BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1
Akuntansi Biaya Di masa lalu, akuntansi biaya secara luas dianggap sebagai cara perhitungan
nilai persediaan yang dilaporkan di neraca dan harga pokok penjualan yang disajikan di laporkan laba rugi. Pandangan ini membatasi luasnya cakupan informasi yang dibutuhkan oleh manajer untuk pengambilan keputusan menjadi sekedar data biaya produk yang memenuhi aturan pelaporan eksternal. Dalam perkembangannya, akuntansi dewasa ini mempunyai beberapa bidang khusus. Hal ini seiring dengan perkembangan dunia usaha, pertumbuhan ekonomi, kemajuan teknologi yang pesat, dan faktor lainnya yang mempunyai pengaruh terhadap kegiatan perusahaan. Di antara bidang-bidang akuntansi tersebut adalah akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, akuntansi biaya, pemeriksaan akuntansi, dan perpajakan. Akuntansi
biaya
terutama
berhubungan
dengan
biaya-biaya
untuk
memproduksi suatu barang, hingga saat ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa akuntansi biaya hanya dapat diterapkan pada bidang manufaktur saja. Walaupun kenyataannya hampir setiap jenis bidang usaha dapat memperoleh manfaat dari akuntansi biaya. Saat ini akuntansi biaya telah diterapkan pada berbagai bidang kegiatan nonmanufaktur/jasa, seperti : perusahaan asuransi, perusahaan perbankan, sekolah-sekolah dan rumah sakit, kereta api dan penerbangan, dan instansi pemerintah yang menggunakan teknik-teknik akuntansi biaya. 2.1.1
Pengertian Akuntansi Biaya Terdapat pengertian akuntansi biaya dari beberapa ahli di bidang akuntansi
yaitu sebagai berikut :
Menurut Dr. R.A. Supriyono, S.U., Ak (2011:12) “Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sitematis, serta menyajikan informasi dalam bentuk laporan biaya.” Menurut Firdaus Ahmad D dan Wasilah Abdullah (2012:4) “Akuntansi biaya adalah bagian dari akuntansi manajemen di mana merupakan salah satu dari bidang khusus akuntansi yang menekankan pada penentuan dan pengendalian biaya.” Menurut Drs. Mursyidi, SE.,M.Si (2008:10-11) “Akuntansi biaya merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan biaya pabrikasi, dan penjualan produkdan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadap hasil-hasilnya. Dengan kata lain, Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang mempunyai objek biaya, dan akuntansi manajemen.” Sedangkan menurut William K. Carter (2009:11) “Akuntansi biaya memperlengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikan kualitas dan efisiensi, serta pengambilan keputusan baik yang bersifat rutin maupun yang bersifat strategik.”. 2.1.2
Tujuan Akuntansi Biaya Pada awal timbulnya akuntansi biaya mula-mula hanya ditujukan untuk
penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan, akan tetapi dengan semakin pentingnya biaya non produksi, yaitu biaya pemasaran dan administrasi umum, akuntansi biaya saat ini ditujukan untuk menyajikan informasi biaya bagi manajemen baik biaya produksi maupun non produksi. Oleh karena itu akuntansi biaya dapat digunakan pada perusahaan manufaktur maupun non manufaktur. Adapun tujuan akuntansi biaya menurut Mulyadi (2009:7), akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok: penentuan harga pokok produk, pengendalian biaya dan pengambilan keputusan.
Penjelasan dari tujuan diatas adalah sebagai berikut : 1. Penentuan harga pokok produk akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau penyerahan jasa. 2. Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang akan dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk, dan tugas akuntansi biaya adalah untuk mengawasi apakah biaya yang sesungguhnya dikeluarkan telah sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan, kemudian melakukan analisis terhadap penyimpangan biaya yang telah ditetapkan dan menyajikan penyebab terjadinya selisih tersebut. 3. Untuk pengambilan keputusan, akuntansi biaya menyajikan biaya masa depan (future cost). Informasi biaya-biaya ini tidak dicatat dalam catatan akuntansi biaya, melainkan dari suatu proses peramalan. 2.1.3
Manfaat Akuntansi Biaya Manfaat dari akuntansi biaya menurut Dr. R.A. Supriyono, S.U., Ak
(2011:14-15) adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan manajemen dalam mengelola perusahaan, yaitu informasi biaya yang bermanfaat untuk : 1. Perencanaan dan pengendalian biaya. 2. Penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dengan tepat dan teliti. 3. Pengambilan keputusan oleh manajemen. Oleh karena itu tugas dari akuntansi biaya, biasanya dilaksanakan oleh bagian akuntansi biaya, secara terperinci adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan
data
biaya
yang
diperlukan
untuk
perencanaan
dan
pengendalian kegiatan. 2. Menyediakan data biaya untuk pengambilan keputusan sehari-hari atau proyek khusus yang memerlukan pemilihan alternatif yang harus diambil. 3. Berpartisipasi dalam berkreasi dan menyusun anggaran.
