19
BAB II BAHAN RUJUKAN
2.1
Laporan Keungan
2.1.1
Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan alat yang digunakan oleh perusahaan untuk
memperoleh informasi mengenai posisi dan kondisi keuangan, kinerja serta hasilhasil yang telah dicapai oleh perusahaan. Metode–metode penilaian
dan
pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan tersebut diatur dalam standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik ( SAK - ETAP ) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Untuk lebih jelas mengenai definisi laporan keuangan, Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian laporan keuangan, antara lain: Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuanga Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK – ETAP 2009); “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan entitas yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan”. Menurut Warren, Reeve & Fees ( 2006), pengertian laporan keuangan adalah: “Setelah transaksi dicatat dan diikhtisarkan, maka disiapkan laporan bagi pemakai. Laporan akuntansi yang menghasilkan informasi demikian disebut laporan keuangan. Laporan keuangan yang utama bagi perusahaan perorangan adalah laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, neraca, dan laporan arus kas.” Menurut Soemarso (2004), pengertian laporan keuangan adalah: “Laporan keuangan (financial statment) adalah laporan yang di rancang untuk membuat keputusan, terutama pihak di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas.”
20
Dari pengertian – pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan proses pelaporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada periode tertentu ( biasanya satu tahun ) yang dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan baik pihak perusahaan maupun pihak luar perusahaan, selain itu bermanfaat juga sebagai bahan dalam pengambilan keputusan keuangan suatu perusahaan yang sedikitnya terdiri dari Neraca (Balance Sheet) dan Laporan Laba-Rugi (Income Statment), sedangkan laporan keuangan lainnya hanya merupakan laporan pelengkap yang bersifat membantu untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut. 2.1.2 Peran dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan memiliki peran penting sebagai berikut: a.
Merupakan media untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada para pemakai yang akan menggunakan informasi tersebut untuk membuat keputusan sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya.
b.
Untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan.
c.
Merupakan media untuk menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dan membantu menentukan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku.
d.
Merupakan laporan pertangggungjawaban pengurus dan manajemen mengenai kemampuan mereka dalam mengelola sumber daya organisasi yang diamanatkan
Tujuan Laporan keuangan menurut SAK- ETAP (2009) adalah: “ Tujuan Laporan Keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tertentu.” 2.1.3 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun dan dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran mengenai kondisi perusahaan dan laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Laporan keuangan
21
bersifat historis dan menyeluruh sebagai suatu progress report dari laporan keuangan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.1 2009), sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1.
Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Oleh karenanya, laporan keuangan tidak di anggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
2.
Laporan keuangan bersifat umum, disajikan untuk semua pemakai dan bukan di maksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu saja.
3.
Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan sebagai pertimbangan.
4.
Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula dengan halnya penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini dianggap tidak material atau tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan.
5.
Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya di pilih yang paling menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.
6.
Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi dari pada bentuk hukumnya.
7.
Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan keuangan disusun dengan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi tersebut.
8.
Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan untuk menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber – sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.
9.
Informasi
yang
bersifat
kualitatif dan
dikuantitatifkan umumnya diabaikan.
fakta
yang
tidak
dapat
22
2.2
Proses Akuntansi
2.2.1 Pengertian Proses Akuntansi Menurut Harahap (2004) Pengertian akuntansi adalah : “Akuntansi atau ada juga yang menyebutkan akunting adalah merupakan bahasa bisnis yang dapat memberikan informasi atau mengkomunikasikan kondisi bisnis dan hasil usahanya pada suatu waktu atau pada suatu periode tertentu.” Menurut Harahap (2004) Proses akuntansi adalah: “Proses pengolahan data, kemudian akuntansi dalam proses pengolahan datanya menggunakan arus, siklus atau proses akuntansi yang dimulai dari transaksi, pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran, sampai pada tahap pelaporan. Suatu periode kegiatan di awali dengan pengumpulan data transaksi sampai dengan pembuatan laporan keuangan di lanjutkan proses penutupan sehingga di dapat nerca saldo setelah penutupan. Neraca saldo setelah penutupan akan menjadi neraca awal proses akuntansi periode selanjutnya. Demikian seterusnya proses tersebut berjalan dari periode yang satu ke periode yang lain sehingga sering disebut sebagai “ Siklus” akuntansi.
