BAB II BAHAN RUJUKAN
2.1
Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari kata Co dan Operation yang mengandung makna
kerjasama untuk mencapai tujuan. Adapun yang mengartikan koperasi sebagai makna lain. Pengertian Koperasi menurut UU No. 25 Tahun 1992, yaitu : “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”. Sedangkan pengertian koperasi menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam “Standar Akuntansi Keuangan” (2009:27.1), yaitu : “Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisasikan pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atau dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional”. 2.1.1
Fungsi dan Peran Koperasi Berdasarkan UU No. 25 tahun 1992 pasal 4 menyatakan bahwa fungsi dan
peran koperasi adalah : 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. 2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Sedangkan tujuan koperasi terdapat dalam UU No.25 tahun 1992 pasal 3 yaitu menyatakan bahwa koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dn Undang-Undang Dasar 1945.
2.1.2
Prinsip - Prinsip Koperasi Menurut
Ikatan
Akuntansi
Indonesia
dalam
“Standar
Akuntansi
Keuangan” (2009:27.1) menyatakan : “Prinsip – prinsip koperasi merupakan landasan pokok koperasi dalam menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat” Menurut UU No. 25 Tahun 1992 pasal 5 disebutkan Prinsip – Prinsip Koperasi, yaitu : 1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis. 3. Pembagian Sisa Hasil usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing – masing anggota. 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. 5. Kemandirian. 6. Pendidikan perkoperasian 7. Kerjasama antar koperasi
2.1.3
Karakteristik Koperasi Menurut
Ikatan
Akuntansi
Indonesia
dalam
“Standar
Akuntansi
Keuangan” (2009:7.1) menyatakan bahwa karakteristik utama koperasi yang membedakan dengan badan usaha lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki
identitas ganda (the dual of the member),yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi (user awn oriented firm). Oleh karena itu : a. Koperasi dimiliki anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama. b. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan, keadilan, persamaan dan demokrasi. Selain itu, anggota-anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etika kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang lain.Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. c. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan diawasi serta dimanfaatkan sendiri oleh anggotanya. d. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota. e. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggotanya, maka kelebihan kemampuan pelayanan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang non-anggota koperasi.
2.2
Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai
“Alat Penguji” dari pekerjaan pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan. Jadi untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasilhasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut perlu adanya laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
2.2.1
Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu laporan yang menggambarkan pos-
pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam periode tertentu. Hal yang
dilaporkan kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini. Kemudian laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya. Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam “Standar Akuntansi Keuangan” (2009:3) menyatakan bahwa : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan laba serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” Laporan keuangan menurut Munawir (2007:5) dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” menyebutkan bahwa : “Laporan Keuangan adalah suatu bentuk pelaporan yang terdiri dari Neraca dan perhitungan Rugi Laba serta Laporan Perubahan Modal, dimana Neraca menunjukan/ menggambarkan jumlah aktiva, hutang, dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan Perhitungan (laporan) Rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan." Sedangkan laporan keuangan menurut Kasmir (2011:7) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” menyebutkan bahwa : “Laporan Keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.” Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat oleh manajemen yang bertujuan
untuk
mempertanggungjawabkan
tugas-tugas
yang
dibebankan
kepadanya oleh pemilik perusahaan. Di samping itu, laporan keuangan juga memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang sangat bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi dan juga mengungkapkan informasi lain
yang juga berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan laporan seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
2.2.2
Tujuan Laporan Keuangan Seperti diketahui bahwa setiap laporan keuangan yang dibuat sudah pasti
memiliki tujuan tertentu. Dalam praktiknya terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen perusahaan. Di samping itu, tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian yang berhubungan dengan tujuan laporan keuangan yang didapat dari berbagai sumber : Tujuan Laporan keuangan berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia yang terdapat dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan” (2009:3) menyebutkan bahwa : “Tujuan Laporan Keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan.” Menurut Drs.Dwi Prastowo dan Rifka Julianty dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” (2008:5) menyebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah : “Laporan Keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi” Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Sedangkan Menurut Kasmir (2011:10) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” menyebutkan bahwa tujuan Laporan Keuangan yaitu : a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta), kewajiban, dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. c. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. d. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan. e. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode tertentu. f. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan. Secara umum, laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu memberikan informasi keuangan pada pihak dalam maupun luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan.
