BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Investasi pada pasar modal merupakan salah satu cara bagi masyarakat pemodal untuk memperoleh keuntungan dengan cepat. Investasi pada aktiva keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain investasi pada aktiva nyata (riil assets). Investasi pada aktiva keuangan adalah investasi pada surat-surat berharga baik di pasar uang maupun di pasar modal, sedangkan investasi pada aktiva nyata dapat berupa investasi pada rumah, tanah, dan emas. Investasi pada aktiva keuangan baik di pasar uang maupun pasar modal tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Beberapa alasan yang mengakibatkan tidak semua orang dapat melakukannya adalah karena keterbatasan dana, keterbatasan waktu dan juga keterbatasan pengetahuan mengenai instrumen investasi. Wadah investasi yang diciptakan untuk menarik para pemodal yang memiliki keterbatasan dana, waktu atau pengetahuan tersebut adalah reksadana. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) mendefinisikan bahwa reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Pada pengertian tersebut terdapat tiga unsur penting, pertama adanya dana dari masyarakat pemodal, kedua dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan ketiga dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dana yang dikelola atau portofolio dalam reksadana itu
Universitas Sumatera Utara
adalah milik bersama para pemodal. Manajer investasi merupakan pihak yang dipercayakan untuk mengelola dana (Mulyana, 2004:2). Perkembangan jumlah reksadana dan jumlah dana reksadana selama tahun 1996-2008 dapat dilihat pada Tabel 1.1 :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tabel 1.1 Jumlah Reksadana dan Jumlah Dana Reksadana Tahun 1996-2008 Tahun Jumlah Reksadana Jumlah Dana Reksadana 1996 28 Rp 2.782 triliun 1997 77 Rp 4.916 triliun 1998 81 Rp 2.992 triliun 1999 81 Rp 5.142 triliun 2000 94 Rp 5.507 triliun 2001 108 Rp 8.058 triliun 2002 131 Rp 46.614 triliun 2003 186 Rp 69.455 triliun 2004 246 Rp 103.616 triliun 2005 331 Rp 28.386 triliun 2006 355 Rp 50.869 triliun 2007 408 Rp 88.400 triliun 2008 530 Rp 93.110 triliun
Sumber : www.bapepam-lk.go.id pada tanggal 30 Januari 2009
Reksadana di Indonesia pertama kali berdiri pada tahun 1996. Pada tahun pertama, pertumbuhan industri ini masih lambat dengan reksadana sebanyak 28 dan total aset sebesar Rp 2,78 triliun dan kemudian berhasil mencapai puncaknya pada pertengahan tahun 1997 dengan jumlah reksadana sebanyak 76 dan total aset Rp 8,3 triliun. Akibat krisis ekonomi yang terjadi di tahun 1997, industri reksadana tidak mengalami kemajuan sampai tahun 2001. Sejak tahun 2002, reksadana terus mengalami pertumbuhan sampai pada pertengahan tahun 2005, dimana BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) mengeluarkan aturan
Universitas Sumatera Utara
mengenai mark-to-market (pencatatan harga atau nilai suatu efek portofolio untuk merefleksikan nilai pasar terkininya) untuk setiap portofolio aset reksadana. Nilai portofolio reksadana turun akibat peraturan baru ini yang mengakibatkan para investor panik dan melakukan redemption (penjualan kembali), karena belum meratanya penerapan mark-to-market. Kondisi ini semakin buruk dengan cukup tingginya tingkat suku bunga pada saat itu, hal ini telah mengakibatkan industri reksadana mengalami penurunan. Total aset pada akhir tahun 2005 turun menjadi hanya Rp 28,39 triliun dari sebesar Rp 108,22 triliun di tahun 2004. Tetapi jumlah reksadana tidak terpengaruh oleh kondisi tersebut, karena Manajer Investasi percaya bahwa reksadana masih memiliki peluang yang bagus mengingat sejarah perkembangannya. Industri
reksadana
menunjukkan
perkembangan
yang
cukup
menggembirakan pada tahun 2006 dan 2007, terutama didukung oleh menguatnya pasar saham dan pasar surat hutang. Total aset naik menjadi Rp 92,2 triliun pada akhir tahun 2007 dengan jumlah reksadana sebesar 408. Tahun 2008, pertumbuhan reksadana sangat terpengaruh oleh perkembangan yang kurang menggembirakan, hal ini diakibatkan oleh penurunan nilai aset portofolio karena krisis ekonomi, sehingga kenaikan aset reksadana tidak terlalu tinggi. (www.bapepam-lk.go.id pada tanggal 9 Februari 2009) Pergerakan jumlah reksadana dan jumlah dana reksadana dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan 1.2 :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Reksadana tahun 1996-2008 Jumlah Reksadana 600 500 400 300 200 100 0
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
Tahun
Gambar 1.2 Grafik Perkembangan Dana Reksadana tahun 1996-2008 Triliun Rupiah 120 100 80 60 40 20 0
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun
Sumber : www.bapepam-lk.go.id pada tanggal 9 Februari 2009
