BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Gas alam merupakan salah satu dari sekian banyak sumber daya energi yang ada di bumi. Gas alam adalah salah satu hasil tambang dalam bentuk gas yang terdiri dari metana (CH4). Metana adalah salah satu komponen utama yang terkandung di dalam gas alam. Gas alam telah menjadi sumber energi bagi masyarakat di seluruh dunia untuk berbagai keperluan, baik untuk komersial maupun non-komersial.1 Semakin meningkatnya penduduk dalam suatu negara, penggunaan gas alam pun akan semakin meningkat. Masyarakat memilih untuk menggunakan gas alam karena ramah lingkungan, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak beracun. Terdapat tiga manfaat yang dapat ditemukan dari gas alam, yaitu:2 1. Bahan bakar Gas alam dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, baik itu bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap maupun Gas,
1 2
http://www.indoenergi.com/2012/04/jenis-jenis-energi-gas-alam.html http://manfaat.co.id/15-manfaat-gas-alam-untuk-manusia-dan-kehidupan
1
industri, kendaraan bermotor, dan kebutuhan untuk kehidupan setiap hari (LPG). 2. Bahan baku Gas alam dapat digunakan sebagai bahan baku seperti bahan baku pabrik pupuk, petrokimia, metanol, bahan baku plastik Low Density Polyethylene (LLDPE), High Density Polyethylen (HDPE), Poly Ethylene (PE), dan Poly Vinyl Chloride (PVC). 3. Komoditas energi eksport Pada umumnya, gas alam yang sering digunakan untuk komoditas ekspor di dunia adalah LNG (Liquid Natural Gas). Isi pada LNG sebesar ± 1/640 dari gas alam pada suhu dan tekanan standar. Hal tersebut membuat LNG lebih hemat untuk dikirimkan dengan jarak yang jauh di mana tidak terdapat pipa. Salah satu gas alam yang paling sering digunakan adalah elpiji atau LPG (Liquified Petroleum Gas). Pengertian LPG secara harafiah adalah gas bumi yang dicairkan. LPG adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang terdapat di dalam gas alam. Volume LPG dalam bentuk cair atau liquid akan lebih kecil dibandingkan volume LPG dalam bentuk gas, dengan jumlah berat yang sama. Oleh sebab itu, di Indonesia LPG dipasarkan dalam bentuk cair yang dikemas dalam tabung-tabung logam bertekanan. Jumlah isi yang terdapat di dalam tabung LPG hanya sekitar ± 80-85% dari kapasitas tabung tersebut. Hal itu merupakan salah satu antipasi dari kemungkinan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion)
2
dari cairan yang dikandungnya. Rasio volume gas dalam bentuk cair (liquid) akan bervariasi jika menguap, tergantung pada komposisi, tekanan dan temperatur. Akan tetapi, umumnya sekitar 250:1.3 Sifat pada LPG adalah cairan dan gasnya yang sangat mudah terbakar, gas tidak beracun, tidak berwarna dan berbau menyengat, cairan dapat menguap dengan cepat jika terkena udara, gas dikemasan sebagai cairan bertekanan di dalam tangki atau silinder dan gas ini mempunyai berat yang lebih berat jika dibandingkan dengan udara sehingga LPG akan banyak menempati daerah yang rendah. Dengan kemudahan yang kita dapatkan dari LPG, ternyata LPG pun mempunyai risiko yang terkandung di dalamnya. Salah satu risikonya adalah terdapat kebocoran pada tabung atau instalasi gas sehingga akan sangat rawan terhadap kebakaran jika terdapat percikan api yang mengenai kebocoran tersebut. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya energi. Energi yang ada di Indonesia tidak cukup merata untuk penyebarannya. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penggunaan energi. Indonesia menjadi salah satu dari sekian banyak negara di mana masyarakatnya banyak memanfaatkan gas alam untuk menjadi sumber energi baik di dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya, banyak masyarakat Indonesia yang terbilang kurang mampu dalam segi ekonomi lebih memilih untuk menggunakan minyak tanah untuk menunjang kehidupan mereka setiap harinya. Akan tetapi,
