BAB II BAHAN RUJUKAN
2.1
Aset Tetap
2.1.1 Pengertian Aset tetap adalah asset berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan selama jangka panjang. Manfaat yang diberikan asset tetap umumnya semakin lama semakin menurun, kecuali manfaat yang diberikan oleh tanah. Karakteristik yang membedakan asset tetap memiliki perusahaan untuk digunakan, sedangkan persediaan barang dagangan tidak untuk digunakan mealinkan untuk dijual. Aset tetap juga berbeda dari investasi jangka panjang meskipun keduannya dimiliki untuk masa lebih dari satu periode akuntansi, investasi tidak digunakan dalam operasi perusahaan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAP No. 07, 2010). “Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum”. Menurut Warren, et all (2015,493) menyatakan bahwa: “aset yang bersifat jangka panjang atau secara relative memiliki sifat permanen seperti peralatan, mesin, gedung, dan tanah”. Menurut Kasmir (2012:39), bahwa: “Aktiva tetap adalah harta atau kekayaan perusahaan yang digunakan dalam jangka panjang lebih dari satu tahun”. Dari pengertian diatas mengenai aset tetap diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aktiva tetap memiliki beberapa ciri, yaitu:
8
9
1.
Aset ini merupakan barang-barang fisik yang diperoleh dan digunakan oleh perusahaan untuk melaksanakan atau membantu produksi barang-barang lain atau pemberian jasa pada perusahaan lain atau pelanggannya dalam usaha bisnis yang normal.
2.
Aset ini mempunyai umur yang terbatas pada akhir masa manfaatnya harus dibuang atau diganti.
3.
Aset ini bersifat non monetary. Manfaat aset ini timbul dari penggunaan atau penjualan jasa-jasa yang dihasilkan dan bukan dari konversi aset ini kedalam sejumlah uang tertentu. Aset yang dimiliki perusahaan akan sangat banyak macamnya, untuk
membedakan antara aset-aset yang lain dengan aset tetap maka perlu untuk mengklasifikasikan aset tetap sesuai dengan jenis, manfaat dan kelompoknya.
2.1.2 Karakteristik Aset Tetap Aset tetap mempunyai beberapa karakteristik, berikut diantaranya: 1.
Mempunyai wujud fisik
2.
Tidak ditujukan untuk dijual lagi
3.
Memliki nilai yang material, harga aset tersebut cukup signifikan contohnya tanah, bangunan, mesin, kendaraan dan lain-lain.
4.
Memiliki masa manfaat ekonomi lebih dari satu tahun buku dan nilai manfaat ekonominya bias diukur dengan handal.
5.
Aset digunakan dalam aktivitas normal perusahaan misal, mobil bagi dealer mobil diakui sebagai persediaan bukan aktiva tetap sedangkan bagi perusahaan manufacture mobil diakui sebagai aktiva tetap bukan persediaan. Menurut Giri dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah 1 (2012,217)
mengungkapkan bahwa ada beberapa karakteristik dari aset tetap , yaitu:
10
- Memiliki wujud fisik - Dapat diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual - Memberikan manfaat ekonomi untuk periode jangka panjang, dan merupakan subjek depresiasi. Berdasarkan definisi sumber diatas tentang karakteristik aset tetap, maka dapat disimpulkan bahwa aset tetap mempunyai beberapa karakteristik. Diantaranya adalah: 1. Aset tetap mempunyai wujud/wujud fisik. 2. Digunakan dalam operasional perusahaan. 3. Memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi. 4. Tidak untuk diperjualbelikan. 5. Mempunyai nilai yang sangat material.
2.1.3 Jenis-jenis Aset Tetap Menurut Warren, et all (2015, 495) mengelompokkan aset tetap menjadi dua, yakni: 1. Aset tetap berwujud (tangible assets) yang merupakan aset jangka panjang atau aset yang relative permanen penggunaannya dan terlihat secara fisik. Nama-nama deskriptif lain bagi aset-aset ini adalah aset pabrik (plant assets), atau property, pabrik, dan peralatan (property, plant, and equipment). 2. Aset tetap tidak berwujud (intangible assets), merupakan aset jangka panjang yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual serta tidak terlihat secara fisik. Antara lain paten (patensi), hak cipta, merek dagang, dan goodwill
11
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis asset tetap terbagi menjadi dua golongan yaitu: 1. Aktiva tetap berwujud, yaitu aktiva tetap yang bersifat jangka panjang dalam aktivitas operasi perusahaan yang dapat dilihat bentuk fisiknya. Didalamnya meliputi : tanah, bangunan, mesin-mesi, dan peralatan lain yang digunakan untuk menghasilkan atau memudahkan penjualan barang dan jasa. 2. Aktiva tetap tidak berwujud, yaitu aktiva tetap jangka panjang yang tidak terlihat secara fisik. Harta tak berwujud termasuk pos-pos seperti hak cipta, paten, goodwill, dan perjanjian monopoli. IAS 38 Aset Tidak Berwujud yang dikeluarkan pada tanggal 1 Januari 2012. Termasuk SAK dengan tanggal efektif setelah 1 Januari 2012 tetapi tidak SAK mereka akan menggantikan. Ekstrak ini disusun oleh IFRS Yayasan staf dan belum disetujui oleh IASB. Untuk persyaratan referensi harus dilakukan untuk Standar Pelaporan Keuangan Internasional.
Pengakuan dan pengukuran
Pengakuan item sebagai aset tidak berwujud membutuhkan entitas untuk menunjukkan bahwa item tersebut memenuhi: 1. definisi aset tidak berwujud, dan 2. kriteria pengakuan. Persyaratan ini berlaku untuk biaya yang dikeluarkan awalnya untuk memperoleh atau internal menghasilkan aset tidak berwujud dan yang terjadi selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti bagian dari, atau layanan itu. Aset adalah diidentifikasi jika salah satu dari: (A) adalah dipisahkan, yaitu mampu dipisahkan atau dibagi dari entitas dan dijual, ditransfer, lisensi, disewakan atau ditukar, baik sendiri maupun bersama-sama dengan kontrak yang terkait, aset yang dapat diidentifikasi atau kewajiban, terlepas dari apakah entitas bermaksud untuk melakukannya, atau
12
(B) muncul dari hak hukum kontrak atau lainnya, terlepas dari apakah hakhak tersebut dapat dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak-hak lain dan kewajiban. Suatu aktiva tidak berwujud diakui jika, dan hanya jika: (A) besar kemungkinan manfaat ekonomis yang diharapkan di masa depan yang dapat diatribusikan pada aktiva tersebut akan mengalir ke entitas, dan (B) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Kriteria pengakuan probabilitas selalu dianggap harus puas untuk aset tidak berwujud yang diperoleh secara terpisah atau dalam kombinasi bisnis. Suatu aktiva tidak berwujud pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya aktiva tidak berwujud diperoleh secara terpisah terdiri dari: (A) harga pembelian, termasuk bea impor dan tidak dapat dikembalikan pajak pembelian, setelah dikurangi perdagangan diskon dan rabat, dan (B) biaya langsung terkait mempersiapkan aset untuk digunakan. Sesuai dengan IFRS 3 Penggabungan Usaha, jika aset tidak berwujud yang diperoleh dalam penggabungan usaha, biaya yang aktiva tidak berwujud adalah nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Jika aset yang diperoleh dalam bisnis kombinasi adalah dipisahkan atau muncul dari hak-hak hukum kontrak atau lainnya, informasi yang memadai ada untuk mengukur andal nilai wajar aset tersebut. Sesuai dengan standar ini dan IFRS 3 (sebagai direvisi pada 2008), pengakuisisi mengakui di akuisisi tanggal, terpisah dari goodwill, aset tak berwujud yang diakuisisi, terlepas dari apakah aset tersebut telah diakui oleh diakuisisi sebelum penggabungan usaha. Ini berarti bahwa pengakuisisi mengakui sebagai aset terpisah dari goodwill proyek penelitian dan pengembangan in-proses diakuisisi jika proyek meets the definition of an intangible asset.