4. Menerapkan metode dan prosedur pengendalian dan perbaikan operasi serta program pengurangan biaya. 5. Mengembangkan sistem dan analisa biaya dalam rangka penentuan harga pokok dan menganalisa penyimpangan atas pengendalian phisik. 6. Menyusun laporan biaya. Adapun manfaat dari akuntansi biaya menurut Armanto Witjaksono (2009:4) yaitu : “Barangkali manfaat dari mempelajari akuntansi biaya adalah timbulnya sikap sadar akan biaya (cost awareness). Tidak banyak orang yang memahami bahwa harga pokok produk dan jasa merupakan refleksi kemampuan suatu organisasi dalam memproduksi barang dan jasa.” Manfaat lainnya adalah : 1. Sebagai pemasok informasi dasar untuk menentukan harga jual produk barang dan jasa. 2. Sebagai bagian dari alat pengendali manajemen, terutama yang berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban. 3. Sebagai pemasok informasi pda pihak eksternal berkenaan dengan seluruh aspek biaya operasi, misalnya saja untuk kepentingan pajak. 2.1.4
Konsep Akuntansi Biaya Konsep dan terminologi akuntansi biaya diperlukan untuk dasar pembahasan
akuntansi biaya dengan tujuan supaya dapat dipakai pedoman di dalam penyusunan laporan biaya. Berikut ini beberapa konsep dan terminologi yang sering dipakai menurut Dr. R.A. Supriyono, S.U., Ak (2011:16-17) : 1. Harga perolehan atau harga pokok. Harga perolehan atau harga poko adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam bentuk : - Kas yang dibayarkan, atau - nilai aktiva lainnya diserahkan/dikorbankan, atau
-
nilai jasa yang diserahkan/dikorbankan, atau hutang yang timbul, atau Tambahan modal.
Dalam rangka pemilikan barang dan jasa yang diperlukan perusahaan, baik pada masa lalu (harga perolehan yang telah terjadi) maupun pada masa yang akan datang (harga perolehan yang akan terjadi). 2. Biaya Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Biaya digolongkan ke dalam harga pokok penjualan, biaya penjualan, biaya administrasi dan umum, biaya bunga dan biaya pajak perseroan.
3. Penghasilan Penghasilan adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam bentuk : - Kas yang diterima, atau - piutang yang timbul, atau - nilai aktiva lainnya yang diterima, atau - nilai jasa yang diterima, atau - pengurangan hutang, atau - Pengurangan modal. Dalam rangka penjualan barang dagangan, produk atau jasa yang dilakukan perusahaan kepada pihak lain. 4. Rugi dan Laba Rugi dan laba adalah hasil dari proses mempertemukan secara wajar antara semua penghasilan dengan semua biaya dalam periode akuntansi yang sama. Apabila semua penghasilan lebih besar dibanding biaya maka selisihnya adalah laba bersih. Akan tetapi apabila semua penghasilan lebih kecil dibandingkan dengan semua biaya, selisihnya adalah rugi bersih. 5. Rugi Rugi adalah berkurangnya aktiva atau kekayaan perusahaan yang bukan karena pengambilan modal oleh pemilik, di mana tidak ada manfaat yang diperoleh dari berkurangnya aktiva tersebut.
