BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu ciri manusia yang beradab, bila diukur dari segi artistik.1 Salah satu bentuk kesenian adalah seni musik. Musik tidak hanya sekedar hiburan, akan tetapi mempunyai gambaran aspek-aspek kehidupan seperti politik, sosial, sistem kepercayaan, dll. Situasi politik pada setiap periode di Indonesia, telah mempengaruhi musisi untuk melakukan kegiatan maupun menciptakan lagu sebagai bentuk respon sesuai dengan jiwa zamannya. Jenis-jenis musik yang berkembang di barat seperti pop dan rock n roll mulai masuk ke Indonesia pada periode pasca revolusi. Akan tetapi, Presiden Soekarno melarang jenis musik tersebut berkembang
di
Indonesia
dengan
mengeluarkan
Ketetapan
Presiden No 11/1963, yang bertujuan untuk mempertahankan cita-cita
revolusi
dan
nasionalisme.2
Peraturan
1Sumaryo
L.E, Komponis, Pemain Musik dan Publik, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1978), hlm. 32. 2Parenta
Wijaya, “Kehidupan Musik Keroncong Langgam Jawa di Surakarta, 1959-1994”. Skripsi S-1, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, 2008. Hlm. 111.
1
2
tersebutdirealisasikan
oleh
Angkatan
Kepolisian
Republik
Indonesia dengan merazia piringan hitam The Beatles, Rolling Stones
dan
The
Shadow3,
serta
memerintahkan
pedagang-
pedagang untuk menyerahkan piringan hitam musik Ngak Ngik Ngok lainnya hingga batas tanggal 22 Juli 1965.4 Orde
Baru
pemerintahan
menunjukkan
Soekarno.
sikap
Pemerintah
yang
berbeda
memberikan
dari
peluang
berkembangnya jenis musik barat dengan alasan kebebasan berekspresi. Akan tetapi, kebebasan yang ditawarkan tidak semata-mata bebas secara untuh, terdapat beberapa pembatasan yang diatur secara ketat oleh pemerintah. Periode ini dimulai setelah istimewa
DPR-Gotong di
menghasilkan mengangkat
Jakarta
Royong
dan
pada
tanggal
ketetapan Jenderal
No.
Soeharto
MPRS 1-12
melakukan Maret
1967
XXXIII/MPRS/1967, menjadi
3Ngak
sidang
Presiden
yang
dengan Republik
Ngik Ngok merupakan terminologi yang digunakan Soekarno untuk menyebutkan jenis-jenis musik yang diadobsi dari barat pada periode pemerenitahannya. Perkembangan musik tersebut di Indonesia dianggap sebagai salah satu bentuk imperalisme barat. Pada saat itu The Beatles, Rolling Stones dan The Shadow merupakan band yang sedang populer di dunia, Soekarno mengangap karya mereka sebagai musik Ngak Ngik Ngok yang tidak sesuai dengan adat ketimuran. 4Parenta
Wijaya, op.cit, hlm. 111.
3
Indonesia menggantikan Soekarno.5 Sementara itu, Orde Baru berakhir pada tanggal 21 Mei 1998 yang ditandai dengan pengumuman pengunduran diri dan penyerahan jabatan presiden dari Soeharto kepada B.J. Habibie. Selama periode Orde Baru berlangsung, pelaku seni yang mendukung kebijakan pemerintah lebih mendapatkan jaminan kebebasan dalam berkarya.6 Beberapa diantaranya merupakan pencipta lagu yang dimanfaatkan sebagai sarana sosialisasi program-program pemerintah. Contohnya adalah lagu-lagu yang berkembang di masyarakat untuk Keluarga Berencana, sebagai anjuran cukup mempunyai dua anak. Gerakan PKK (Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga),
gerakan
yang
bertujuan
untuk
membantu dan membina masyarakat di pedesaan melalui ibu rumah
tangga.
menyehatkan
Posyandu,
anak-anak
pos
pelayanan
Indonesia.
Koperasi,
terpadu
untuk
sarana
untuk
mengatur pola ekonomi mikro, bagi masyarakat terutama di desadesa dan mars untuk pemilu yang diciptakan oleh Mochtar Embut seperti berikut:
5Tuk
Setyohadi, Sejarah Perjalanan Bangsa Indonesia dari Masa ke Masa, (Jakarta: CV. Rajawali Corporation, 2002), hlm. 135. 6Lies
Trisna Susansti, “Politisasi Kesenian Rakyat: Tari Dolalak di Purworejo Pada Masa Orde Baru”. Skripsi S-1, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, 2006. Hlm. 66.