13
Internal tidak berwujud aset Goodwill yang dihasilkan secara internal tidak diakui sebagai aset.
Tidak ada aset tidak berwujud yang timbul dari penelitian (atau dari tahap penelitian dari proyek internal) diatur lebih diakui. Pengeluaran untuk riset (atau tahap penelitian dari proyek internal) diakui sebagai beban pada saat itu terjadinya. Suatu aktiva tidak berwujud dari pengembangan (atau dari tahap pengembangan proyek internal) diatur lebih diakui jika, dan hanya jika, suatu entitas dapat menunjukkan semua hal berikut: (A) kelayakan teknis menyelesaikan aset tidak berwujud sehingga akan tersedia untuk digunakan atau dijual. (B) niatnya untuk menyelesaikan aset tidak berwujud dan menggunakan atau menjualnya. (C) kemampuan untuk menggunakan atau menjual aktiva tidak berwujud. (D) bagaimana aset tidak berwujud menghasilkan kemungkinan manfaat ekonomis masa depan. Antara lain, entitas dapat menunjukkan adanya pasar bagi keluaran aset tidak berwujud atau aktiva tidak berwujud itu sendiri atau, jika ingin digunakan secara internal, kegunaan dari aset tidak berwujud. (E) ketersediaan yang cukup teknis, sumber daya keuangan dan lainnya untuk menyelesaikan pengembangan dan menggunakan atau menjual aktiva tidak berwujud. (F) kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang timbul dari aset tidak berwujud selama pengembangannya. Merek internal, mastheads, judul penerbitan, daftar pelanggan dan barang serupa secara substansi tidak akan diakui sebagai aktiva tidak berwujud. Biaya aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal untuk tujuan ayat 24 adalah jumlah pengeluaran yang timbul dari tanggal pada saat aset tidak berwujud pertama memenuhi kriteria pengakuan dalam paragraf 21, 22
14
dan 57. Ayat 71 melarang penempatan kembali pembiayaan yang sebelumnya diakui sebagai beban. Pengeluaran pada item berwujud harus diakui sebagai beban ketika terjadi kecuali: (A) merupakan bagian dari biaya aset tidak berwujud yang memenuhi kriteria pengakuan, atau (B) aset tersebut diperoleh dari penggabungan usaha dan tidak dapat diakui sebagai aset tidak berwujud. Jika ini adalah kasus, itu merupakan bagian dari jumlah yang diakui sebagai goodwill pada tanggal akuisisi (lihat IFRS 3).
Pengukuran setelah pengakuan Suatu entitas harus memilih antara model biaya atau model revaluasi
sebagai kebijakan akuntansi. Jika tidak berwujud aktiva tersebut dicatat dengan metode revaluasi, semua aset lain di kelasnya juga akan diperhitungkan menggunakan model yang sama, kecuali tidak ada pasar aktif untuk aset tersebut. Biaya model: Setelah pengakuan awal, aset tidak berwujud harus dicatat sebesar biaya dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Revaluasi model: Setelah pengakuan awal, aset tidak berwujud harus dilakukan pada jumlah yang dinilai kembali, menjadi yang nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi amortisasi berikutnya dan setiap berikutnya akumulasi rugi penurunan nilai. Untuk tujuan revaluasi yang di bawah nilai ini, Standard wajar tersebut diukur dengan mengacu pada pasar yang aktif. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan sehingga pada akhir periode pelaporan nilai tercatat aset tersebut tidak berbeda secara material dari nilai wajarnya. Pasar aktif adalah pasar di mana semua kondisi berikut: (A) barang yang diperdagangkan di pasar adalah homogen; (B) pembeli bersedia dan penjual biasanya dapat ditemukan setiap saat, dan
15
(C) harga yang tersedia untuk umum. Jika jumlah aset tidak berwujud yang tercatat ditambahkan sebagai akibat revaluasi, kenaikan tersebut akan diakui sebagai pendapatan komprehensif lain dan akumulasi ekuitas di bawah judul surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi sejauh bahwa penurunan nilai akibat revaluasi dari aset yang sama sebelumnya telah diakui dalam laporan laba rugi. Jika jumlah aset tidak berwujud yang tercatatnya dikurangi akibat revaluasi, penurunan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi. Namun, penurunan tersebut harus menjadi diakui sebagai pendapatan komprehensif lainnya pada tingkat yang melebihi saldo kredit surplus revaluasi sehubungan dengan aset tersebut.
Masa manfaat
Masa manfaat adalah: (A) periode dimana aset diharapkan akan tersedia untuk digunakan oleh entitas; atau (B) jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset tersebut oleh entitas. Suatu entitas harus menilai apakah masa manfaat aset tidak berwujud terbatas atau tidak terbatas dan, jika terbatas, panjang , atau jumlah unit produksi atau serupa merupakan, bahwa hidup berguna. Suatu aktiva tidak berwujud akan dianggap oleh entitas sebagai memiliki manfaat tidak terbatas ketika, berdasarkan analisis dari semua faktor yang relevan, ada ada batas yang akan datang dengan periode dimana aset diharapkan dapat menghasilkan arus kas masuk bersih untuk entitas. Masa manfaat aset tidak berwujud yang timbul dari hak hukum kontrak atau lainnya tidak boleh melebihi periode hak hukum kontrak atau lainnya, tetapi mungkin lebih pendek tergantung pada periode dimana entitas mengharapkan untuk menggunakan aset tersebut. Jika hak hukum kontrak
16
atau disampaikan untuk jangka waktu terbatas yang dapat diperbaharui, masa manfaat dari aset tidak berwujud harus mencakup periode pembaharuan (s) hanya jika ada bukti yang mendukung pembaharuan oleh entitas tanpa biaya yang signifikan. Untuk menentukan apakah aset tidak berwujud terganggu, entitas menerapkan PSAK 36 Penurunan Nilai Aset.
