BAB II BAHAN RUJUKAN
2.1 Sistem Informasi Akuntansi Menurut Bodnar dan Hopwood (2005,p.1), “Informasi pada dasarnya sumber daya seperti halnya pabrik dan peralatan. Produktivitas sebagai suatu hal yang penting agar tetap kompetitif, dapat ditingkatkan melalui sistem informasi yang baik.” Dengan demikian keberadaan sistem informasi akuntansi (SIA) sangat penting di dalam perusahaan, karena merupakan suatu alat untuk mempertahankan kemampuan berkompetisi. (Gunadi, 2010) Istilah sistem informasi akuntansi (SIA) terdiri dari tiga elemen, yaitu sistem, informasi, dan akuntansi secara terpisah sebagai berikut; 2.1.1
Definisi Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi berasal dari tiga kata yaitu sistem, informasi, dan akuntansi. Menurut Bodnar dan Hopwood (2005,p.1) memberikan definisi sistem, informmasi dan akuntansi secara terpisah sebagai berikut; “Sistem adalah kumpulan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Informasi adalah data yang diolah, sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat. Akuntansi, sebagai suatu informasi, mengidentifikasi, mengumpulkan, dan mengkomunikasikan, informasi ekonomi mengenai suatu badan usaha kepada beragam orang.”
Menurut Baridwan (2005,p.1) mengidentifikasikan sebagai berikut; “Sistem informasi akuntansi (SIA) adalah suatu komponen yang mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengolah, menganalisa, dan mengkomunikasikan informasi keuangan serta pembuatan keputusan yang relevan kepada pihak ekstern perusahaan dan pihak intern perusahaan.” Sedangkan
menurut
Bodnar
dan
Hopwood
(2005,p.1)
mengidentifikasikan sebagai berikut; “Sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumberdaya, seperti manusia dan peralatan, yang diatur untuk mengubah data menjadiinformasi untuk dikomunikasikan kepada beragam pengambilan keputusan. Sistem informasi akuntansi mewujudkan perubahan ini apakah secara manual atau terkomputerisasi.” Berdasarkan perbandingan definisi diatas maka penulis menyimpulkan bahwa
sistem
informasi
akuntansi
ialah
kegiatan
mengumpulkan,
mengklasifikasi, mengelola dan menganalisa data yang akan diubah menjadi suatu informasi. Data dapat diubah menjadi tiga cara yaitu manual, komputerisasi, dan perduan antara manual dan komputerisasi. Perpaduan antara manual dan komputerisasi sistem biasanya diseusaikan dengan kondisi perusahaan dan pengambilan keputusan manajemen. (Gunadi, 2010) Karakteristik informasi merupakan faktor penting untuk penerapan sistem informasi akuntansi pada suatu perusahaan. Karakteristik meliputi; 1. Relevan Informasi
tersebut
relevan
jika
mengurangi
ketidakpastian,
memperbaiki kemampuan pengambilan keputusan membuat prediksi, mengkonfirmasi atau memperbaiki ekspektasi mereka sebelumnya.
