BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Asia Dwimitra Industri merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang berlokasi di Jl. Legok - Karawaci KM 6,2 Desa Cijantra, Kecamatan Pagedangan yang didirikan pada bulan November 2008. Perusahaan ini merupakan ekspansi dari PT. ADIS Dimension Footwear yang berlokasi di Balaraja Tangerang dan bekerjasama dengan Shoetown di China sehingga bernaung dalam satu group perusahaan Shoetown Group. 2.2. Lingkup Bidang Usaha Lingkup bidang usaha dari PT. Asia Dwimitra Industri adalah pembuatan sepatu olahraga (footwear). Proses produksi pada perusahaan ini dimulai dari proses cutting material sampai akhir proses pengepakan (packaging) sepatu. Total kapasitas perminggu adalah 162 kubik/minggu dan luas lahan sebesar 301.035 m2 dengan luas bangunan seluruhnya 30.103 m2 . 2.3. Sumber Daya PT Asia Dwimitra Industri memiliki Visi “Menjadi Manufaktur Terbaik Yang
Berkelanjutan,
Partner
Yang
Terpercaya
Dan
Perusahaan
Yang
Menghasilkan Keuntungan” dan Misi “Memberdayakan Pimpinan Yang Berbakat Untuk Mempercepat Revolusi Manufaktur Melalui Lean, Ramah Lingkungan, Inovasi Dan Fleksibilitas”
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
PT. Asia Dwimitra Industri memiliki 3 Plant yang memproduksi model yang berbeda-beda. Plant 1 memproduksi model Tennis dan New Sport Ware yang terdiri dari 12 line, Plan 2 memproduksi sepatu Soccer untuk Junior (anak-anak) yang tediri dari 4 line dan Plant 3 memproduksi sepatu Soccer untuk Adult (dewasa) yang terdiri dari 3 line. Total karyawan sampai saat ini berjumlah 4.934 karyawan. 2.3.1. Struktur Organisasi Line 104 merupakan salah satu line yang berada di Plant 1 PT. Asia Dwimitra Industri dan line ini dikhususkan untuk memproduksi sepatu Tennis. Line ini dipimpin oleh sorang Plant Manager, seorang Supervisor dan 5 orang Team Leader. 2 orang Team Leader untuk area Preparation, 1 orang Team Leader untuk area stitching, 1 orang Team Leader untuk area Assembling dan 1 orang Team Leader untuk area Finishing (Lampiran 1). 2.4. Tantangan Bisnis Perusahaan Perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang pembuatan sepatu olahraga sangat berkembang saat ini, berbagai macam brand baik lokal maupun internasional bersaing untuk mendapatkan pelanggan dan berbagai jenis model pun didesain setiap bulannya untuk memenuhi permintaan pelanggan. Peluang dalam bisnis produksi sepatu memang sangat menjanjikan dimana dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di dunia maka secara tidak langsung permintaan untuk produk sepatu pun semakin meningkat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Untuk memenuhi permintaan pasar ini setiap merk dagang memberikan penawaran kepada konsumen baik itu dari segi kualitas, design, ataupun harga yang wajar sesuai dengan kemampuan konsumen. Untuk itulah tantangan terbesar dari PT. Asia Dwimitra Industri ialah kompetisi pasar yang terus meningkat dengan membawa strategi masing- masing untuk memenangkan pasar, proses produksi yang efisien dan harus selalu berinovasi untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. 2.5. Proses Bisnis Perusahaan PT. Asia Dwimitra Industri bergerak dalam bidang pembuatan sepatu olahraga terdapat beberapa kegiatan diantaranya : 1. Kegiatan Utama 1.1 Proses Produksi Proses produksi adalah bagian terpenting dalam pembuatan sepatu, karena dalam proses inilah bahan baku (raw material) mulai di potong/cutting, dijahit, diassembling hingga di tahapan akhir yaitu finishing untuk kemudian menjadi upper dan disatukan dengan bottom. Upper sepatu adalah bagian sepatu yang terdapat di bagian sisi atas, mulai dari ujung depan sepatu, sisi kanan dan kiri, bagian lidah (tongue) sampai dengan bagian belakang. Karakteristik dari upper biasanya berbahan dasar kain sintetik atau pun kulit (leather) yang telah dirakit dengan jahitan (stitching process), sedangkan bottom adalah bagian alas atau bagian bawah dari sepatu yang terdiri dari insole, midsole dan outsole. Dalam proses produksi sepatu ada beberapa macam proses kerja yang harus dilakukan, diantaranya adalah :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
1. Cutting Process 2. Preparation Process 3. Stitching/Sewing Process 4. Assembling Process 5. Finishing a. Cutting Process Cutting process adalah proses pemotongan bahan baku sebelum dibentuk menjadi upper sepatu. Bahan baku yang berupa kain atau pun kulit (leather) dipotong membentuk pola - pola yang telah ditentukan sebelumnya. Peralatan yang diperlukan dalam proses ini menggunakan mesin potong (cutting machine) dan alat potong yang disebut dengan cutting dies yang bentuk dan ukurannya telah dibuat sesuai dengan pola-pola potongan yang akan dikerjakan.
