BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam
organisasi. SDM juga merupakan potensi yag terkandung dalam setiap diri manusia yang siap dan dapat dikembangkan melalui sistem dan program yang berkelanjutan. SDM adalah bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi dan menjadi kunci utama yang member kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memberikan kepastian bahwa pelaksanaan fungsi dan kegiatan organisasi dilaksanakan secara efektif dan adil bagi kepentingan individu, organisasi, dan masyarakat. Dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, kinerja organisasi dipengaruhi oleh kinerja individu. Apabila kinerja individu baik maka akan berdampak pula bagi kinerja organisasi. Kinerja (performance) adalah hasil pekerjaan yang dicapai seseorang berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan, Bangun (2012:231). Kinerja orang harusnya mejadi perhatian para pimpinan organisasi, mengingat kinerja aindividu akan menjadi sumber utama dari kinerja organisasi. Kinerja individu organisasi harus terpelihara dengan baik agar selalu dapat menampilkan kinerja yang optimal. Kinerja yang baik dipengaruhi oleh kemampuan yang baik pula. Rendahnya kinerja individu dalam organisasi juga terjadi di Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kabupaten/Kota se Provinsi Banten. 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Panwaslu adalah lembaga pengawas Pemilu tingkat kabupaten/kota yang bersifat adhoc, beranggotakan 3 (tiga) orang dan dibentuk oleh lemabaga pengawas Pemilu tingkat provinsi atau Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Provinsi.
Rendahnya
kinerja
Anggota
Panwaslu
Kabupaten/Kota
akan
berpengaruh terhadap rendahnya kinjera lembaga pengawas pemilu. Tabel 1.1 menggambarkan berapa kali tugas pengawasan yang harus dilakukan dan berapa kali yang berhasil dilakukan Anggota Panwaslu Kabupaten/Kota yang didasarkan pada instruksi pengawasan pada kurun waktu April sampai Juni Tahun 2013. Tabel 1.1. Target dan Realisasi Pengawasan Panwaslu Kabupaten/Kota Wilayah Panwaslu
Jumlah Anggota
Target Pengawasan
Realisasi Pengawasan
Prosentase
Kab. Lebak
3
10
8
80%
Kota Cilegon
3
10
9
90%
Kota Tangsel
3
10
6
60%
Kota Serang
3
10
7
70%
Kab. Serang
3
10
7
70%
Kab. Tangerang
3
10
7
70%
Kab Pandeglang
3
10
8
80%
Kota Tangerang
3
10
6
60%
Sumber : Data Bawaslu Provinsi Banten 2013
Dari Tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah anggota yang sama, masing-masing Panwaslu Kabupaten/Kota memiliki jumlah realisasi tugas pengawasan yang berbeda. Diketahui, masing-masing Panwaslu mendapatkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
instruksi tugas pengawasan sebanyak 10, namun kenyataannya tidak ada Panwaslu yang dapat memenuhi target. Sebanyak 2 (dua) Panwaslu hanya dapat mencapai kinerja 60%. Sementara yang mampu mencapai kinerja 70% ada 3 (tiga) Panwaslu, sebanyak 2 (dua) Panwaslu mencapai kinerja sebanyak 80% dan 1 (satu) Panwaslu mencapai kinerja 90%. Rendahnya kinerja Anggota Panwaslu Kabupaten/Kota juga terlihat dari tidak terpenuhinya standard kinerja di mana saat melakukan pengawasan, Anggota Panwaslu harus; (1) mendapatkan informasi yang dibutuhkan, (2) mendapatkan data yang dibutuhkan, (3) memastikan kelengkapan, kebenaran, keakuratan serta keabsahan data dan dokumen yang menjadi objek pengawasan pada masing-masing tahapan Pemilu, (4) menyampaikan laporan hasil pengawasan, (5) tepat waktu dalam menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada pengawas pemilu di atasnya. Standar kinerja adalah tingkat yang diharapkan suatu pekerjaan tertentu untuk dapat diselesaikan dan merupakan pembanding (benchmark) atas tujuan dan target yang ingin dicapai, Bangun (2012:231). Meskipun
telah
ada
standard
kinerja
yang
ditetapkan,
namun
kenyataannya, sering Anggota Panwaslu yang tidak memperoleh data untuk dipastikan kelengkapan, kebenaran, keakuratan serta keabsahannya dalam pengawasan dan tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan hasil pengawasan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah motovasi. Menurut Aquinis (2013:89), kombinasi dari tiga faktor yang dapat membuat kinerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