2. Andal Informasi tersebut andal jika dari kesalahan atau penyimpangan, dan secara akurat mewakili kejadian atau aktivitas di organisasi. 3. Lengkap Informasi tersebut lengkap jika tidak menghilangkan aspek-aspek penting dari kejadian yang merupakan dasar masalah atau aktivitasaktivitas yang diukurnya. 4. Tepat Waktu Informasi itu tepat waktu jika diberikan pada saat yang tepat untuk memungkinkan pengambilan keputusan menggunakannya dalam membuat keputusan. 5. Dapat dipahami Informasi dapat dipahami jika disajikan dalam bentuk yang dalam dipakai dan jelas. 6. Dapat diverifikasi Informasi dapat diverifikasi jika dua orang dengan pengetahuan yang baik
bekerja
secara
independen
dan
masing-masing
akan
menghasilkan informasi yang sama. 2.1.2
Tujuan dan Fungsi Sistem Informasi Akuntansi Menurut Azhar Susanto (2008: 8) tujuan utama dibangun sistem
informasi akuntansi adalah untuk mengolah data akuntansi yang berasal dari berbagai sumber menjadi informasi akuntansi yang diperlukan oleh berbagai macam pemakai untuk mengurangi resiko saat mengambil keputusan. Para
pemakai informasi tersebut dapat berasal dari dalam perusahaan seperti manajer atau dari luar perusahaan seperti pelanggan dan pemasok. Ada tiga fungsi sistem informasi akuntansi yang diganakan untuk mencapai tujuan utama diatas. Ketiga fungsi tersebut sangat erat hubungannya satu sama lain sehingga harus dilihat secara bersamaan. Ketiga fungsi tersebut adalah; 1. Mendukung aktivitas perusahaan sehari-hari Suatu perusahaan agar tetap eksis, perusahaan tersebut harus terus beroperasi dengan melakukan jumlah aktivitas bisnis yang peristiwanya disebut dengan transaksi seperti melakukan pembelian, penyimpanan, proses produksi dan penjualan. Ada dua macam transaksi yaitu transaksi akuntansi dan transaksi nonakuntansi. Transaksi akuntansi adalah kejadian atau transaksi yang dilakukan oleh perusahaan yang berakibat adanya pertukaran antara sesuatu yang memiliki nilai ekonomi bagi perusahaan tersebut, seperti peristiwa terjadinya penjualan dan pembelian barang oleh perusahaan. Transaksi nonakuntansi adalah kejadian atau transaksi yang dilakukan oleh perusahaan tapi peristiwa tersebut tidak menimbulkan dampak pertukaran nilai ekonomi bagi perusahaan yang melakukannya. Seperti memasukan data order pembelian ke komputer dan menyiapkan barang untuk dikirim. 2. Mendukung proses pengambilan keputusan Tujuan yang sama pentingnya dalam sistem informasi akuntansi adalah untuk memberi informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan harus dibuat dalam kaitannya dengan perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan. Informasi yang tidak dapat diperoleh dari sistem informasi akuntansi tapi diperlukan dalam
proses pengambilan keputusan biasanya berupa informasi kuantitatif yang tidak bersifat uang dan data kualitatif. Informasi ini dapat diperoleh bila perusahaan menerapkan sistem informasi manajemen, karena sistem informasi
manajemen
merupakan
sistem
informasi
perusahaan
keseluruhan sedangkan sistem informasi akuntansi merupakan bagian terbesar dari sistem informasi manajemen dan informasi akuntansi yang dihasilkannya bersifat detail. 3. Membantu mengelola perusahaan dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada pihak eksternal Setiap perusahaan harus memilika tanggung jawab hukum. Salah satu tanggung jawab penting adalah keharusan memberi informasi kepada pemakai yang berada diluar perusahaan atau stockholder yang meliputi pemasok, pelanggan, pemegang saham, kreditor, investor besar, serikat kerja, analisis keuangan, assosiasi industri, atau bahkan publik secara umum. 2.1.3
Komponen-komponen Sistem Informasi Akuntansi Komponen-komponen sistem informasi akuntansi menurut Azhar
Susanto (2008 : 72) adalah sebagai berikut: 1. Hardware Hardware terbagi kedalam beberapa bagian seperti bagian input, bagian pengolahan, bagian output, dan bagian komunikasi. Bagianbagian dari hardware tersebut satu sama lain harus terhubung dan bekerja secara harmonis membentuk hardware sistem informasi akuntansi. Hardware yang figunakan sistem informasi akuntansi harus juga sesuai dengan kebutuhan sistem informasi akuntansi yang diterapkan dan kemampuan keuangan perusahaan.