Gambar 2.1 Cutting Process Dalam prosess cutting, bahan baku baik berupa leather atau synthetic dipotong untuk menjadi komponen-komponen sepatu berdasarkan lot basis yang diterima setiap operator cutting. b. Preparation Process
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Pada bagian ini, Semua proses yang dilakukan pada komponen upper bertujuan untuk mempersiapkan/mempermudah pekerjaan di proses stitching dan assembling. Adapun proses-proses yang dilakukan di bagian preparation ini adalah : A. Penipisan Komponen A.1. Skiving Proses untuk menipiskan komponen dengan tujuan agar pada saat penggabungan dengan komponen lain tidak terjadi penggembungan. Dalam proses skiving ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terutama dalam hal penyesuaian dengan PFC,diantaranya : -
Model dan kode produksi
-
Nama komponen
-
Area komponen yang diskiving dan ukuran-ukurannya
-
Tingkat kemiringan yang harus dibentuk
A.2. Matrik Skiving Merupakan proses penipisan komponen,dimana pada proses ini komponen yang di skiving adalah komponen yang cukup besar atau sulit pengerjaanya bila dilakukan dengan alat skiving biasa. Sehingga membutuhkan dudukan mal untuk menjaga kestabilan penipisannya.
A.3. Skiving Counter
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Proses ini hanya diperuntukan menipiskan bagian komponen counter yang tidak bisa dilakukan oleh mesin skiving biasa. B. Buffing Proses pengkasaran permukaan material leather dengan tujuan untuk mempermudah bonding di assembling. C. Printing Screen Proses pembuatan marking pada komponen upper dengan menggunakan alat bantu screen sehingga memudahkan dalam proses stitching. Dalam proses ini, komponen diprint dengan menggunakan bahan liquid yaitu SW 60, MSDS 00 yaitu campuran dari terigu, air dan cat dengan perbandingan tertentu.
Gambar 2.2 Printing Process D. Penempelan (Placement) Merupakan proses penempelan reinforce pada komponen upper dengan menggunakan mesin. Pada proses penempelan reinforce ini, beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas penempelan diantaranya : material reinforce, jenis adhesive yang digunakan, temperatur, tekanan dan waktu. D.1. Penempelan dengan Hot Melt Roll
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Merupakan
cara
penempelan
reinforce
dan
komponen
dengan
menggunakan mesin Rolling. Jenis adhesive yang digunakan pada mesin ini adalah Melt ACE 730, MSDS 110 dan Melt ACE 709-4, MSDS 000.
Gambar 2.3 Hot Melt Roll Process D.2. Penempelan dengan Hot Melt Spray Merupakan
cara
penempelan
reinforce
dan
komponen
dengan
menggunakan mesin spray. Jenis adhesive yang digunakan pada mesin ini adalah Melt ACE 709-4, MSDS 000
Gambar 2.4 Hot Melt spray Process
d. Stitching/Sewing Process
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Stitching adalah proses menyatukan komponen – komponen sepatu yang telah melalui proses cutting dan preparation, dengan menggunakan mesin jahit sesuai dengan ketentuan–ketentuan yang telah digariskan PFC. Proses stitching ini merupakan proses yang sangat penting dalam pembuatan upper sepatu, karena dalam proses ini komponen-komponen upper dijahit satu persatu hingga terbentuk sebuah upper dengan tingkat kerapihan jahitan yang sangat baik. a.
Computer Stitching Adalah mesin jahit otomatis yang digunakan untuk menjahit bagian -
bagian yang agak sulit dijangkau dan disetting dengan mesin jahit biasa dengan kecepatan yang relatif tinggi. Kelemahan dari penggunaan mesin ini adalah ketika harus berganti-ganti size, maka cycle yang dihasilkan akan rendah. Hal ini dikarenakan kita harus mengganti program penjahitan dan dudukan komponen.
Gambar 2.5 Computer Stitching Benang dalam proses stitiching merupakan komponen yang sangat penting karena akan berpengaruh pada kekuatan jahitan pada komponen upper. Benang yang digunakan dalam proses stitching pada umumnya adalah benang jenis Nylon 6.6 karena pada saat ini, jenis benang tersebut merupakan jenis yang paling kuat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
dan juga tahan gesekan. Adapun untuk mengetahui jenis benang yang digunakan, kita dapat mengetahuinya dengan melihat PFC. Penggunaan benang yang tidak tepat dapat menyebabkan bentuk jahitan yang tidak bagus dan benang mudah putus. Selain itu, dalam hal efektivitas, penggunaan benang juga tergantung dari jenis material yang akan dijahit, ketebalan jahitan, pola jahitan, ukuran jarum yang digunakan dan tentu saja skill/keahlian operator dalam menjahit. Pada proses stitching upper, selain proses penjahitan ada juga prosesproses lain yang dilakukan sehingga komponen-komponen menjadi satu kesatuan upper. Diantaranya adalah hammering, collar lining reverse, pounching hole dan counter pre shaping. Hammering adalah proses melipat hasil joining sehingga rata dan tidak menimbulkan penggembungan pada upper. Pounching Hole adalah proses melubangi upper sepatu untuk membuat lubang tali sepatu. Counter pre shaping adalah proses melengkungkan counter dengan cara dipanaskan.
Gambar 2.6 Mesin Hammering d. Assembling Process
Gambar 2.7 Pounching Hole
Gambar 2.8 Counter pre shaping
Proses assembling adalah proses yang sangat penting dalam proses produksi sepatu. Dalam proses ini upper dan outsole di satukan menjadi sepasang sepatu dengan melalui beberapa tahapan proses yang saling berhubungan. Pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
dasarnya proses assembling dibagi kedalam tiga tahapan utama, yaitu Lasting, Cementing dan Finishing. Berikut bagian-bagian dari ketiga tahapan tersebut: d.1 Lasting Lasting adalah proses-proses yang dilakukan terhadap upper agar upper terbentuk dengan sempurna dan mencapai kenyamanan yang diinginkan. A. Gathering Stitching Adalah proses penjahitan dengan pita atau nylon pada upper. Proses penjahitan ini bertujuan untuk mengerutkan area toe sehingga memudahkan dalam proses stitching stroble.
Gambar 2.9 Mesin Gathering Stitching B. Counter Activation Adalah proses untuk mengaktifkan lem counter dengan tujuan agar collar lining dapat mudah menempel pada counter dengan menggunakan hot mold (mold panas).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Gambar 2.10 Counter Activation Process Dalam proses counter activation ini, suhu yang digunakan berkisar antara 75°-90° C dengan waktu 35-50 detik. Pengukuran temperatur dilakukan setiap 2 jam dengan menggunakan alat thermocouple. Pada mesin counter activation ini selalu dilengkapi dengan alarm yang akan berbunyi apabila settingan timer telah tercapai. C. Back Part Moulding (BPM) Adalah proses pembentukan bagian heel upper dan merekatkan collar lining dengan counter dengan menggunakan mould dingin dan mekanisme penjepit upper (heel band fitting). Proses ini juga bertujuan untuk mempermudah proses stitching di Stroble.
Gambar 2.11 Back Part Moulding Process Waktu pemindahan upper dari proses counter activation ke back part moulding tidak lebih dari 5 detik. Temperatur chiller tidak lebih dari 5° C dengan waktu antara 35-50 detik. D. Stitching Stroble
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Adalah proses penjahitan antara upper dengan stroble sock. Proses penjahitan ini tidak akan rapi apabila pada proses sebelumnya, yaitu jahit gathering, counter activation dan BPM tidak dilakukan secara benar. karena pada dasarnya stroble sock lebih kecil dari bagian bawah upper. Penjahitan diawali dan diakhiri seseuai dengan tanda nick pada stroble sock. Jika nick upper dengan nick stroble shock tidak betemu pada proses stitching, maka pada upper yang dihasilkan akan terlihat tidak simetris. Ini akan terlihat pada saat pemasangan lasting. E. Upper Conditioning Proses ini merupakan Proses pengkondisian upper dengan cara pemanasan dengan uap air dengan tujuan untuk melenturkan material sehingga pada pembentukan upper yang mengacu pada bentuk laste tidak menimbulkan kerusakan.
Gambar 2.12 Upper Conditioning Process Temperatur yang digunakan pada proses ini minimal 40°C dengan waktu sekitar 10-30 detik. F. Toe Box Activator Adalah proses pembentukan toe dengan pemanasan menggunakan udara panas. Temperatur pada proses ini adalah antara 60°-90° C dengan waktu sekitar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
35-50 detik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses ini, diantaranya adalah waktu yang terlalu lama atau suhu yang terlalu panas dapat menyebabkan warna gosong pada upper dan sebaliknya, apabila suhu yang digunakan terlalu rendah maka akan mengakibatkan toe tidak terbentuk secara sempurna.
