BAB II BAHAN RUJUKAN
2.1
Gambaran Umum Anggaran Istilah anggaran sudah lama dikenal dalam dunia usaha, tetapi rumusan
dari suatu anggaran akan sangat bervariasi tergantung dari besar kecilnya organisasi dan motif usaha dari perusahaan tersebut, penganggaran merupakan proses menyusun anggaran, sedangkan anggaran merupakan hasil dari kegiatan penganggaran. Penganggaran berarti menjelaskan, menguraikan cara menghitung, tahap dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang diperlukan, pembagian tugas, penyusunan rencana dan implementasi dari rencana tersebut sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi dari rencana tersebut, sedangkan anggaran cukup menampilkan bentuk anggaran perusahaan. Selain itu, anggaran merupakan suatu alat bantu yang dapat membantu manajemen dalam perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
2.1.1 Pengertian Anggaran Berikut beberapa pengertian anggaran yang dikemukakan oleh: Menurut M. Munandar (2007:1), mendefinisikan anggaran sebagai berikut: “Anggaran ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam kesatuan (moneter) dan berlaku untuk jangka waktu tertentu di masa yang akan datang”. Menurut G. Adisaputro (2003:6), mendefinisikan anggaran sebagai berikut: “Business Budget ialah suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi dan pengawasan’’.
Sedangkan menurut M. Nafarin (2007:10), mendefinisikan anggaran sebagai berikut: “Anggaran merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu’’. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, anggaran tidak dapat dipisahkan dari fungsi manajemen karena anggaran merupakan alat bantu bagi manajemen dalam melakukan fungsinya. Selain itu, anggaran juga merupakan perencanaan formal mengenai kegiatan suatu organisasi atau perusahaan, yang disusun secara tertulis dan sistematis, yang dinyatakan secara kuantitaif dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
2.1.2 Unsur–Unsur Anggaran Menurut M. Munandar (2007:1), suatu anggaran mempunyai empat unsur, yaitu : 1. Rencana Merupakan suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang. Beberapa alasan yang mendorong perusahaan untuk menyusun rencana untuk menghadapi waktu yang akan datang, antara lain : a) Waktu yang akan datang penuh dengan berbagai ketidakpastian. b) Waktu yang akan datang penuh dengan berbagai alternatif pilihan. c) Rencana diperlukan oleh perusahaan sebagai pedoman kerja di waktu yang akan datang. d) Rencana diperlukan oleh perusahaan sebagai alat pengkoordinasian kegiatan-kegiatan dari seluruh bagian-bagian yang ada dalam perusahaan. e) Rencana diperlukan oleh perusahaan sebagai alat pengawasan terhadap pelaksanaan (realisasi) dari rencana tersebut di waktu yang akan datang.
2. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan Yaitu mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan oleh semua bagian-bagian yang ada dalam perusahaan. Secara garis besar kegiatan-kegiatan (fungsi) perusahaan dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu kegiatan pemasaran (marketing), kegiatan produksi (producing), kegiatan pembelanjaan (financing), kegiatan administrasi (administrating) serta kegiatan yang berhubungan dengan masalah-masalah personalia (personnel). 3. Dinyatakan dalam unit moneter Yaitu unit (kesatuan) yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beranekaragam. 4. Jangka waktu tertentu yang akan datang Menunjukkan bahwa anggaran berlakunya untuk masa yang akan datang. Ini berarti bahwa apa yang dimuat dalam anggaran adalah taksiran (forecast) tentang apa yang akan terjadi serta apa yang akan dilakukan di waktu yang akan datang.
2.1.3 Karakteristik Anggaran Menurut Mulyadi (2001:490), anggaran mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan. 2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun. 3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. 4. Usulan anggaran ditelaah dan ditelusuri oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran. 5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah di bawah kondisi tertentu.