2.2.3
Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa jenis,
tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan tersebut. Masing-masing laporan keuangan memiliki arti sendiri dalam melihat kondisi keuangan perusahaan, baik secara bagian, maupun secara keseluruhan. Namun, dalam praktiknya perusahaan dituntut untuk menyusun beberapa jenis laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Bentuk-bentuk laporan keuangan menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty dalam bukunya yang berjudul “Analisis Laporan Keuangan” (2008:17) mengemukakan : “Ada dua jenis laporan keuangan (utama) yang umumnya dibuat oleh setiap perusahaan adalah neraca dan laporan laba rugi serta biasanya dilengkapi dengan laporan perubahan modal.” Dalam pengertian diatas maka dapat dijelaskan macam-macam komponen laporan keuangan berikut ini :
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Neraca merupakan laporan keuangan yang terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan dalam bentuk neraca. Pengertian neraca menurut Winwin dan Ilham Wahyudi (2006:56) dalam bukunya “Pengantar Akuntansi” mengemukakan : “Neraca merupakan laporan yang memberikan informasi tentang posisi kekayaan perusahaan berupa keseimbangan antara aktiva dan kewajiban serta modal yang menjadi kekayaan perubahaan tersebut.” Secara umum neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu : a. Asset Berdasarkan pendapat Ikatan Akuntansi Imdonesia (2009:9) dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan” mendefinisikan asset sebagai berikut : “Asset adalah sumber daya yang dikuasai perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan” Menurut
Munawir
(2007:14)
dalam
buku
“Analisis
Laporan
Keuangan” pada dasarnya Aktiva (Asset) dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. “Aktiva Lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual, atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal).” Penyajian pos-pos aktiva lancar didalam neraca didasarkan pada urutan likuiditasnya sehingga penyajian dimulai dari aktiva yang paling likuid sampai dengan aktiva yng paling tidak likuid. Menurut Munawir (2007:16) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” pengertian aktiva tidak lancar adalah sebagai berikut :
“Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan).” b. Liabilitas (Kewajiban) Kewajiban berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:9) dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan” didefinisikan sebagai berikut : “Kewajiban merupakan utang perusahaan yang kini yang timbul dari masa lalu, yang penyelesainya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.” Menurut Munawir dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” Hutang atau kewajiban keuangan perusahaan dapat dibedakan ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Menurut Munawir (2007:18) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” pengertian Hutang lancar yaitu : “Hutang Lancar atau Hutang Jangka Pendek adalah keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.” Menurut Munawir (2007:19) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” pengertian Hutang tidak lancar yaitu “Hutang Jangka Panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca).” c. Ekuitas Berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:10) dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan” mendefinisikan ekuitas sebagai berikut : “Ekuitas adalah hak residual atas asset perubahan setelah dikurangi semua kewajiban.”
2.
Laporan Laba Rugi (Income Statement) Menurut Donald E Kieso dkk (2007:140) dalam buku Intermediate Accounting Laporan Laba rugi adalah : “Laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode tertentu.” Menurut Donald E Kieso dalam buku Intermediate Accounting Bentuk laporan laba rugi dikelompokkan menjadi dua yaitu Laporan Laba Rugi bentuk Langsung dan Laporan Laba Rugi Bertahap. Menurut Donald E Kieso (2007:144) dalam buku Intermediate Accounting Laporan Laba rugi bentuk langsung adalah : “Dalam Laporan laba rugi bentuk langsung hanya ada dua pengelompokkan yaitu pendapatan dan beban. Pendapatan dikurangkan dengan beban untuk menghitung laba bersih atau rugi bersih.” Menurut Donald E Kieso (2007:145) dalam buku Intermediate Accounting Laporan Laba rugi Bertahap yaitu : “Laporan Laba Rugi bertahap memperlihatkan dua klasifikasi tambahan: (1) Pemisahan hasil operasi yang diperoleh melalui aktivitas sekunder atau non operasi perusahaan; dan (2) Klasifikasi beban menurut fungsi, seperti perdagangan atau manufaktur, penjualan, dan adminstrasi.”