Investasi dalam bentuk reksadana sangat diminati saat ini, oleh karena diversifikasi (melakukan investasi tidak pada satu macam efek, tetapi pada berbagai macam efek) yang dilakukan sehingga menurunkan risiko dan mengoptimalkan hasil investasi. Faktor lain yang membuat reksadana diminati adalah reksadana memberikan pengelolaan investasi yang profesional oleh pengelola dana yaitu Manajer Investasi dan Bank Kustodian, sehingga investor terbebas dari pekerjaan menganalisa dan urusan administrasi. Kemudahan tersebut
Universitas Sumatera Utara
telah membuat banyak para investor memilih reksadana sebagai pilihan investasinya (Marzuki, 1998:21-22). Reksadana saham merupakan salah satu jenis reksadana selain reksadana pendapatan tetap, reksadana pasar uang dan reksadana campuran. Reksadana saham adalah reksadana dimana investasi dilakukan dengan alokasi aset minimum 80 % untuk saham. Investasi pada saham memiliki risiko lebih tinggi namun menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Tingginya risiko tersebut dikarenakan sifat harga saham yang lebih berfluktuasi (Pratomo dan Nugraha, 2009: 73). Kinerja suatu reksadana diperlukan untuk membantu pemilihan reksadana yang layak diinvestasikan. Alat penilaian kinerja reksadana saham yang menilai kinerja atas dasar return dan resiko adalah Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen. Pengukuran dengan Metode Sharpe adalah didasarkan atas risk-premium (selisih antara pendapatan yang dihasilkan oleh reksadana dengan rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh investasi bebas resiko) dibandingkan terhadap standard deviasi (resiko total). Pengukuran ini akan menghasilkan besaran Indeks Sharpe dari masing-masing reksadana saham. Metode Treynor didasarkan atas riskpremium dibandingkan terhadap resiko pasar (Beta). Pengukuran ini akan menghasilkan besaran Indeks Treynor dari masing-masing reksadana saham. Pengukuran dengan Metode Jensen adalah pengukuran yang didasarkan pada konsep Security Market Line (SML). SML adalah garis pasar sekuritas yang merupakan garis yang menghubungkan portofolio pasar dengan investasi bebas resiko. Indeks Jensen adalah besar penyimpangan/perbedaan antar tingkat
Universitas Sumatera Utara
pengembalian suatu reksadana saham dengan tingkat pengembalian pada SML (Pratomo dan Nugraha, 2009:204-206). Penggunaan
Metode
Jensen
dapat
menimbulkan
masalah
yaitu
kemungkinan adanya perbedaan SML yang sebenarnya (teoritis) dengan SML empirik. Penelitian empirik terhadap SML umumnya menemukan fenomena adanya bias apabila dibandingkan dengan garis teoritisnya. Bias tersebut adalah terlalu tingginya intersep apabila dibandingkan dengan garis teoritisnya. Karena adanya bias tersebut, peneliti tidak menggunakan Metode Jensen dalam penilaian kinerja reksadana saham (Usman dan Ratnasari, 2004:171). Penilaian kinerja reksadana saham dengan metode Sharpe dan Treynor bersifat komplementer (saling melengkapi). Perbedaan peringkat pada kedua pengukuran diatas menunjukkan perbedaan baik buruknya diversifikasi portofolio tersebut relatif terhadap portofolio sejenis. Kedua pengukuran tersebut sebaiknya dilakukan bersama (Pratomo dan Nugraha, 2005: 196). Pengukuran kinerja reksadana saham memerlukan tolak ukur (benchmark). Tolak ukur kinerja reksadana adalah kinerja pasar saham yang disebut dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Perbandingan antara Indeks Sharpe dan Treynor reksadana saham dilakukan terhadap Indeks Sharpe dan Treynor IHSG. Reksadana saham yang memiliki indeks Sharpe dan Treynor lebih tinggi daripada indeks Sharpe dan Treynor IHSG merupakan reksadana yang layak untuk dipilih, karena reksadana saham tersebut dapat memperoleh return per unit risiko yang lebih besar dibanding dengan return per unit risiko pasar yang dicerminkan oleh IHSG. Pemilihan reksadana saham berdasarkan kinerjanya dilakukan berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
perbandingan Indeks Sharpe dan Treynor reksadana saham terhadap Indeks Sharpe dan Treynor IHSG (Usman dan Ratnasari, 2004:177) Peneliti mengambil judul penelitian berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas yaitu : “Analisis Perbedaan Kinerja Reksadana Saham Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Dengan Menggunakan Metode Sharpe Dan Treynor Di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah Permasalahan yang ingin diteliti berdasarkan latar belakang penelitian diatas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan kinerja reksadana saham terhadap IHSG dengan menggunakan metode Sharpe di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah terdapat perbedaan kinerja reksadana saham terhadap IHSG dengan menggunakan metode Treynor di Bursa Efek Indonesia?