3
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/12/01/102616526/Apa.bedanya.LPG.LNG. dan.CNG
3
keadaan alam tidak mendukung, stok minyak tanah di Indonesia terbilang sangat langkah bahkan hampir punah. Pemerintah pun tidak tinggal diam melihat
masyarakatnya
yang
mulai
mengalami
kesulitan
dalam
mendapatkan bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga. Pemerintah mengajak masyarakat Indonesia untuk konversi dari bahan bakar minyak tanah ke bahan bakar gas. Hingga saat ini bahan bakar gas yang biasa kita sebut dengan elpiji atau LPG ini telah menjadi suatu kebutuhan. Tidak hanya itu alasan pemerintah menggunakan elpiji sebagai suatu solusi alternatif dibandingkan dengan arang, alkohol, minyak tanah dan briket batu bara. Alasan utama pemerintah adalah karena dari sisi daya pemanasan yang dihasilkan dalam suatu pembakaran, elpiji jauh lebih baik daripada bahan bakar lainnya. Daya pemanasan yang dihasilkan oleh elpiji sebesar 11255 kcal/kg dan arang sebesar 8000 kcal/kg. Selain itu, elpiji lebih cepat menyala, efisien, praktis dan tidak mengganggu kesehatan manusia sehingga tidak membutuhkan cerobong untuk membuang emisi.4 PT Pertamina (Persero) Tbk. sebagai satu-satunya dari sekian banyak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. Visi Pertamina adalah menjadikan Pertamina sebagai perusahaan energi nasional kelas dunia. Misi yang dimiliki Pertamina adalah menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat. Pertamina telah berdiri 4 http://esdm.go.id/berita/56-artikel/4011-konversi-minyak-tanah-ke-lpg-menggerakkan-perekonomian-
menghemat-energi.html?tmpl=component&print=1&page=
4
sejak tahun 1957 dan saat ini sudah berubah status hukumnya menjadi Perusahaan Perseroan Terbatas (Persero). 5 Pertamina menghasilkan beberapa produk yang diantaranya terdapat elpiji. Elpiji yang disediakan oleh Pertamina terdapat beberapa jenis, yaitu 3kg, 12 kg, 15 kg dan 50 kg. Elpiji 12 kg dan 15 kg biasa digunakan oleh kebutuhan rumah tangga atau own use. Sedangkan untuk elpiji 50 kg sering kali digunakan untuk kebutuhan industri. Elpiji 3 kg adalah elpiji bersubsidi yang memang ditujukan untuk masyarakat kurang mampu. Kenaikan harga terakhir terjadi pada 10 September 2014 mengenai harga LPG non subsidi 12 kg. Untuk menaikkan harga LPG 12 kg, Pertamina memutuskan untuk menaikkan harga secara bertahap yang mulai disusun pada Januari 2014. Menurut Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budyo, gas LPG 12 kg tidak memperoleh subsidi. Selain itu, dengan menaikkan harga LPG 12 kg, maka BUMN migas tersebut akan dapat memperbaiki pelayanan kepada masyarakat.6 Menurut Pertamina yang dilansir oleh beberapa media, harga elpiji yang dijual saat ini masih jauh di bawah harga keekonomian dan sudah jadi suatu kewajiban untuk menjual gas elpiji berdasarkan harga keenomian. Berdasarkan harga acuan CP Aramco, di mana acuan harga LPG yang digunakan produsen di seluruh dunia, rata-rata harga secara tahun per tahun mulai dari bulan Juni 2014 adalah 891,78 dollar AS per 5
http://www.pertamina.com/company-profile/visi-dan-misi/ http://bisniskeungan.kompas.com/read/2014/09/10/134017326/Ini.Alasan.Pertamina.Menaikkan. Harga.Elpiji.12.kg 6
5
metrik ton pada kurs Rp 11.453 per dollar AS. Jika ditambah dengan komponen biaya, maka harga keekonomian LPG 12 kg seharusnya Rp 15.110 per kg atau Rp 181.400 per tabung. Pertamina akan mempertimbangkan daya beli masyarakat dan pemerintah terkait dengan kenaikan harga. Kenaikan harga tersebut pun tidak secara langsung melainkan secara bertahap. Kenaikan akan dilakukan setiap enam bulan dan pada awal 2016 diharapkan sudah ada di harga keekonomian. 7 Dalam press release yang dipublikasikan oleh Pertamina, Pertamina menjelaskan bahwa PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menaikkan harga Elpiji non subsidi kemasan 12 kg menyusul tingginya harga LPG di pasar Internasional dan turunnya nilai tukar Rupiah yang menyebabkan beban kerugian perusahaan semakin tinggi. Kebijakan korporasi ini ditetapkan setelah mendengarkan masukan Pemerintah dalam rapat koordinasi di Kementerian Perekonomian tanggal 8 September 2014, sehingga Pertamina dapat menyesuaikan harga sesuai dengan Permen ESDM No. 26 tahun 2009 tentang Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas. Dengan kenaikan ini, harga jual rata-rata Elpiji 12 kg nett dari Pertamina menjadi Rp 7.569 per kg dari sebelumnya Rp 6.069 per kg. apabila ditambahkan dengan komponen biaya lainnya, seperti transport, filling fee, margin Agen dan PPN, maka harga jual di agen menjadi Rp 9.519 per kg atau Rp 114.300 per tabung dari sebelumnya Rp 7.731 per kg atau Rp 92.800 per tabung. Apabila dibandingkan dengan harga
7
http://www.pertamina.com/media/3769886d-3136-47da-89e0-33b99b8ccb07/energia%203615Sept%202014%20ok.pdf
6
keekonomian
LPG,
harga
jual
tersebut
masih
jauh
di
bawah
keekonomiannya. Berdasarkan rata-rata CP Aramco pada bulan Juni 2014 sebesar US$891,78 per metric ton dan kurs Rp 11.453 per US$, ditambah komponen biaya maka harga keekonomian Elpiji 12 kg saat ini seharusnya 15.110 per kg atau Rp 181.400 per tabung.8 Dengan penyesuaian ini diharapkan dapat menekan kerugian bisnis Elpiji 12 kg pada tahun 2014 sebesar Rp 452 miliar sehingga menjadi Rp 5,7 triliun dari prognosa semula Rp 6,1 triliun dengan proyeksi tingkat konsumsi Elpiji 12 kg mencapai 907.000 metric ton. Kerugian ini masih melebihi proyeksi RKAP 2014 sebesar Rp 5,4 triliun yang dipatok pada
Gambar 1.1 Roadmap Usulan Penyesuaian Harga Elpiji 12 Kg asumsi CP Aramco sebesar US$833 per metric ton dan kurs Rp 10.500 per US$. Untuk itu, Pertamina juga telah menyampaikan kembali Roadmap
8
http://www.pertamina.com/news-room/siaran-pers/pertamina-sesuaikan-harga-elpiji-12kgsebesar-rp1500-per-kg/
7
Penyesuaian Harga Elpiji 12 kg secara berkala dalam rapat koordinasi dengan pemerintah, di mana penyesuaian tersebut dapat dilakukan secara otomatis setiap 6 (enam) bulan hingga mencapai harga keekonomian di tahun 2016. Kenaikan harga LPG 12 kg ini mengalami penolakan oleh masyarakat. Masyarakat memberikan protes suaranya kepada media bahwa mereka tidak setuju dengan kenaikan harga LPG 12 kg ini. Oleh karena itu, perlunya kampanye yang dilakukan oleh Pertamina untuk mengkomunikasikan dan memberikan edukasi mengenai kenaikan harga LPG 12 kg ini agar diterima oleh masyarakat dan tidak adanya konversi ke LPG subsidi 3 kg. Kampanye yang dilakukan oleh Pertamina dengan membuat serial edukasi LPG dengan menjadikan LPG 12 kg sebagai objek utama. Kampanye yang dilakukan oleh Pertamina dengan mengangkat isu
Gambar 1.2 Profil Konsumen LPG 12 Kg
8
bahwa LPG non subsidi 12 kg dikonsumsi oleh masyarakat perkotaan dan sekitarnya. Menurut Pertamina, lebih dari 70% pengguna LPG 12 kg di perkotaan adalah kelompok ekonomi atas (upper class) yang memiliki pendidikan lebih tinggi (SMA hingga S-2), menggunakan perangkat komputer di rumah, memiliki lemari pendingin dan sumber air minum isi ulang bermerek tertentu.