6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
2.1.4 Macam-Macam Anggaran Menurut M. Nafarin (2007:31), anggaran dapat dikelompokkan dari berbagai sudut pandang berikut ini : 1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari : 1) Anggaran variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. Anggaran variabel disebut juga dengan anggaran fleksibel. 2) Anggaran tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu. Anggaran tetap disebut juga dengan anggaran statis. 2. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari : 1) Anggaran periodik adalah anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, pada umumnya satu tahun yang disusun setiap akhir periode anggaran. 2) Anggaran
kontinu
adalah
anggaran
yang
disusun
untuk
memperbaiki anggaran yang telah dibuat, sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan. 3. Menurut jangka waktu, anggaran terdiri dari : 1) Anggaran jangka pendek (anggaran taktis), adalah yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun. Anggaran untuk keperluan modal kerja merupakan anggaran jangka pendek. 2) Anggaran jangka panjang (anggaran strategis), adalah anggaran yang dibuat untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran untuk keperluan investasi barang modal merupakan anggaran jangka panjang yang disebut dengan anggaran modal (capital
budget). Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek. 4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari anggaran operasional dan anggaran keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut anggaran induk (master budget). Anggaran induk merupakan konsolidasi rencana keseluruhan perusahaan untuk jangka pendek, biasanya disusun atas dasar tahunan. Anggaran tahunan dipecah lagi menjadi anggaran triwulanan. Anggaran triwulanan kemudian dipecah lagi menjadi anggaran bulanan. 1) Anggaran operasional adalah anggaran untuk menyusun anggaran laporan laba rugi. Anggaran operasional antara lain terdiri dari: a. Anggaran penjualan b. Anggaran biaya pabrik yang terdiri dari anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik. c. Anggaran beban usaha d. Anggaran laporan laba rugi 2) Anggaran keuangan adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca. Anggaran keuangan, antara lain terdiri dari: a. Anggaran kas b. Anggaran piutang c. Anggaran persediaan d. Anggaran utang e. Anggaran neraca 5. Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari : 1) Anggaran komprehensif, merupakan rangkaian dari berbagai macam anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran komprehensif merupakan perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan secara lengkap. 2) Anggaran parsial, adalah anggaran yang disusun tidak secara lengkap, anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu
saja. Misalnya karena keterbatasan kemampuan, maka yang dapat disusun hanya anggaran operasional. 6. Menurut fungsinya, anggaran terdiri dari : 1) Anggaran apropriasi (appropriation budget), adalah anggaran yang dibentuk bagi tujuan lain. 2) Anggaran kinerja (performace budget), adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi (perusahaan) misalnya untuk menilai apakah biaya atau beban yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas.
2.1.5 Tujuan dan Manfaat Anggaran Tujuan disusunnya suatu anggaran oleh pihak manajemen yang dikemukakan oleh M. Nafarin (2007:19), antara lain: a. Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana. b. Untuk memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan. c. Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehingga dapat memudahkan pengawasan. d. Untuk merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal. e. Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat. f. Untuk menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan. Beberapa manfaat anggaran dalam proses manajemen menurut
Tendi
Haruman dan Sri Rahayu (2007:5) adalah sebagai berikut: 1. Di bidang Planning a. Membantu manajemen meneliti dan mempelajari segala masalah yang berkaitan dengan aktivitas yang akan dilaksanakan.
b. Membantu mengarahkan seluruh sumber daya yang ada di perusahaan dalam menentukan arah atau aktivitas yang paling menguntungkan. c. Membantu arah atau menunjang kebijaksanaan perusahaan. d. Membantu manajemen memilih tujuan perusahaan. e. Membantu menstabilkan kesempatan kerja yang tersedia. f. Membantu pemakaian alat-alat fisik secara lebih efektif. 2. Di bidang Coordinating a. Membantu mengkoordinir faktor sumber daya manusia dengan perusahaan. b. Membantu menilai kesesuaian antara rencana aktivitas perusahaan dengan keadaan lingkungan usaha yang dihadapi. c. Membantu menempatkan pemakaian modal pada saluran-saluran yang menguntungkan sesuai dan seimbang dengan program perusahaan. d. Membantu mengetahui kelemahan dalam organisasi. 3. Di bidang Controlling a. Membantu mengawasi kegiatan dan pengeluaran. b. Membantu mencegah pemborosan. c. Membantu menetapkan standar baru.