2.2.2 Siklus Akuntansi Berikut adalah gambar siklus akuntansi menurut Soemarso (2004): 1 Transaksi
5
2
Laporan keuangan
pencatatan
4
3
Pengikhtisaran
penggolongan
Gambar 2.1 Siklus Akuntansi
23
Proses akuntansi ini di jelaskan sebagai berikut: 1. Transaksi Transaksi merupakan setiap kejadian yang mengubah posisi keuangan atau hasil usaha entity yang di laporkan (perusahaan/lembaga). Setiap transaksi harus mempunyai bukti, baik dari luar misalnya faktur pembelian, rekening listrik maupun bukti atau dari dalam misalnya daftar gaji, alokasi penyusutan, dan sebagainya.
2. Tahap Pencatatan dalam Jurnal (buku harian ) Dalam menggunakan jurnal ini, perusahaan dapat menempuh 2 (dua) cara: a.
Perusahaan hanya memiliki satu jenis jurnal yang di sebut general journal. Dalam sistem ini semua jenis transaksi di masukan ke buku jurnal ini saja. Perusahaan yang belum memiliki banyak transaksi dapat menggunakan jurnal ini.
b.
Perusahaan menguunakan dua jenis jurnal: Jika perusahaan sudah besar dan transaksinya banyak, maka terlalu rumit hanya menggunakan satu jurnal, disarankan membuka beberapa jurnal khusus yang mencatat berbagai transaksi dalam kelompok buku yang sama. Dengan demikian, jurnal dapat di kelompokan menjadi dua, yaitu : a.
Jurnal umum Jurnal umum di sebut juga buku memorial atau jurnal standar, karna bentuknya yang sederhana. Terdapat beberapa prosedur untuk pencatatan jurnal umum, yaitu sebagai berikut: 1. Setiap halaman jurnal diberi nomor urut untuk referensi, 2. Tahun dicantumkan sekali saja pada baris pertama, 3. Bulan dicantumkan sekali saja pada baris pertama sesudah tahun, 4. Tanggal dicantumkan sekali saja pada kolom “tanggal” untuk setiap hari, 5. Nama akun yang didebit dicantumkan pada tepi paling kiri dalam kolom “keterangan”, nilai uangnya dicatat dalam kolom “debit”,
24
6. Nama akun yang dikredit dicantumkan di bawah agak ke kanan dari akun yang debit, nilai uangnya dicatat dalam kolom “kredit”, 7. Penjelasan singkat dapat dicatat dibawah agak ke kanan dari setiap ayat jurnal, kadang – kadang penjelasan ini ditiadakan, 8. Kolom referensi digunakan untuk mencatat nomer kode akun, dan diisi pada waku pemindahbukuan ke buku besar. b.
Jurnal khusus Jurnal khusus berfungsi sebagai jurnal untuk mencatat transaksi– transaksi sejenis yang banyak di temukan dalam perusahaan. Transaksi sejenis yang mempengaruhi perkiraan yang sama di kelompokan dalam satu jurnal yang di sebut jurnal khusus. Jurnal khusus ini terdiri dari : 1. Jurnal penjualan ( sales journal) adalah untuk mencatat transaksi penjualan kredit saja, 2. Jurnal pembelian ( purchases journal ) adalah untuk mencatat transaksi pembelian kredit saja, 3. Jurnal penerimaan kas ( cash receipts journal ) adalah untuk mencatat transaksi penerimaan kas, 4. Jurnal pengeluaran kas ( cash disbursement journal) adalah untuk mencatat transaksi pengeluaran kas, 5. Jurnal umum atau jurnal memorial.
Dalam melakukan pemindahbukuan kita banyak menghemat waktu dan tenaga karena yang dipindahkan hanyalah akumulasi dari transaksi itu bukan satu per satu. Setelah jurnal maka, langkah selanjutnya adalah memindahkan jurnal ke masing-masing perkiraan yang sering di sebut ledger atau buku besar.
