1
BAB I PRNDAHULUAN
A. Latar Belakang Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk dari turunya peranakan, yaitu turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya kedalam liang atau rongga vagina. Turunnya peranakan dapat terjadi karena adanya kelemahan pada otot besar panggul sehingga satu atau lebih organ didalam panggul turun (Pajario, 2004). Prolapsus uteri merupakan suatu keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot dasar panggul yang menyokong uterus. sehingga dinding vagina depan jadi tipis dan disertai penonjolan kedalam lumen vagina. Sistokel yang besar akan menarik utero vesical junction dan ujung ureter kebawah dan keluar vagina, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan penyumbatan dan kerusakan ureter. Normalnya uterus tertahan pada tempatnya oleh ikatan sendi dan otot yang membentuk dasar panggul. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause, persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri tersebut akan terjadi bertingkat-tingkat (Winkjosastro, 2005). Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang pola formasi keluarga dan kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih tinggi pada wanita
1
2
yang mempunyai anak lebih dari tujuh daripada wanita yang mempunyai satu atau dua anak. Prolapsus uteri lebih berpengaruh pada perempuan di negaranegara berkembang yang perkawinan dan kelahiran anaknya dimulai pada usia muda dan saat fertilitasnya masih tinggi. Peneliti WHO menemukan bahwa laporan kasus prolapsus uteri jumlahnya jauh lebih rendah daripada kasuskasus yang dapat dideteksi dalam pemeriksaan medik (Koblinsky M, 2001). Penentuan letak uterus normal dan kelainan dalam letak alat genital bertambah penting artinya, karena diagnosis yang tepat perlu sekali guna penatalaksanaan yang
baik sehingga tidak
timbul kembali penyulit
pascaoperasi di kemudian hari (Wiknjosastro, 2005). Frekuensi prolapsus genitalia di beberapa negara berlainan, seperti dilaporkan di klinik d’Gynecologie et Obstetrique Geneva insidensinya 5,7%, dan pada periode yang sama di Hamburg 5,4%, Roma 6,7%. Dilaporkan di Mesir, India, dan Jepang kejadiannya tinggi, sedangkan pada orang Negro Amerika dan Indonesia kurang. Frekuensi prolapsus uteri di Indonesia hanya 1,5% dan lebih sering dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua dan wanita dengan pekerja berat. Dari 5.372 kasus ginekologik di Rumah Sakit Dr. Pirngadi di Medan diperoleh 63 kasus prolapsus uteri terbanyak pada grande multipara dalam masa menopause dan pada wanita petani, dari 63 kasus tersebut 69% berumur diatas 40 tahun. Jarang sekali prolapsus uteri dapat ditemukan pada seorang nullipara (Winkjosastro, 2005). Gejala yang timbul pada prolapsus uteri bersifat individual dan berbeda-beda. Gejala yang biasa muncul adalah tekanan kuat pada vagina, low
3
back pain, serta terdapat pembengkakan pada introitus vagina dan ketika diperiksa dapat ditemukan sistokel, rektokel atau enterokel (Andra, 2007). Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering merupakan faktor utama terjadinya prolapsus uteri. Wanita yang pernah melahirkan terutama yang mempunyai riwayat melahirkan empat kali atau lebih akan mengalami kelemahan otot besar panggul sehingga terjadi penurunan organ panggul (Suryaningdyah, 2011). Prolapsus uteri terjadi karena kelemahan otot ligamen endopelvik terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokele. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang keregangannya. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan lama yang sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala dua, penatalaksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot panggul yang tidak baik. Diprediksi hampir setengah dari seluruh wanita yang pernah melahirkan akan mengalami penurunan organ peranakan (Mazna, Shafinaz Sheikh. 2007). Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari pengkajian buku register di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh keseluruhan pasien dari bulan Januari-Desember tahun 2012 berjumlah 279 orang yang terbagi dari 105 orang ibu hamil, 87 orang ibu bersalin dengan persalinan normal 29 orang dan 58 orang dengan persalinan sectio sesaria. Survey wawancara yang dilakukan oleh peneliti mengenai pengetahuan ibu tentang
4
prolapsus uteri terhadap 10 ibu yang berkunjung ke Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh 7 ibu diantaranya tidak mengetahui tentang prolapsus uteri dan 3 ibu sudah mengetahui dan pernah mendengar tentang prolapsus uteri. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Prolapsus Uteri Di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2013. B. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
diatas,
maka
dapat
dirumuskan
permasalahannya “Apakah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Prolapsus Uteri Di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh ?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk
mengetahui
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Pengetahuan Ibu Terhadap Prolapsus Uteri Di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh usia tentang
pengetahuan ibu tentang
Prolapsus Uteri di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh.