2.2
Biaya Akuntansi biaya sebagai bidang khusus akuntansi merupakan sistem informasi
akuntansi yang bertujuan untuk menyediakan informasi biaya kepada manajemen yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda. Dalam mempelajari akuntansi biaya seyogyanya kita mempunyai pengertian yang baik mengenai istilah biaya dan istilah-istilah lainnya yang berkaitan erat dengan istilah ini agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pemahaman dan penerapannya. 2.2.1
Pengertian Biaya
Istilah biaya tidaklah sama dengan beban dan kerugian. Sering kali istilah-istilah ini digunakan dalam pengertian yang sama. Mengenai perbedaan dari ketiga istilah ini dapat dilihat dari definisi yang dinyatakan atas istilah-istilah tersebut menurut Firdaus Ahmad D dan Wasilah Abdullah (2012:22), sebagai berikut : 1. Biaya adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang atau mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi. Biasanya tercermin dalam laporan posisi keuangan sebagai aset perusahaan. 2. Beban merupakan biaya yang telah memberikan suatu manfaat, dan termasuk pula penurunan dalam aset atau kenaikan dalam liabilitas sehubungan dengan penyerahan barang dan jasa dalam rangka memperoleh pendapatan, serta pengeluaran-pengeluaran yang hanya memberi manfaat untuk tahun buku yang berjalan. Jika manfaat dari barang atau jasa itu diterima, maka biaya menjadi beban atau dengan kata lain biaya yang telah habis masa manfaatnya merupakan beban, sedangkan biaya yang manfaatnya masih akan diterima digolongkan sebagai aset. 3. Kerugian adalah biaya yang timbul ketika barang atau jasa diperoleh pada hakikatnya tidak mempunyai nilai sama sekali atau tanpa manfaat apa-apa lagi karena kondisi-kondisi tertentu.
Sedangkan Drs. Mursyidi, SE., M.Si (2008:13-14) berpendapat bahwa “Biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi baik yang berwujud maupun tidak berwujud yang dapat diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.” “Beban adalah biaya yang telah terjadi yang dikurangkan dari penghasilan atau dibebankan pada periode yang bersangkutan, di mana pengorbanan terjadi.” 2.2.2
Penggolongan Biaya Menurut Dr. R.A. Supriyono, S.U., Ak (2011:18) dalam buku akuntansi
biaya mendefinisikan penggolongan biaya yaitu : “Proses pengelompokkan secara sitematis atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting.” Dalam menggolongkan biaya harus disesuaikan dengan tujuan dari informasi biaya yang akan disajikan. Oleh karena itu dalam penggolongan biaya tergantung untuk apa biaya tersebut digolongkan, untuk tujuan yang berbeda diperlukan cara penggolongan biaya yang berbeda pula, atau tidak ada satu cara penggolongan biaya yang dapat dipakai untuk semua tujuan menyajikan informasi biaya. Berikut ini beberapa cara penggolongan biaya yang sering dilakukan : 1. Penggolongan sesuai dengan fungsi pokok dari aktivitas perusahaan a. Biaya produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. b. Biaya pemasaran, yaitu dalam rangka penjualan produk selesai sampai dengan pengumpulan piutang menjadi kas. Biaya ini meliputi biaya untuk melaksanakan : fungsi penjualan, penggudangan produk selesai, fungsi
pengepakan dan pengiriman, fungsi adpertensi, fungsi pemberia kredit dan pengumpulan piutang, dan fungsi pembuatan faktur atau administrasi penjualan. c. Biaya administrasi dan umum, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum. Biaya ini terjadi dalam rangka penentuan
kebijaksanaan,
pengarahan,
dan
pengawasan
kegiatan
perusahaan secara keseluruhan. Termasuk dalam biaya ini gaji pimpinan tertinggi
perusahaan,
personalia,
secretariat,
akuntansi,
hubungan
masyarakat, keamanan dan sebagainya. d. Biaya keuangan, adalah semua biaya yang terjadi dalam melaksanakan fungsi keuangan, misalnya : biaya bunga. 2. Penggolongan biaya sesuai dengan trendensi perubahannya terhadap aktivitas atau kegiatan atau volume Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas terutama untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya serta pengambilan keputusan. Tendensi perubahan biaya terhadap kegiatan dapat dikelompokkan menjadi : a. Biaya tetap Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak terpengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkat tertentu. 2. Pada biaya tetap, biaya satuan akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. b. Biaya variable Biaya variable memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variable, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah total biaya variable. 2. Pada biaya variable, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan, jadi biaya satuan konstan. c. Biaya semi variable Biaya semi variable memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin besar total jumlah biaya total, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah biaya, tetapi perubahannya tidak sebanding. 2. Pada biaya semi variable, biaya satuan akan berubah terbalik dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding. Sampai dengan tingkat kegiatan tertentu semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. 3. Penggolongan biaya sesuai dengan objek atau pusat biaya yang dibayai Di dalam perusahaan objek atau pusat biaya dapat dihubungkan dengan produk yang dihasilkan, departemen-departemen yang ada dalam pabrik, daerah pemasaran, bagian-bagian dalam organisasi yang lain, atau bahkan individu. Penggolongan biaya atas dasar objek atau pusat biaya, biaya dibagi menjadi : a. Biaya langsung Biaya langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya dapat diidentifikasikan kepada objek atau pusat biaya tertentu.