25
3. Tahap Penggolongan dalam Buku Besar ( Ledger ) Buku besar sering juga di sebut perkiraan, akun, item pos dan lain – lain. Buku ini adalah merupakan tempat menampung seluruh transaksi yang telah di klasifikasikan melalui jurnal. Beberapa jenis perkiraan dapat di jelaskan sebagai berikut: 1.
Dikelompokan menurut laporan keuangan: a. Perkiraan Neraca, semua perkiraan yang terdapat di neraca misalnya kas, aktiva tetap, utang dan modal. b. Perkiraan Laba Rugi, semua perkiraan yang terdapat di laba
rugi
seperti hasil penjualan, biaya produksi, biaya iklan, dan lain – lain. 2.
Dari segi elemen, laporan keuangan perkiraan dibagi: a. Perkiraan aktiva yaitu suatu perkiaan yang mencatat aktiva ( asset accounts) b. Perkiraan Utang/ Kewajiban ( Liabilities accounts) c. Perkiraan Modal (capital accounts) d. Perkiraan Penghasilan ( Revenue accounts) e. Perkiraan Biaya ( Expense accounts)
3.
Klasifikasi menurut perlakuan Jurnal Perkiraan aktiva dan perkiraan biaya dapat di kelompokan dalam satu golongan apabila di tinjau dari segi perlakuan jurnal. Apabila perkiraan ini bertambah, maka di bukukan sebelah debet dan sebaliknya apabila berkurang, di bukukan sebelah kredit. Perkiraan utang, Perkiraan modal dan perkiraan penghasilan diperlakukan sebaliknya. Jika apabila perkiraan ketiga jenis ini bertambah harus di bukukan kesebelah kredit, dan sebaliknya apabila berkurang harus di bukukan di sebelah debet.
4.
Dilihat dari segi pemecahanya, perkiraan di bagi dua: a. Perkiraan control (General controlling account ) adalah perkiraan yang dapat dibagi /di pecah ke beberapa perkiraan pembantu. Perkiraan ini mengontrol perkiraan-perkiraan pembantu. b. Perkiraan pembantu merupakan rincian dari akun buku besar tertentu.
26
5.
Lain – lain Nominal account adalah perkiraan yang terdapat dalam daftar laba rugi seperti penjualan, biaya kantor dan lain – lain, Karena memang perkiraan ini bersifat sementara hanya sampai pada penyusunan laporan keuangan. Sering juga kita mengenal perkiraan sementara. Perkiraan ini merupakan perkiraan yang tidak sampai di sajikan ke laporan keuangan. Perkiraan ini hanya
di pakai sewaktu proses akuntansi
berlangsung, sebagai akun
perkiraan yang di susun dalam proses penyusunan laporan keuangan.
4.
Tahap Pengikhtisaran Tahap pengikhtisaran ini terdiri dari: a.
Pembuatan neraca saldo, Neraca saldo yaitu neraca yang menggambarkan seluruh perkiraan dengan memasukan penjumlahan debet, kredit setiap buku besar. Disebut neraca karena disini merupakan tempat pertama untuk mencoba apakah proses pemindahan benar atau salah.
b.
Pembuatan jurnal penyesuaian, Jurnal penyesuaian ini di muat semua jurnal yang di gunakan untuk penyesuaian meng up to-date- kan posisi masing – masing perkiraan sehingga sesuai dengan posisi dan akumulasinya pada tanggal laporan. Di sini di catat transaksi yang belum masuk dalam jurnal sebelumnya.
c.