2.1.6 Fungsi Anggaran Menurut M. Munandar (2007:10), anggaran mempunyai tiga komponen pokok yaitu: 1) Sebagai pedoman kerja Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang. 2) Sebagai alat pengkoordinasian kerja Anggaran berfungsi sebagai alat untuk pengkoordinasian kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan dapat saling
menunjang, bekerja sama dengan baik untuk menuju ke sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian kelancaran perusahaan akan lebih terjamin. 3) Sebagai alat pengawasan kerja Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur, sebagai alat pembanding untuk menilai (evaluasi) realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan membandingkan antara apa yang tertuang di dalam budget dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja ataukah kurang sukses bekerja. Selain itu, dapat diketahui pula sebab-sebab penyimpangan antara budget dengan realisasinya, serta kelemahan-kelemahan dan kekuatankekuatan yang dimiliki perusahaan. Hal ini akan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan yang sangat berguna untuk menyusun rencana-rencana selanjutnya secara lebih matang dan lebih akurat.
2.1.7 Proses Penyusunan Anggaran Prosedur penyusunan anggaran sangat dipengaruhi oleh jenis perusahaan, karena setiap perusahaan memilki aktivitas dan permasalahan yang berbeda. Sofyan Syafri Harahap (2001:83), mengemukakan tiga proses penyusunan anggaran yang biasa digunakan dalam suatu organisasi yaitu: 1) Top-Down Budgeting (Metode Otoriter) Merupakan proses penyusunan anggaran dan ditetapkan sendiri oleh pimpinan tertinggi perusahaan dengan sedikit atau bahkan tidak ada konfirmasi pada manajer tingkat bawah. Metode ini ada baiknya jika karyawan tidak mampu menyusun budget atau dianggap akan terlalu lama dan tidak tepat jika diserahkan kepada bawahan. Hal ini biasa terjadi dalam perusahaan yang karyawannya tidak memilki keahlian cukup untuk menyusun suatu budget. Atasan bisa saja menggunakan konsultan atau tim khusus untuk menyusunnya.
2) Bottom-Up Budgeting (Metode Demokrasi) Merupakan proses penyusunan anggaran yang disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan sampai ke atasan. Bawahan diserahkan sepenuhnya untuk menyusun anggaran yang akan dicapainya di masa yang akan datang dan akan di berikan kepada pihak yang lebih tinggi untuk mendapatkan persetujuan. Metode ini tepat digunakan jika karyawan sudah memilki kemampuan dalam menyusun anggaran dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan proses yang lama. 3) Top Down dan Bottom Up (Metode Campuran) Di sini perusahaan menyusun anggaran dengan memulainya dari atas dan kemudian untuk selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan. Jadi, ada pedoman dari atasan atau pimpinan dan dijabarkan oleh bawahan sesuai dengan pengarahan atasan. Sedangkan menurut Mulyadi (2001:493), proses penyusunan anggaran memerlukan berbagai tahap berikut ini: 1. Penetapan sasaran oleh manajer atas. 2. Pengajuan usulan aktivitas dan taksiran sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas tersebut oleh manajer bawah. 3. Penelahaan oleh manajer atas terhadap usulan anggaran yang diajukan oleh manajer bawah. 4. Persetujuan oleh manajer atas terhadap usulan anggaran yang diajukan oleh manajer bawah.