b. Biaya tidak langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada objek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa objek atau pusat biaya. 4. Penggolongan biaya untuk tujuan pengendalian biaya Untuk pengendalian biaya informasi biaya yang ditujukan kepada manajemen dikelompokkan ke dalam : a. Biaya terkendalikan Biaya terkendalikan adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu dalam jangka waktu tertentu. b. Biaya tidak terkendali Biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan/pejabat tertentu berdasar wewenang yang dia miliki atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pejabat dalam jangka waktu tertentu. 5. Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan Untuk tujuan pengambilan keputusan oleh manajemen data biaya dikelompokkan di dalam : a. Biaya relevan Biaya relevan adalah biaya yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya tersebut harus diperhitungkan di dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dapat berupa pemilihan dua alternatif atau pemilihan lebih dari dua alternatif. b. Biaya tidak relevan Biaya tidak relevan adalah biaya yang tidak mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya ini tidak perlu diperhitungkan atau diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan.
2.3
Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan
harga pokok perusahaan manufaktur. Harga pokok produksi dikeluarkan untuk tujuan mendapatkan barang dagangan atau menghasilkan produk jadi karena harga pokok produksi terjadi dalam usaha mendapatkan aktiva maka pengeluaran tersebut membentuk harga perolehan atau laba. Harga pokok penjualan dalam perusahaan manufaktur baru dapat dihitung apabila harga pokok produksinya sudah diketahui. Untuk memperoleh nilai harga pokok produksi tentunya kita harus mengumpulkan dan menyeleksi biaya-biaya apa saja yang termasuk kedalamnya. Setelah semua biaya terkumpul baru kita dapat memperhitungkan berapa besarnya harga pokok produksi sesuai dengan ketentuan yang ada. Bustami (2010:49) 2.3.1
Pengertian Harga Pokok Produksi Perhitungan harga pokok produksi dalam suatu perusahaan industri bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan baik pihak manajemen perusahaan maupun pihak luar perusahaan. Untuk memenuhi tujuan perhitungan harga pokok produksi tersebut akuntansi biaya mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk. Mulyadi (2009:5) mendefinisikan harga pokok produksi sebagai berikut : “Harga pokok produksi terbentuk dari biaya produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Unsu-unsur biaya tersebut adalah biaya bahan baku; biaya tenaga kerja langsung; biaya overhead pabrik.” Menurut Bustami (2010:49) harga pokok produksi adalah : “Kumpulan biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir.”