3.
Laporan Perubahan Ekuitas Menurut Kasmir (2011.29) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” menyatakan bahwa : “Laporan Perubahan Modal menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini serta sebab-sebab berubahnya modal.” Perubahan-perubahan yang terjadi perlu diketahui untuk melihat perkembangan keadaan keuangan suatu perusahaan. Setelah perubahan ini diketahui, apakah terjadi kenaikan atau penurunan atau tetap, dapat pula diketahui sebab-sebab terjadi perubahan tersebut.
4.
Laporan Arus Kas Menurut Kasmir (2011:29) dalam buku Analisis Laporan Keuangan menyatakan bahwa : “Laporan Arus kas merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk (pendapatan) dan arus kas keluar (biayabiaya).” Laporan arus kas menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan. Kas masuk terdiri dari uang yang masuk ke perusahaan, seperti hasil penjualan, sedangkan kas keluar merupakan sejumlah pengeluaran seperti biaya operasional perusahaan.
5.
Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2011:30) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” menyatakan bahwa : “Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.”
2.2.4
Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Munawir (2007:6) dalam buku “Analisa Laporan Keuangan”
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (Progress Report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Dalam praktiknya laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report, laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara : 1.
Fakta yang telah dicatat (Recorded Fact) Laporan keuangan disusun atau dibuat berdasarkan kenyataan yang sebenarnya atau fakta dari catatan akuntansi. Fakta ini diambil dari peristiwa atau kejadian akuntansi pada waktu atau masa lalu, yaitu dari tahun-tahun sebelumnya. Fakta yang tercatat dalam pos-pos yang ada di laporan keuangan dinyatakan dalam harga pada saat terjadinya transaksi. Contoh fakta-fakta
yang tercantum pada masa lalu tersebut misalnya jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di bank, jumlah piutang, jumlah persediaan, dan jumlah komponen laporan keuangan lainnya.
2. Prinsip-prinsip dan Kebiasaan dalam Akuntansi (Accounting convention and postulate) Pencatatan yang terjadi dalam laporan keuangan jelas didasarkan kepada prosedur atau anggapan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi. Dengan kata lain, catatan dalam laporan keuangan tidak dapat dilakukan dengan sekehendak pemilik atau manajemen perusahaan, tetapi harus melalui tata cara atau prosedur yang sesuai dengan prinsip-prinsip atau kebiasaan dalam akuntansi.
3.
Pendapat Pribadi (Personal Judgement) Walaupun pencatatan akuntansi dalam laporan keuangan didasarkan kepada dalil-dalil tertentu, penggunaan dari dasar dalil tersebut tergantung dari pendapat manajemen perusahaan. Artinya juga pendapat atau judgement ini juga tergantung dari kemampuan para pembuatnya yang kemudian dikombinasikan dengan fakta serta dalil-dalil akuntansi yang disetujui. Suatu hal yang penting yaitu bahwa baik prosedur, kebiasaan, anggapan, atau pendapat pribadi ini harus dilakukan secara konsisten dan terus menerus. Namun, segala sesuatunya tidak kaku dan dapat diubah dengan penjelasan dalam laporan keuangan sehingga pembaca dapat mengerti dan memahami dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan laporan keuangan tersebut. Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan tersebut
di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan itu mempunyai keterbatasan antara lain : 1.
Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), dimana data-data yang diambil dari data masa lalu.
2.
Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang, bukan hanya untuk pihak tertentu saja.
3.
Proses penyusunan tidak lepas dari taksiran-taksiran dan pertimbanganpertimbangan tertentu.
4.