Aktiva tidak berwujud dengan masa manfaat yang terbatas Jumlah yang dapat disusutkan dari aset tidak berwujud dengan usia
manfaat yang terbatas harus dialokasikan secara sistematis selama masa manfaatnya. Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya aset, atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya perolehan setelah dikurangi yang sisa nilai. Amortisasi harus dimulai ketika aset tersebut tersedia untuk digunakan, yaitu bila dalam lokasi dan kondisi yang diperlukan untuk itu harus mampu beroperasi sesuai dengan yang dikehendaki oleh manajemen. Amortisasi akan berhenti di awal tanggal aset tersebut diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual
(atau
termasuk
dalam
kelompok
pembuangan
yang
diklasifikasikansebagai dimiliki untuk dijual) sesuai dengan IFRS 5 Aktiva Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Penghentian Operasi dan tanggal aset tersebut tidak lagi diakui. Metode amortisasi yang digunakan harus mencerminkan pola di mana manfaat masa depan aset ekonomi diharapkan akan dikonsumsi oleh entitas. Nilai sisa aset tidak berwujud adalah jumlah perkiraan bahwa entitas saat ini akan diperoleh dari penjualan aset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan, jika aset tersebut sudah zaman dan dalam kondisi yang diharapkan pada akhir masa manfaatnya. Nilai sisa aset tidak berwujud dengan berguna terbatas hidup harus dianggap nol kecuali: (A) ada komitmen oleh pihak ketiga untuk membeli aktiva tersebut pada akhir masa manfaatnya, atau
17
(B) ada pasar aktif untuk aset dan: (I) nilai sisa dapat ditentukan dengan mengacu ke pasar itu, dan (Ii) besar kemungkinan pasar seperti itu akan ada pada akhir masa manfaat aset. perkiraan, periode amortisasi akan berubah dengan sendirinya. Jika telah terjadi perubahan yang diharapkan pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan yang aset, metode amortisasi ditetapkan diubah untuk mencerminkan pola berubah. Perubahan tersebut harus dicatat sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan IAS 8 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.
Aktiva tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas Aset tak berwujud dengan masa manfaat yang tidak terbatas tidak
dapat diamortisasi. Sesuai dengan PSAK 36 Penurunan Nilai Aset, suatu entitas diperlukan untuk menguji suatu harta tak berwujud dengan tak terbatas berguna hidup untuk penurunan dengan membandingkan jumlah terpulihkan dengan nilai tercatatnya (A) setiap tahun, dan (B) apabila terdapat indikasi bahwa aktiva tidak berwujud mungkin terganggu. Masa manfaat aset tidak berwujud yang tidak diamortisasi akan ditinjau setiap periode untuk menentukan apakah kejadian dan keadaan terus mendukung penilaian hidup yang tidak terbatas berguna untuk aset tersebut. Jika mereka tidak, perubahan dalam penilaian masa manfaat dari tak terbatas untuk terbatas, akan diperhitungkan sebagai perubahan dalam akuntansi perkiraan sesuai dengan IAS 8.
18
2.1.4 Kebijakan Akuntansi Aset Tetap Pada Saat Perolehan. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) (2010:07) tercantum sebagai berikut: “Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan, apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.” Aset tetap dapat diperoleh perusahaan dengan berbagai cara, diantaranya diuraikan dibawah ini: 1.
Pembelian Tunai Pembelian tunai adalah cara perolehan aset tetap dengan cara perusahaan
mengeluarkan sejumlah uang tunai, aset tetap dicatat dalam perkiraan akuntansi adalah senilai kas yang dibayarkan. Nilai kas yang dibayar ini akan termasuk pula biaya-biaya yang dikeluarkan selama pembelian aset teap tersebut dan dikurangi diskon atau potongan-potongan sehubungan dengan pembelian aset tetap tersebut. Jurnal yang dibuat adalah: Dr. Cr.
Aset tetap
xxx
Kas
xxx
2. Pembelian Angsuran (kredit) Pada pembelian dengan angsuran (kredit) dalam perolehan harga aset tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran dikeluarkan dari harga perolehan dan pembebanan sebagai biaya bunga selama masa angsuran. Jurnal yang dibuat adalah: Dr. Cr.
aset tetap
xxx
Hutang usaha
xxx
Angsuran pertama
= Harga pokok: jumlah cicilan
= xxx
Bunga pertama
=
= xxx
Jumlah yang harus dibayar
%
x
sisa cicilan
= xxx
19
Jurnal yang dibuat saat membayar angsuran adalah: Dr.
Hutang usaha
xxx
Bunga
xxx
Cr.
Kas
xxx
3. Perolehan Aset Tetap Dengan Cara Pertukaran Pertukaran dapat terjadi antara aset yang tidak sejenis dengan aset yang sejenis. Pertukaran aset yang tidak sejenis adalah pertukaran aset yang sifat dan fungsinya tidak sama, misalnya tanah dengan kendaraan yang digunakan sebagai dasar pencatatan aset yang diperoleh pada tanggal transaksi yang terjadi harus diakui sebagai “Laba” dan “Rugi”. Pencatatan harga perolehannya yaitu harga pasar aset yang diserahkan sitambah uang yang dibayarkan. Apabila harga tidak diketahui maka harga perolehan aset tetap berwujud yang sejenis adalah pertukaran aset yang sifat dan fungsinya sama, misalnya mesin dengan mesin. Jurnal yang dibuat untuk pertukaran aset yang sejenis dalam keadaan laba adalah: Dr.
Tanah
xxx
Akum. Penyusutan-Kendaraan
xxx
Cr.
Kendaraan
xxx
Keuntungan dari pelepasan kendaraan
xxx
Kas
xxx
Laba dari pertukaran adalah selisih antara harga pasar nilai buku, sedangkan jumlah yang dibuat jika terdapat kerugian pertukaran aset yang sejenis adalah:
Dr.
tanah
xxx
Akum. Penyusutan-Kendaraan
xxx
Kerugian dari pelepasan kendaraan xxx Cr.