2.3.2
Unsur-unsur Harga Pokok Produksi Perhitungan harga pokok produksi adalah untuk mengetahui besarnya biaya
produksi yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang. Pada umumnya biaya produksi tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, langsung, dan biaya overhead pabrik. 2.3.2.1 Biaya Bahan Baku Pengertian bahan baku menurut Kholmi dan Yuningsih (2009:26) adalah sebagai berikut : “Bahan baku merupakan bahan yang sebagian besar membentuk produk setengah jadi (barang jadi) atau menjadi bagian wujud dari suatu produk yang dapat ditelusuri ke produk tersebut.” Perencanaan dan Pengendalian bahan baku Perencanaan bahan dipengaruhi oleh sifat kegiatan produksi perusahaan, apakah kegiatan produksi tergantung kepada datangnya pesanan dari langganan (pembeli), atau kegiatan produksi bersifat massa atau proses. Umumnya perencanaan bahan pada perusahaan yang kegiatan produksinya bersifat proses atau massa lebih mudah dibandingkan dengan perusahaan yang beproduksi berdasar pesanan. Tetapi yang pasti bahwa pada semua perusahaan tujuan perencanaan dan pengendalian bahan mempunyai dua tujuan pokok yaitu : (1) untuk menekan (meminimumkan) biaya: (2) untuk memaksimumkan laba dalam waktu tertentu dan dengan dana tertentu. Pembelian bahan baku Bahan yang dibeli diterima oleh bagian penerimaan dan diperiksa kesesuaiannya dengan yang dipesan, bagian penerimaan membuat bukti laporan
penerimaan bahan dan didistribusikan : (a) bagian gudang bahan, (b) bagian pembelian, (c) bagian akuntansi, (d) arsip. Bahan dipindahkan ke bagian gudang bahan. Bagian gudang menerima bahan yang dibeli dan berdasar dokumen laporan penerimaan bahan, memasukkan ke dalam kartu gudang dan kartu barang sesuai dengan macam bahan yang dibeli. Faktur pembelian dari supplier diterima oleh bagian pembelian, setelah disahkan diberikan kepada bagian akuntansi. Atas dasar faktur pembelian, laporan penerimaan bahan dan pesanan pembelian oleh bagian akuntansi (akuntansi biaya) dimasukkan ke dalamd kartu persediaan bahan sesuai dengan jenis bahan yang didbeli, dan dibuat jurnal pembelian bahan secara kredit sebagai berikut : Dr.
Cr.
Persediaan bahan baku
xxx
Persediaan bahan penolong
xxx
Hutang dagang
xxx
Jurnal pembelian bahan secara tunai Dr.
Cr.
Persediaan bahan baku
xxx
Persediaan bahan penolong
xxx
Kas
xxx
Pemakaian bahan Bagian yang memerlukan bahan, yaitu bagian produksi atau bagian teknik, perencanaan dan rute produksi, dmembuat bon permintaan bahan atau daftar permintaan bahan ke gudang bahan, selain itu bon permintaan bahan tersebut didistribusikan : (a) bagian akuntansi (akuntansi biaya), (b) arsip. Atas dasar bon permintaan bahan oleh bagian gudang bahan menyerahkan bahan yang diperlukan kepada bagian yang meminta, dan bagian gudang
memasukkan ke dalam kartu gudang dan kartu bahan. Atas dasar bon permintaan bahan oleh bagian akuntansi (akuntansi biaya) dimasukkan ke dalam kartu persediaan dan dibuat jurnal sebagai berikut : Jurnal pemakaian bahan baku Dr.
Barang dalam proses-biaya bahan baku
Cr.
xxx
Persediaan bahan
xxx
Jurnal pemakaian bahan penolong Dr,
Biaya overhead pabrik sesungguhnya
Cr.
Persediaan bahan penolong
xxx xxx
2.3.2.2 Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja terjadi dan diperlukan dalam suatu proses produksi untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Biaya-biaya ini timbul sehubungan dengan penggunaan sumber daya manusia atau tenaga kerja tersebut dalam memproduksi suatu produk. Manjemen perusahaan sangat membutuhkan informasi biaya tenaga kerja yang tepat waktu dan akurat untuk digunakan sebagai suatu dasar dalam perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan. Perencanaan untuk tenaga kerja merupakan bagian terpadu dari proses penyusunan anggaran. Bermula dari rencana produksi dan data standar waktu dan standar biaya yang telah ditetapkan, maka anggaran biaya tenaga kerja dapat dibuat. Biaya tenaga kerja menurut Firdaus Ahmad D dan Wasilah Abdullah (2012:226) : “Biaya tenaga kerja merupakan harga atau jumlah rupiah tertentu yang dibayarkan kepada para pekerja atau karyawan yang bekerja pada bagian produksi.”
Pengertian tenaga kerja menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:199) “Tenaga kerja adalah daya kerja fisik maupun mental yang merupakan sumbangsih manusia untuk menghasilkan suatu produk atau jasa tertentu.” Biaya tenaga kerja terbagi menjadi dua elemen utama, yaitu : 1. Biaya tenaga kerja langsung, adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan dengan suatu operasi atau proses tertentu yang diperlukan untuk menyelesaikan produk-produk dari perusahaan. 2. Biaya tenaga kerja tidak langsung, adalah semua biaya tenaga kerja yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi, dengan demikian biaya ini tidak dapat diidentifikasikan secara khusus kepada suatu operasi atau proses produksi tertentu. Jurnal biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan Dr. Cr.