Laporan
keuangan
bersifat
konservatif
dalam
menghadapi
situasi
ketidakpastian. Misalnya, dalam suatu peristiwa yang tidak menguntungkan selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh harta dan pendapatan, nilainya dihitung dari yang paling rendah. 5.
Laporan Keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat formalnya.
2.2.5
Laporan Keuangan koperasi Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan
(2009:27.9) menyatakan bahwa : “Laporan keuangan koperasi meliputi neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan atas laporan keuangan”. A. Neraca Neraca menyajikan informasi mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas operasi koperasi pada waktu tertentu.
B. Perhitungan Hasil Usaha (PHU) Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu. Sisa Hasil Usaha yang diperoleh mencangkup usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota istilah perhitungan hasil usaha digunakan mengingat manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha atau laba tetapi ditentukan pada manfaat bagi anggota.
C. Laporan Arus Kas Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas, dan saldo akhir kas pada periode tertentu
D. Laporan Promosi Anggota Dalam sisa hasil usaha tahun berjalan belum dibagi, maka manfaat ekonomi yang diperoleh anggota dari pembagian sisa hasil usaha pada akhir tahun buku dapat dicatat sebesar taksiran jumlah sisa hasil usaha yang akan dibagi untuk anggota. Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan manfaat ekonomi yang diperoleh dari anggota koperasi selama satu tahun tertentu. Laporan tersebut mencangkup empat unsur yaitu : a. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama b. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama c. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi, dan d. Manfaat Ekonomi dari bentuk pembagian sisa hasil usaha Laporan promosi ekonomi anggota ini disesuaikan dengan jenis koperas dan usaha yang dijalankan. E. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan menyajikan pengungkapan yang memuat : a. Perlakuan akuntansi mengenai:
Pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi koperasi dengan anggota dan non-anggota.
Kebijakan akuntansi tentang aset tetap, penilaian persediaan, piutang, dan sebagainya.
Dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan non-anggota
b. Pengungkapan informasi lain antara lain :
Kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggota baik yang tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga maupun dalam praktik, atau yang telah dicapai koperasi.
Aktivitas
koperasi
dalam
pengembangan
sumber
daya
dan
mempromosikan usaha ekonomi anggota, pendidikan, dan pelatihan koperasian, usaha, manajemen yang diselenggarakan untuk anggota, dan pencapaian lapangan usaha baru untuk anggota.
Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dari transaksi koperasi dengan anggota dan non-anggota.
Pengklasifikasian piutang dan utang yang timbul dari transaksi koperasi dengan anggota dan non-anggota.
Pembatasan penggunaan dan risiko atas aset tetap yang diperoleh atas dasar hibah atau sumbangan.
Aset yang dioperasikan oleh koperasi tetapi bukan milik koperasi.
Aset yang diperoleh secara hibah dalam bentuk pengalihan saham dari perusahaan swasta.
Pembagian sisa hasil usaha dan penggunaan cadangan
Hak dan tanggungan pemodal modal penyertaan.
Penyelenggaraan rapat anggota, dan keputusan-keputusan penting yang berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan.
2.3
Modal kerja
2.3.1
Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja (dana) yang akan
digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari, misalnya untuk membeli bahan baku, membayar upah buruh, membayar hutang, dan lain-lain. Dimana dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat dikembalikan lagi kedalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil usaha perusahaan.
Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam buku “Analisa Kritis atas Laporan Keuangan “(2007:288) pengertian modal kerja adalah : “Modal Kerja adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja juga bisa dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam aktiva lancar atau untuk membayar utang tidak lancar” Menurut Kasmir dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” (2011:249) Pengertian Modal kerja adalah : “Modal Kerja merupakan dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan, terutama yang memiliki jangka waktu pendek. Sebagai modal kerja diartikan seluruh aktiva lancar atau setelah dikurangi dengan utang lancar” Menurut Kasmir dalam buku “Analisis Laporan Keuangan”
(2011:250)
Pengertian modal kerja secara mendalam terkandung dalam konsep modal kerja yang dibagi menjadi tiga macam : 1. Konsep Kuantitatif Konsep Kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital). 2. Konsep Kualitatif Konsep Kualitatif, merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal kerja bersih (Net working capital). 3. Konsep Fungsional Konsep Fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba. Dari pengertian modal kerja diatas, dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya pengertian modal kerja adalah modal yang harus disediakan dalam jumlah yang cukup untuk menjaga dan menjamin kelancaran operasi perusahaan. Modal kerja
yang cukup akan menguntungkan perusahaan, yakni memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efisien. Selain itu perusahaan juga tidak akan mengalami kesulitan keuangan.