Spesifikasi hardware mana yang dpilih untuk sistem informasi akuntansi yang diterapkan harus disesuaikan dengan kemampuan keuangan, sitausi, kondisi, dan kebutuhan manajemen perusahaan, serta sumberdaya manusia yang tersedia di perusahaan tersebut yang akan menjalankan sistem informasi akuntansi tersebut. Sehingga nantinya penggunaan komputer dalam sistem informasi akuntansi benar-benar efektif. 2. Software Software terbagi dibagi dalam dua kelompok besar yaitu software sistem dan software aplikasi. Software sistem terbagi lagi dalam beberapa kelompok yaitu sistem operasi, intrepeter dan kompiler. Sedangkan softaware terbagi kedalam beberapa jenis software tergantung pada aplikasi yang digunakan. Dalam memilih software apa yang akan digunakan akan lebih baik memilih dulu sistem operasi apa yang akan digunakan sesuai dengan aplikasi yang akan dioperasikan, karena kemampuan sistem operasi sangat banyak sedangkan pengetahuan pemakai sistem sangat terbatas maka pemikiran yang wajar bila menggunakan software sistem operasi yang banyak digunakan perusahaan umumnya. 3. Brainware Brainware adalah orang yang memiliki, membangun, menjalankan sistem informasi akuntansi. Brainware dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Manajer b. Analisis Sistem c. Ahli Komunikasi d. Administrator Database e. Programer f. Operator g. Pustakawan 4. Prosedur Prosedur adalah rangkaian aktivitas yang menghubungkan aktivitas satu dengan aktivitas yang lainnya. Prosedur bila diprogram berubah menjadi software misalnya prosedur posting dan jurnal kalau sudah dapat diprogram secara otomatis sehingga pemakai komputer tidak perlu lagi melakukan penjurnalan dan posting. Prosedur seringkali digunakan sebagai alat kontrol satu transaksi oleh transaksi lainnya yang terjadi dibagian yang sama atau dengan bagian lain dan disebut dengan internal check. Prosedur merupakan pedoman yang harus diikuti dan dibentuk atas dasar kesepakatan dan penetapan dan pengesahan dilakukan oleh manajemen yang berwenang. Kesalahan prosedur berarti melanggar peraturan perusahaan.
5. Database Database dalam arti luas merupakan data-data yang ada diperusahaan sedangkan dalam arti sempit database merupakan data-data yang ada dalam komputer. 6. Jaringan Komunikasi Jaringan komunikasi (network) atau disebut juga jaringan komunikasi dat. Pada dasarnya merupakan penggunaan media elektronik atau sinar untuk memindahkan data dari satu lokasi atau beberapa lokasi lain. Komponen-komponen yang digunakan dalam jaringan komunikasi data satu sama lain harus berintegrasi secara harmonis atau bersinergi membentuk jaringan komunikasi data dalam sistem informasi akuntansi. 2.2
Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Kas Penerimaan kas adalah kegiatan operasi perusahaan sebagai akibat dari transaksi penjualan. Hal tersebut merupakan sumber kehidupan bagi setiap perusahaan yang bertujuan untuk menghasilkan laba. Penerimaan kas berasal dari dua sumber utama yaitu penerimaan kas dari penjualan tuani dan penerimaan kas dari piutang usaha. 2.2.1
Sistem Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai Penjualan tunai adalah penjualan yang mewajibkan pembeli membayar
terlebih dahulu sebelum barang dan atau jasa diberikan perusahaan kepada pihak pembeli. Setelah barang diterima oleh perusahaan, barang dan atau jasa diberikan kepada pembeli dan dicatat oleh perusahaan. (Suherman, 2008)
Menurut Mulyadi (2003;458) sistem penerimaan kas dari penjualan tunai dibagi menjadi tiga prosedur sebagai berikut: 1.