Gaji dan Upah
xxx
Utang gaji dan upah
xxx
Jurnal distribusi biaya tenaga kerja Dr.
Cr.
Barang dalam proses
xxx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya
xxx
Biaya administrasi dan umum
xxx
Biaya pemasaran
xxx
Gaji dan upah
xxx
Jurnal pembayaran gaji dan upah Dr.
Utang gaji dan upah
Cr.
Kas
xxx xxx
2.3.2.3 Biaya Overhead Bahan langsung dan tenaga kerja langsung merupakan biaya utama dari suatu produk. Overhead pabrik meliputi semua biaya lain yang harus terjadi dalam membuat suatu produk tersebut.semua biaya produksi selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung, yang terdiri atas tiga kelompok biaya, yakni : biaya bahan bahan tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan biaya produksi tidak langsung lainnya seperti air, listrik, telepon, asuransi, pajak, pemeliharaan, penyusutan, dan lain-lain. Menurut Firdaus Ahmad D dan Wasilah Abdullah (2012:42), biaya overhead pabrik adalah : “Semua biaya untuk memproduksi suatu produk selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung, yaitu bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya tidak langsung lainnya.” Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:219) “Overhead pabrik adalah bahan baku tidak langsung serta biaya tidak langsung lainnya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke produk selesai atau tujuan akhir biaya. Istilah lain yang dapat digunakan untuk overhead pabrik adalah biaya produksi tidak langsung.” Biasanya biaya overhead pabrik dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok utama, yaitu sebagai berikut : 1. Bahan tidak langsung dan perlengkapan, merupakan bahan yang dipakai dalam produksi yang tidak dapat dibebankan secara langsung kepada objek biaya tertentu dengan pertimbangan ekonomis dan praktis. Dengan kata lain
perlengkapan pabrik merupakan unsur-unsur biaya yang menjaga pabrik agar tetap berada dalam kondisi kerja yang baik, seperti minyak pelumas dan perlengkapan kebersihan dan keselamatan. 2. Tenaga kerja tidak langsung, adalah semua biaya tenaga kerja pabrik yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi dari suatu produk, dikelompokkan sebagai biaya tenaga kerja langsung, seperti tenaga kerja pengawas dan tenaga penunjang yang diperlukan untuk mengoperasikan fasilitas produksi. 3. Biaya tidak langsung lainnya, biaya ini meliputi berbagai macam biaya overhead pabrik yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan tidak langsung ataupun biaya tenaga kerja tidak langsung. 2.4
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur
biaya produksi ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsurunsur biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu metode full costing dan metode variabel costing. Perbedaan pokok antara kedua metode tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang bersifat tetap dan berakibat pada perhitungan harga pokok produk dan penyajian laporan laba rugi. 2.4.1
Metode Full Costing Perhitungan metode full costing menurut Mulyadi (2009:30) adalah : “Metode full costing adalah metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik variabel maupun tetap.” Menurut metode full costing, harga pokok produksi terdiri dari semua unsur
biaya produksi :
Biaya bahan baku
xx
Biaya tenaga kerja langsung
xx
Biaya overhead pabrik variabel
xx
Biaya overhead pabrik tetap
xx
Harga pokok produksi
xx
Penentuan harga pokok berdasarkan pada umumnya ditujukan untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan untuk pihak eksternal. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode ini menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok yang ada di perusahaan yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, serta fungsi administrasi dan umum. Dengan demikian, laporan laba rugi menurut metode full costing akan tampak sebagai berikut : Penjualan
: xxx
Harga pokok penjualan
: xxx
Laba kotor atas penjualan
: xxx
Biaya komersial : Pemasaran
: xxx
Administrasi dan umum
: xxx
Laba bersih 2.4.2
: xxx : xxx
Metode Variabel Costing Pengertian variabel costing menurut Mulyadi (2009:29) adalah : “Variabel costing merupakan penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya doverhead pabrik variabel.”