2.3.2 Jenis-Jenis Modal Kerja Menurut W.B.Taylor yang dikutip oleh Bambang Riyanto (2001:117) dalam buku Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Modal kerja dapat dibagi menjadi : 1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital), yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan. Modal kerja permanen dapat dibagi dua : a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) Jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) Jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarkan luas produksi yang normal. 2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja Variabel dibagi menjadi : a. Modal Kerja Musiman (Seasional Working Capital) Modal kerja yang jumlahnya berubah karena fluktuasi musiman. b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur. c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) Modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Namun, terkadang untuk memenuhi kebutuhan modal kerja seperti yang diinginkan tidaklah selalu tersedia. Hal ini disebabkan terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung kepada berbagai faktor yang memengaruhinya. Oleh karena itu, pihak manajemen dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan terutama kebijakan dalam upaya pemenuhan modal kerja harus selalu memerhatikan faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja menurut Munawir (2007:117) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” sebagai berikut : 1. Sifat atau tipe dari Perusahaan Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif cukup rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri. Sifat dari perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya sebagian besar pada aktiva tetap atau plant and equipment yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat. Apabila dibandingkan dengan perusahaan industri, maka keadaannya sangatlah ekstrem karena perusahaan industri harus mengadakan investasi yang sangat besar dalam aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan didalam operasinya sehari-hari. 2. Waktu yang dibutuhkan untuk Memproduksi atau Memperoleh Barang yang akan dijual serta Harga Persatuan dari Barang tersebut. Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut dijual. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Disamping itu harga pokok per satuan barang juga akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, makin besar harga pokok persatuan barang yang dijual akan semakin besar pula kebutuhan akan modal kerja.
3. Syarat Pembelian Bahan atau Barang Dagangan Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan digunakan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula. 4. Syarat Penjualan Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil resiko adanya piutang yang tak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli, karena dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk segera membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut. 5. Tingkat Perputaran Persediaan Tingkat
perputaran
persediaan
(Inventory
Turn-over),
menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan efisien. Semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
2.3.4. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Apabila dana didefinisikan sebagai modal kerja, maka laporan perubahan posisi keuangan menjelaskan sumber dan penggunaan dana dan menunjukkan bagaimana modal kerja tersebut berubah dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah pada akhir periode. Setiap transaksi yang menyebabkan naiknya modal kerja disebut sumber modal kerja. Sebaliknya transaksi yang menyebabkan penurunan modal kerja disebut penggunaan modal kerja. Modal kerja didefinisikan sebagai selisih antara total aktiva lancar dan utang lancar, maka jumlah modal kerja akan naik atau turun hanya karena transaksi-transaksi yang mempengaruhi baik rekening lancar maupun rekening tidak lancar.
2.3.5
Sumber-sumber Modal Kerja Kebutuhan akan modal kerja mutlak disediakan perusahaan dalam bentuk
apapun. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan sumbersumber modal kerja yang dapat dicari dari berbagai sumber yang tersedia. Namun, dalam pemilihan sumber modal harus diperhatikan untung ruginya sumber modal kerja tersebut. Pertimbangan ini perlu dilakukan agar tidak menjadi beban perusahaan ke depan atau akan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan. Menurut Munawir dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” (2007:120) pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari : 1. Hasil Operasi Perusahaan Jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Jadi jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.
2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek) Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (marketable securities atau effek) adalah salah satu elemen aktiva lancer yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja.
