai kejujuran Dalam tayangan Kick Andy pada hari jum’at pada tanggal 05 oktober 2012, topik yang diangkat oleh pembawa acara sangat bagus sekali, yaitu mengenai Nilai – nilai kejujuran dan pendidikan anti korupsi yang diajarkan pada anak-anak sekolah. Bintang tamu pertama dalam acara tersebut yaitu seorang kepala sekolah SMP Kanisius Kudus bernama Bapak Basuki Sugita, beliau merupakan seorang sangat betul-betul peduli akan nilai-nilai kejujuran dan pentingnya anti korupsi bagi siswanya. Beliau juga melakukan langkahlangkah yang sangat bagus dan inovatif dalam menumbuh kan nilai-nilai kejujuran didalam lingkungan sekolahnya, diantaranya beliau telah
130
mengadakan Kantin Kejujuran, Telepon Kejujuran dan Ular tangga antiKorupsi. Kantin kejujuran merupakan salah satu tindakan beliau yang pertama disekolahnya, memang hal inin sudah tidak asing lagi dalam dunia persekolahan dan merupakan hal yang sering kita temui di setiap sekolah. Kantin kejujuran ini didirikan pada tanggal 19 desember 2005, pada awal pembukaannya kantin kejujuran ini banyak mengalami kerugian mulai dari kehilangan barang dagangan sampai tidak mendapat keuntungan sama sekali, namun hal itu tidak membuat bapak basuki putus asa, beliau terus menerus memberi tahukan kepada anak didiknya supaya bertindak jujur dan akhirnya sampai saat ini kantin kejujuran berjalan dengan lancar. Hal kedua yang dilakukan Bapak Basuki yaitu mengadakan telepon kejujuran, berawal dari para siswa yang sering membawa HP ke sekolah. Pada tahun 2006 ada seorang siswa yang kehilangan HP ketika HP tersebut dikumpulkan oleh pihak sekolah, akhirnya pihak sekolah mengganti rugi HP anak didik nya dan harga HP pada saat itu sekitar 2,5 juta rupiah, harga yang cukup tinggi pada saat itu. Mulai saat itu pihak sekolah mengadakan Telepon kejujuran, mekanisme penggunaannya adalah pihak sekolah menyediakan fasilitas telepon selular berupa GSM dan CDMA yang bisa digunakan oleh siswanya untuk menelepon jika ada sesuatu hal yang penting, pihak sekolah memberikan tarif yang sangat terjangkau oleh siswa-siswi nya yaitu Rp 1000/menit untuk GSM dan Rp
131
300/menit untuk CDMA. Ketika sedang berjalan ada saja kerugian yang di alami oleh pihak sekolah misalnya pulsa abis dan uang tidak ada dikotak yang sudah disediakan. Dan hal yang terakhir yang dilakukan pihal sekolah untuk menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dan anti korupsi yaitu dengan membuat Ulat tangga anti Korupsi, yaitu suatu permainan ular tangga yang bermaksud untuk mengajarkan siswa-siswi nya agar tidak melakukan korupsi yaitu dengan tidak mengambil jalan pintas dalam permainan tersebut. Dalam episode tersebut juga ditayangkan sebuah video seorang penarik becak bernama Abdul Mukti yang membuat usaha Bensin kejujuran dan Warung kejujuran. Kios tersebut tidak ada yang menjaga sama sekali, dalam kios itu terdapat banyak bensin eceran yang kita bisa beli tanpa ada penjual. Beliau bermaksud mengajarkan mengenai kejujuran kepada masyarakat luas dengan diadakannya Bensin kejujuran dan Warung Kejujuran. Dari semua tulisan dan melihat program Kick Andy mengenai Nilai-nilai Kejujuran dan Anti Korupsi, dapat disimpulkan sangat penting sekali menanamkan nilai-nilai kejujuran dari masih anak-anak sampai beranjak dewasa dan mengajarkan pula mengenai bahaya nya korupsi bagi orang lain dan negara.7
7
Acara Kick Andy, 05 oktober 2012
132
Selain itu ada contoh kasus yang sangat menarik untuk ditiru mengenai sikapjujur. Suatu ketika datang kepada Nabi seorang yang ingin masuk Islam, tapi dia tidak bisa meninggalkan perbuatan-perbuatan tidak terpujinya sehingga dia minta keringanan kepada nabi, kemudian nabi hanya mengajukan satu syarat yaitu jangan sampai berbohong. Ternyata syarat yang kelihatannya ringan itu amatlah berat untuk dilakukan, sehingga karena syarat itulah orang tersebut selalu berpikir seribu kali untuk melakukan maksiat karena ada ketakutan dalam dirinya akan ditanya nabi apa yang sudah ia lakukan sementara dia tidak boleh berbohong kepada nabi.8 Banyak dari kita memang untuk menutupi kesalahan atau ego yang cukup tinggi harus berbohong dengan berbagai alasan agar kita tidak terlihat bersalah dan tidak dipandang remeh. Padahal dengan memulai berbohong itu kita akan melakukan kebohongan-kebohongan selanjutnya. Dari cerita di atas, kita dapat mengambil ibrah untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
a) Ketika kita jujur, kita menjadi orang yang bisa dipercaya. Inilah yang akan membentuk nama baik atau reputasi. Nama baik akan menjadi modal yang sangat berharga bagi perjalanan dan keberhasilan hidup.
8
Sumber: Kisah-Kisah Teladan
133
b) Ketika kita jujur, kita bisa menjadi teladan bagi orang-orang di sekitar kita, terutama keluarga kita. Ini merupakan sebuah warisan yang jauh lebih berharga daripada uang atau materi. c) Ketika kita jujur, kita menjadi sahabat terbaik bagi diri kita sendiri. Sebab seringkali ketidakjujuran membuat kita sulit berdamai dengan diri kita sendiri.
134