Unsur-unsur harga pokok produksi menurut metode variabel costing tersusun sebagai berikut : Biaya bahan baku
xx
Biaya tenaga kerja langsung
xx
Biaya overhead pabrik variabel
xx
Harga pokok produksi
xx
Penentuan harga pokok berdasarkan variabel costing pada umumnya ditujukan untuk pihak manajemen dalam rangka pengambilan kebijakan harga. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode ini menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai dengan perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dengan demikian, laporan laba rugi menurut metode variabel costing akan tampak sebagai berikut : Penjualan
: xxx
Harga pokok penjualan variabel
: xxx
Batas kontribusi bersih
: xxx
Biaya komersial variabel : Pemasaran variabel
: xxx
Administrasi dan umum variabel
: xxx
Batas kontribusi bersih
: xxx : xxx
Biaya tetap : Overhead tetap
: xxx
Pemasaran tetap
: xxx
Administrasi dan umum tetap
: xxx
Laba bersih
: xxx : xxx
2.5
Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Menurut Dr. R.A. Supriyono, S.U., Ak (2011:36), secara ekstrim pola
pengumpulan harga pokok dapat dikelompokan menjadi dua metode yaitu : (1) metode harga pokok pesanan dan (2) metode harga pokok proses. Penerapan metode tersebut pada suatu perusahaan tergantung pada sifat atau karakteristik pengolahan bahan menjadi produk selesai yang akan mempengaruhi metode pengumpulan harga pokok yang digunakan. 2.5.1
Metode harga pokok pesanan Metode harga pokok pesanan menurut Dr. R.A. Supriyono, S.U., Ak
(2011:36), adalah ; “Metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya.” Sedangkan menurut Firdaus Ahmad D dan Wasilah Abdullah (2012:54) metode harga pokok pesanan yaitu : “Suatu sistem akuntansi biaya perpetual yang menghimpun biaya menurut pekerjaan-pekerjaan tertentu.” 2.5.1.1 Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan Walaupun setiap pekerjaan memiliki karakteristik sendiri-sendiri, ada beberapa sifat yang umum untuk semua pekerjaan pada sisitem atau metode harga pokok pesanan, yaitu sebagai berikut : 1. Tiap pekerjaan harus diidentifikasikan menurut sifat disiknya dan masingmasing biayanya.
2. Dengan kata lain setiap pekerjaan harus dapat dibedakan secara fisik sehingga pembebanan biaya dapat dibedakan dan dicatat dengan tepat untuk pekerjaan yang bersangkutan. 3. Permintaan atau pemakaian bahan baku dan biaya-biaya tenaga kerja langsung diidentifikasikan menurut nomor dari masing-masing pekerjaan. 4. Overhead pabrik yang merupakan biaya produksi tidak langsung biasanya dibebankan kepada masing-masing pekerjaan berdasarkan suatu tarif yang ditetapkan lebih dahulu. 5. Setiap pekerjaan mempunyai daftar biaya atau kartu harga pokok yang menghimpun dan mengikhtisarkan biaya-biaya yang dibebankan kepada masing-masing pekerjaan. 6. Laba atau rugi serta biaya atau harga pokok persatuan produk ditentukan untuk masing-masing pekerjaan. 2.5.2
Metode Harga Pokok Proses Menurut Dr. R.A. Supriyono, S.U., Ak (2011:37), metode harga pokok
proses adalah : “Metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan, triwulan, semester, tahun. Pada metode harga pokok proses perusahaan menghasilkan produk yang homogin, bentuk produk bersifat standar, dan tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.” 2.5.2.1 Karakteristik Metode Harga Pokok Proses Karakteristik dari metode harga pokok proses adalah sebagai berikut : 1. Biaya- biaya diakumulasikan menurut departemen atau pusat biaya, dan bukan berdasarkan pekerjaan pesanan seperti halnya dalam metode harga pokok pesanan.