Gambar 1.3 Profil Gaya Hidup Konsumen LPG 12 Kg Pertamina
melakukan
kampanye
untuk
mempertahankan
kedudukan elpiji 12 kg sebagai elpiji yang digunakan oleh kelompok ekonomi atas (upper class) seiring dengan kenaikan harga elpiji 12 kg agar para pengguna elpiji 12 kg tidak berpindah menggunakan elpiji 3 kg karena harganya yang memang jauh lebih murah. Akan tetapi jika terjadinya perpindahan yang dilakukan oleh para pengguna elpiji 12 kg menuju elpiji 3 kg akan terjadi kesalahan target market. Pertamina ingin
9
mengantisipasi permasalahan tersebut sehingga munculah kampanye serial edukasi LPG ini. Kampanye tersebut dipublikasikan melalui surat kabar Rogers dan Storey (2011:676) menyampaikan bahwa menurut Pfau dan Parrot (1993), kampanye adalah A campaign is conscious, sustained, and incremental process desaigned to be implemented over a specified periode of time for the purpose of influencing a specified audiens.
Gambar 1.4 Serial Edukasi LPG 12 Kg Kampanye tersebut sudah dimulai sejak Pertamina menaikkan harga LPG non subsidi 12 kg. Kampanye ini disebarkan melalui surat kabar. Upaya ini dilakukan agar masyarakat tetap menggunakan LPG non subsidi 12 kg dan tidak beralih pada LPG subsidi 3 kg yang hanya ditujukan untuk masyarakat kurang mampu. Keefektifan dari kampanye tersebut dipertanyakan seiring dengan tersebarnya berita mengenai pemberhentian stok LPG subsidi 3 kg dan kenaikkan harga LPG non
10
subsidi 12 kg yang akan dilakukan secara bertahap. Dengan kata lain, LPG 12 kg akan mengalami kenaikkan harga lagi. Sikap penerimaan masyarakat dalam merespon kenaikan harga ini pasti akan beraneka ragam sehubungan dengan pendapatan atau kondisi keuangan yang dimiliki oleh setiap pelanggan LPG berbeda-beda. Pengaruh kampanye yang dilakukan oleh Pertamina bergantung pada sikap khalayak dalam menanggapi perkembangan informasi mengenai pertamina. Berdasarkan metode populasi stratified proporsional random sampling, penelitian ini dilakukan di Karawaci, Kota Tangerang. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengukur pengaruh kampanye yang dilakukan oleh Pertamina untuk mengajak masyarakat menggunakan elpiji 12 kg.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan sejumlah permasalahan penelitian, yaitu: 1) Seberapa besar pengaruh kampanye public relations edukasi LPG 12 kg terhadap sikap khalayak?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui seberapa besar pengaruh kampanye public relations edukasi LPG 12 kg terhadap sikap khalayak.
11
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu komunikasi dalam bidang public relations yang berkaitan dengan kampanye sebagai metode penyampaian pesan kepada masyarakat yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat untuk menjadi konsumen elpiji 12 kg. Penelitian ini dapat menjadi acuan dan mempertajam teori untuk memajukan ilmu komunikasi.
1.4.2 Kegunaan Praktis a. PT Pertamina (Persero) Tbk Hasil
dari
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan gambaran kepada PT Pertamina (Persero) Tbk mengenai pengaruh kampanye public relations terhadap minat
konversi
masyarakat
elpiji
3
kg
berdasarkan
pendapatan. Dengan adanya hasil dari penelitian ini, Pertamina mendapatkan kontribusi positif untuk menunjang kampanye yang dilakukannya dalam menyampaikan pesan dengan mengetahui seberapa besar pengaruh kampanye tersebut bagi masyarakat.
12
b. Masyarakat Masyarakat mengetahui elpiji sudah disediakan oleh pemerintah berdasarkan tingkat pendapatan masyarakat sehingga dibedakan menjadi dua jenis yaitu subsidi dan non-subsidi, sehingga masyarakat dapat menggunakan elpiji untuk kebutuhan mereka sesuai dengan kapasitas pendapatan yang mereka miliki.
13