3. Penjualan aktiva tidak lancar Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut.
4. Penjualan saham atau obligasi Dalam menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Dengan demikian sumber modal kerja adalah karena adanya penurunan dalam non current asset karena penjualan maupun proses depresiasi, kenaikan dalam non current liabilities atau hutang jangka panjang, dan adanya kenaikan dalam sektor modal dari setoran pemilik maupun dari hasil operasi perusahaan.
2.3.6
Penggunaan Modal Kerja Setelah memperoleh modal kerja yang diinginkan, tugas manajer
keuangan adalah menggunakan modal kerja tersebut. Hubungan antara sumber dan penggunaan modal kerja sangat erat. Artinya penggunaan modal kerja dipilih dari sumber modal kerja tertentu atau sebaliknya. Penggunaan modal kerja akan dapat memengaruhi jumlah modal kerja itu sendiri. Seorang manajer dituntut untuk menggunakan modal kerja secara tepat, sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai perusahaan. Menurut Munawir dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” (2007:124) Penggunaan modal kerja biasa dilakukan perusahaan untuk : 1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies kantor, dan pembayaran biaya-biaya lainnya. Besarnya penggunaan modal kerja untuk biaya operasi ini akan dapat ditentukan dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut, yaitu jumlah kerugian netto yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba dikurangi dengan jumlah depresiasi dan amortisasi periode tersebut. 2. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan Penggunaan modal kerja karena kerugian yang di luar usaha pokok perusahaan harus dilaporkan tersendiri dalam laporan perubahan modal kerja. Adapun kerugian baik yang rutin maupun yang insidentil akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya modal perusahaan. 3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang
atau
aktiva
tidak
lancar
lainnya
yang
mengakibatkan
berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja. 4. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi, maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar.
5. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan terbatas. Dengan kata lain adanya penurunan sektor modal yang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar atau bertambahnya hutang lancar dalam jumlah yang sama. Penggunaan modal kerja karena adanya kenaikan dalam non current asset, penurunan dalam sektor non current liabilities atau hutang jangka panjang, dan adanya penurunan dalam sektor modal.
2.3.7
Modal koperasi Seperti badan usaha lain, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan
modal pinjaman. Dalam hal ini perlu dijaga, jangan sampai modal pinjaman melebihi modal sendiri. Makin besar perbandingan antara modal sendiri dengan modal pinjaman, struktur permodalan koperasi dikatakan makin baik. Menurut Soeradjiman dalam bukunya yang berjudul “Koperasi dalam Teori dan Praktek” (1996:45) Modal koperasi terdiri dari : A. Modal Sendiri Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi. Modal sendiri koperasi pertama-tama dihimpun dari simpanan anggota (simpanan pokok dan simpanan wajib). Setelah koperasi berjalan dan mendapatkan sisa hasil usaha (SHU), sebagian dari SHU tersebut dapat disisihkan sebagai dana cadangan untuk memperkuat modal sendiri. Dengan demikian modal sendiri koperasi berasal dari : 1. Simpanan pokok Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama besarnya bagi setiap anggota dan wajib dibayar pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan tersebut tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. 2. Simpanan Wajib Simpanan wajib adalah sejumlah uang yang tidak sama besarnya bagi setiap anggota yang wajib dibayar pada waktu atau kesempatan tertentu.
3. Dana Cadangan Dana cadangan adalah sejumlah dana yang disisihkan dari sisa hasil usaha untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
4. Hibah Hibah adalah pemberian yang mengikat berupa uang atau barang. Apabila koperasi menerima pemberian barang atau uang untuk memperlancar jalannya usaha, berarti modal koperasi sebagian berasal dari hibah
B. Modal Pinjaman terdiri dari : 1) Pinjaman dari anggota Disamping simpanan pokok dan simpanan wajib koperasi dapat menghimpun modal pinjaman dari anggota dalam bentuk simpanan sukarela dan simpanan wajib (khusus). a. Simpanan sukarela pada dasarnya merupakan uang titipan dari anggota yang dapat diambil kembali sesuai dengan perjanjian. b. Simpanan khusus pada dasarnya merupakan pinjaman dari anggota untuk membiayai keperluan tertentu. 2) Pinjaman dari koperasi atau badan usaha lain Pnjaman dari koperasi atau badan usaha lain dapat diperoleh atas dasar kerja sama yang saling menguntungkan. 3) Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain Untuk mendapatkan pinjaman dari bank atau lembaga kuangan lain, koperasi harus mengajukan surat permintaan dilampiri dengan surat-surat yang diperlukan seperti ; Rencana penggunaan modal/ rencana usaha Rencana pengembalian modal Jaminan barang yang harganya sebanding dengan besarnya pinjaman
4) Penerbitan obligasi dan surat pengakuan utang Obligasi adalah surat berharga yang merupakan pengakuan utang jangka panjang kepada pemegangnya dengan kesanggupan membayar bunga tetap dan mengembalikannya pada waktu yang ditentukan. 5) Sumber lain yang sah Pinjaman dari sumber lain yang sah biasanya diperoleh dari pemerintah atau lembaga lain atas dasar pertimbangan tertentu. Misalnya pinjaman dari dana yang dihimpun dari keuntungan BUMN, pinjaman dari badan usaha swasta untuk koperasi karyawan dilingkungannya.
C. Modal Penyertaan Modal penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang ditanamkan oleh pemodal untuk menambah dan memperkuat struktur permodalan dalam meningkatkan usaha koperasi. Selain modal sendiri dan modal pinjaman, koperasi dapat memperluas usaha yang dibiayai dengan modal penyertaan yang berasal dari pemerintah atau masyarakat. 1. Modal Penyertaan dari Pemerintah Modal penyertaan dari Pemerintah, termasuk BUMN dan BUMD, merupakan salah satu bentuk bantuan kepada koperasi yang potensial. Untuk menjaga agar modal penyertaan tersebut digunakan sebagaimana mestinya, pemerintah dapat mengikutsertakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Setelah usahanya berjalan lancar, modal penyertaan secara berangsur dapat ditarik kembali. 2. Modal Penyertaan dari bukan Pemerintah Modal penyertaan dapat berasal dari anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain, badan usaha atau lembaga swasta, dan perorangan. Penggunaan modal penyertaan merupakan salah satu usaha koperasi untuk memperkuat susunan modal ekuitas yang ikut menanggung resiko dalam rangka mengembangkan usaha.
2.4
Analisis Sumber dan Penggunaan Modal kerja
2.4.1
Pengertian Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Menurut S. Munawir dalam bukunya yang berjudul “Analisis Laporan
Keuangan “2002:37) yaitu : “Analisis sumber dan penggunaan modal kerja adalah suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu”.
2.4.2 Tujuan Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Menurut Munawir (2007:129) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” Tujuan analisis sumber dan penggunaan modal kerja akan sangat berguna bagi manajemen untuk mengadakan pengawasan terhadap modal kerja dan agar sumber-sumber modal kerja dapat digunakan secara efektif di masa mendatang, hasil analisa terhadap sumber dan penggunaan modal kerja dari suatu perusahaan dalam suatu periode akan dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan atau perencanaan modal kerja di masa yang akan datang. 2.4.3 Penyusunan Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Metode-metode penyusunan laporan perubahan modal kerja atau laporan sumber dan penggunaan modal kerja menurut Munawir (2004:150), yaitu : I.
Reversal Method Dalam metode ini sumber dan penggunaan modal kerjanya disusun dengan
menggunakan kertas kerja (work sheet), metode ini digunakan untuk mempermudah penyusunan laporan perubahan modal kerja, jika kita mengalami kesulitan dalam menghadapi laporan keuangan yang jumlah pos-posnya banyak dalam work sheet perubahan yang terjadi dalam masing-masing akun dianalisis dan ditentukan bagaimana pengaruh perubahan akun-akun tersebut pada modal kerja. Namun sebelum work sheet harus terlebih dahulu membuat adjustment atau membuat revers (reversing entries) terhadap perubahan-perubahan yang tidak mempengaruhi modal kerja. Untuk mengadakan adjustment maupun reversing
entries dengan benar maka kita harus mengetahui lebih dahulu jurnal-jurnal yang dibuat pada waktu terjadinya transaksi. Langkah-langkah dalam menyusun Reversal Method, yaitu : 1. Menyusun pos-pos neraca awal periode dan akhir periode-periode atau neraca periode sekarang dengan neraca periode sebelumnya, dipisahkan antara pospos neraca bersaldo debit dengan neraca yang bersaldo kredit. 2. Menentukan perubahan yang terjadi pada masing-masing pos, masukkan perubahan tersebut pada sisi debit atau kredit, kolom perubahan sebelah debit untuk mencatat kenaikan aktiva, penurunan hutang dan modal sedangkan kolom kredit untuk mencatat penurunan aktiva dan kenaikan hutang dan modal. 3. Menganalisa perubahan yang terjadi pada rekening atau pos-pos current untuk menentukan alasan dan sebab perubahan tersebut dan menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap modal kerja, apakah merupakan sumber, penggunaan atau tak mempunyai pengaruh sama sekali. 4. Melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang tidak sesuai dengan transaksi yang sebenarnya. 5. Setelah diadakan penyesuaian maka langkah berikutnya adalah memindahkan perubahan-perubahan nettonya. Perubahan pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar dipindahkan ke kolom “kenaikan atau penurunan modal kerja”, dengan cara sebagai berikut : jika pos tersebt mempunyai perubahan didebit maka ke kolom kenaikan modal kerja, sebaliknya kolom pos tersebut mempunyai perubahan kredit maka dipindahkan ke kolom penurunan modal kerja. Perubahan pos-pos non current (aktiva tidak lancar, hutang jangka panjang, dan modal) dipindahkan ke kolom “sumber dan penggunaan modal kerja II.
Direct method Metode ini tidak menggunakan kertas kerja (work sheet) dalam
penyusunan sumber dan penggunaan modal kerjanya. Ini berarti kita tidak perlu mengadakan adjustment maupun reversing entries. Nama lain dari mtode ini adalah metode rekening atau metode langsung, dalam metode tiap-tiap perubahan biaya tidak tetap (non current account) dicatat dalam masing-masing rekening
yang berbentuk T (T-account) termasuk perubahan total modal kerja, kemudian jurnal-jurnal transaksi di pastikan pada rekening masing-masing. Adapun langkah-langkah dalam menyusun metode langsung (Direct Method), yaitu : 1. Memasukan perubahan netto dari masing-masing pos atau rekening non current ke dalam rekeningnya masing-masing. 2. Menganalisa informasi-informasi tambahan yang diperoleh serta perubahanperubahan yang terjadi dalam rekening non current yang kemudian membuat jurnal yang mula-mula dibuat oleh perusahaan pada waktu transaksi yang sebenarnya terjadi. 3. Mempostingkan atau memasukkan jurnal-jurnal transaksi tersebut ke dalam rekening masing-masing dengan catatan bahwa jurnal-jurnal yang menyangkut aktiva lancar, dipostingkan ke dalam “sumber dan penggunaan modal kerja”, sedangkan yang berhubungan dengan hasil-hasil operasi dipostingkan ke dalam “Rugi-Laba”. 4. Setelah jurnal-jurnal tersebut dipostingkan pada masing-masing rekeningnya, maka jumlah yang diposting pada masing-masing rekening tersebut harus sama dengan jumlah perubahan netto pada rekening yang bersangkutan. Khusus Rugi-Laba harus dicantumkan saldonya, dan saldo ini dipindahkan ke4 rekening sumber dan penggunaan modal kerja. 5. Setelah semua rekening jumlah pendebitan dan pengkreditannya mempunyai saldo yang sama dengan perubahan nettonya, serta saldo Rugi-Laba sudah dipindahkan ke rekening sumber dan penggunaan modal kerja telah sama dengan jumlah perubahan modalnya secara total.