2. Biaya produksi atau pengolahan dibebankan kepada akun barang dalam proses dari masing-masing departemen. 3. Jumlah unit dari barang dalam proses dalam setiap departemen harus dinyatakan dalam bentuk tingkat penyelesaiannya dan unit yang dianggap selesai, diperoleh dengan mengkonversikan jumlah unit yang belum selesai secara proporsional dengan tingkat penyelesaian pada akhir periode. 4. Biaya per unti dihitung menurut departemen atau pusat biaya. 5. Pada saat produksi selesai dalam suatu departemen produksi, jumlah unit yang selesai dan biayanya dipindahkan ke departemen produksi berikutnya atau gudang barang jadi. 6. Untuk mengumpulkan, mengikhtisarkan, dan menghitung biaya secara total maupun per unit menurut masing-masing departemen digunakan formulir laporan biaya produksi. 2.6
Harga Jual Menurut Mulyadi (2009:31) tujuan akhir dari perhitungan biaya produksi
adalah untuk menentukan harga jual produk yang dihasilkan. Penetapan harga merupakan salah satu keputusan sulit yang dihadapi perusahaan, karena jika perhitungan biayanya tidak akurat, maka akan berdampak pada penetapan harga jual yang tidak tepat dan kemungkinan besar akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan. 2.6.1
Pengertian Harga Jual Menurut Mulyadi (2009:32), harga jual didefinisikan sebagai berikut : ”Harga jual merupakan nilai dari suatu produk barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan yang diperoleh dari penjumlahan seluruh biayabiaya (produksi dan non produksi) ditambah dengan presentase keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan.”
2.6.2
Pengaruh Utama Pada Keputusan Penentuan Harga Menurut Horngren, Datar dan Foster (2008:494) “Harga dari sebuah produk atau jasa bergantung pada permintaan penawaran. Tiga pengaruh atas permintaan dan penawaran adalah pelanggan, pesaing, dan biaya.” Pelanggan. Pelanggan mempengaruhi harga melalui pengaruh mereka pada permintaan atas suatu produk atau jasa. Perusahaan harus selalu menguji keputusan penentuan harga melalui para pelanggan mereka. Harga yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pelanggan menolak produk suatu perusahaan dan memilh produk pengganti atau yang bersaing. Pesaing. Tidak ada bisnis yang beroperasi dalam keadaan hampa. Perusahaan harus selalu menyadari tindakan dari pada pesaingnya. Saat terdapat pesaing, pengetahuan tentang teknologi si pesaing, kapasitas pabrik, dan kebijakan operasi
membuat
sebuah
perusahaan
mampu
memperkirakan
biaya
pesaingnya. Biaya. Biaya mempengaruhi harga karena biaya mempengaruhi penawaran. Makin rendah biaya produksi sebuah produk relative terhadap harga yang dibayarkan pelanggan, makin besar kuantitas produk yang bersedia ditawarkan oleh perusahaan. 2.6.3
Penetapan Harga Jual Penetapan harga jual barang atau jasa merupakan salah satu jenis pengambilan
keputusan yang penting. Cara penentuan harga jual tersebut disebut pendekatan “Cost-Plus” (Cost-Plus Approach). Menurut Mulyadi (2009:32) ada tiga konsep yang dapat digunakan untuk menentukan harga jual dengan pendekatan ini, yaitu :
1. Konsep Biaya Total Berdasarkan konsep ini, harga jual ditentukan dari biaya total, yaitu penjumlahan dari biaya produksi, biaya pemasaran, biaya administrasi umum, dan jumlah laba yang diinginkan oleh perusahaan, atau dapat diformulasikan sebagai berikut :
=
.
+ .
ℎ
+ .
.
+
Pengertian markup dalam konsep ini adalah laba yang diinginkan. 2. Konsep Biaya Produk Berdasarkan konsep biaya produk, harga jual ditentukan dari biaya produksi ditambah dengan markup.
Harga jual = Biaya Produksi + Markup
Pengertian markup dalam konsep ini adalah laba yang dikehendaki ditambah dengan biaya pemasaran serta biaya administrasi umum.
%
=
+ .
+ .
.
3. Konsep Biaya Variabel Dalam konsep yang disebut dengan contribution approach ini, harga jual ditentukan dari biaya variabel (biaya produk variabel, biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum variabel) ditambah dengan markup.
Harga Jual = Biaya Variabel + Markup
Pengertian markup dalam konsep ini adalah laba yang diinginkan ditambah semua biaya yang bersifat tetap.
Markup = Laba yang Diinginkan + B.Produksi Tetap + B.Pemasaran Tetap + B.Adm. Umum Tetap