4
“Pemilihan umum telah memanggil kita Seluruh rakyat menyambut gembira Hak demokrasi Pancasila Hikmah Indonesia merdeka Pilihlah wakilmu yang dapat dipercaya Pengemban Ampera yang setia Di bawah Undang-Undang Dasar 45 Kita menuju ke pemilihan umum”.7 Selain sebagai sarana sosialisasi program pemerintah, musik juga digunakan untuk melakukan propaganda di dalam kegiatan politik. Penggunakan musik sebagai sarana propaganda semasa pemerintah Orde Baru merupakan korelasi antara politik yang kuat dan pesatnya perkembangan musik di Indonesia. Sebagai presiden, Soeharto sukses menentukan arah politik di Indonesia. Sehingga Soeharto selalu terpilih menjadi presiden di setiap pemilu dari tahun 1971-1997 atas kemenangan Golkar, partai pengusungnya. Sejalan dengan hal di atas, berbagai genre musik di Indonesia yang mengadobsi seni barat semakin mendapatkan tempat dan penggemar. Genre musik yang mengalami peningkatan jumlah rekaman dan penyeleggaraan konser diantaranya pop, rock dan country. Selain itu, jenis musik asli Indonesia dari hasil akulturasi dan asimilasi budaya, seperti keroncong dan dangdut juga mengalami hal yang sama. Dari berbagai jenis musik yang 7https://www.youtube.com/watch?v=N_NZERzg46g,
diunggah pada tanggal 8 Oktober 2013 dan diunduh 12 Maret 2015 pukul 15.40 WIB.
5
berkembang pada masa Orde Baru mampu melahirkan musisi populer Indonesia berdasarkan karya lagu yang diminati untuk diputar (biasanya di radio), jumlah penjualan kaset, kesuksesan konser dan jumlah penggemarnya.8 Salah satu eksistensi di dalam kegiatan politik adalah disertakannya hiburan musik untuk mendukung parpol peserta pemilu pada masa Orde Baru. Partai politik merupakan suatu kelompok yang terorganisasi dengan orientasi, nilai-nilai dan kesamaan
cita-cita
anggotanya
dengan
tujuan
memperoleh
kekuasaan politik serta merebut kedudukan politik dengan cara konstitusionil
atas
kebijaksanaan
mereka.9
Keberadaannya
sebagai sarana komunikasi politik, yakni menyampaikan pendapat dan
aspirasi
rakyat
yang
dikemas
sedemikian
rupa
yang
mengalami proses penggabungan kepentingan hingga perumusan kepentingan. Pada setiap pemilu, partai politik adalah peserta yang memperebutkan posisi sebagai bagian dari penyelanggara
8Foucault,
Michael, Archaeology of Knowledge dalam Irfan Rizky Darajat, “Membaca Kuasa Dalam Kata dan Nada (Analisis Wacana Musik dan Identitas dan Karakter Bangsa Indonesia Melalui Karya Musik Sujiwo Tedjo)”, Skripsi S-1, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada, 2012. Hlm. 12-13. 9Ibid.,
hlm. 163.
6
Negara untuk periode selanjutnya. Hasil tersebut ditentukan oleh jumlah suara pilihan rakyat. Pemilu pertama Orde Baru dilaksanakan pada tahun 1971. Pemilu tersebut juga menandai dimulainya kehadiran musikmusik populer di dalam kampanye partai politik. Setiap musisi yang terlibat di dalamnya mempunyai tujuan masing-masing. Contohnya adalah Muchin Alatas dan Titiek Sandhora, keduanya menjadi penyanyi pengisi untuk kampanye partai Golkar pada tanggal 5 April 1977.10 Tindakan tersebut didasari atas argumen, bahwa Golkar merupakan pendukung pemerintahan Orde Baru yang lebih memperhatikan nasib profesi mereka. B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diringkas pokok permasalahan sebagai landasan penelitian dengan tema sejarah seni dan politik. Penelitian ini akan membahas bagaimana musik membentuk relasi politik dengan partai-partai peserta pemilu pada periode Orde Baru. Dari permasalahan pokok tersebut maka dapat dijelaskan kedalam beberapa pertanyaan penelitian. a. Bagaimana perkembangan musik pada periode Orde Baru? 10“Kenapa
Saya Memilih Golkar”, Suara Karya, Tahun VII/1832, 1 April 1977, hlm 1.
7
b. Mengapa Orde Baru membutuhkan propaganda musik dalam politik? c. Apa yang melatarbelakangi musisi untuk berpartisipasi di dalamnya? d. Bagaimana reaksi penggemar terhadap musisi yang mendukung kegiatan politik pada masa Orde Baru? Agar penelitian ini tidak mengarah pada temporal dan spasial yang lebih luas, maka telah ditentukan kegiatan musisi di dalam kampanye pemilu-pemilu Orde Baru pada tahun 19711997.