Kendaraan
xxx
Kas
xxx
20
4. Perolehan aset tetap dengan cara mengbangun sendiri Pada sata suatu aset tetap dirakit atau dibangun oleh sutau perusahaan untuk dibangun sendiri, maka biaya perolehan (cost) aset tetap tersebut. Biaya-biaya tersebut dapat berupa biaya kontruksi selama masa pembangunan dan biaya administrasi, biaya asuransi selama masa pengembangan dan biaya kontraktor, jika menggunakan jasa kontraktor. Selainitu bunga yang harus dibayar atas pinjaman-pinjaman yang mungkin dipakai untuk mendanai pembangunan tersebut pula dimasukkan sebagai biaya perolehan aset tetap. Kapitalisasi biaya adalah semua biaya yang dicatat sebagai bagian dari biaya perolehan aset dan disusutkan selama masa manfaat aset. 5. Penerbitan surat berharga Perusahaan dapat memperoleh aset tetap dengan cara mengeluarkan obligasi atau saham itu sendiri. Pertukaran aset tetap dengan cara mengeluarkan obligasi atau sahamnya sendiri. Pertukaran aset tetap dngan saham atau obligasi perusahaan akan dicatat dalam akun modal saham atau utang obligasi sebesar nilai nominalnya, selisih nilai pertukarannya dengan nilai nominal dicatat dalam akuntansi agio atau disagio. Jurnal yang dibuat jika laba adalah: Dr. Cr.
Aset tetap
xxx
Modal saham/obligasi
xxx
Agio
xxx
Sedangkan jika rugi adalah: Dr.
Cr.
aset tetap
xxx
Disagio
xxx
Modal saham/obligasi
xxx
6. Diperoleh dari sumbangan Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan atau donasi akan dicatat sebesar harga pasarnya dalam menerima donasi mungkin dikeluarkan biaya-biaya yang
21
jauh lebih kecil dari nilai aset yang diterima, sehingga jika dicatat sebesar biaya yang sudah dikeluarkan, maka halini akan menyebabkan jumlah aset terlalu kecil, juga beban depresiasi terlalu kecil. Jurnal yang dibuat adalah: Dr.
aset tetap
Cr.
xxx
Modal donasi
xxx
7. Perolehan dengan cara sewa guna usaha (leasing) Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) (2012:30.1) paragraph 4 adalah: “Sewa (lease) adalah suatu perjajnjian dimana lessor memberikan hak kepada lesee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lesee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.” Pencatatan cara perolehan ini tergantung dari jenis leasing yang diambiloleh perusahaan. Ada dua cara sewa guna usaha, yaitu: 1. Capital lease Aset yang diperoleh dengan cara ini dicatat sebagai aset tetap dlam kelompok tersendiri dan juga harus diamortisasikan. Kewajiban sewa guna usahanya pun disajikan terpisah dari kewajiban lainnya. Biasanya cara ini diambil bila aset disewa lebih dari dua tahun. 2. Operating lease Bila perusahaan memilih cara ini maka pencatatan angsuran tiap bulan tidak dianggap sebagai aset tetapi langsung merupakan biaya sewa aset yang diakui dan dicatat bedasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha, meskipun pembayarannya dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periodenya. Faktor-faktor yang merupakan bagian dari penentuan harga perolehan aset tetap yang harus diperhatikan, yaitu:
22
1. Tanah Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu tidak digunakan dalam usaha perusahaan maka dicatat dalam rekening investasi jangka panjang. Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti: a.
Harga beli
b.
Komisi pembelian
c.
Bea balik nama
d.
Biaya penelitian tanah
e.
Iuran-iuran (pajak-pajak) selama tanah belum dipakai
f.
Biaya merobohkan bangunan lama
g.
Biaya perataan tanah pembersihan dan pembagian
h.
Pajak-pajak yang jadi beban pembelian pada waktu pembelian tanah
2. Bangunan Gedung yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus dialokasikan pada tanah dan gedung. Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan gedung adalah: a. Harga beli b. Biaya perbaikan sebelum gedung itu di pakai c. Komisi pembelian d. Bea balik nama e. Pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembelian pada waktu pembelian 3. Mesin dan alat-alat Yang merupakan harga perolehan mesin dan alat-alat adalah: a. Harga beli b. Pajak-pajak yang menjadi beban pembeli c. Biaya angkut d. Asuransi selama perjalanan
23
e. Biaya pemasangan f. Biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin 4. Kendaraan Yang termasuk harga perolehan kendaraan adalah harga faktur, bea balik nama dan biaya angkut. Pajak-pajak yang dibayar setiap periode pajak kendaraan bermotor, jasa raharja, dan lain-lain dibebankan sebagai biaya pada periode yang bersangkutan. Harga perolehan kendaraan didepresiasi selama masa kegunaannya. 5. Perbaikan tanah harga perolehan tanah meliputi semua pengeluaran yang dilakukan sebagaimana maksud dengan perbaikan tersebut. Oleh karena itu, pengeluaran-pengeluaran diatas didebetkan ke rekening perbaikan tanah (bukan rekening tanah) dan akan disusut selama umur pemakaian aset.
2.1.5 Pengeluaran setelah perolehan Pencatatan akuntansi terhadap pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aset tetap dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Pengeluaran pendapatan Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah biaya-biaya yang hanya akan mmberi manfaat dalam periode berjalan, sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan tidak akan dikapitalisasi sebagai aktiva tetap di neraca, melainkan akan langsung dibebankan sebagai beban dalam laporan laba rugi periode berjalan
dimana
biaya
tersebut
terjadi
(dikeluarkan).
(www.google.com/keuanganlsm.com/jurnal). Pengeluaran pendapatan itu meliputi: reparasi, pemeliharaan, dan penggantian 2. Pengeluaran Modal Pengeluaran Modal (capital expenditure) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh aktiva tetap, meningkatkan efisiensi operasional
24
dan kapasitas produktif aktiva tetap, serta memperpanjang masa manfaat aktiva tetap. (www.google.com/keuanganlsm.com/jurnal) Pengeluaran modal itu meliputi: a. Reparasi
besar
dan
mempunyai
manfaat
selama
sisa
umur
penggunaan, tetapi menambah umur penggunaanya, pengeluaran ini adalah untuk memperbaiki aset tetap yang mengalami kerusakan sebagian atau seluruhnya. b. Reparasi besar yang menambah umur manfaat Aset tetap. Pengeluaran ini adalah pengganti dari aset tetap yang disebabkan karena bagian yang diganti dalam keadaan rusak berat. c. Perbaikan Pengeluaran yang meningkatkan efisiensi atau kapasitas operasi aset tetap selama umur manfaatnya. d. Penambahan (addition) Suatu penambahan biasanya mengakibatkan bertambah besarnya fasilitas fisik. Penambahan dicatat dengan mendebet rekening aset yang mengalami penambahan aset pengeluaran tersebut, dan penyusutan selama umur ekonomis.