2.1.8
Keunggulan dan Kelemahan Anggaran Dalam penyusunan anggaran perusahaan, ada beberapa keunggulan yang
dapat diperoleh bila perusahaan menerapkan penyusunan anggaran yang baik menurut Tendi Haruman dan Sri Rahayu (2007:7), antara lain: a. Hasil yang diharapkan dari suatu rencana tertentu diproyeksikan sebelum rencana tersebut dilaksanakan. Bagi manajemen, hasil
proyeksi ini menciptakan peluang untuk memilih rencana yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan. b. Dalam menyusun anggaran, diperlukan analisis yang sangat teliti terhadap setiap tindakan yang akan dilakukan. Analisis ini sangat bermanfaat bagi manajemen sekalipun ada pilihan untuk tidak melanjutkan keputusan tersebut. c. Anggaran merupakan penelitian untuk kerja sehingga dapat dijadikan patokan untuk menilai baik buruknya suatu hasil yang diperoleh. d. Anggaran memerlukan adanya dukungan organisasi yang baik sehingga setiap manajer mengetahui kekuasaan, kewenangan, dan kewajibannya. Anggaran sekaligus berfungsi sebagai alat pengendalian pola kerja karyawan dalam melakukan suatu kegiatan. e. Mengingat setiap manajer dan atau penyelia dilibatkan dalam penyusunan anggaran, maka memungkinkan terciptanya perasaan ikut berperan serta (sense of participation). Di samping beberapa keunggulan tersebut di atas, terdapat pula beberapa kelemahan menurut Adisaputro dan Asri (2003:53), antara lain: a. Karena anggaran disusun berdasarkan estimasi (permintaan efektif, kapasitas produksi dan lain-lain), maka terlaksananya dengan baik kegiatan-kegiatan tergantung pada ketepatan estimasi tersebut. b. Anggaran hanya merupakan rencana, dan rencana tersebut baru berhasil apabila dilaksanakan secara sungguh-sungguh. c. Anggaran hanya merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk membantu manajer dalam melaksanakan tugas-tugasnya, bukan menggantikannya. d. Kondisi yang terjadi tidak selalu seratus prosen sama dengan yang diramalkan sebelumnya, sebab itu anggaran perlu memilki sifat yang luwes.
2.1.9 Prinsip Penyusunan Anggaran Prinsip-prinsip dasar yang harus dipenuhi dan ditaati agar suatu anggaran dapat disusun dan dilaksanakan menurut Tendi Haruman dan Sri Rahayu (2007:9), antara lain: 1. Management Involvement Keterlibatan manajemen dalam penyusunan rencana mempunyai makna bahwa manajemen mempunyai komitmen yang kuat untuk mencapai segala sesuatu yang direncanakan. 2. Organizational Adaption Suatau rencana keuangan harus disusun berdasar struktur organisasi dimana ada ketegasan garis wewenang dan tanggung jawab. 3. Responsibility Accounting Agar rencana keuangan dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus didukung adanya suatau sistem responsibility accounting yang polanya disesuaikan dengan pertanggungjawaban organisatoris. 4. Goal Orientation Penetapan tujuan yang realistis akan menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang. 5. Full Communication Suatau perencanaan dan pengendalian dapat berjalan secara efektif apabila antara tingkatan manajemen mempunyai pemahaman yang sama tentang tanggung jawab dan sasaran yang harus dicapai. 6. Realistic Expectation Dalam perencanaan, manajemen harus menghindari konservatisme dan optimisme yang berlebihan yang menjadikan sasaran tidak dapat dicapai. Jadi manajemen harus menetapkan sasaran yang realistis artinya memungkinkan dapat dicapai. 7. Timeliness Laporan-laporan berupa informasi mengenai realisasi rencana harus diterima oleh manajer yang berkompeten tepat pada waktunya agar informasi tersebut efektif dan berguna bagi manajemen.
8. Flexible Application Perencanaan tidak boleh kaku tetapi harus terdapat celah untuk perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi. 9. Reward and Punishment Manajemen harus melakukan penilaian kinerja manejer berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan. Jadi manajer yang kinerjanya dibawah atau melebihi standar harus dapat diketahui sehingga pemberian reward ataupun punishment oleh manajemen menjadi transparan.