Prosedur penerimaan kas dari over the counter sales Dalam penjualan ini pembeli datang ke perusahaan, melakukan pemilihan barang atau produk yang akan dibeli, lalu melakukan pembayaran ke kasie dan kemudian menerima barang yang dibeli. Dalam over the counter sales, perusahaan menerima uang tunai, check pribadi, atau pembayaran langsung dari pembeli dengan credit card, sebelum barang diserahkan pada pembeli. Penerimaan kas dari over the counter sales dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut: a. Pembeli memesan barang langsung kepada wiraniaga (sales personal) dibagian penjualan. b. Bagian kassa menerima pembayaran dari pembeli, yang dapat berupa uang tunai, cek pribadi (personal check) atau kartu kredit. c. Bagian penjualan memerintahkan kepada bagian pengirim untuk menyerahkan barang pada pembeli. d. Bagian pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli. e. Bagian kassa menyetorkan kas yang diterima ke bank. f. Bagian akuntansi mencatat pendapatan tunai dalam jurnal penjualan.
g. Bagian akuntansi mencatat penerimaan kas dari penjualan tunai dalam jurnal penerimaan kas. Jika kas yang diterima berupa cek pribadi, bank penjual (bank yang memiliki rekening giro didalamnya), kemudian akan mengurus check clearing tersebut ke bank pembeli (bank yang pembeli memiliki rekening giro didalamnya). Jika kas diterima berupa kartu kredit, langsung menambah saldo rekening giro penjualan setelah dikurangi dengan credit card fee. 2.
Prosedur penerimaan kas dari cash on delivery (cod sales) Cash on delivery sales (COD sales) adalah transaksi penjualan yang melibatkan kantor pos, perusahaan umum atau angkutan sendiri dalam penyerahan dan penerimaan kas dari hasil penjualan. COD sales merupakan sarana untuk memperluas daerah pemasaran dan untuk memberikan jaminan penyerahan barang bagi pembeli dan penerimaan kas bagi penjual. COD sales melalui pos belum merupakan sistem penjualan yang umum berlaku di Indonesia.
3.
Prosedur penerimaan kas dari credit card sales Sebenarnya credit card bukan merupakan suatu tipe penjualan umum namun merupakan suatu pembayaran bagi pembeli dan sarana penagihan bagi penjual yang memberikan kemudahan baik bagi pembeli maupun penjual. Credit card dapat merupakan sarana bagi pembeli, dalam over the counter sales maupun dalam penjualan yang pengirimannya dilaksanakan melalui jasa pos atau angkutan umum. Dalam over the counter sales, pembeli datang ke perusahaan lalu
melakukan pemilihan barang atau produk yang akan dibeli, kemudian melakukan pembayaran ke kasir dengan menggunakan kartu kredit. Dalam penjualan tunai yang melibatkan pos atau angkutan umum, pembeli tidak perlu datang ke prusahaan penjual. Pembeli melakukan persetujuan tertulis penggunaan kartu kredit, dalam pembayaran harga barang, sehingga memungkinkan perusahaan penjual melakukan penagihan kepada bank atau perusahaan penerbit kartu kredit. 2.2.2
Penerimaan Kas dari Piutang Penerimaan kas dari putang adalah kegiatan perusahaan dimana
perusahaan mendapatkan pendapatan kasnya akibat dari penjualan yang dilakukan secara kredit. Penjualan kredit adalah kegiatan dimana pembeli mendapatkan barang atau jasa terlebih dahulu sebelum proses pembayaran pada perusahaan dilakukan. Dalam waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara pembeli dan peruusahaan, pembeli melunasi pembayaran pada perusahaan. Menurut Suherman (2008) dalam Laporan tugas akhirnya yang berjudul
Tinjauan atas Pelaksanaan Sistem Informasi Akuntansi
Penerimaan Kas dalam Meningkatkan Efektivitas Pengendalianm Intern Penerimaan Kas pada Pt. Pupuk Sriwidjaja PPD Jawa Barat menyebutkan bahwa untuk diterimanya kas oleh perusahaan, sistem penerimaan kas dari piutang mengharuskan: a. Debitur melakukan pembayaran dengan cek atau dengan cara pemindah bukuan melalui rekening bank. Jika perusahaan menerima kas dalam bentuk vek dari debitur yang ceknya atas nama perusahaan, akan menjamin kas yang diterima oleh perusahaan masuk ke rekening giro bank perusahaan.