2.2
Penyusutan Aset Tetap
2.2.1 Pengertian Total pengeluaran yang terjadi pada suatu periode akuntansi untuk memperoleh aset tetap tertentu tidak boleh dibebankan seluruhnya sebagai beban periode berjalan. Jika pengeluaran tersebut seluruhnya dibebankan pada periode berjalan, maka periode berjalan akan terlalu berat, sedangkan beban periode berikutnya yang ikut menikmati dan memperoleh manfaat dari aktiva tetap tersebut menjadi terlalu ringan. Dan itu berarti terjadi ketidakadilan didalam proses pembebanan suatu pengeluaran
25
Proses depresiasi ini penekanan utamanya adalah pada pengalokasian biaya dari cost aset tetap ke biaya periode untuk ditandingkan dengan pendapatan yang dilaporkan pada masing-masing periode selama digunakan aset tersebut. Johar Arifin (2009: 7) menyatakan bahwa: “Penyusutan adalah proses pengalokasian harga perolehan aset (aktiva) tetap menjadi biaya selama masa manfaat dengan cara yang rasional dan sistematis.”
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah, dalam PSAP 07 (2010) “Penyusutan adalah alokasi sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyusutan (depresiasi) adalah penurunan nilai aktiva tetap berwujud secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi selama masa manfaatnya. 2.2.2 Cara penilaian dan penurunan aset Pada umumnya nilai perolehan suatu aset tetap sama dengan jumlah biaya (bisa berupa kas maupun nonkas) untuk memperoleh aset tersebut. Selain hal tersebut, aset tetap dapat diperoleh dari pertukaran aset nonmoneter. Prinsip utama pada pengukuran aset tetap yang diperoleh dari pertukaran aset tetap ini adalah dengan menggunakan nilai wajarnya. Dalam hal nilai wajar aset tetap yang dipertukarkan tidak diketahui, nilai buku dari aset tersebut dapat digunakan. Pengukuran setelah pengakuan awal Pengukuran aset tetap selain dilakukan pada awal perolehan juga dilakukan pada periode setelah aset tetap tersebut diperoleh. Di dalam PSAK 16 Revisi 2007 terdapat perubahan yang signifikan mengenai perlakuan akuntansi aset tetap terutama tentang pengukuran nilai aset tetap setelah perolehan. PSAK 16 Revisi
26
2007 mengakui adanya dua metode dalam perlakuan akuntansi aset tetap tersebut. Kedua metode itu adalah: Metode Biaya Historis Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, aset tetap tersebut dicatat pada harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset Metode Revaluasian Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi atas aset tetap harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca. Penentuan nilai aset dengan menggunakan nilai wajar pada umumnya dilakukan melalui penilai yang memiliki kualifikasi profesional. untuk melakukan penilaian terhadap tanah dan bangunan biasanya penilai menggunakan bukti pasar. Sedangkan untuk penilaian aset tetap lain seperti pabrik dan peralatan penilai akan menentukan sendiri nilai pasar wajarnya. Dalam hal tidak ada pasar yang memperjualbelikan aset tetap yang serupa, penentuan nilai pasar wajar dapat dilakukan dengan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated replacement cost approach). Frekuensi pelaksanaan revaluasi sendiri tergantung pada perubahan niali wajar suatu aset. Jika nilai wajar yang tercatat berbeda secara material dengan nilai revaluasi, maka revaluasi lanjutan perlu dilaksanakan. Untuk aset tetap yang mempunyai perubahan nilai wajar secara fluktuatif dan sifatnya signifikan, revaluasi dapat dilaksanakan tiap tahun. Sedangkan untuk beberapa aset lain yang tidak mengalami perubahan
27
secara fluktuatif dan signifikan, revaluasi tidak perlu dilaksanakan setiap tahun. Untuk aset seperti itu revaluasi dapat dilakukan setiap tiga tahun atau lima tahun.
2.2.3 Faktor-faktor dalam Menentukan Beban Penyusutan Faktor yang mempengaruhi manurun kemampuan suatu aset tetap untuk memberikan jasa/manfaat yaitu: Secara fisik, disebabkan oleh pemakaian dan keausan karena penggunaan yang berlebihan dan secara fungsional, disebabkan oleh ketidak cukupan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta (misalnya kemajuan teknologi). Terdapat tiga unsur penting yang diperhitungkan dalam menentukan niali depresiasi suatu aktiva tetap berwujud yaitu: 1.
Harga Perolehan Aset Tetap, Mempengaruhi biaya dari aset yang dapat disusutkan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Ingat kembali bahwa aset tetap dicatat pada harga perolehan, terkait dengan prinsip biaya.
2.
Masa Manfaat, Masa manfaat adalah estimasi masa produktif yang diperkirakan, yang disebut juga dengan umur manfaat. Masa manfaat dapat dinyatakan dalam satuan waktu, unit aktivitas (seperti jam kerja mesin), atau jumlah unit yang dihasilkan. Masa manfaat merupakan estimasi (perkiraan) dalam membuat estimasi, manajemen mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi seperti cara penggunaan aset, perkiraan tentang jumlah perbaikandan perawatan, serta kecepatan tingkat keusangan. Pengalaman masa lalu dengan aset yang sama juga sering kali membantu dalam menentukan masa manfaat yang diperkiraan.
3.
Nilai sisa, Nilai sisa adalah estimasi nilai aset pada akhir masa manfaat. Nilai ini bisa berdasarkan pada nilai aset sebagai nilai rongsokan (scrap value) atau nilai pertukaran (trade in value). Seperti masa manfaat, nilai sisa merupakan estimasi. Dalam embuat estimasi, manajemen mempertimbangkan bagaimana
28
rencana mereka untuk melepaskan aset dan pengalamannya dengan aset yang sama. 2.2.4 Metode Perhitungan Penyusutan Dalam menentukan beban depresiasi suatu aset tetap berwujud terdapat beberapa metode depresiasi yang secara umum dapat digunakan. Metode-metode depresiasi tersebut diklasifikasikan menurut beberapa kriteria, antara lain: 1.
Berdasarkan waktu a. Metode garis lurus (straight line method): Dalam metode ini penentuan besar penyusutan setiap tahun selama umur ekonomis sama besar, sehingga jika dibuatkan grafiknya terhadap waktu, dan akumulasi biaya akan berupa garis lurus. Warren, et all (2015: 497) menyatakan bahwa: “Metode garis lurus adalah metode yang menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aset tetap.”
Selain itu juga, Ely suayati dan Sri Dewi Anggadini (2009: 252) menyatakan bahwa: “Metode penyusutan garis luru merupakan suatu metode yang membebankan penyusutan berdasarkan berlalunya waktu dalam jumlah yang sama sepanjang umur ekonomis aset teap digunakan.” Berdasarkan definisi berbagai sumber diatas tentang metode garis lurus, dapat disimpulkan bahwa metode garis lurus (straight line method) merupakan metode yang pembebanan depresiasinya sama setiap tahunnya. Besarnya beban depresiasi dihitung dengan cara sebagai berikut: Penyusutan = (Harga perolehan – nilai residu)/ umur ekonomis Contoh:
29
Sebuah
mesin
pbrik
mempunyai
harga
perolehan
sebesar
Rp.