seseorang lebih tinggi dari yang lainnya, yakni faktor declarative knowledge, procedural knowledge, motivation. Motivation atau motivasi adalah proses yang menentukan intensitas, arah, dan ketekunan individu dalam usaha mencapai sasaran, Robbins (2006:213). Untuk memahami motivasi dalam hal ini, dikaitkan dengan teori hierarki kebutuhan yang diungkapkan Abraham Maslow yang menyatakan bahwa di dalam diri setiap manusia bersemayam lima jenjang kebutuhan, yakni (1) Fisikologis, (2) Keamanan, (3) Sosial, (4) Penghargaan, (5) Aktualisasi diri (Robbins, 2006:215). Penulis ingin mengetahui bagaimana dorongan atau motivasi yang diteorikan Maslow ini berpengaruh terhadap kerja pengawasan Pemilihan Umum di Provinsi Banten. Tugas Anggota Panwaslu berhubungan dengan pihak lain, seperti pengurus partai politik peserta Pemilu tahun 2014, pemerintah daerah, dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten/Kota, sehingga dibutuhkan kemampuan komunikasi yang baik untuk menunjang tugasnya. Tugas pengawasan juga mencakup tugas mengkaji dan menilai yang landasannya adalah data dari pihak lain tersebut. Kendala akibat rendahnya kemampuan komunikasi para anggota Panwaslu Kabupaten/Kota terlihat dari tidak terpenuhinya tugas mendapatkan data pengawasan yang dikuasai KPU Kabupaten/Kota, padahal sesuai kewenangannya, Panwaslu berhak untuk mendapatkan data tersebut. Hal ini juga mempengaruhi kualitas dari pengawasan. Tidak terpenuhinya target batas waktu penyerahan laporan hasil pengawasan diduga akibat tidak efektifnya komunikasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah, yaitu ; 1. Pengawasan yang dilakukan anggota Panwaslu kurang memperhatikan standard pengawasan yang harusnya dipenuhi, mengingat pengawasan Pemilu wajib memastikan kelengkapan, kebenaran, keakuratan, dan keabsahan data dan dokumen, sehingga tidak cukup hanya mendapatkan informasi saja. 2. Anggota Panwaslu Kabupaten/Kota tidak dapat memenuhi target tugas pengawasan di tiga tahapan awal Pemilu. 3. Tidak optimalnya pengawasan diduga akibat rendahnya motivasi para anggota Panwaslu Kabupaten/Kota. 4. Terjadi proses komunikasi yang tidak efektif yang mengakibatkan tidak didapatnya data yang dikuasai pihak lain 5. Tidak dipenuhinya batas waktu penyerahan laporan hasil pengawasan sebagai akibat dari tidak dipahaminya standard kerja anggota Panwaslu. Berkaitan dengan sejumlah permasalahan di atas maka penulis menuangkannya ke dalam penelitian yang mengambil fokus pada
pengaruh
motivasi dan komunikasi terhadap kinerja dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Komunikasi Terhadap Kinerja Anggota Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota di Provinsi Banten.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.3.
Rumusan Masalah Mengacu permasalahan di atas dan agar pengaruh motivasi dan
komunikasi dapat diterapkan kepada anggota Panwaslu Kabupaten/Kota di Provinsi Banten maka rumusan masalahnya adalah ; 1. Apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja anggota Panwaslu? 2. Apakah kemampuan komunikasi berpengaruh terhadap kinerja anggota Panwaslu? 3. Apakah motivasi dan kemampuan komunikasi berpengaruh terhadap kinerja anggota Panwaslu? 1.4.
Batasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis hanya akan meneliti kinerja anggota Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota di Provinsi Banten pada 3 (tiga) tahapan pemilu yakni pengawasan pada tahapan awal Pemilu tahun 2014 yakni, penyusunan daftar pemilih, tahapan pencalonan anggota DPR, DPD, dan DPRD, serta tahapan kampanye peserta Pemilu dalam periode bulan April, Mei, dan Juni, tahun 2013. 1.5.
Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah ;
1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi terhadap kinerja anggota Panwaslu Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. 2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh komunikasi terhadap kinerja anggota Panwaslu Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. 3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi dan kemampuan komunikasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terhadap kinerja anggota Panwaslu Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. 1.6.
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah ;
a. Pembuat Keputusan 1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pimpinan Bawaslu Provinsi menentukan cara memotivasi dan melaksankan model komunikasi dalam upaya meningkatkan kinerja anggota Panwaslu Kabupaten/Kota. 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam proses perekrutan anggota Panwaslu Kabupaten/Kota b. Penelitian Selanjutnya 1. Sebagai acuan atau bahan informasi untuk melakukan penelitian sejenis untuk meningkatkan kinerja karyawan dengan objek yang berbeda atau melaksanakan penelitian sejenis di wilayah yang berbeda 2. Sebagai acuan atau bahan informasi untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor lain di luar motivasi dan komunikasi mempengaruhi kinerja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang berkorelasi atau