2.1.10 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Suatu anggaran dapat berfungsi dengan baik bilamana taksiran-taksiran yang termuat di dalamnya cukup akurat, sehingga tidak jauh berbeda dengan realisasinya nanti. Agar dapat melakukan penaksiran secara lebih akurat, diperlukan berbagi data, informasi dan pengalaman, yang merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam menyusun anggaran. Adapun faktor-faktor tersebut secara garis besar, menurut M. Munandar (2007:11) dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Faktor intern, yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di dalam perusahaan sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Penjualan tahun-tahun lalu b. Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran distribusi dan sebagainya. c. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. d. Tenaga
kerja
yang
dimiliki
perusahaan,
baik
jumlahnya
(kuantitatif) maupun keterampilan dan keahliannya (kualitatif). e. Modal kerja yang dimiliki perusahaan. f. Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki perusahaan. g. Kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perusahaan.
Sampai batas-batas tertentu, perusahaan masih dapat mengatur dan menyesuaikan faktor-faktor intern ini dengan apa yang diinginkan untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu , faktor-faktor intern ini sering disebut sebagai faktor yang controlable (dapat diukur). 2. Faktor ekstern, yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kehidupan perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Keadaan persaingan di pasar b. Tingkat pertumbuhan penduduk c. Tingkat penghasilan masyarakat d. Tingkat pendidikan masyarakat e. Tingkat penyebaran penduduk f. Agama, adat-istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat g. Berbagai kebijaksanaan pemerintah, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya maupun keamanan h. Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi dan sebagainya. Terhadap faktor-faktor ekstern ini, perusahaan tidak mampu untuk mengaturnya sesuai dengan apa yang diinginkannya dalam periode yang akan datang. Oleh karena itu, faktor-faktor ekstern ini sering disebut sebagai faktor yang un-controlable (tidak dapat diukur). Akibatnya, perusahaanlah yang menyesuaikan diri dan menyesuaikan kebijaksanaan-kebijaksanaannya dengan faktor-faktor tersebut.
2.2
Penjualan Definisi penjualan terus mengalami perkembangan, pada umumnya
pengertian penjualan yang dikembangkan oleh para ahli memberikan makna yang tidak jauh berbeda. Menurut Syahrul dan Nizar (2000:746), pengertian penjualan ada tiga, yaitu sebagai berikut:
1. Pertukaran barang atau jasa dengan uang. 2. Pendapatan yang diterima dari pertukaran barang atau jasa yang dicatat untuk suatu periode tertentu, baik berdasarkan kas (sebagaimana diterima) atau berdasarkan akrual (sebagaimana diperoleh). 3. Dalam perdagangan surat-surat berharga, surat perdagangan atau penjualan
dilaksanakan
apabila
pembeli
dan
penjual
sudah
menyepakati harga surat-surat berharga tersebut.
2.3
Anggaran Penjualan Dalam pengelolaan perusahaan, manajemen menetapkan tujuan (goals)
dan sasaran (objectives) dan kemudian membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Dampak keuangan yang diperkirakan akan terjadi sebagai akibat dari rencana kerja tersebut kemudian disusun dan dievaluasi melalui proses penyusunan anggaran. Anggaran penjualan merupakan anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang penjualan perusahaan selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jenis (kualitas) barang yang akan dijual, jumlah (kuantitas) barang yang akan dijual, harga barang yang akan dijual, waktu penjualan serta tempat (daerah) penjualannya. Menurut M. Nafarin (2007:176), anggaran penjualan sangat bermanfaat terutama sebagai dasar penyusunan anggaran lainnya dan sebagai ujung tombak sebuah perusahaan dalam memperoleh laba.
2.3.1 Pengertian Anggaran Penjualan Berikut ini pengertian anggaran penjualan menurut M. Munandar (2007:49), pengertian anggaran penjualan adalah sebagai berikut: “Anggaran penjualan (sales budget) ialah budget yang merencanakan secara lebih terperinci tentang penjualan perusahaan selama periode yang akan datang, yang di dalamnya meliputi meliputi rencana tentang jenis (kualitas) barang yang akan di jual, jumlah (kuantitas) barang yang akan dijual, harga barang yang akan di jual, waktu penjualan serta tempat (daerah) penjualannya”.