70.000.000,00. Diperkirakan mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai residu sebesar Rp. 7.000.000,00. Maka penyusutan per tahunnya adalah: Penyusutan
= (Rp. 70.000.000,00 – Rp. 7.000.000,0)/5 = Rp. 12.600.000,00
b. Metode pembebanan menurun (reducing cost method) Metode depresiasi ini meberikan beban depresiasi yang selalu berkurang dari periode ke periode berikutnya. Beban depresiasi untuk tahun sekarang lebih besar daripada beban depresiasi untuk tahun berikutnya. Metode pembebanan menurun terdiri dari: 1) Metode Jumlah Angka tahun (sum of the years digit method): Penggunaan metode jumlah angka tahun menetapkan nilai penyusutan semakin lama semakin kecil erdasarkan pada perhitungan bhwa aktiva yang digunakan pada proes produksi semakin lama semakin berkurang dalam menghasilkan produksi. Untuk menentukan besarnya jumlah angka tahun dapat juga digunakan rumus sebagai berikut, apabila umur aset sama dengan 4 tahun maka penyebut angka pecahannya adalah jumlah angka tahun yaitu 1,2,3,4 jumlah 10. Angka pembilang pada tahun pertama sampai dengan keempat masing-masing adalah 4,3,2 dan 1. Tarif penyusutan tahun pertama adalah 4/10, 3/10, 2/10, dan 1/10. Contoh: Harga perolehan Rp. 6.000.000,00 dengan taksiran nilai residu Rp. 1.000.000,00 dasar penyusutan adalah Rp. 5.000.000,00 dengan umur pemakaian ekonomis 4 tahun.
30
Table 2.1 Beban penyusutan per Tahun Metode Penyusutan Angka Tahun (sum of the years digit method) Tahun
Tarif
Dasar
Penyusutan
Penyusutan 1
4/10
Rp. 5.000.000,00 Rp. 2.000.000,00
2
3/10
Rp. 5.000.000,00 Rp. 1.500.000,00
3
2/10
Rp. 5.000.000,00 Rp. 1.000.000,00
4
1/10
Rp. 5.000.000,00 Rp.
Jumlah
-
500.000,00
Rp. 5.000.000,00
2) Metode saldo menurun ganda (declinind/double declining balance method) Depresiasi menurut metode ini dihitung berdasarkan tariff yang tetap dari nilai buku aset tetap berwujud yang didepresiasi. Karena nilai buku aset setiap periode menurun, ,aka besarnya beban depresiasi setiap periode otomatis juga selalu menurun. Contoh: Harga perolehan Rp. 10.000.000,00 dengan taksiran nilai residu Rp. 1.000.000,00 dasar penyusutan adalah Rp. 5.000.000,00 dengan umur ekonomis 4 tahun. Ditentukan bahwa tarif pajak adalah 50 % per tahun. Dengan demikian penyusutan tiap tahun adalah sebagai berikut:
31
Table 2.2 Table Penyusutan per Tahun Metode Saldo Menurun Ganda (declining/double declining balance method) Tahun
Nilai Buku
Tarif
Penyusutan
1
Rp. 10.000.000,00
50 %
Rp. 5.000.000,00
2
Rp. 5.000.000,00
50 %
Rp. 2.500.000,00
3
Rp. 2.500.000,00
50 %
Rp. 1.250.000,00
4
Rp. 1.250.000,00
50 %
-
2. Berdasarkan penggunaan a. Metode jam jasa (service hours method) Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aset (terutama mesinmesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time). Dalam cara ini bebn penyusutan dihitung dengan dasar satuan jasa. Beban penyusutan periodic besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang terpakai (digunakan). Besarnya beban depresiasi dihitung dengan cara sebagai berikut: Penyusutan per jam = ( harga perolehan-nilai residu)/taksir jam jasa Penyusutan per tahun = penyusutan per jam x jam penggunaan Contoh: Sebuah pesawat terbang dibeli dengan harga Rp. 100.000.000,00. Diperkirakan akan memberikan jasa penerbangan 10.000 jasa jam terbang. Pada tahun 2016 diperkirakan digunakan selama 1.500 jam terbang. Maka penyusutan selama tahun 2016 dihitung:
32
Penyusutan perjam
=
Rp.
100.000.000,00/10.000=
Rp.
10.000,00 Penyusutan tahun 2016
= Rp. =
10.000,00 x 1.500
Rp. 15.000.000,00
b. Metode jumlah unit produksi (productive output method) Dalam metode ini umur kegunaan aset ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga penyusutan tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan hasil fluktuasi hasil produksi. Penyusutaan dihitung sebagai berikut: Penyusutan pertahun = jumlah produksi setahun x penyusutan perunit Penyusutan per unit = (harga perolehan – nilai residu)/ taksiran jumlah produksi Contoh: Sebuah mesin pabrik mempunyai harga perolehan sebesar Rp. 55.000.000,00 diperkirakan mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dengan niali sisa sebesar Rp. 5.000.000,00 serta diperkirakan dapat menghasilkan unit produksi selama 5 taun sebagai berikut: Tahun Ke- 1
= 15.000 unit
Tahun Ke- 2
= 12.000 unit
Tahun Ke- 3
= 10.000 unit
Tahun Ke- 4
= 7.500 unit
Tahun Ke- 5
= 5.000 unit
Maka besarnya penyusutan adalah: Penyusutan per unit
=
( Rp. 55.000.000,00 – Rp. 5.000.000,00)/50.000 = Rp. 1.000,00 Penyusutan per tahun:
33
Table 2.3 Table Penyusutan per Tahun Metode Jumlah Unit Produksi (productive output method) Tahun
Unit
Tarif
Penyusutan
Produksi
2.3
1
15.000
Rp. 1.000,00
Rp.15.000.000,00
2
12.000
Rp. 1.000,00
Rp.12.500.000,00
3
10.000
Rp. 1.000,00
Rp.10.000.000,00
4
7.500
Rp. 1.000,00
Rp. 7.500.000,00
5
5.000
Rp. 1.000,00
Rp. 5.000.000,00
Penghentian Aset Tetap Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) (2010:07) menyatakan: “Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen dihentikan penggunaanya dan tidak ada manfaat ekonomi masa yang akan dating.” Menurut Raja Adri Setiawan, Akuntansi Keuangan versi IFRS (2012:162163). Ada beberapa cara penghentian aktiva tetap, diantarnya:
1.