5
b. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan tentang Prolapsus Uteri di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh. c. Untuk mengetahui pengaruh informasi terhadap pengetahuan ibu tentang Prolapsus Uteri di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Agar dapat menambah wawasan mengenai prolaps uteri. 2. Bagi tempat penelitian Agar dapat menjadi masukan dan sebagai pertimbangan untuk membuat kebijakan dalam bidang KIA, sehingga kejadian prolapsus uteri dapat diantisipasi sedini mungkin. 3. Bagi institusi Agar dapat menambah informasi seputar prolapsus uteri.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Prolaps Uteri Prolapsus uteri adalah turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya ke dalam liang vagina. Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang biasa oleh karena kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya. Atau turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus genitalis. Kelainan dalam letak alat-alat genital sudah dikenal sejak 2000 tahun sebelum masehi. Catatan-catatan yang ditemukan di Mesir mengenai Ratu Cleopatra, menyatakan prolapsus genitalis merupakan satu ahal yang aib pada wanita dan menganjurkan pengobatannya dengan penyiraman dengan larutan Adstringensia. Dalam hal ilmu kedokteran Hindu kuno menurut Chakraberty, dijumpai keterangan-keterangan mengenai kelainan dalam letak alat genital, dipakai istilah “Mahati” untuk wanita yang lebar dengan sistokel, rektokel dan laserasi perineum. Juga di Indonesia sejak zaman dahulu telah lama dikenal istilah peranakan turun dan peranankan terbalik. Dewasa ini penentuan letak alat genital bertambah penting artinya bukan saja untuk menangani keluhankeluhan yang ditimbulkan olehnya, namun juga oleh karena diagnosis letak yang tepat perlu sekali guna menyelenggarakan berbagai tindakan pada uterus.Prolapsus uteri adalah keadaan yang sangat jarang terjadi. Kebanyakan
7
terjadi pada usia tua dan pada usia muda. Hal ini dapat disebabkan oleh kelemahan dari otot dan struktur fascia pada usia yang lebih lanjut(Ifan, 2010) Prolapsus organ panggul adalah keadaan yang sering terjadi terutama pada wanita tua. Diperkirakan lebih dari 50% wanita yang pernah melahirkan normal akan mengalami keadaan ini dalam berbagai tingkatan, namun oleh karena tidak semua diantara mereka mengeluhkan hal ini pada dokter maka angka kejadian yang pasti sulit ditentukan. Prolapsus organ panggul disebut pula sebagai prolapsus uteri – prolapsus genitalis – prolapsus uterovaginal – “pelvic relaxation” – disfungsi dasar panggul – prolapsus urogenitalis atau prolapsus dinding vagina. Prolapsus organ panggul terjadi akibat kelemahan atau cedera otot dasar panggul sehingga tidak mampu lagi menyangga organ panggul (Lazarou, 2000). Uterus adalah satu satunya organ yang berada diatas vagina. Bila kandung kemih atau usus bergeser maka keduanya akan mendorong dinding vagina. Meskipun prolapsus bukan satu keadaan yang bersifat “life threatening”, namun keadaan ini menimbulkan rasa tak nyaman dan sangat mengganggu kehidupan penderita. Prolapsus uteri adalah keadaan yang terjadi akibat otot penyangga uterus menjadi kendor sehingga uterus akan turun atau bergeser kebawah dan dapat menonjol keluar dari vagina. Dalam keadaan normal, uterus disangga oleh otot panggul dan ligamentum penyangga. Bila otot penyangga tersebut menjadi lemah atau mengalami cedera akan terjadi prolapsus uteri. Pada kasus ringan, bagian uterus turun ke puncak vagina dan pada kasus yang sangat berat dapat terjadi protrusi melalui orifisium vaginae
8
dan berada diluar vagina. Prolapsus uteri sering terjadi bersamaan dengan urethrocele dan cystocele (urethra dan atau kendung kemih terdorong keluar dari dinding depan vagina ) dan rectocele (dinding rectum terdorong keluar dari dinding belakang vagina) (Bambang, 2010).