Tahun
1971
merupakan
pemilu
pertama
yang
diselengarakan pada periode Orde baru. Pada saat itu juga, musik yang sedang populer di Indonesia mulai menghiasi panggungpanggung kampanye. Persaingan terakhir partai politik pada masa Orde Baru terjadi saat pemilu 1997, sebelum lengsernya presiden Soeharto di tahun 1998 yang menandai bergantinya rezim Orde Baru menjadi reformasi. C. Tujuan Penelitian Tujuan
penelitian
ini
untuk
menjelaskan
adanya
kepentingan musisi terhadap situasi dan kondisi politik pada periode
Orde
Baru.
Secara
umum,
mendengarkan
dan
menyanyikan lagu hanya mempelajari notasi dan menghafalkan liriknya saja. Maka penulisan skripsi ini mempunyai harapan,
8
apabila
lagu-lagu
kreasi
musisi
di
dalam
kampanye
Orba
dinyanyikan kembali dapat ditelaah menjadi ilmu pengetahuan mengenai pesan dan tujuan penciptaannya. Ide tersebut muncul dari berbagai literatur yang menjelaskan mengenai berbagai macam perspektif mengenai gambaran politik pada masa Orde Baru. D. Tinjauan Pustaka Tesis dari Ardhana Ulfa Azis yang berjudul Artis dalam Dunia Politik: Studi Faktor-Faktor Keterlibatan Artis dalam Partai Politik. Tesis tersebut membahas artis-artis yang berkegiatan di dalam partai politik pasca Orde Baru. Akan tetapi pada salah satu sub-bab penulisannya dalam bab dua, telah membahas korelasi artis
dan
partai
politik
masa
Orde
baru.
Penulis
sedikit
memberikan gambaran eksistensi artis Nasional yang aktif di dalam partai politik pada masa itu. Diantaranya Rano Karno di kubu
Golkar
dan
Shopan
Shopiaan
berada
dalam
Partai
Demokrasi Pancasila (PDI). Keduanya pernah duduk di parlemen pemerintahan.
Informasi
yang
didapat
lebih
menjelaskan
keberadaan artis film dan penjelasannya juga singkat, karena periode tersebut bukan fokus di dalam penelitian tesis penulis. Akan tetapi tema dan metode penulisannya dapat dijadikan acuhan dalam penulisan penelitian skripsi ini.
9
Buku Rhoma Irama Politik Dakwah Dalam Nada tulisan Moh. Shofan. Buku tersebut merupakan sebuah biografi dari Rhoma Irama. Penulis membahas perjalanan tokoh dalam perjuangan bermusik bersama Soneta yang dibentuk pada tanggal 11 Desember 1970 hingga dinobatkan menjadi raja dangdut, serta kiprahnya dalam dunia politik di Indonesia. Isi dalam buku tersebut sangat penting dikaji untuk penulisan skripsi ini. Karena penjelasan
mengenai
pengalaman
berpolitik
Rhoma
Irama
bersama partai PPP dalam pemilu 1977 & 1982, hingga menjadi anggota DPR RI pada tahun 1997 bersama partai Golkar dibahas oleh penulis. Buku tersebut dapat dijadikan sebagai sumber sekunder dalam penulisan skripsi ini. Namun perlu dilakukan analisis
dengan
sumber
pembanding
yang
lain
untuk
mendapatkan keabsahannya. Buku dari R. William Lidlle dengan judul Pemilu-Pemilu Orde Baru Pasang Surut Kekuasaan Politik merupakan salah satu tulisan
yang
dapat
peristiwa-peristiwa
digunakan
pemilu
pada
sebagai masa
tinjauan Orde
mengenai
Baru.
Penulis
memberikan pandangan bahwa hasil dari pemilu-pemilu Orde Baru tidak dapat digunakan sebagai pengukur kehendak politik rakyat. Hasil pemilihan yang terjadi mendapatkan kontrol yang ketat dari rancangan pemerintahan dengan dukungan Angkatan
10
Bersenjata melalui partai Golkar. Dalam perspektif pemerintah, kemenangan partai Golkar dapat meneruskan kinerja yang telah dibangun sebelumnya. Keberadaan partai-partai politik lainnya dianggap sebagai penghambat dalam pelaksanaan pembangunan, mereka beroposisi demi keuntungan golongan, kurang peduli terhadap kemajuan negara dan keperluan rakyat.11 Penulisan penilitian ini juga memerlukan tinjauan mengenai karya tulis yang membahas mengenai sosok pemimpin negara pada masa Orde Baru dari berbagai sudut pandang. Hal tersebut terdapat di dalam buku Soeharto Dimata Kawan dan Lawan. Terdapat kutipan-kutipan dari tokoh-tokoh yang mendukung dan menentang tersebut.
kebijakan Mereka
pemerintahan
adalah
Soeharto
orang-orang
yang
dalam
buku
berjasa
atas
golongannya masing-masing pada masa Orde Baru. Dari tulisan buku tersebut, dapat dianalisis keberadaan dan tujuan golongan yang berpolitik pada masa itu. Terdapat beberapa karya tulisan dengan tema seni dan politik pada periode revolusi. Kajiannya merupakan referensi musisi
dan
karyanya
yang
dimanfaatkan
sebagai
media
propaganda serta sarana komunikasi politik. Salah satunya buku
11Liddle,
R. William, Pemilu-Pemilu Orde Baru Pasang Surut Kekuasaan Politik, (Jakarta: LP3ES, 1992), hlm. 5.
11
Musik Revolusi Indonesia oleh Wisnu Mintargo. Buku tersebut membahas
fungsi
dan
propaganda
lagu
kebangsaan
dan
perjuangan dari awal pembentukan nasionalisme di Indonesia hingga masa revolusi. Penulis membahas empat lagu populer dalam proses perjuangan kemerdekaan Indonesia. Diantaranya Indonesia Raya, Maju Tak Gentar, Bagimu Negri dan Halo-halo Bandung. Lagu-lagu tersebut bernuansa politik sesuai dengan zamannya. E. Metode dan Sumber Menurut G.J. Garraghan, metode sejarah adalah sebuah struktur sistematis tentang prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang didesain untuk membantu secara efektif dalam mencari sumber-sumber
material
sejarah,
menilai
secara
kritis
dan
menyajikan sebuah sintesis (umumnya dalam bentuk tertulis) dari hasil pencarian yang telah didapatkan.12 Seperti yang dijelaskan di dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah, dengan melakukan lima tahap
diantaranya;
pemilihan
topik,
pengumpulan
sumber,
verifikasi, interpretasi dan penulisan. Referensi buku-buku, skripsi, tesis dan desertasi diakses di Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UGM, Unit Perpustakaan Terpadu UGM, Perpustakaan Institut Seni Indonesia di Surakarta, 12G.J.
Garraghan, A Guide to Historical Method, (New York: Fordham University Press, 1957), hlm. 33.
12
Perpustakaan Universitas Indonesia di Depok Jawa Barat dan Perpustakaan Nasional di Jakarta. Kemudian sumber-sumber berupa artikel, arsip, foto, koran dan majalah didapat dari Arsip Daerah Yogyakarta (Librari center) dan ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia). Yang terakhir adalah sumber lisan melalui wawancara kepada tokoh-tokoh pelaku atau saksi sejarah sebagai pelengkap dan pembanding sumber tulisan. Setelah referensi dan data-data sudah terkumpul, maka akan dilakukan proses verifikasi dan interpretasi. Data satu dengan data yang lainnya saling dikaitkan, serta membandingkan referensi satu dengan referensi yang lainnya untuk menciptakan fakta sejarah. Pada akhir proses penilitian ini akan diakukan penulisan dengan tujuan untuk membuat karya ilmiah (skripsi) sebagai syarat kelulusan program studi S-1. F. Sistematika Penulisan Bab II penulisan ini akan diawali dengan gambaran umum mengenai korelasi perkembangan musik dengan politik dari periode
pergerakan
nasional
hingga
pemerintahan
Soekarno
secara kronologi. Kemudian juga menjelaskan perkembangan industri musik Indonesia sebagai sarana berkembangnya berbagai jenis musik di Indonesia, serta populernya musisi dan penyanyi dimasyarakat. Serta gambaran mengenai situasi politik yang
13
dibangun pemerintah dan hegemoni Golkar di dalam pemilupemilu Orde Baru. Kemudian Bab III akan membahas penelitian yang membahas telah dilakukan. Yakni, keberadaan musik, musisi dan penyanyi yang dimanfaatkan sebagai propaganda politik pada awal periode Orde Baru sampai kampanye pemilu 1971 di dalam kegiatan kampanye Golkar. Setelah itu penulisan dilanjutkan ke Bab IV dengan membahas keterlibatan dan persaingan hiburan musik populer yang mendukung kampanyekampanye Golkar, PPP & PDI dalam pemilu 1977-1997. Bab tersebut diharapkan dapat memberikan wawasan bagi pembaca mengenai dinamika peran musik di setiap kampanye, serta kepentingan-kepentingan
antara
partai
dengan
musisi
dan
penyanyi di Indonesia pada periode Orde Baru. Bab V atau bab terakhir akan meringkas dari hasil penelitian sebagai kesimpulan yang sudah dituliskan pada bab sebelumnya.