Pembuangan dan Konversi Terpaksa Apabila suatu aset dibuang atau dikonversi terpaksa (misalnya disebabkan
karena bencana, atau pembebasan) maka nilai perolehan aset tersebut dan akumulasi penyusutannya harus dieliminasi, selisihnya dicatat sebagai kerugian atau keuntungan penghentian aset tetap. Dalam hal ini perkiraan aset tetap dan akumulasi penyusutan harus dihapuskan dengan mengkredit perkiraan akumulasi penyusutan sampai saat pelepasannya. Apabila terdapat nilai sisa, maka dicatat sebagai rugi atas pelepasan aset tetap.
34
2.
Penjualan Aset Tetap Perusahaan kerap kali melepas aset tetapnya dengan menjual aset tetap
tersebut. Dengan membandingkan nilai buku aset tetap (biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan) dengan harga jualnya (nilai selisih bersih bilamana terdapat beban penjualan), perusahaan bias saja mendapat keuntungan atau menanggug kerugian. Apabila harga jual lebih besar dari nilai buku aset tetap maka perusahaan memperoleh keuntungan, sebaiknya apabila harga jual dibawah nilai buku perusahaan menderita kerugian. 3.
Aset Tetap yang Disumbangkan Apabila aset nonmeter disumbangkan, jumlah sumbangan (donation) harus
dicatat sebagai beban pada nilai wajar aset yang disumbangkan. Jika terdapat perbedaan antara nilai wajar aset tersebut dengan nilai bukunya, laba atau rugi harus diakui
2.3.1 Penghapusan barang Milik Negara Penghapusan Barang Milik Negara Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 50/PMK.06/2014
tentang Tata Cara Penghapusan
Barang Milik Negara, menyatakan bahwa penghapusan adalah tindakan menghapus BMN dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang dan/atau pengelola barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.
2.4
Pengelompokan Aset Tetap Perusahaan menggunakan pengelompokam yang sah dengan peraturan oleh
Menteri Keuangan sesuai Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia NOMOR 520/KMK.04/2000 Tentang Jenis-jenis Harta yang Termasuk Kelompok Harta Berwujud.
35
Table 2.4 Pengelompokan Aset Tetap No
Kelompok Harta
Masa Manfaat
Berwujud 1
Bukan Bangunan:
2
2.5
a. Kelompok 1
4 Tahun
b. Kelompok 2
8 Tahun
c. Kelompok 3
16 Tahun
d. Kelompok 4
20 Tahun
Bangunan: a. Permanen
20 Tahun
b. Tidak permanen
10 Tahun
Umur Ekonomis Aset Tetap Aktiva tetap memiliki 2 jenis umur ekonomis:
a.
Umur fisik : Umur yang dikaitkan dengan kondisi fisik suatu aktiva. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fisik apabila secara fisik aktiva tersebut masih dalam kondisi baik (walaupun mungkin sudah menurun fungsinya).
b.
Umur fungsional : Umur yang dikaitkan dengan kontribusi aktiva tersebut dalam penggunaannya. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fungsional apabila aktiva tersebut masih memiliki kontribusi bagi perusahaan. Walaupun secara fisik suatu aktiva masih dalam kondisi baik, akan tetapi belum tentu masih memiliki umur fungsional. Bias saja aktiva tersebut tidak difungsikan lagi akibat perubahan model atas produk yang dihasilkan, kondisi ini biasanya terjadi pada aktiva mesin atau peralatan yang dipergunakan untuk membuat suatu produk. Atau aktiva tersebut sudah tidak sesuai dengan zaman
36
(not fashionable), kondisi ini biasanya terjadi pada jenis aktiva yang bersifat dekoratif (misalnya: furniture, hiasan dinding, dsb). Dalam penentuan beban penyusutan, yag dijadikan bahan perhitungan adalah umur fungsional yang biasa dikenal dengan umur ekonomis
2.6
Sekolah Farmasi
2.6.1 Sejarah Ilmu Farmasi Farmasi berasal dari kata “PHARMACON” yang berarti obat atau racun. Sedangkan pengertian farmasi adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan di bidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, informasi obat dan distribusi obat. Perkembangan ilmu farmasi kemudian menyebar hampir ke seluruh dunia. Mulai Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa Barat. Sekolah Tinggi Farmasi yang pertama didirikan di Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun 1821 (sekarang sekolah tersebut bernama Philadelphia College of Pharmacy and Science). Setelah itu, mulailah era baru ilmu farmasi dengan bermunculannya sekolah-sekolah tinggi dan fakultas2 di universitas. Peran organisasi keprofesian atau keilmuwan juga ditentukan perkembangan ilmu farmasi. Sekarang ini banyak sekali organisasi ahli farmasi baik lingkup nasional maupun internasional. Di Inggris, organisasi profesi pertama kali didirikan pada tahun 1841 dengan nama "The Pharmaceutical Society of Great Britain". Sedangkan, di Amerika Serikat menyusul 11 tahun kemudian dengan nama "American Pharmaceutical Association". Organisasi internasionalnya akhirnya didirikan pada tahun 1910 dengan nama "Federation International Pharmaceutical". http://kumpulapoteker.blogspot.co.id/2010/05/sejarah-ilmu-farmasi.html 2.6.2 Sejarah Kefarmasian Di Indonesia Farmasi ini berasal dari kata Pharma. Farmasi merupakan istilah yang dipakai pada tahun 1400-1600an. Dalam bahasa inggris Farmasi adalah pharmacy,
37
sedangkan dalam bahasa yunani adalah pharmacon, yang artinya obat. Farmasi merupakan salah satu bidang ilmu professional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan, ilmu fisika, dan ilmu kimia. Yang mempunyai tanggung jawab untuk memastikan efektivitas, keamanan, dan penggunaan obat. Menurut kamus, farmasi adalah seni dan ilmu meracik dan menyerahkan atau membagikan obat. Sedangkan farmasis adalah seseorang yang meracik dan menyerahkan atau membagikan obat. Menurut kamus lainnya farmasi adalah seni atau praktek penyiapan, pengawetan, peracikan dan penyerahan obat ( Webster’s New Collegiate Dictionary. SpringField, MA, G. & C. Merriam Co, 1987 ). Menurut Smith dan Knapp, seorang farmasis adalah seseoarang yang telah lulus dari perguruan tinggi farmasi. Untuk melakukan praktek farmasi, seorang lulusan harus memperoleh izin/lisensi dari suatu dewan atau badan negara bagian. Agar supaya mendapat izin/lisensi, lulusan suatu pergurun tinggi farmasi di seluruh negara bagian atau daerah disyaratkan untuk menyelesaikan persyaratan pengalaman praktek dan untuk lulus ujian yang diselenggarakan oleh badan farmasi negara. Berbagai konsep dasar dan teori dalam ilmu fisiologi, patologi, farmakologi, farmakognosi, fitokimia, kimia analisis, kimia sintesis, kimia medisinal, farmasetika/formulasi obat dapat ditemukan pada tiap jaman dalam sejarah perkembangan
kefarmasian.