B. Klasifikasi Prolapsus Uteri Mengenai istilah dan klasifikasi prolapus uteri terdapat perbedaan pendapat antara ahli ginekologi. Friedman dan Little (2007) mengemukakan beberapa macam klasifikasi yang dikenal yaitu: 1) Prolapsus uteri tingkat I, dimana servik uteri turun sampai introitus vaginae; proplasus uteri tingkat II, dimana serviks menonjol keluar dari introitus vaginae; prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus keluar dari vagina, prolapsus ini juga dinamakan prosidensia uteri. 2) Prolapsus uteri tingakat I, serviks masih berada didalam vagina; prolapsus uteri tingkat III, serviks keluar dari introitus, sedang pada prosidensia uteri, uterus seluruhnya keluar dari vagina. 3) Prolapsus uteri tingkat I, serviks mencapai introitus vaginae; prolapsus uteri tingkat II, uterus keluar dari introitus kurang dari ½ bagian ; prlapsus uteri tingkat III, uterus keluar dari introitus lebih besar dari ½ bagian. 4) Prolapsus uteri tingkat I, serviks mendekati prosessus spinosus; prolapsus uteri tingkat II, serviks terdapat antara prosessus spinosus dan
9
introitus vaginae; prolapsus uteri tingkat III; serviks keluar dari introitus. 5) Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi D, ditambah dengan prolapsus uteri tingkat IV (prosidensia uteri) Dianjurkan klasifikasi berikut: 6) Desensus uteri, uterus turun, tetapi serviks masih didalam vagina. Prolapsus uteri tingkat I, uterus turun dengan serviks uteri turun paling rendah sampai introitus vaginae; prolapsus uteri tingkat II, uterus untuk sebagian keluar dari vagina; prolapsus uteri tingkat III, atau prosidensia uteri, uterus keluar seluruhnya dari vagina, disertai dengan inversio vagina (Wiknjosastro, 2005).
C. Etiologi Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan prolapsus antara lain (Hanifa, 2007): 1. Faktor bawaan Setengah wanita akan mengalami masalah ini jika dalam keluarga mereka khususnya ibu, saudara dari ibu, atau nenek mereka mengalami masalah yang sama. Bagaimana penyakit ini diturunkan tidak diketahui, mungkin bawaan menentukan kelemahan otot dan ligamen pada peranakan. Kekenduran atau kelemahan otot ini juga dapat dipengaruhi oleh pola makan dan kesehatan yang agak rendah dibandingkan dengan mereka yang sehat dan makanannya seimbang dan tercukupi dari segi semua zat seperti protein dan vitamin.