C. Kerangka Konseptual Reksadana saham adalah salah satu bentuk dari reksadana dimana sebagian besar dana investor diinvestasikan pada portofolio saham, yaitu minimum alokasi 80% pada portofolio saham. Pendapatan (return) yang diperoleh dari berinvestasi pada reksadana saham adalah berdasarkan pergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit. Kinerja reksadana saham diukur dengan menggunakan Metode Sharpe dan Treynor. Pengukuran dengan Metode Sharpe
Universitas Sumatera Utara
dan Treynor dilakukan untuk memperoleh Indeks Sharpe dan Indeks Treynor reksadana saham (Usman Dan Ratnasari, 2004:171). Indeks Sharpe dan Indeks Treynor reksadana saham berguna untuk mengetahui reksadana saham yang paling baik kinerjanya bila dibandingkan denga kinerja pasar. Perbandingan antara reksadana saham terhadap IHSG dengan kedua metode pengukuran dilakukan untuk mengetahui apakah reksadana saham tersebut telah memiliki kinerja optimal (Fabozzi, 2000:799). Gambar 1.3 Bagan Kerangka Konseptual Penelitian
Kinerja Reksadana saham dengan Metode Sharpe dan Treynor
Kinerja IHSG dengan Metode Sharpe dan Treynor
Sumber : Usman dan Ratnasari, 2004 Fabozzi, 2000 (dimodifikasi pada tanggal 10 April 2009)
D. Hipotesis Hipotesis penelitian berdasarkan uraian diatas adalah : 1. Terdapat perbedaan kinerja Reksadana Saham terhadap IHSG dengan menggunakan Metode Sharpe di Bursa Efek Indonesia. 2. Terdapat perbedaan kinerja Reksadana Saham terhadap IHSG dengan menggunakan Metode Treynor di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kinerja antara reksadana saham terhadap IHSG di Indonesia dengan menggunakan Metode Sharpe dan Treynor dalam rangka pemilihan reksadana saham. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Masyarakat dan Investor Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat ataupun investor mengenai pengukuran kinerja reksadana saham dengan Metode Sharpe dan Treynor. b. Peneliti 1. Peneliti mengetahui perbedaan kinerja reksadana saham terhadap IHSG dengan Metode Sharpe dan Treynor untuk pemilihan reksadana yang layak diinvestasi. 2. Peneliti dapat menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan di bidang pengukuran kinerja reksadana saham terutama dengan Metode Sharpe dan Treynor. c. Peneliti lain Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi penelitian selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Batasan operasional penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Reksadana yang diteliti dan diukur adalah reksadana saham b. Metode yang digunakan dalam mengukur kinerja reksadana saham adalah Metode Sharpe dan Treynor c. Biaya transaksi atau biaya perdagangan yang meliputi biaya pembelian (entry fee) dan penjualan kembali (redemption fee) dianggap tidak ada atau diabaikan karena pengelola dana berbeda serta agar mencerminkan nilai teoritis dari harga pasar sekuritas d. Pembagian dividen dan capital gain dianggap tidak ada selama periode penelitian.