Pembuatan neraca lajur. Untuk memudahkan menyusun laporan keuangan biasanya di buat neraca lajur. Dalam neraca lajur ini semua perkiraan di jumlahkan dan di daftar, dan kemudian di lakukan penjumlahan, baik jurnal penyesuaian maupun jurnal penutup. Dari hasil penjurnalan ini, maka akan di peroleh angka yang menggambarkan posisi keuangan dan hasil usaha yang up to date. Dari angka-angka inilah disusun laporan keuangan. Neraca lajur juga bisa mempunyai beberapa lajur yang masing – masing dapat di pakai, yaitu ada 8 lajur ( kolom neraca saldo, kolom ayat jurnal penyesuaian, kolom laba rugi, dan kolom neraca,
27
masing – masing dua kolom), 10 lajur ( di tambah dua kolom, misalnya neraca percobaan, neraca sebelum di hitung saldo) atau 12 lajur ( di tambah lagi kolom manufakturing). Berikut merupakan 10 lajur worksheet , yaitu: 1.
Lajur neraca saldo Neraca saldo adalah neraca yang memuat semua perkiraan buku besar tapi yang di masukan hanya saldo akhirnya saja. Sama seperti neraca percobaan, bedanya dalam neraca saldo setiap perkiraan memiliki akun saldo akhir, saldo debet atau saldo kredit. Perkiraan aset dan biaya biasanaya bersaldo debet, perkiraan utang, modal dan hasil biasanya bersaldo kredit.
2.
Lajur jurnal penyesuaian Di sini di catat transaksi yang belum masuk dalam jurnal sebelumnya. Misalnya Biaya yang masih harus di bayar, Pemakaian beban dibayar dimuka, biaya penyusutan, amortisasi, bunga yang terutang dan lain sebagainya. Di dalam jurnal penyesuaian terdapat dua kolom, yaitu kolom debet dan kredit.
3.
Lajur neraca setelah penyesuaian Semua perkiraan perkiraan neraca dipindahkan ke lajur ini, termasuk saldo laba rugi. Jika pemindahan semua benar, maka kolom neraca akan otomatis seimbang, artinya debet dan kredit akan sama. Jika ternyata belum sama, maka harus di review lagi untuk melihat kemungkinan kesalahan yang terjadi.
4.
Lajur laba rugi Semua perkiraan yang mempengaruhi perhitungan laba rugi perusahaan (perkiraan laba rugi) di tempatkan di lajur ini, diantaranya adalah perkiraan pendapatan dan beban. Di dalam lajur ini terdapat dua kolom, yaitu kolom debet dan kredit.
28
5.
Lajur neraca Semua
perkiraan
yang
mempengaruhi
perhitungan
asset
diantaranya aktiva, kewajiban, dan modal di tempatkan di kolom neraca, yang terdiri dari dua kolom yaitu debet dan kredit.
5.
Membuat Laporan keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas publik 2009 ( SAK-ETAP 2009) laporan keuangan utama ada lima, yaitu: Neraca, Laporan laba- rugi dan laporan perubahan modal, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. 1. Neraca Menurut SAK-ETAP (2009) pengertian Neraca adalah sebagai berikut: “ Neraca adalah informasi yang menyajikan asset, kewajiban dan ekuitas suatu entitas pada suatu tanggal tertentu atau akhir periode pelaporan.” Sedangkan menurut Warren, Reeve & fees (2006), pengertian neraca adalah sebagai berikut: ” Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun.” Dari pengertian – pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa neraca adalah suatu laporan keuangan yang dapat memberikan infomasi tentang harta, kewajiban dan modal pada periode tertentu agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan. Neraca adalah laporan keuangan yang terdiri dari 3 bagian utama aktiva, kewajiban dan ekuitas, definisi dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
29
a.
Aktiva Pengertian aktiva menurut SAK - ETAP (2009) mendefinisikan bahwa: “Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh entitas.” Sedangkan menurut Soemarso (2004), Pengertian Aktiva adalah sebagai berikut: “ Aktiva (asset) adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan (harta). Aktva merupakan sumber daya bagi perusahaan untuk melakukan usaha.” Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang di maksud dengan aktiva adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan sebagai hasil dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan. Aktiva merupakan harta yang di miliki oleh perusahaan dan biasanya di klasifikasikan menjadi dua bagian utama, yaitu: 1. Aktiva Lancar Aktiva lancar adalah uang dan kas aktiva lainya yang dapat di harapkan untuk di cairkan dan di tukarkan atau di tukarkan menjadi uang tunai, di jual/ di konsumsi dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun dalam perputaran kegiatan perusahaan normal ). 2. Aktiva Tetap Aktiva tetap adalah aktiva yang mempunyai umur kegiatan relatif permanen atau jangka panjang ( mempunyai umur ekonomis dalam jangka satu tahun/ tidak akan habis dalam satu kali kegiatan operasional perusahaan).
b. Kewajiban/Hutang (Liabilities) Definisi dari kewajiban/ hutang menurut SAK – ETAP (2009) adalah sebagai berikut: “Kewajiban merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaianya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.”
30
Kewajiban di klasifikasikan menjadi dua bagian utama, yaitu: 1. Kewajiban jangka pendek Kewajiban jangka pendek/kewajiban lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang jangka pelunasanya akan di lakukan dalam jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. 2. Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban keuangan perusahaan yang jangka waktu pembayaranya lebih dari 1 tahun sejak tanggal neraca.
Bentuk dari Neraca menurut Soemarso (2004), disajikan sebagai berikut: PT.X Neraca 31 Desember 200A
Aktiva
KEWAJIBAN DAN MODAL
Aktiva lancar
Kewajiban
Kas
Rp.xxx
Kewajiban Lancar
Perlengkapan Rp.xxx
Jumlah aktiva lancar
RP.XXX
Aktiva tetap
Utang dagang
Rp.xxx
Utang Bunga
Rp.xxx
Utang gaji
Rp.xxx
Utang wesel
Rp.xxx
Utang Bank
Rp.xxx
Tanah
Rp.xxx
Total kewajiban lancar
Peralatan
Rp.xxx
Kewajiban jangka panjang
Gedung
Rp.xxx
Utang obligasi
Rp.xxx
Total Kewajiban
Rp.xxx
Rp.xxx Rp.xxx
Akumulasi penyusutan (xxx) Total Aktiva tetap
Rp.xxx
Modal Modal disetor
Rp.xxx
31
Laba di tahan
Total aktiva Rp.xxx
Rp.xxx
Total Modal
Rp.xxx
Total kewajiban & modal
Rp.xxx
2. Laporan Laba /Rugi Pengertian Laporan laba rugi menurut Warren, Reeve & fees (2006) adalah: “Laporan laba rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun.” Menurut Soemarso (2004) Pengertian dari laporan laba rugi adalah sebagai berikut: “Laporan laba rugi adalah ikhtisar pendapatan dan beban suatu perusahaan untuk suatu jangka tertentu. Laporan laba rugi memajukkan hasil usaha suatu perusahan dalam jangka waktu tertentu.” Dari pengertian – pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa yang di maksud dengan laporan laba rugi adalah ikhtisar pendapatan dan beban dari suatu perusahaan dalam periode waktu tertentu untuk mengetahui tingkat kemajuan perusahaan. Laporan laba rugi dapat disajikan dengan 2 bentuk, yaitu laporan laba rugi bentuk single step dan laporan laba rugi bentuk multy step.
32
Berikut ini adalah bentuk dari laporan Laba Rugi Single step menurut Soemarso (2004), disajikan sebagai berikut :
PT.X Laporan Rugi – Laba Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 200A Pendapatan: Penjualan bersih
Rp.xxx
Pendapatan Sewa
Rp.xxx
Pendapatan Bunga
Rp.xxx
Jumlah Pendapatan
Rp.xxx
Biaya – Biaya : HPP
Rp.xxx
Biaya-biaya Usaha
Rp.xxx
Biaya lain-lain
Rp.xxx
Jumlah Biaya
(Rp.xxx)
Laba Bersih
Rp.xxx
Adapun laporan Laba Rugi Bentuk Multiple step menurut soemarso (2004), disajikan sebagai berikut : PT.X Laporan Laba Rugi Untuk Tahun yang Bera akhir 31 Desember 200A Penjualan
Rp.xxx
Retur Penjualan
Rp.xxx
Potongan Penjualan
Rp.xxx ( Rp.xxx )
Penjualan Bersih Harga Pokok Penjualan:
Rp. Xxx
33
Persediaan barang awal
RP.xxx
Pembelian
Rp.xxx
Ongkos angkut pembelian
Rp.xxx Rp.xxx
Retur pembelian
Rp.xxx
Potongan Pembelin
Rp.xxx (Rp.xxx)
Pembelian Bersih
Rp.xxx
Jumlah Barang yang dapat di jual
Rp.xxx
Persediaan barang akhir
(Rpxxx)
Harga pokok penjualan
(Rp.xxx)
Laba Kotor
Rp.xxx
Beban usaha: Beban gaji
Rp.xxx
Beban iklan dan promosi
Rp.xxx
Beban pemeliharaan
Rp.xxx
Beban penyusutan
Rp.xxx
Beban listrik, air dan telephonRp.xxx Beban Asuransi
Rp.xxx
Beban perlengkapan
Rp.xxx
Beban Lain – lain
Rp.xxx
Total Beban Usaha
(Rp.xxx)
Laba Usaha
Rp.xxx
Pendapatan dan beban lain – lain : Pendapatan sewa
Rp.xxx
Beban bunga
(Rp.xxx)
Kerugian penjualan aktiva tetap
(Rp.xxx)
Total Pendapatan dan beban Laba Bersih
Rp.xxx Rp.xxx
34
3. Ekuitas Menurut SAK – ETAP (2009) pengertian dari modal adalah sebagai berikut: “Modal adalah hak residual
atas aktiva aset entitas setelah di
kurangi kewajiban.” Menurut Soemarso (2004) pengertian dari modal adalah sebagai berikut: “Modal adalah hak pemilik atas kekayaan perusahaan. Dalam perusahaan berbentuk perseroan terbatas, modal terdiri dari modal di setor dan laba di tahan.” Dari data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang di maksud dengan modal adalah aktiva perusahaan yang telah di kurangi kewajiban. Modal terdiri dari laba di tahan dan modal di setor. Bentuk dari Laporan perubahan modal menurut soemarso (2004), disajikan sebagai berikut :
PT.X Laporan Perubahan Modal Tahun berakhir 31 Desember 200A
Saldo Awal
Rp.xxx
Laba Bersih
Rp.xxx
Prive
(Rp.xxx) Rp.xxx
Saldo Akhir
Rp.xxx
4. Laporan Arus Kas Laporan arus kas menurut Warren, Reeve & fees (2006), adalah: “Laporan arus kas adalah suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun.” Sedangkan laporan arus kas menurut Soemarso (2005), adalah:
35
“Laporan arus kas adalah pengikhtisaran sumber kas yang tersedia untuk melakukan kegiatan perusahaan serta penggunaan selama satu periode tertentu.” Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan laporan arus kas adalah untuk mengetahui terjadinya penerimaan dan pembayaran kas selama periode tertentu. Ada tiga jenis laporan arus kas, yaitu : a.
Arus kas dari aktivitas opersai ( cash flows from operating activities ) adalah arus kas dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih, contohnya yaitu pembelian dan penjualan barang dagang oleh pengecer. Terdapat dua alternatif pelaporan arus kas dari aktivitas operasi dalam pelaporan arus kas, yaitu: 1. Metode langsung ( direct method ) yaitu melaporkan sumber kas operasi dan penggunaan kas operasi, sumber utama kas operasi adalah kas yang diterima dari pelanggan. Keunggulan utama dari metode langsung adalah bahwa metode ini melaporkan sumber dan penggunaan kas dalam laporan arus kas, kelemahan utamanya bahwa data yang dibutuhkan seringkali tidak mudah didapat dan biaya pengumpulanya umumnya mahal. 2. Metode tidak langsung ( indirect method ) yaitu melaporkan arus kas operasi yang dimulai dengan laba bersih, dan kemudian disesuaikan dengan pendapatan serta beban yang tidak melibatkan penerimaan atau pembayaran kas. Keunggulan utama dari metode ini adalah memusatkan pada perbedaan antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi. Metode ini menunjukan hubungan antara laporan laba – rugi, neraca dan laporan arus kas.
b.