Mitologi,
konsep
dan
praktek
pengobatan,
praktisi/profesi pengobatan, bentuk sediaan obat serta bahan obat di berbagai jaman atau di suatu kebudayaan tertentu ternyata tidak hanya mendasari dan mempengaruhi perkembangan ilmu kefarmasian dan ilmu kedokteran saat ini, namun mendasari dan mempengaruhi perkembangan ilmu pengobatan tradisional di suatu suku bangsa tertentu, bahkan beberapa konsep dasar masih dipakai dalam sistem pengobatan tersebut. Ruang lingkup farmasi sangatlah luas termasuk penelitian, pembuatan, peracikan, penyediaan sediaan obat, pengujian, serta pelayanan informasi obat.
38
Farmasi sebagai profesi di Indonesia sebenarnya relatif masih muda dan baru dapat berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan. 1.
Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan
Tonggak sejarah kefarmasian di Indonesia pada umumnya diawali dengan pendidikan asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. 2.
Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958
Pada periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai bertambah jumlah yang relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker Negeri (Republik) yang pertama , dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun. Lulusan angkatan pertama sekolah asisten apoteker ini tercatat sekitar 30 orang, sementara itu jumlah apoteker juga mengalami peningkatan, baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri maupun lulusan dari dalam negeri. 3.
Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967
Pada periode ini meskipun untuk memproduksi obat telah banyak dirintis, dalam kenyataannya industri-industri farmasi menghadapi hambatan dan kesulitan yang cukup berat, antara lain kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga industri yang dapat bertahan hanyalah industri yang memperoleh bagian jatah atau mereka yang mempunyai relasi dengan luar negeri. Pada periode ini, terutama antara tahun 1960 – 1965, karena kesulitan devisa dan keadaan ekonomi yang suram, industri farmasi dalam negeri hanya dapat berproduksi sekitar 30% dari kapasitas produksinya. Oleh karena itu, penyediaan obat menjadi sangat terbatas dan sebagian besar berasal dari impor. Sementara itu karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik banyak terjadi kasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan standar.Sekitar tahun 1960-1965, beberapa peraturan perundang-undangan yang penting dan berkaitan dengan kefarmasian yang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain :
Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok – pokok Kesehatan
39
Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang Barang
Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan
Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Pada periode ini pula ada hal penting yang patut dicatat dalam sejarah kefarmasian di Indonesia, yakni berakhirnya apotek dokter dan apotek darurat.
Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8 Juni 1962, antara lain ditetapkan :
Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek-dokter, dan
Semua izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Januari 1963.
Sedangkan berakhirnya apotek darurat ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya antara lain :
Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat,
Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Februari 1964, dan
Semua izin apotek darirat di ibukota Daerah Tingkat II dan kota-kota lainnya dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.Pada tahun 1963, sebagai realisasi Undang-undang Pokok Kesehatan telah dibentuk Lembaga Farmasi Nasional.
(Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 39521/Kab/199 tanggal 11 Juli 1963) http://majalah.stfi.ac.id/sejarah-kefarmasian-di-indonesia/
2.6.3 Sejarah sekolah farmasi di Indonesia Sekolah Farmasi adalah sekolah farmasi di Indonesia untuk mendidik asisten apoteker. Sekolah ini sebelumnya bernama Sekolah Asisten Apoteker (SAA). Pada awalnya, pendidikan kesehatan ditujukan untuk mendidik dan melatih
40
tenaga – tenaga pribumi agar dapat membantu memberikan pelayanan kesehatan masyarakat yang dibutuhkan pada masa penjajahan. Setelah masa kemerdekaan perkembangan bidang farmasi di Indonesia, menghendaki adanya tenaga teknis kefarmasian formal jenjang menengah yang mampu bekerja dalam proses produksi, distribusi, administrasi maupun dalam penyuluhan kepada masyarakat di bidang farmasi. Oleh karena itu, dibentuklah pendidikan tenaga Asisten Apoteker bernama Sekolah Asisten Apoteker. Tahun 1946 didirikan Sekolah Asisten Apoteker yang pertama yang dikelola oleh tenaga bangsa Indonesia di Yogyakarta. Sejalan dengan perkembangan bidang kesehatan, khususnya bidang farmasi, berkembang pula lah sekolah ini, baik kuantitas maupun kualitasnya. Akhirnya pada tahun 1960 dibakukanlah pedoman penyelenggaraan pendidikan tenaga Asisten Apoteker dengan Surat
Keputusan
Menteri Kesehatan
nomor
62983/Pend, tanggal 28 Juli 1960 yang kemudian diperbaiki dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 106/Pen tanggal 1 Juni 1961. Sejak tahun 1965, Sekolah Asisten Apoteker berganti nomenklatur menjadi Sekolah Menengah Farmasi dan sampai tahun 1990-an tidak kurang tercatat lebih kurang 40 sekolah, yang dikelola oleh Departemen Kesehatan RI, Pemerintah Daerah, TNI/Polri dan oleh pihak swasta. Perkembangan dan pertumbuhan masyarakat dewasa ini dan kecenderungan pelayanan kesehatan yang makin meningkat dan kompleks, memerlukan tenaga kesehatan yang memiliki sifat etis dan profesional. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan pembangunan kesehatan bahwa hanya mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan umum setingkat sekolah menengah tingkat atas yang dapat mengikuti pendidikan di bidang kesehatan dan Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 menegaskan bahwa tenaga kesehatan profesional adalah tenaga kesehatan tingkat ahli madya atau tingkat sarjana.
41
Salah satu strategi yang diterapkan untuk memenuhi kedua tujuan tersebut adalah perubahan (konversi) institusi pendidikan tenaga kesehatan jenjang pendidikan menengah menjadi jenjang pendidikan tinggi. Sesuai dengan surat Keputusan Kepala Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan nomor HK.00.06.4.2054 tahun 1993 tentang Berlakunya Pedoman Konversi Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan Jenjang Pendidikan Menengah menjadi Jenjang Pendidikan Tinggi maka 4 (empat) sekolah yang dikelola Departemen Kesehatan dikonversi menjadi institusi Diploma III. Hal tersebut diikuti juga oleh beberapa sekolah yang di kelola swasta. Selain dari konversi, institusi Diploma III juga didirikan. Saat ini masih terdapat 32 SMF yang dikelola TNI/Polri dan swasta. Perkembangan kebijakan pendidikan Pemerintah Departemen Pendidikan Nasional yang mendorong pengembangan Sekolah Farmasi, melalui pembentukan unit-unit Sekolah Farmasi baru maupun penambahan mahasiswa Sekolah Farmasi. Salah satu Sekolah Farmasi yang berkembang adalah SMK Bidang Kesehatan Program Keahlian Farmasi (SMKF). https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolahfarmasi