1
BAB I PENGANTAR
1.1 Latar Belakang Sumber daya alam minyak dan gas bumi (MIGAS) adalah sumber daya tidak terbarukan (unrenewable resources), dalam pengelolaannya dibutuhkan kehati-hatian dan ketelitian agar dapat bermanfaat secara adil kepada semua pihak, Pengelolaan sumber daya alam merupakan suatu hal yang sangat penting dibicarakan dan dikaji dalam kerangka pelaksanaan pembangunan nasional. Dengan potensi sumber daya alam yang berlimpah sesungguhnya dapat melaksanakan proses pembangunan bangsa ini secara berkelanjutan tanpa harus dibayangi rasa cemas dan takut akan kekurangan modal bagi pelaksanaan pembangunan tersebut. Pemanfaatan secara optimal kekayaan sumber daya alam ini akan mampu membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh bangsa Indonesia. Namun demikian tanpa perencanaan yang baik bukannya mendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan, namun sebaliknya akan mendatangkan malapetaka yang tidak terhindarkan. Konsekuensi dari sebuah pembangunan
dapat membawa dampak terhadap
lingkungan baik dampak positif maupun negatif. Semua manusia berkeinginan bahwa sebuah kegiatan (usaha) atau pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengelola dampak negatif dengan sebaik-baiknya, sehingga kehadiran usaha atau pembangunan tersebut dapat berhasil guna bagi semua mahluk hidup (manusia, flora dan fauna, air, tanah dan ekosistem lainnya). Kondisi riil di
2
lapangan menunjukkan bahwa pengelolaan pertambangan menyebabkan semakin luas dan semakin dalam pencapaian lapisan bumi jauh di bawah permukaan tanah sehingga membawa dampak terhadap pencemaran air permukaan dan air tanah. Kegiatan industri minyak dan gas bumi umumnya menimbulkan dampak pada lingkungan. Baik pada proses produksi, pengolahan minyak bumi, penyimpanan maupun industri yang menggunakan minyak bumi akan dihasilkan bahan-bahan yang merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan (Keputusan Menteri lingkungan Hidup Nomor 128 tahun 2003) tentang tata cara persyaratan teknis pengolahan limbah minyak bumi dan tanah terkontaminasi oleh minyak bumi secara biologis. Bahan-bahan pencemar ini pada akhirnya akan masuk kedalam lingkungan sehingga jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah pada lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam banyak diwarnai oleh paradigma yang menilai sumber daya alam sebagai sumber pendapatan ketimbang modal. Paradigma tersebut telah berakar jauh sebelum terjadinya revolusi industri sebagai manifestasi dari hasrat manusia untuk menguasai alam yang seharusnya saling membutuhkan untuk menuju keseimbangan kualitas hidup yang lebih tinggi. Sebaliknya usaha pertambangan merupakan industri dasar yang menopang peradaban modern seperti gedung gedung tinggi, kendaraan, pesawat terbang dan peralatan yang dibutuhkan manusia seharihari, tidak mungkin akan dapat diciptakan tanpa menggunakan logam dan mineral. Usaha pertambangan sumber daya alam diharapkan mampu membangun peradaban yang mampu memenuhi ketentuan-ketentuan, kriteria, kaidah dan normanorma yang tepat sehingga pemanfaatan sumber daya alam pertambangan dapat
3
memberikan manfaat yang optimal dan dampak seminimal mungkin, walaupaun dalam pelaksanaanya sering menimbulkan konflik sosial pada berbagai wilayah industri pertambangan, memberikan kesadaran terutama kepada pemerintah dan industri pertambangan akan perlunya menciptakan hubungan baik antar masyarakat. Maraknya tuntutan terhadap usaha pertambangan dengan berbagai aksi dari berbagai kelompok masyarakat antara lain disebabkan oleh dua hal yaitu: manfaat usaha pertambangan tidak langsung dirasakan oleh masyarakat dan kurangnya pemahaman terhadap karakteristik dan hakikat usaha pertambangan tersebut. Dampak merupakan suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas. Aktivitas ini dapat bersifat alamiah, baik secara fisik, kimia maupun biologi (Soemarwoto, 2005). Usaha atau kegiatan pertambangan merupakan suatu eksploitasi sumber daya alam yang tak terbarukan. Kegiatan ini berpotensi mengakibatkan perubahan bentuk lahan dan bentang alam, terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sehingga akan terjadi kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya. Selain itu dengan adanya lahan pekerjaan baru dan datangnya pekerja dari luar daerah tersebut akan mempengaruhi lingkungan sosial dan budaya lokal di sekitar kegiatan (Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang AMDAL). Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dampak lingkungan didefinisikan sebagai suatu perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu dan atau kegiatan. Sementara itu, Soemarwoto (2005) mendefinisikan dampak sebagai suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas di mana aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik
4
kimia, fisik, dan biologi. Lebih lanjut didefinisikan dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi lingkungan sebelum ada pembangunan dan yang diperkirakan akan ada setelah ada pembangunan. Pembangunan yang dimaksud termasuk kegiatan penambangan Migas yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Keberadaan ladang minyak di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur berawal dari ditemukannya sumur minyak oleh Adrian Stoop, seorang sarjana pertambangan lulusan Sekolah Tinggi Teknik Delft Belanda pada tahun 1893 di Ledok, Desa Wonocolo Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro yang berbatasan dengan Cepu, Jawa Tengah kemudian di daerah itu dikenal dengan sebutan Blok Cepu. Blok Cepu yang 90 persen wilayah operasionalnya masuk di Kabupaten Bojonegoro, menyimpan kekayaan minyak yang melimpah, dari sekitar 40 sumur yang dikerjakan PT ExxonMobil melalui anak perusahaannya, PT Mobil Cepu Limited (MCL) dan Pertamina diperkirakan mengandung 600 juta barel minyak dan gas 1,7 triliun hingga 2 triliun kaki kubik, di lapangan diperkirakan Blok Cepu menyimpan kandungan minyak 250 juta barel dan pada kondisi puncak akan mampu memproduksi minyak 165.000 barel per hari atau jika dijumlah dengan yang diproduksi oleh PT Joint Operating Body Pertamina- Petrochina East Java (JOB P-PEJ) bisa setara dengan 20 persen produksi minyak Indonesia saat ini (Tabloid Blok Bojonegoro, 2011). Salah satu faktor yang mendorong peningkatan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Bojonegoro melalui bentuk pengelolaan sumber daya alam yang tepat, merupakan bagian dari ketahanan wilayah. Hal tersebut dapat mempertahankan
5
stabilitas ketahanan wilayah di bidang ekonomi dan moneter di daerah sehingga mampu mendorong perekonomian secara berarti. Faktor yang mendorong penduduk untuk menetap di suatu wilayah terutama daya tarik aktifitas perekonomiannya. Dengan adanya aktifitas ekonomi maka penduduk dapat memperoleh pekerjaannya sesuai bidang keahliannya. Perusahaan pertambangan tersebut dalam kinerjanya apabila dikaji dari kontribusinya terhadap Kabupaten Bojonegoro yang seharusnya ada peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat setempat, demikian halnya dengan pengelolaan sumber daya alam Migas ini apabila terjadi kesenjangan maka akan menimbulkan kecemburuan sosial yang dapat mengakibatkan konflik sehingga ketahanan wilayah pada daerah Bojonegoro akan terganggu.
1.2.Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas terdapat persoalan pokok yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini, yakni: 1.
Bagaimana Kondisi Eksisting Pengelolaan Migas di Kabupaten Bojonegoro?
2.
Bagaimana Dampak Pengelolaan Migas terhadap Pembangunan Daerah Kabupaten Bojonegoro?
3.
Bagaimana implikasi pengelolaan Migas di Kabupaten Bojonegoro terhadap ketahanan wilayah?
6
1.3.Tujuan Penelitian Sebagaimana rumusan masalah yang diajukan diatas maka tujuan penelitian ini menjawab ketiga rumusan masalah yang telah diajukan. Tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1.
Menganalisis kondisi eksisting pengelolaan Migas di Kabupaten Bojonegoro. Tahap ini merupakan tahap untuk mengetahui kondisi pengelolaan Migas sesuai dengan
peraturan
pemerintah
maupun
Pemerintah
Daerah
Kabupaten
Bojonegoro. 2.
Menganalisis dampak pengelolaan Migas terhadap pembangunan daerah di Kabupaten Bojonegoro. Tahap ini untuk mengetahui dampak pengelolaan Migas mengakibatkan dampak baik positif maupun negatif terhadap pembangunan daerah Kabupaten Bojonegoro.
3.
Menganalisis implikasi pengelolaan Migas di Kabupaten Bojonegoro terhadap Ketahanan
Wilayah.
