1
BAB I PENGANTAR
1.1 Latar Belakang Persaingan usaha mendorong perusahaan-perusahaan yang sedang berkembang mengambil langkah-langkah untuk dapat mengamankan posisinya di antaranya melalui efisiensi, peningkatan daya saing produktivitas bahkan melakukan diversifikasi. Peningkatan efisiensi dan produktivitas suatu perusahaan dapat dilakukan melalui penggabungan usaha yang dikenal sebagai merger, konsolidasi dan akuisisi. Sebuah perusahaan sebagaimana seperti makhluk hidup memilki siklus hidup yaitu tahap pengenalan (introduction), tahap tumbuh dan berkembang (growth), tahap statis atau dewasa (maturity) dan tahap kemunduran (decline). Sebuah perusahaan dalam tahap tumbuh dan berkembang bisa melakukan ekspansi bisnis dengan melakukan pertumbuhan dari dalam (organic/internal growth) maupun pertumbuhan dari luar perusahaan (external growth). Menurut Moin (2004: 13) pertumbuhan intenal adalah ekspansi yang dilakukan dengan membangun bisnis atau unit bisnis baru dari awal. Jalur ini memerlukan berbagai tahapan dimulai dari riset pasar, desain produk, perekrutan tenaga kerja, tes pasar, pengadaan, pembangunan fasilitas produksi dan kemudian penjualan ke pasar sedangkan pertumbuhan eksternal dilakukan dengan membeli perusahaan yang sudah ada sehingga perusahaan dapat menghemat waktu untuk tampil di pasar tanpa perlu membangun produk baru dari awal. Strategi pertumbuhan secara eksternal ini di antaranya adalah merger dan akuisisi. 1
2
Menurut Moin (2004: 5) merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya. Akuisisi adalah pengambil alihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain dan dalam peristiwa perusahaan pengambil alih atau yang diambil alih tetap ada sebagai badan hukum yang terpisah. Salah satu perusahaan yang melakukan startegi pertumbuhan eksternal yaitu akuisisi adalah PT Indoritel Makmur International Tbk. yang dahulu merupakan PT Dyviacom Intrabumi Tbk. (IDX: DNET). DNET mengakuisisi sejumlah saham milik PT Fast Food Indonesia Tbk. (IDX: FAST), PT Nippon Indosari Corporindo Tbk. (IDX: ROTI) dan PT Indomarco Prismatama. Dahulu DNET adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang usaha yang meliputi jasa penyedia akses internet Internet Service Provider (ISP), penyedia jasa dan barang untuk merancang aplikasi perangkat lunak dan perangkat keras (IT Solution) dan jasa lainnya serta pengembang portal web (ecommerce). Sejak Tahun 1996, sebagai salah satu perusahaan ISP (Internet Service Provider) yang telah melayani kebutuhan layanan internet di Indonesia dengan merk dagang D-Net. Pada Tahun 1998 divisi IT Solution dibangun untuk melayani kebutuhan usaha di antaranya pengembangan software, aplikasi, perancangan jaringan seperti Local/Wide Area Network, instalasi komputer, pembuatan sistem informasi, instalasi pengamanan jaringan, dan juga layanan dasar IT Solution seperti web design and progamming, leased line, banner, dan domain name.
3
Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan jaringan internet di Indonesia serta bertambahnya pengguna jasa internet, DNET membangun portal web di antaranya www.Diffy.com yang merupakan portal remaja dan infotaiment, www.Waytodeal.com dan www.Ogahrugi.com yang merupakan suatu portal bisnis internet (e-commerce). E-Commerce adalah sebuah pusat perbelanjaan virtual yang dapat dikunjungi melalui portal internet ataupun mobile di mana terdapat beraneka ragam barang dan jasa yang ditawarkan dengan harga yang spesial, yang dapat dibeli melalui pembayaran baik secara kredit ataupun cash dengan sistem cash on delivery (COD) ataupun menggunakan voucer tertentu. Dalam lima tahun terakhir sebelum akuisisi yaitu 2008—2012, meskipun DNET mampu memperoleh laba bersih setiap tahunnya namun kegiatan usaha yang fokus di bidang teknologi informasi tidak mengalami pertumbuhan yang berarti dan juga belum memberikan hasil untuk menutupi saldo kerugian yang diderita DNET pada tahun-tahun sebelumnya. Lebih dari 80 persen pendapatan didominasi oleh pendapatan dari IT Solution sedangkan pendapatan dari akses internet (Internet Service Provider) cenderung sangat berfluktuasi dan tidak dapat diandalakan. Hal ini disebabkan, DNET kalah bersaing dengan perusahaanperusahaan yang salah satu bidangnya adalah penyedia layana jasa internet seperti Telkomsel, Indosat, XL dan juga smartfren ditambah semakin banyaknya perusahaan-perusahaan baru yang datang ke dalam bisnis penyedia akses internet seperti halnya perusahaan siaran televisi berbayar First Media dan Indovision juga menyediakan layanan internet dalam sebuah paket yang ditawarkan.