b. Kas yang diterima dalam bentuk cek debitur harus segera disetor ke bank dalam jumlah penuh. Selain itu, terdapat pula fungsi-fungsi yang terkait dalam sistem penerimaam kas dari penjualan tunai maupun penerimaan kas dari piutang adalah: a. Fungsi Penjualan Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai, dan menyerahkan faktur
tersebut
kepada
pembeli
untuk
kepentingan
pembayaran harga barang ke fungsi kas. b. Fungsi Kas Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyetorkan kas yang diterima dari berbagai fungsi ke bank dalam jumlah penuh. c. Fungsi Gudang Fungsi ini bertanggung jawab menyiapkan barang yang dipesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman. d. Fungsi Pengiriman Fungsi ini bertanggung jawab untuk membungkus barang dan menyerahkan barang yang telah dibayar harganya kepada pembeli.
e. Fungsi Akuntansi Fungsi ini bertanggung jawab sebagai pencatat penjualan dan penerimaan kas dan pembuat laporan keuangan. f. Fungsi Penghasilan Fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan penagihan kepada debitur perusahaan berdasarkan daftar piutang yang ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi. g. Fungsi Pemeriksaan Intern Fungsi
ini
bertanggungjawab
dalam
melaksanakan
perhitungan kas yang ada ditangan fungsi kas secara periodik. Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai maupun penerimaan kas dari piutang adalah: a) Faktur Penjualan Tunai Dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh maajemen mengenai transaksi penjualan tunai. b) Bukti Setor Bank Dokumen ini dibuat fungsi kas sebagai bukti penyetoran ka ke bank. c) Credit Card Sales Slip Dokumen ini dicetak oleh credit card center bank yang menerbitkan kartu kredit dan diserahkan kepada perusahaan yang menjadi anggota kartu kredit.
d) Rekap Harga Pokok Penjualan Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk meringkas harga pokok produk yang dijual selama satu periode. e) Kwitansi Dokumen ini meruupakan bukti penerimaan kas yang dibuat oleh perusahaan bagi para debitur yang telah melakukan pemabayaran utang mereka. Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai maupun penerimaan kas dari piutang. 1. Jurnal Penjualan Jurnal yang digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan meringkas data penjualan. 2. Jurnal Penerimaan Kas Jurnal ini digunakan oleh dungsi akuntansi untuk mencatat penerimaan kas dari berbagai sumber. 3. Jurnal Umum Jurnal ini dilakukan untuk mencatat berkurangnya harga pokok produk yang dijual. 4. Kartu Persediaan Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, kartu persediaan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat berukurangnya harga pokok produk yang dijual.
5. Kartu Gudang Catatan ini tidak termasuk sebagai catatan akuntansi karena hanya berisi data kuantitas persediaan yang disimpan digudang. 2.3
Pengendalian Internal Menurut Mulyadi (2003) pengendalian internal adalah: ”Suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil satuan usaha lainnya, yang dirancang untuk mendapat keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan adalah hal-hal berikut: keandalan laporan keuangan, kesesuaian dengan undang-undang, dan peraturan yang berlaku, efektifitas dan efisiensi operasi.” Berdasarkan pengertian pengendalian internal tersebut, dapat dipahami bahwa pengendalian internal adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur dan tidak terbatas pada metode pengendalian yang dianut oleh bagian akuntansi dan keuangan, tetapi meliputi pengendalian anggaran, biaya standar, program pelatihan dan staf pemeriksa internal. 2.3.1
Komponen-komponen Pengendalian Internal COSO atau Committee of Sponsoring Organizations of the
Treatway
Commission
memperkenalkan
adanya
lima
komponen
pengendalian intern yang meliputi Lingkungan Pengendalian sebagai berikut: 1. Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian menyediakan arahan bagi organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian dari orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut.