2. Defenisi Operasional Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Reksadana saham dengan menggunakan Metode Sharpe (Indeks Sharpe reksadana saham) b. Reksadana saham dengan menggunakan Metode Treynor (Indeks Treynor reksadana saham) c. Indeks Harga Saham Gabungan dengan menggunakan Metode Sharpe (Indeks Sharpe IHSG) d. Indeks Harga Saham Gabungan dengan menggunakan Metode Treynor (Indeks Treynor IHSG)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2 Operasionalisasi Variabel Variabel Konsep Variabel Reksadana saham dengan Selisih antara rata-rata menggunakan Metode return dengan risk free Sharpe (Indeks Sharpe return dibagi dengan reksadana saham) Standar Deviasi Reksadana saham dengan Selisih antara rata-rata menggunakan Metode return dengan risk free Treynor (Indeks Treynor return dibagi dengan reksadana saham) Beta IHSG dengan menggunakan Selisih antara rata-rata Metode Sharpe (Indeks return dengan risk free Sharpe IHSG) return dibagi dengan Standar Deviasi IHSG dengan menggunakan Selisih antara rata-rata Metode Treynor (Indeks return dengan risk free Treynor IHSG) return dibagi dengan Beta
Indikator - NAB/unit - SBI
Skala Rasio
- NAB/unit - SBI - IHSG
Rasio
- IHSG - SBI
Rasio
- SBI - IHSG
Rasio
Sumber : Dimodifikasi dari Pratomo dan Nugraha (2009), Usman dan Ratnasari (2004) pada tanggal 10 April 2009
3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2005:72). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh reksadana saham yang terdaftar di BAPEPAMLK, yaitu sebanyak 56 (lima puluh enam) reksadana saham. b. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampling yang digunakan adalah purpose sampling dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukkan dalam sampel dilakukan dengan
Universitas Sumatera Utara
sengaja, berdasarkan pertimbangan karena dalam pelaksanaannya digunakan pertimbangan tertentu ( Husein Umar, 2000:107). Pengambilan sampel reksadana dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: 1) Reksadana saham yang diteliti adalah reksadana saham dengan bentuk hukum reksadana Kontrak Investasi Kolektif (Reksadana KIK) yang masih aktif di BAPEPAMLK. 2) Reksadana saham yang memiliki data NAB per unit harian pada periode pengukuran antara tanggal 1 Januari 2006 sampai dengan 31 Desember 2008. Tabel 1.3 Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Penarikan Sampel Kriteria Sampel Jumlah Reksadana saham yang terdaftar di BAPEPAMLK Reksadana saham yang tidak aktif tetapi terdaftar di BAPEPAMLK Reksadana saham yang tidak memiliki data NAB per unit harian dari tanggal 1 Januari 2006 sampai dengan 31 Desember 2008 Jumlah Sampel
56 (1) (34)
21
Sumber : dimodifikasi dari www.bapepam-lk.go.id pada tanggal 11 April 2009
Berdasarkan karateristik penarikan sampel pada Tabel 1.3 , maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 21 reksadana saham. Adapun reksadana saham yang dijadikan sebagai sampel adalah pada Tabel 1.4 . Tabel 1.4 Sampel Reksadana Saham Yang Akan Diteliti No Reksadana Manajer Investasi 1 Reksadana Schroder Dana PT. Schroder Investment Management Istimewa Indonesia 2 Schroder Dana Prestasi Plus PT. Schroder Investment Management Indonesia
Universitas Sumatera Utara
No Reksadana 3 Fortis Equitas 4 FS Indoequity Sectoral Fund 5 FS Indoequity Dividend Yield Fund 6 Reksadana Dana Ekuitas Andalan 7
Bahana Dana Prima
8 9
Reksadana Reliance Equity Fund Reksadana Maestro Dinamis
10 11 12 13
Reksadana Dana Sentosa RD Saham BUMN Reksadana Nikko Saham Nusantara Danareksa Mawar
14 15 16
NAM INVESTASI AGRESIF Reksadana Platinum Saham Manulife Dana Saham
17
Phinisi Dana Saham
18 19 20 21
Panin Dana Maxima Rencana Cerdas BNI Reksadana Berkembang TRIM Kapital
Manajer Investasi PT. Fortis Investment PT. First State Investment Indonesia PT. First State Investment Indonesia PT. Bahana TWC Investment Management PT. Bahana TWC Investment Management PT. Reliance Asset Management PT. AXA Asset Management Indonesia PT. Equity Development Securities PT. JATIM Investment Management PT. Nikko Securities Indonesia PT. Danareksa Investment Management PT. Niaga Aset Manajemen PT. Platinum Asset Management PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia PT. PANIN Sekuritas PT. Ciptadana Aset Manajemen PT. BNI Securities PT. Trimegah Securities Tbk