Pengelolaan
Migas
memiliki
dampak
terhadap
pembangunan daerah setempat secara langsung atau tidak akan membawa implikasi bagi ketahanan wilayah tersebut yang merupakan kunci pokok bagi pelaksanaan ketahanan nasional.
1.4.Manfaat Penelitian 1.
Bagi Ilmu pengetahuan , penelitian ini dapat diharapkan dapat bermanfaat bagi studi-studi bidang sosial khususnya yang berkaitan dengan dengan dampak pengelolaan Sumber Daya Alam Migas sehingga dapat membuka pikiran semua
7
pihak untuk lebih memperhatikan hal tersebut guna terlaksananya pembangunan daerah. 2.
Bagi pemerintah daerah hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dan lembaga serta instansi yang terkait di bidang pengelolaan Sumber Daya Alam khususnya Migas dalam menentukan kebijakan atau strategi yang tepat dalam rangka mendukung terciptanya Ketahanan Wilayah.
3.
Bagi masyarakat Kabupaten Bojonegoro khususnya dan masyarakat luas pada umumnya dalam pengelolaan sumber daya alam demi kelangsungan pembangunan daerah dan pembangunan Bangsa pada umumnya, selain merupakan bahan masukan atau sumber informasi untuk pmbangunan bangsa di segala bidang khususnya di bidang ketahanan wilayah yang merupakan bagian dari ketahanan nasional.
1.5
Keaslian Penelitian
Tema Dampak Pengelolaan Migas dan
pembangunan daerah terhadap
ketahanan wilayah merupakan tema yang menarik yang sepengetahuan peneliti belum pernah dijadikan obyek kajian oleh penelitian sebelumnya, terlebih yang menjadikan Kabupaten Bojonegoro sebagai lokasi penelitian. Hal ini berdasarkan hasil penelusuran peneliti baik di program S2 Ketahanan Nasional maupun Perpustakaan Pusat Sekolah Pascasarjana UGM Yogyakarta.
8
Sejauh ini, Peneliti menemukan beberapa hasil penelitian terdahulu yang menjadi inspirasi dalam mencari obyek penelitian yang lain. Tesis dari La Idi (2009) yang berjudul Kontribusi Perusahaan Pertambangan PT. Nusa Halmahera Minerals Terhadap Ketahanan Wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kontribusi Perusahaan Pertambangan PT. Nusa Halmahera Minerals (NHM) terhadap ketahanan wilayah di Kabupaten Halmahera Utara. Hasil penelitian tersebut yaitu Pengaruh keberadaan PT. Nusa Halmahera Minerals (NHM) terhadap kehidupan masyarakat di Kabupaten Halmahera menggunakan metode deskriptif kualitatif. Tesis hasil karya Punjung Triyogatama (2010) yang berjudul Sikap Masyarakat terhadap Pengelolaan Lingkungan dan Implikasinya dalam Ketahanan Sumber Kekayaan Alam Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan dan implikasinya pada ketahanan sumber kekayaan alam. Hasil penelitian ini adalah adanya sikap positif masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan serta kepedulian masyarakat terhadap sumber kekayaan alam di Kabupaten Cilacap. Tesis hasil karya Agung Prapsetyo (2012) yang berjudul Strategi Pembangunan Infrastruktur Dalam Rangka Memperkuat Ketahanan Wilayah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembangunan infrastruktur dan implikasinya terhadap Ketahanan wilayah. Hasil penelitian ini adalah adanya strategi kebijakan pembangunan daerah di Kabupaten Cilacap dengan menggunakan metode deskriftif kuantitatif. Selain itu Tesis hasil karya Mohammad Wachju Rijanto (2011). yang berjudul: Peran Pemda dan Masyarakat dalam Pengembangan Energi Alternatif Terbarukan
9
Untuk Mendukung Ketahanan Energi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumedang dalam pengembangan energi alternatif, hasil dari penelitian ini adalah upaya pengembangan energi alternatif yang dilakukan pemerintah dengan merumuskan kebijakan publik dalam UU No 30 tahun 2007 tentang Energi. Terdapat perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian ini mengenai Dampak pengelolaan Sumber Daya Alam Migas terhadap pembangunan daerah dan implikasinya pada ketahanan wilayah (studi di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur). Ruang lingkup penelitian ini terbatas kepada lingkup lokasi Pengelolaan sumber daya alam Migas yang memiliki dampak terhadap pembangunan daerah setempat kemudian dikorelasikan dengan implikasinya pada ketahanan wilayah.