10
2. Exercise Proses
kehamilan
dan
persalinan
memang
melemahkan
dan
melonggarkan otot dalam badan khususnya ligamen dan otot yang memegang kemaluan dan rahim. Ini satu hal yang tidak dapat dihindari tetapi dapat. dipulihkan walaupun tidak seratus persen jika seorang wanita yang melakukan gerak tubuh atau exercise untuk menguatkan otot-otot disekitar kemaluan dan lantai punggung. Kegiatan exercise waktu hamil dan setelah persalinan sangat penting untuk mencegah prolapsus. Oleh karena itu tidak melakukan exercise ini merupakan salah satu yang menyebabkan kekenduran atau prolapsus uteri. 3. Usia/Menopause Keadaan menopause atau kekurangan hormon berlaku secara natural yaitu ketika berumur 50 tahun keatas, ataupun akibat pembedahan oleh karena penyakit seperti pengangkatan ovari dapat menyebabkan hormon atau seterusnya dapat menyebabkan kelemahan otot dan ligamen peranakan. Proses atrofi ligamen dan otot dalam jangka panjang dapat menyebabkan prolaps. Nyata sekali prolaps yang parah sering terjadi pada wanita yang berumur 60 tahun keatas akibat kekurangan hormon karena menopause. Semakin bertambahnya usia, otot-otot dasar panggul pun akan semakin melemah. 4. Riwayat persalinan multiparitas ( banyak anak )
11
Partus yang berulangkali dan terlampau sering dapat menyebabkan kerusakan otot-otot maupun saraf-saraf panggul sehingga otot besar panggul mengalami kelemahan, bila ini terjadi maka organ dalam panggul bisa mengalami penurunan. 5. Faktor lain yang dapat menyebabkan rahim turun adalah peningkatan tekanan di perut menahun. Misalnya disebabkan obesitas,batuk berbulan-bulan, adanya tumor di rongga perut, tumor pelvis, serta konstipasi atau susah buang air besar berkepanjangan D. Gejala Gejala sangat individu. Keluhan yang sering terjadi antara lain, perasaan ada benda mengganjal atau menonjol di depan vagina sehingga sangat mengganggu ketika berjalan atau bekerja. Kadang timbul luka pada rahim yang menonjol tersebut dikarenakan gesekan celana dalam atau benda yang diduduki dan dari luka tersebut bisa menimbulkan infeksi. Gejala lainnya, sering timbul keputihan karena luka tersebut atau karena sumbatan pembuluh darah di daerah mulut rahim, serta ada keluhan rasa sakit dan pegal pada pinggang. Keluhan sakit ini akan hilang bila wanita tersebut berbaring (Praputranto. 2005).
E. Patologi Sebagaimana telah diterangkan prolapsus uteri terdapat beberapa tingkat, dari yang paling ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan, khususnya persalinan per vaginam yang susah, dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligamen-ligamen yang tergolong dalam fasia endopelvik
12
dan otot-otot fasia dasar panggul. Juga dalam keadaan tekanan intra abdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan uterus, terutamaa apabila tonus otot mengurang seperti pada penderita dalam menopause. Serviks uteri terletak di luar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita tersebut, dan lambat
laun
menimbulkan ulkus,
yang
dinamakan ulkus
dekubitus
(Wiknjosastro.1999). F. Diagnosa Pemeriksaan vagina harus dilakukan dengan speculum Sim atau dengan memakai speculum Graves standard dan membuang bilah anterior. Sementara menekan dinding vagina posterior, pasien diminta untuk mengejan. Ini akan menunjukkan penurunan dinding vagina anterior sesuai dengan kistokel dan pergeseran uretra. Dengan demikian juga, penarikan kembali dinding vagina anterior selama mengejan menunjukkan suatu enterokel dan rektokel. Pemeriksaan rectum sering berguna untuk menunjukkan rektokel dan untuk membedakannya dengan suatu enterokel. Tingkat prolaps rahim yang kecil hanya dapat dikenali dengan merasakan penurunan servik saat pasien mengejan. Kadang-kadang prolaps rahim perlu diuji dengan menarik servik dengan suatu tenakulum. Kalau ada keraguan adanya prolaps pasien diminta untuk berdiri atau berjalan beberapa saat sebelum pemeriksaan (Neville F. 2001).
13
G. Komplikasi 1. Komplikasi yang dapat menyertai prolapsus uteri menurut (Hanifa, 2007). adalah: 2. Keratinasi mukosa vagina dan portio uteri 3. Dekubitus 4. Hipertropi servik uteri dan elangasio kolli 5. Gangguan miksi dan stress incontinence 6. Infeksi jalan kencing 7. Kemandulan 8. Kesulitan pada waktu partus 9. Hemoroid 10. Inkarserasi usus halus
H. Penanganan Pengobatan Medis Pengobatan ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu. Cara ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan, atau penderita masih ingin mendapat anak lagi, atau penderita menolak untuk dioperasi atau kondisinya tidak mengizinkan untuk dioperasi (Hanifa, 2007).: 1. Latihan-latihan otot dasar panggul Latihan ini sangat berguna pada prolaps ringan, terutama yang terjadi pada pasca persalinan yangbelum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Latihan ini dilakukan selama beberapa bulan. Caranya adalah, penderita disuruh
14
menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah hajat
atau penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang
mengeluarkan air kencing dan tiba-tiba menghentikannya. Latihan ini bisa menjadi lebih efektif dengan menggunakan perineometer menurut Kegel. Alat ini terdiri dari obturator yang dimasukkan ke dalam vagina, dan yang dengan satu pipa dihubungkan dengan suatu manometer. Dengan demikian, kontraksi otot-otot dasar panggul dapat diukur. 2. Stimulasi otot dengan alat listrik Kontraksi otot-otot panggul dapat pula ditimbulkan dengan alat listrik, elektrodanya dapat dipasang dalam pesarium yang dimasukkan ke dalam vagina. 3. Pengobatan dengan pesarium Pengobatan dengan pessarium sebenarnya hanya bersifat paliatif, yakni menahan uterus di tempatnya selama dipakai. Oleh karena jika pessarium diangkat, timbul prolaps lagi. Prinsip pemakaian pesarium adalah alat tersebut mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga bagian dari vagina tersebut beserta uterus tidak dapat turun dan melewati vagian bagian bawah. 4. Pengobatan operatif Indikasi untuk melakukan operasi pada prolaps uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti umur penderita, keinginan untuk masih mendapat anak atau untuk mempertahankan uterus, tingkat prolapsus, dan adanya keluhan
15
I. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil (tahu) dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2005). Pengetahuan adalah kepercayaan yang benar, pengetahuan juga adalah hasil atau apa yang diketahui atau hasil pekerjaan. Pekerjaan yaitu hasil dari kenal, sadar,insaf, mengerti dan pandai (Bachtiar, 2004). 1. Cara memperoleh pengetahuan Dari berbagai macam cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
sejarah,
dapat
dikelompokkan
menjadi
2
bagian
(Notoatmojo, 2005). a. Cara Tradisional Dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukanya metode ilmiah yaitu: 1. Cara coba salah (Trial And Error) Cara
coba-coba
yang
dilakukan
dengan
menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan suatu masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan lain. 2. Cara kekuasaan atau Otoritas Pengetahuan
diperoleh
berdasarkan
pada
otoritas
atau
kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah,otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
16
3. Berdasarkan pengalaman pribadi Cara ini dilakukan dengan cara mengulang kembali dengan pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah ini yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. 4. Melalui jalan pikiran Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan penalaranya atau jalan pikiranya 5. Cara Modern Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan ini mode sistematis, logis dan ilmiah.cara ini disebut dengan “metode penelitian ilmiah” atau lebih popular disebut metode penelitian (Research Methodelogi) yang mengembangkamn metode berpikir induktif dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan di klasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmojo, 2005). b. Tingkat pengetahuan Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat (Notoatmojo, 2005). 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelunya
17
2. Memahami (Komprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. 3.
Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan meteri yang tela dipelajari pada situasi atau kondisi rill atau sebenarna.
4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan suatu untuk menjabarkan materi suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lainnya. 5. Sintesis (Syenthesis) Sintesis menunjuk kepada kemampua untuk meletakkan atau kemampuan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. 2. Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara kuesioner atau pertanyaan-pertanyaan yang mencakup tentang pengetahuan ibu
18
dengan prolaps uterin di nilai seberapa luas kedalaman pengeahuan ibu tentang prolaps uteri dadapat kita ketahui atau kita ukur melalui persentase yang dihasilkan oleh responden (Notoatmojo, 2005). 3. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan
19
menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak
aspek
positif
dari
obyek
yang
diketahui,
akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut . Untuk mengetahui tingkat pendidikan maka dapat diklasifikasikan menjadi (Sisdiknakes, 2004). a. Pendidikan Tinggi
: DIII/PT
b. Pendidikan Menengah
: SLTA
c. Pendidikan dasar
: SLTP/SD
b. Informasi Sesuatu yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lainlain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
20
c. Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga
status
sosial
ekonomi
ini
akan
mempengaruhi
pengetahuan seseorang. d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. e.
Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan
pengetahuan
dan
keterampilan
professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan
kemampuan
mengambil
keputusan
yang
21
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. f. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.dari beberapa kasus prolaps uteri yang paling sering terjadi Pada usia tua di atas 60 tahun dan pada usia Muda 20-35 tahun karna organ reproduksinya belum terlalu sempurna, untuk mempertahankan kehamilan karna usia ini termasuk terlalu muda dengan keadaan uterus yang belum matur untuk melahirkan.individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia muda akan lebih banyak menggunakan banyak
waktu
untuk
membaca.
Kemampuan
intelektual,
pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup (Notoatmodjo, 2007).
22
J. Kerangka Teoritis Menurut
Notoatmodjo
(2005)
ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Untuk memperjelas teori ini dapat dilihat dalam skema dibawah ini. Usia Pendidikan Informasi
Pengetahuan ibu tentang prolaps
Sosial budaya Lingkungan Pengalaman
Gambar 2. 1 Kerangka Teoritis
uteri
23
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Menurut penelitian yang dilakukan tentang pola informasi keluarga dan kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih tinggi pada wanita yang mempunyai anak lebih dari tujuh dari pada wanita yang mempunyai satu atau dua anak. Peneliti menemukan bahwa laporan kasus prolapsus uteri jumlahnya jauh lebih rendah daripada kasus-kasus yang dapat dideteksi dalam pemeriksaan medik (Koblinsky M, 2001). Berdasarkan teori tersebut, maka secara skematis kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada bagian di bawah ini : Variabel Independen
Variabel Dependen
Usia
Pendidikan
Pengetahuan ibu tentang prolapsus uteri
Informasi
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
24
B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional N Variabel Definisi operasional O Variabel Dependen
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Merupakan hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Variabel Independen 1 Usia Suatu rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, yang terhitung mulai saat dilahirkan hingga sekarng.
Membagikan kuisioner yang berisi kriteria: - Tahu, x ≥ ̅ - Tidak tahu, x < ̅
Kuesioner
Tahu
Membagikan kuisioner dengan kriteria: - Tua, ≥ 35 tahun - Muda, 20-35 tahun
Kuesioner
2
Menyebarkan kuesioner dengan kriteria: - Tinggi, DIII/ PT - Menengah, SMA - Dasar , SLTP/SD
Kuesioner
1
3
Pengetahuan Ibu
Pendidikan
Informasi
Suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
Keseluruhan ciri dan Menyebarkan sifat dari suatu kuesioner dengan produk atau kriteria: pelayanan yang - Pernah berpengaruh pada mendapatkan kemampuannya informasi bila, untuk memuaskan x≥ ̅ kebutuhan yang - Tidak pernah dinyatakan atau yang mendapatkan tersirat informasi bila, x< ̅
Skala ukur Nominal
Tidak Tahu
Tua
Nominal
Muda
Tinggi
Ordinal
Menengah Dasar
Kuesioner
Ordinal Pernah Tidak Pernah
25