Gambar 2.13 Toe box activator Process G. Insert Last Adalah proses memasukan upper sepatu kedalam laste sesuai dengan pattern dan bottom laste. Pastikan ukuran laste yang digunakan sesuai dengan ukuran upper yang akan dipasangkan dan juga pasikan tidak ada kerut (wrinkle) pada upper setelah proses lasting.
H. Heel Last Adalah proses memposisikan laste pada upper sehingga tinggi heel terhadap pin marking dapat terlihat dengan jelas. Pada proses ini pin marking berwarna orange harus tepat dan terlihat jelas.Temperatur yang digunakan pada proses ini minimal 40°C dengan waktu 4 detik dan tekanan minimal 25 kg/cm2.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
I. Lace Tightening Adalah proses mengencangkan tali sepatu agar upper memiliki bentuk yang sesuai dengan laste dan tidak menggembung terutama pada daerah medial. J.
Heat Seater Chamber Adalah proses pengkondisian upper agar bentuknya mengikuti bentuk laste dengan cara diberikan perlakuan panas melalui sebuah chamber. Proses ini dilakukan dengan temperatur 55°-65° C selama 3 menit. K. Gauge Marking Proses memberikan penandaan biteline yang akurat pada lasted upper, dengan menggunakan Marvel Pen. Bite line merupakan garis batas/ panduan untuk penempelan upper ke outsole, dan pada bagian toe juga merupakan panduan bagi proses roughing.
Gambar 2.14 Gauge Marking Process Pada proses ini, tekanan mesin press sekitar 1,5-2,5 kg/cm2 dan juga pada bagian yang tidak terlihat biasanya dipasang cermin sehingga memudahkan dalam penandaan. Sedangkan alat yang digunakan untuk memberi tanda adalah marvel pen yang dapat memberikan penandaan yang tipis dan jelas, namun dapat hilang dengan sendirinya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
L. Roughing, buffing dan Scouring Adalah proses menghilangkan lapisan permukaan material untuk memudahkan adhesive meresap secara optimal dan memperkuat bonding dengan cara memperluas area bonding. Buffing dilakukan hanya pada area bonding yang sesuai dengan gauge marking dan juga buffing tidak boleh merusak jahitanan pada stroble. 4.2. Cementing Proses - proses yang dilakukan terhadap upper dan bottom dengan menggunakan bahan - bahan kimia tertentu yang bertujuan agar proses penempelan keduanya terjadi dengan sempurna. A. Cleaning Outsole dan Upper Adalah proses membersihkan bagian outsole dan upper dengan menggunakan cairan kimia MEK (Methyl Ethyl Ketone)yang bersifat solvent dan juga untuk membuka pori-pori outsole dan upper sehingga cairan primer dapat meresap secara merata.
B. Primering Adalah Proses pengolesan primer (lem pertama) untuk outsole dan upper yang berfungsi sebagai penguat rekatan/pondasi. Jenis lem yang digunakan pada proses ini adalah W-102. Pengolesan primer harus dilakukan secara tipis dan merata mengikuti garis marking yang tersedia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Gambar 2.15 Primering Process C. Cementing Process Adalah proses pengolesan lem kedua pada outsole dan upper yang berfungsi sebagai perekat. Jenis lem yang digunakan pada proses ini adalah SW-07. Pengolesan primer harus dilakukan secara tipis dan merata mengikuti garis marking yang tersedia. D. Proses penempelan Upper dan Outsole (Bonding) Adalah proses penempelan antara outsole dan upper yang dimulai dari penempelan arah depan ke belakang dengan mengikuti garis marking. Proses penempelan ini harus dilakukan saat adhesive berada dalam temperatur aktivasinya. Selain itu, dalam proses penempelannya harus dipastikan semua alat bantu, meja dan tangan operator dalam keadaan kering dan bersih. E. Universal Press Alat yang digunakan untuk memberikan tekanan yang merata dan kuat pada hasil bonding antara upper dan outsole. Variasi kekuatan bonding bisa timbul dari ketidak konsistenan tekanan pada saat penempelan secara manual oleh tangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Gambar 2.16 Universal Press Dalam pengoperasiannya, kedua tombol harus ditekan secara bersamaan untuk memastikan keamanan operator. Tekanan yang digunakan untuk proses ini adalah sebesar 25-40 kg/cm2 selama 2 detik. Selain itu, pastikan press pad yang digunakan memiliki nomor yang sesuai dengan sepatu yang akan di press serta selalu melakukan karbon test setiap berganti model. F. Cooling/chillering Adalah proses pendinginan yang berfungsi untuk membekukan atau mematikan rekatan-rekatan lem pada sepatu. Temperatur maksimum untuk mesin cooling ini adalah -5°C selama 2-3 menit.