Beberapa faktor yang berpengaruh di dalam lingkungan pengendalian antara lain integritas dan nilai etik, komitmen terhadap kompetensi, dewan direksi dan komite audit, gaya manajemen dan gaya operasi, struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, praktik dan kebijkan SDM. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang lingkungan pengendalian untuk memahami sikap, kesadaran, dan tindakan manajemen, dan dewan komisaris terhadap lingkungan pengendalian intern, dengan mempertimbangkan baik substansi pengendalian maupun dampaknya secarakolektif. 2. Penaksiran resiko Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Penentuan risiko tujuan laporan keuangan adalah identifkasi organisasi, analisis, dan manajemen risiko yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan PABU. Manajemen risiko menganalisis hubungan risiko asersi spesifik laporan keuangan dengan aktivitas seperti pencatatan, pemrosesan, pengikhtisaran, dan pelaporan datadata keuangan. Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena berbagai keadaan, antara lain perubahan dalam lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki, teknologi baru, lini produk, produk,
atau aktivitas baru, restrukturisasi korporasi, operasi luar negeri, dan standar akuntansi baru. 3. Aktivitas pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwaarahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan review terhadap kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik, dan pemisahan tugas. Aktivitas pengendalian dapat dikategorikan sebagai berikut: a) Pengendalian Pemrosesan Informasi -pengendalian umum -pengendalian aplikasi -otorisasi yang tepat -pencatatan dan dokumentasi -pemeriksaan independen
b) Pemisahan tugas c) Pengendalian fisik d) Telaah kinerja 4. Informasi dan komunikasi Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka. Sistem informasi yang relevan dalam pelaporan keuangan yang meliputi sistem akuntansi yang berisi metode untuk mengidentifikasikan, menggabungkan,
menganalisa,
mengklasikasi,
mencatat,
dan
melaporkan transaksi serta menjaga akuntabilitas asset dan kewajiban. Komunikasi meliputi penyediaan deskripsi tugas individu dan tanggung jawab berkaitan dengan struktur pengendalian intern dalam pelaporan keuangan. 5. Pemantauan Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian
intern
sepanjang waktu.
Pemantauan
mencakup
penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor intern atau personel yang melakukan pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan pelanggan dan respon dari badan
pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan. Komponen pengendalian intern tersebut berlaku dalam audit setiap entitas. Komponen tersebut harus dipertimbangkan
dalam
hubungannya
dengan
ukuran
entitas,
karakteristik kepemilikan dan organisasi entitas, sifat bisnis entitas, keberagaman dan kompleksitas operasi entitas, metode yang digunakan oleh entitas untuk mengirimkan, mengolah, memelihara, dan mengakses informasi, serta penerapan persyaratan hukum dan peraturan. 2.3.2
Pengendalian Internal Penerimaan Kas Pengendalian internal penerimaan kas merupakan kegiatan atau proses yang dirancang atau dijalankan suatu perusahaan perihal tentang penerimaan kas dari kegiatan operasi perusahaan tersebut guna mencapai tujuannya. Berikut adalah ciri-ciri yang baik pengendalian internal atas penerimaan kas:’ 1. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab yang menerima kas dengan yang melakukan pencatatan, memberikan otorisasi atas penerimaan kas. 2. Pegawai yang membuat rekonsiliasi harus lain dari pegawai yang mengerjakan buku bank. Rekonsiliasi bank dibuat setiap bulan dan harus ditelaah oleh kepala bagian akuntansi. 3. Penerimaan kas dalam bentuk apapun harus disetor ke bank dalam jumlah seutuhnya paling lambat keesokan harinya. 4. Uang kas harus disimpan ditempat yang aman.
5. Uang kas harus dikelola dengan baik, dalam arti jangan dibiarkan menganggur atau terlalu banyak disimpan di rekening giro karena tidak memberikan hasil yang optimal. Jika ada uang kas yang menganggur sebaiknya disimpan dalam deposito berjangka atau dibelikan surat berharga yang sewaktu – waktu bisa diuangkan sehingga bisa menghasilkan penerimaan kas lain. 6. Digunakan formulir yang bernomor urut tercetak.