C. Hipotesa Ha : Ada pengaruh Usia Tentang pengetahuan ibu tentang Prolapsus Uteri di RSU Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2013 Ha : Ada Pengaruh Pendidikan Tentang pengetahuan ibu tentang Prolapsus Uteri di RSU Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2013 Ha : Ada Pengaruh informasi Tentang pengetahuan ibu tentang Prolapsus Uteri di RSU Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2013
26
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu observasi atau pengumpulan data di lakukan sekaligus pada suatu waktu (point time approach) (Notoatmodjo, 2005). B. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang berkunjung ke Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh periode Januari-Desember tahun 2012 yang berjumlah 279 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang berkunjung ke Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan rumus slovin (Notoatmodjo, 2005) : n=
N 1 N (d 2 )
ket : N = Besar populasi n = Besar Sampel d2 = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1) Maka berdasarkan rumus slovin di atas, didapat jumlah sampel untuk penelitian ini berjumlah:
27
n
=
N 1 N (d 2 )
=
279 1 279(0.1)²
=
=
= 70,27
71 orang
Sehingga besar sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 71 sampel. C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh. 2. Waktu penelitian Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 25 Agustus s/d 30 Agustus 2013 D. Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung di peroleh dari responden dengan cara menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang telah di sediakan dan selanjutnya oleh responden sesuai denngan petunjuk. Sedangkan data sekunder adalah data yang di tinjau dari laporan kunjungan di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh.
28
E. Instrumen Penelitian Adapun instrument penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari 12 pertanyaan yaitu 5 pertanyaan tentang pengetahuan ibu dengan memberikan alternative jawaban A, B, C, dan D, jika responden menjawab benar maka di beri skor 1 dan jika responden menjawab salah maka di beri skor 0. 1 pertanyaan tentang usia, 1 pertanyaan tentang pendidikan ibu, dan 5 pertanyaan tentang informasin dengan memberikan alternative jawaban Ya dan Tidak. Jika responden menjawab Ya maka di beri skor 1 dan jika responden menjawab Tidak maka di beri skor 0. Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Prolapsus Uteri di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2013. F. Pengolahan Dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Data dalam penelitian ini akan di olah dengan cara: a. Editing yaitu melakukan pengecekan kembali semua item pertnyaan telah terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang mungkin dapat menggangu pengolahan dat selanjutnya. b. Coding yaitu pemberian kode berupa nomor pada lembaran kuesioner untuk memudahkan pengolahan data. c. Transferring yaitu data yang telah di berkan kode di susun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terkhir untuk dimasukan ke dalam tabel sesuai dengan variabel yang telah di teliti.
29
d. Tabulating yaitu pengelompokan responden yang telah dibuat pada tiaptiap variabel yang di ukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi . 2. Analisa data a. Analisa univariat Yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi, adapun rumus yang akan dipakai dalam analisis data univariat diantara adalah (Arikunto, 2006)
P= Keterangan: P= Persentase f 1= Frekuensi n = Sampel b. Analisa Bivariat Merupakan analisa hasil dari veriabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan veriabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang dengan menggunakan rumus Chi-Squere pada tingkat kemaknaannya 95% ( P tidaknya
hubungan
yang
0,05), sehingga dapat di ketahui ada
bernakna
secara
statistik
dengan
menggunakan program komputer SPSS for window. Melalui perhitungan uji chi-square test selanjutnya ditarik pada kesimpulan bila nilai p lebih kecil dari alpha (<0,05) maka Ho di tolak dan Ha diterima, yang menunjukan ada hubungan bermakna antara variabel bebas.
30
a.
Bila pada tabel contingency 2X2 di jumpai nilai E (harapan) kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah Ficher exact test.
b.
Bila pada tabel contigency 2x2, dan tidak dijumpai nialai E kurang dari 5, maka hisil yang digunakan sebaiknya continuty correction.
c.
Bila pada tabel-tabel contigency lebih dari 2x2, misalnya 2x3, 3x3, dan lain-lain, maka yang digunakan adalah uji person chi-squer.