Arus kas dari aktivitas investasi
( cash flows from investing
activities) adalah arus kas dari transaksi yang mempengaruhi investasi dalam aktiva tidak lancar. Arus kas masuk dari aktivitas investasi umumnya berasal dari penjualan aktiva tetap, investasi, dan aktiva tak berwujud. Arus kas keluar umumnya meliputi pembayaran untuk
36
perolehan aktiva tetap, investasi, dan aktiva tak berwujud. Jika arus kas masuk lebih besar dari arus kas keluar, maka arus kas bersih yang dihasilkan oleh aktivitas investasi dilaporkan, jika arus kas masuk lebih kecil dari arus kas keluar, maka arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi dilaporkan. c.
Arus kas dari aktivitas pembiayaan ( cash flows from financing activities ) adalah arus kas dari transaksi yang mempengaruhi ekuitas dan utang perusahaan. Arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan biasanya berasal dari penerbitan sekuritas utang atau ekuitas. Contoh arus kas masuk seperti penerbitan obligasi, wesel bayar, saham preferen dan saham biasa, arus kas keluar seperti pembayaran deviden tunai, pembayaran utang, dan pembelian saham treasuri. Jika arus kas masuk lebih besar dari pada arus kas keluar, maka arus kas bersih yang tersedia dari aktivitas pembiayaan dilaporkan. Jika arus kas masuk lebih kecil daripada arus kas keluar, maka arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pembiayaan dilaporkan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan Menurut Soemarso ( 2005 ), pengertian catatan atas laporan keuangan adalah: ” Catatan atas laporan keuangan merupakan media untuk mengungkapkan yang diharuskan dalam standar akuntansi dan yang tidak dapat disajikan dalam neraca, laporan laba – rugi dan laporan arus kas.” Untuk
membantu
pengguna
laporan
memahami
dan
membandingkan dengan laporan keuangan perusahaan lain, maka sistematika catatan atas laporan keuangan umumnya di sajikan secara berurutan sebagai berikut: a. Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan, b. Informasi mengenai pos – pos dalam laporan keuangan sesuai urutan penempatan pos – pos dalam laporan keuangan,
37
c. Pengungkapan informasi keuangan penting lainnya dan pengungkapan yang bersifat non keuangan.
2.3 Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM ) 2.3.1 Pengertian UMKM Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menurut UU No 20 tahun 2008 UMKM
merupakan kelompok usaha yang
memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisis ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan penguatan kelompok UMKM yang melibatkan banyak kelompok. Kriteria usaha yang termasuk dalam UMKM telah diatur dalam payung hukum berdasarkan Undang – Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Beberapa kriteria yang di pergunakan untuk mendefinisikan pengertian UMKM di dalam undang – undang adalah sebagai berikut: 1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagai mana di atur dalam undang – undang No 20 tahun 2008. 2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang di lakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang di miliki, di kuasai atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana di maksud dalam undang – undang No.20 tahun 2008. 3. Usaha menengah adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang di lakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahuanan sebagaimana di atur dalam undang – undang No.20 tahun 2008.
38
2.3.2 Kriteria UMKM Kriteria UMKM menurut undang – undang No.20 tahun 2008 di golongkan berdasarkan jumlah aset dan omset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Tabel 2.1 Kriteria UMKM NO
Kriteria
Usaha
Asset
Omzet
1
Usaha Mikro
Maks. 50 juta
Maks. 300 juta
2
Usaha Kecil
>50 juta – 500 juta
>300 juta – 2,5 miliar
3
Usaha Menengah
>500 juta – 10 Miliar
>2,5 miliar – 50 miliar
Sumber : UU No.20 Tahun 2008
2.3.3 Tujuan UMKM Tujuan dari UMKM adalah untuk memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah secara menyeluruh, optimal dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluas – luasnya, sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peranan dan potensi, UMKM dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat, menciptkan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan.