Sumber : www.portalreksadana.com pada tanggal 9 Februari 2009
4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap data NAB per unit reksadana saham yang terdaftar di BAPEPAMLK (Badan Pengawas Modal dan Lembaga Keuangan) Departemen Keuangan. Penelitian dilakukan dari bulan Januari 2009 sampai dengan April 2009. 5. Jenis dan Sumber Data Data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
Universitas Sumatera Utara
langsung melalui media perantara (diperoleh data dicatat oleh pihak lain) seperti buku, majalah, internet yang dapat mendukung penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan (NAB/unit) reksadana saham antara 1 Januari 2006 sampai dengan 31 Desember 2008. 2) Suku Bunga Bank Indonesia antara 1 Januari 2006 sampai dengan 31 Desember 2008. 3) IHSG Bursa Efek Indonesia antara 1 Januari 2006 sampai dengan 31 Desember 2008. 6. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yaitu mencari data melalui catatan, buku, surat kabar, majalah dan publikasi di internet. 7. Metode Analisis Data Teknik analisis data bertujuan untuk membahas dan menjabarkan data yang diperoleh. Pengukuran indeks reksadana saham menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis dskriptif kuantitatif dilakukan dengan Metode Sharpe dan Treynor untuk mengetahui indeks reksadana saham. Pengukuran dibagi dalam periode tiap 1 (satu) tahunan selama 3 (tiga) tahun yaitu dari tanggal 01 Januari 2006 sampai dengan 31 Desember 2008, dengan sub periode harian artinya data yang dikumpulkan adalah data harian.
Universitas Sumatera Utara
a. Pengukuran Indeks Sharpe Reksadana Saham Pengukuran Indeks Sharpe dari reksadana saham diperoleh dengan cara membagi risk premium dengan standar deviasi tingkat pengembalian (return) reksadana saham. Risk premium diperoleh dengan cara mengurangkan return reksadana saham dengan investasi bebas risiko dalam hal ini digunakan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), sehingga Indeks Sharpe Reksadana Saham dapat diperoleh melalui rumus (Brandy, 2002: 6) :
RR - RSBI SR =
σ
Dimana : SR
= Indeks Sharpe Reksadana Saham
RR
= Rata-rata Return Reksadana Saham
RSBI
= Rata-rata tingkat suku bunga SBI
σ
= Standar Deviasi Return Reksadana Saham b.
Pengukuran Indeks Treynor Reksadana Saham Indeks Treynor reksadana saham merupakan hasil bagi antara risk
premium dengan beta (β) reksadana saham terhadap pasar dalam hal ini tolak ukur pasar reksadana saham adalah IHSG. Risk premium diperoleh dengan cara mengurangkan return reksadana saham dengan tingkat perolehan suku bunga SBI, sehingga Indeks Treynor Reksadana Saham dapat diperoleh melalui rumus (Brandy, 2002:6) : RR - RSBI TR =
β
Universitas Sumatera Utara
dimana : TR
= Indeks Treynor Reksadana Saham
RR
= Rata-rata Return Reksadana Saham
RSBI
= Rata-rata tingkat perolehan suku bunga SBI
β
= Beta Reksadana Saham terhadap IHSG c. Pengukuran Indeks Sharpe IHSG Indeks Sharpe pasar diperoleh dengan cara membagi risk premium dengan
standar deviasi dari tingkat pengembalian pasar (IHSG). Risk premium diperoleh dengan cara mengurangkan return IHSG dengan tingkat perolehan suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), sehingga indeks Sharpe IHSG dapat diperoleh melalui rumus (Pratomo dan Nugraha, 2005: 195) RP - RSBI SP = SDp Dimana : SP
= Indeks Sharpe IHSG
RP
= Rata-rata return IHSG
RSBI
= Rata-rata tingkat perolehan suku bunga SBI
SDP
= Standar Deviasi Return IHSG d. Pengukuran Indeks Treynor IHSG
Indeks Treynor pasar diperoleh dengan cara membagi risk premium dengan Beta (β) dari tingkat pengembalian IHSG. Nilai Beta (β) dari tingkat pengembalian adalah 1 (satu). Risk premium diperoleh dengan cara mengurangkan return IHSG dengan tingkat perolehan suku bunga SBI, sehingga Indeks Treynor pasar dapat diperoleh melalui rumus (Pratomo dan Nugraha, 2005: 196)
Universitas Sumatera Utara
RP - RSBI TP =
β
dimana : TP
= Indeks Treynor IHSG
RP
= Rata-rata Return IHSG
RSBI
= Rata-rata tingkat perolehan suku bunga SBI
β
= Beta tingkat pengembalian IHSG = 1 e.
Return Reksadana Saham Return reksadana saham adalah selisih antara NAB per unit hari tersebut
(NAB/unit t) dengan NAB per unit hari sebelumnya (NAB/unit NAB per unit hari sebelumnya (NAB/unit
t-1)
t-1),
dibagi dengan
atau dapat dirumuskan (Pratomo
dan Nugraha, 2009: 177) : NAB/unit t - NAB/unit t-1 RR = NAB/unit t-1 Dimana : RR
= Return Reksadana Saham
NAB/unit t
= Nilai Aktiva Bersih/unit hari tersebut
NAB/unit t-1 = Nilai Aktiva Bersih/unit hari sebelumnya Sedangkan rata-rata return reksadana saham adalah jumlah return reksadana saham pada satu periode dibagi dengan jumlah sub periode pada periode tersebut. f.
Rata-Rata Tingkat Perolehan SBI Rata-rata tingkat perolehan SBI merupakan rata-rata tingkat suku bunga
SBI yang berlaku pada periode tersebut.
Universitas Sumatera Utara
g.
Rata-Rata Tingkat Perolehan IHSG Tingkat perolehan pasar (IHSG) adalah selisih dari tingkat IHSG pada hari
t dikurang dengan IHSG pada hari t-1 dibagi dengan IHSG pada hari t-1, atau dapat dirumuskan sebagai berikut (Mohamad Samsul,2006:373) :
IHSG t - IHSG t-1 RP = IHSG t-1 Dimana : RP
= Return IHSG
IHSG t
= IHSG pada hari tersebut
IHSG t-1
= IHSG pada hari sebelumnya
Rata-rata tingkat perolehan IHSG adalah sejumlah tingkat perolehan IHSG pada periode tersebut dibagi dengan jumlah sub periode pada periode tersebut. h.
Standar Deviasi Reksadana Saham Standar deviasi reksadana saham diperoleh melalui rumus (Abdul Halim,
2005: 83) :
σ=
Σ(RR - RR)2 N
Dimana : RR
= Return Reksadana Saham
RR
= Rata-rata return reksadana saham
N
= Jumlah sub periode
Universitas Sumatera Utara
i.
Beta Reksadana Saham Beta (β) reksadana saham diperoleh melalui rumus (Abdul Halim, 2005:
68) : β=
N(ΣRPRR) – (ΣRP)(ΣRR) N(ΣRP2) – (ΣRP)2
Dimana : RP
= Tingkat perolehan pasar (IHSG)
RR
= Tingkat perolehan reksadana saham
N
= Jumlah sub periode j.
Pengujian Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Penelitian ini berguna untuk menguji apakah terdapat perbedaan antara kinerja reksadana saham terhadap IHSG dengan metode Sharpe dan Treynor, yang dirumuskan sebagai berikut : 1. Hipotesis 1 Ho : tidak terdapat perbedaan kinerja reksadana saham terhadap IHSG dengan menggunakan metode Sharpe. Ha : terdapat perbedaan kinerja reksadana saham terhadap IHSG dengan menggunakan metode Sharpe. 2. Hipotesis 2 Ho : tidak terdapat perbedaan kinerja reksadana saham terhadap IHSG dengan menggunakan metode Treynor.
Universitas Sumatera Utara
Ha : terdapat perbedaan kinerja reksadana saham terhadap IHSG dengan menggunakan metode Treynor. Derajat keyakinan yang digunakan adalah sebesar 95%. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji dua pihak (two-tailed test) untuk menguji perbandingan data rasio dengan menggunakan teknik statistik parametrik t-test untuk dua sampel yang berpasangan (paired sample t-test). (Sugiyono, 2005 :148) Ho diterima jika - t tabel < t hitung < t tabel Ho ditolak jika – t tabel > t hitung atau t tabel < t hitung
Universitas Sumatera Utara