Jadi dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa anggaran penjualan merupakan suatu rencana terperinci yang menunjukan penjualan perusahaan, yang biasanya dinyatakan dalam nilai uang dalam suatu periodik untuk periode yang akan datang. Selain itu, anggaran penjualan merupakan salah satu bagian dari seluruh rencana perusahaan di bidang pemasaran (Sales Planning).
2.3.2 Kegunaan Anggaran penjualan Menurut M. Munandar (2007:50) anggaran penjualan yang disusun oleh suatu perusahaan mempunyai kegunaan sebagai berikut: a. Secara umum Semua anggaran, termasuk anggaran
penjualan, mempunyai tiga
kegunaan pokok, yaitu sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkoordinasikan kerja dan alat pengawasan kerja yang membantu manajemen dalam memimpin jalannya perusahaan. b. Secara khusus Anggaran penjualan berguna sebagai dasar penyusunan semua budgetbudget dalam perusahaan, sebab bagi perusahaan yang menghadapi pasar yang bersaing, anggaran penjualan harus disusun paling awal daripada semua anggaran yang lain, yang ada dalam perusahaan.
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Penjualan Menurut M. Nafarin (2007:176), ada beberapa faktor
yang dapat
mempengaruhi penyusunan anggaran penjualan sebuah perusahaan, antara lain : 1. Pemasaran Faktor pemasaran yang perlu dipertimbangkan, seperti : •
Luas pasar, apakah bersifat pasar lokal, regional, nasional
•
Keadaan persaingan, apakah bersifat monopoli, oligopoly, bebas
•
Keadaan konsumen, bagaimana selera konsumen, tingkat daya beli konsumen (apakah konsumen akhir atau konsumen industri).
2. Keuangan Apakah modal kerja perusahaan mampu mendukung pencapaian target penjualan yang dianggarkan. 3. Ekonomis Apakah dengan meningkatnya penjualan akan meningkatkan laba atau sebaliknya. 4. Teknis Berhubungan dengan kapasitas terpasang, seperti mesin dan alat mampu memenuhi target penjualan yang dianggarkan. 5. Kebijakan perusahaan 6. perkembangan penduduk, dan 7. Kondisi Nasional Penyusunan anggaran penjualan di mulai dari mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi anggaran penjualan. Setelah itu, menetapkan harga jual untuk produk tertentu dan daerah tertentu, kemudian membuat taksiran tiap jenis produk yang akan dijual dan penentuan produk yang akan dijual pada daerah tertentu. Langkah selanjutnya adalah memperhitungkan anggaran penjualan dan terakhir disusunlah anggaran penjualan.
2.3.4 Tujuan Anggaran Penjualan Tujuan dari penyusunan anggaran penjualan adalah untuk merencanakan setepat mungkin tingkat penjualan pada periode yang akan datang dengan memperhatikan data yang merupakan pencerminan kejadian yang dialami perusahaan di masa lalu, khususnya di bidang penjualan. Tujuan dari penyusunan anggaran penjualan sesuai yang dinyatakan Welsch (2000:147), adalah sebagai berikut: a. Untuk mengurangi ketidakpastian tentang pendapatan di masa yang akan datang b. Untuk menentukan kebijakan dan keputusan manajemen kedalam proses perencanaan
c. Untuk memberikan informasi penting bagi pembentukan elemen lain dari rencana laba yang menyeluruh, dan d. Untuk memudahkan pengendalian manajemen atas kegiatan penjualan yang dilakukan.
2.3.5 Metode Penyusunan Anggaran Penjualan Dalam menyusun budget penjualan kita dapat menggunakan berbagai cara, antara lain menurut Welsch (2000:149), adalah sebagai berikut: 1. Judgement (feeling) Dalam
metode
ini
penentuan
budget
ditentukan
berdasarkan
pertimbangan penyusunan budget apakah direktur penjualan, kepala divisi, manajer penjualan, kepala cabang, para ahli dan survei konsumen yang terdiri dari :
2.
a.