4.3 Finishing A. Loose Shoe Lace Adalah proses mengendurkan tali sepatu setelah sepatu keluar dari mesin cooling dan sebelum proses delasting. Dalam proses ini, alat yang digunakan berupa hook/kail yang berfungsi untuk mencongkel dan menarik tali sepatu. Pastikan sepatu yang keluar dari mesin colling dalam keadaan bersih.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Gambar 2.17 Loose Shoe lace Process B. Delasting Proses Melepaskan sepatu dari laste tanpa mengalami perubahan bentuk. Sebelum melepaskan laste dari sepatu, pastikan tali sepatu dikendurkan terlebih dahulu. Selain itu, laste harus dilepas sesegera mungkin untuk menghindari panas dari laste merambat ke bagian upper. C. Roll Hot Melt dan Insert Sockliner Adalah proses memasukan sockliner ke dalam sepatu dengan terlebih dahulu memberikan lem hot melt pada bagian sockliner.
Gambar 2.18 Roll Hot melt Process
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
A. QC Check Adalah proses pengecekan terakhir pada sepatu yang telah di assembling sebelum di finishing. Beberapa proses QC Check yang dilakukan diantaranya : Size Label : Size label kiri dan kanan harus sama Shoe Lace : Pastikan ukuran Aglet dan shoe lace kiri dan kanan harus sama Sockliner : Pastikan sockliner terpasang dengan baik Vamp & Tip : Pastikan bentuk dan panjang Vamp & Tip kiri dan kanan harus sama Foxing & Backtab : Pastikan bentuk dan kesejajaran foxing dan backtab harus sama Shoe Medial : Pastikan shoe medial kiri dan kanan harus sama Shoe Lateral : Pastikan shoe lateral kiri dan kanan harus sama Outsole : Pastikan Outsole kiri dan kanan harus sama Flex Shoe : Pastikan kelenturan /Flex Shoe sepatu kiri dan kanan harus sama. G. Insert Shoe Foot Form Adalah proses memasukan shoe foot form kedalam sepatu sehingga sepatu dapat terjaga bentuknya. H. Adjust Shoe Lace
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Adalah proses pengaturan ulang dan perapihan shoe lace pada sepatu dengan menggunakan simpul sepatu yang telah ditentukan. G. Wrapping & Inner Box Packing Adalah Menempatkan sepatu ke dalam inner box dan membungkusnya dengan wrapping tissue dengan cara tertentu untuk memastikan sepatu terlindungi pada saat penyimpanan dan pengiriman (delivery).
Gambar 2.19 Wrapping Process Dalam pembungkusan sepatu, pastikan kertas pembungkus yang akan digunakan bersih dan rapi serta Penempatan sepatu harus sedemikian rupa sehingga tidak saling bergesekan/saling menekan satu sama lain.
H. Labeling Adalah proses penempelan stiker-stiker yang diperlukan sesuai dengan negara tujuannya (destination). Permintaan penempelan stiker secara khusus ini datang dari negara tujuan. Aturan penempelan tersebut ada di file Packaging & Labeling. File tersebut memuat 33 negara tujuan. Bila
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
tidak ada permintaan khusus dari negara tujuan, maka gunakan aturan umum untuk all destination. I. Metal Detector Adalah proses pendeteksian patahan jarum atau metal lainnya yang terdapat pada sepatu. Untuk mengetahui keberadaan logam logam dalam sepatu, maka sepatu di masukan kedalam mesin detector yang apabila sepatu bersih dari logam maka lampu pada mesin akan berwarna hijau dan conveyor tetap berjalan. Sedangkan apabila sepatu menagndung logam, maka lampu mesin conveyor akan berwarna merah dan mesin conveyor berhenti dan untuk memastuikannya, biasanya pengulangan dilakukan hingga 4 kali.
Gambar 2.20 Metal detector J. Outer Cartoon Packing Proses pengaturan inner box sebelum dimasukkan ke outer cartoon pengemasannya dalam karton yang telah ditentukan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Gambar 2.21 Outer Packing Setelah inner box melewati metal detector, inner box kemudian disusun berdasarkan size.
http://digilib.mercubuana.ac.id/