2.3.4 Prinsip UMKM Beberapa prinsip dari UMKM menurut Undang – undang no 20 tahun 2008, adalah sebagai berikut: a.
Penumbuhkan kemandirian, kebersamaan dan dan kewirausahaan UMKM untuk berkarya dengan prakarsa sendiri,
b.
Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel dan berkeadilan
39
c.
Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi UMKM,
d.
Peningkatan daya saing UMKM, dan
e.
Menyelenggaraan perancanaan, pelaksanaan pengendalian secara terpadu.
2.3.5 Peranan UMKM UMKM mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi, karena tingkat penyerapan tenaga kerjanya yang relatif tinggi, UMKM bisa dengan fleksibel menyesuaikan dan menjawab kondisi pasar yang terus berubah. Hal ini membuat UMKM tidak rentan terhadap perubahan eksternal. Karena itu, pengembangan UMKM dapat menunjang percepatan perubahan struktural, yang merupakan prasyarat bagi pembangunan ekonomi jangka panjang yang stabil dan berkesinambungan. Perkembangan jumlah UMKM yang meningkat belum di imbangi dengan perkembangan kualitas UMKM yang masih menghadapi permasalahan klasik yaitu rendahnya produktivitas, kegiatan ini secara langsung berkaitan dengan: a. Rendahnya
kualitas
sumber
daya
manusia
khususnya
dalam
manajemen, organisasi, tekhnologi dan pemasaran, b. Terbatasnya kapasitas UMKM yang mengaskses permodalan, informasi tekhnologi dan pasar, serta faktor produksi lainya. Sementara itu masalah yang di hadapi UMKM, di antaranya: a. Besarnya biaya transaksi akibat kurang mendukungnya iklim usaha, b. Praktik usaha yang tidak sehat, c. Keterbatasan informasi dan jaringan pendukung. Selain itu, UMKM juga menghadapi tantangan terutama yang di timbulkan oleh pesatnya perkembangan globalisasi ekonomi dan liberalisme perdagangan dan bersamaan dengan cepatnya perkembangan ekonomi. Dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi nasional ke depan
serta mengurangi pengangguran dan sekaligus untuk mampu
40
bersaing dalam pasar global dan dinamika perubahan situasi dalam negeri, maka perkembangan UMKM perlu mempertimbangkan aspek potensi yang ada, yaitu: a.
UMKM harus lebih profesional menerapkan perpaduan antara tenaga kerja terdidik dan terampil dengan adopsi penerapan teknologi,
b.
UMKM di sektor agrobisnis dan agroindustri, perlu di dukung oleh meningkatnya kemudahan dalam pengelolaan usaha, seperti status kepemilikan tanah,
ketersediaan bahan baku, teknologi, informasi
pasar, dan SDM serta perkembangan wadah organisasi. c.
Sumber permodalan UMKM harus semakin berkembang dengan meluasnya akses terhadap sumber permodalan yang memiliki kapasitas dukungan lebih besar,
d.
Pengembangan usaha menengah yang kuat merupakan pilihan strategis
yang dapat
di andalkan untuk mendukung proses
industrialisasi, perkuatan keterkaitan industri, percepatan peralihan teknologi dan peningkatan kualitas SDM, e.
Menyederhanaan prosedur pendaftaran usaha dan penyediaan usaha insentif bagi usaha informal, khususnya yang berskala mikro, di prioritaskan dalam rangka perlindungan, kesetaraan berusaha dan peningkatan pendapatan,
f.
Pengintergrasian pengembangan usaha dalam konteks pengembangan regional.
2.3.6 Karakteristik UMKM Karakteristik utama UMKM adalah kemampuanya mengembangkan proses bisnis yang fleksibel dengan menanggung biaya yang relatif rendah, karakteristik UMKM tersebut meliputi : 1. Jenis barang atau komoditi yang di usahakan umumnya sudah tetap, tidak gampang berubah, 2. Lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap, tidak pindah – pindah,
41
3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, 4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lazim usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dan lain – lain . 5. Pada umumnya memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik serta memiliki pengalaman dalam berwirausaha, 6. Sebagaian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal, 7. Sebagaian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik, seperti buisness planning.