Komposisi tenaga penjualan
b.
Komposisi supervisor divisi penjualan
c.
Metode berdasarkan pendapat eksekutif
Analisis Statistik Dalam metode ini anggaran penjualan ditentukan berdasarkan rumusrumus statistik, misalnya : a. Trend Analisis Dalam metode trend analysis misalnya data historis dilihat dan digambarkan atau dimasukan kerumus dan hasil ini dapat dihitung kecenderungannya pada masa yang akan datang. Kecenderungan inilah yang dipakai sebagai budget (penjualan) tahun depan. Analisis trend yang dapat dipergunakan, seperti : 1) Metode least square (metode kuadarat terkecil) 2) Metode momen 3) Metode kuadrat (trend garis lengkung). b. Analisis Korelasi Dalam metode analisis korelasi dicari hubungan suatu variable atau faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan (independent variable)
dengan penjualan (dependent variable). Dari hubungan ini dapat ditarik angka untuk periode lainnya. c. Analogi Historis Dalam metode analogi historis ini dapat dilihat perkembangan periode tahun yang lalu. d. Cross-Cut Dalam metode ini, dianggap bahwa tidak ada dua siklus yang berbeda, yang ada adalah suatu penyebab yang akan menghasilkan kondisi yang sama. Fakta-fakta tentang situasi disusun kemudian berdasarkan pengetahuan terhadap keadaan atau fluktuasi ekonomi, maka dibuat proyeksi penjualan. Dalam metode ini, dicoba menetukan arah kegiatan ekonomi dan penjualan yang dianggap searah dengan fluktuasi ekonomi tersebut.
2.3.6 Prosedur Penyusunan Anggaran Penjualan Menurut
Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (2003:127), langkah
yang perlu diperhatikan dalam menyusun anggaran penjualan meliputi : 1. Penentuan dasar-dasar anggaran, yang meliputi : a. Penentuan relevan variable yang mempengaruhi penjualan b. Penentuan tujuan umum dan khusus yang diinginkan c. Penentuan strategi pemasaran yang dipakai 2. Penyusunan rencana penjualan, yang meliputi : a. Analisis ekonomi, dengan mengadakan proyeksi terhadap aspekaspek makro seperti: • Moneter • Kependudukan • Kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi • Kemajuan teknologi dan menilai akibatnya terhadap permintaan industri
b. Melakukan analisis industri Analisis ini lebih ditekankan pada market share yang dimiliki perusahaan. Analisis ini menghubungkan potensi penjualan perusahaan dengan industri pada umumnya (volume, posisi dalam persaingan). Tahapan dalam pemakaian analisis industri: 1. Membuat proyeksi permintaan industri 2. Menilai posisi perusahaan dalam persaingan c. Melakukan analisis prestasi penjualan yang laba Analisis ini dilakukan untuk mengetahui posisi perusahaan pada masa lalu. Dengan kata lain untuk mengetahui market share yang dimiliki perusahaan di masa lampau. d. Analisa penetuan prestasi penjualan yang akan datang Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan mencapai target penjualan di masa depan, dengan memperhatikan faktor-faktor produksi seperti: • Bahan mentah • Tenaga kerja • Kapasitas produksi • Komposisi permodalan e. Menyusun forecast penjualan, yaitu suatu teknik proyeksi tentang tingkat permintaan konsumen potensial pada suatu periode tertentu dengan menggunakan berbagai asumsi tertentu, yakni sesuatunya berjalan seperti masa lalu. f. Menentukan jumlah penjualan yang dianggarkan (Budgeted Sales). g. Menghitung rugi/laba yang mungkin diperoleh (Budgeted Profit). h. Mengkomunikasikan rencana penjualan yang telah disetujui pada pihak lain yang berkepentingan.