4
Juta Rupiah 20.000 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 -
Pendapatan DNET
2008
2009
2010
2011
2012
IT Soulution
14.055
13.673
15.654
17.092
10.088
Internet access dan N.O.C
1.774
1.233
761
1.280
3.840
166
1.129
11
-
-
15.995
16.035
16.425
18.372
13.928
Lain-lain Total Pendapatan
Sumber: Laporan Keuangan DNET, 2008—2012 (diolah) Gambar 1.1 Grafik Pendapatan DNET 2008—2012 Menurut laporan keuangan DNET pada tahun 2012, DNET mencatatkan total pendapatan sebesar Rp13.928 juta turun dari Rp18.372 juta pada Tahun 2011. Total aset pada 2012 adalah Rp16.821 juta naik dari tahun sebelumnya yaitu Rp16.709 juta. Defitsit saldo DNET pada Tahun 2012 mencapai Rp30.974 juta turun dari tahun sebelumnya Rp31.195 juta. Dapat disimpulkan performa kinerja DNET dari bisnis teknologi informasi terutama pada divisi penyedia jasa layanan intenet jauh dari yang diharapkan untuk menutup saldo rugi DNET.
5
Neraca DNET 30.000 20.000 10.000 Juta Rupiah
0
-10.000 -20.000 -30.000 -40.000
2008
2009
2010
2011
2012
Total Aset
20.908
17.306
16.493
16.709
16.821
Total Ekuitas
11.861
14.925
12.009
12.481
12.701
Total Liabilitas Saldo Rugi
9.046
2.380
4.484
4.228
4.120
(31.814)
(28.750)
(31.667)
(31.195)
(30.974)
Sumber: Laporan Keuangan DNET, 2008-2012 (diolah) Gambar 1.2 Neraca DNET Tahun 2008-2012 Menanggapi permasalahan tersebut, DNET mengeluarkan sebuah startegi yang menggemparkan yaitu DNET akan mengakuisisi sejumlah perusahaan yang bergerak dibidang konsumsi yang diumumkan melalui keterbukaan informasi berupa prospektus pada 24 Mei 2013. Strartegi ini bisa dibilang cukup mengejutkan mengingat DNET memerlukan dana investasi yang sangat besar untuk mewujudkan startegi ini. Prospektus tersebut berisi mengenai penawaran umum terbatas kepada para pemegang saham DNET dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dalahulu (HMETD) yaitu dengan menerbitkan 14 miliar lembar saham baru dengan harga pelaksanaan sebesar Rp500 per saham untuk mendapatkan dana modal kerja dan akuisisi sejumlah perusahaan yakni sebesar Rp7 triliun.
6
Dalam prospektus dijelaskan bahwa DNET akan melepas kegiatan usaha utamanya yaitu jasa akses internet dan kemudian fokus untuk melakukan investasi atau penyertaan saham di perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor barang konsumsi dan ritel. Akuisisi ini diharapkan akan menciptakan sinergi dengan pengembangan bisnis portal www.ogahrugi.com. Dana hasil rights issue tersebut digunakan untuk mengakuisisi tiga perusahaan yang jauh lebih besar. Pertama, sebesar 28,55 persen dana rights issue atau sekitar Rp1,99 triliun digunakan untuk mengakuisisi sebesar 35,84 persen saham PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) yakni pemilik jaringan restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC). Kedua, DNET menganggarkan dana sebesar Rp2,13 triliun atau 30,45 persen dari total rights issue untuk menguasai 31,5 persen saham PT Nippon Indosari Corporindo Tbk. (ROTI) yang merupakan produsen roti massal berskala nasional melalui merek dagang Sari Roti. Ketiga, sebesar Rp2,64 triliun atau 37,65 persen dana rights issue untuk membeli 40 persen saham PT Indomarco Prismatama (IDM) yakni pemilik jaringan minimarket terluas di Indonesia yaitu Indomaret. Dan sisanya sebesar Rp268 miliar untuk modal kerja DNET dalam pengembangan www.ogahrugi.com. Ketiga
target perusahaan
yang diakuisisi oleh DNET
sebagian
kepemilikannya dimiliki oleh pemilik yang sama yaitu Salim Group. Pada FAST, jumlah saham Salim Group melalui anak perusahaanya PT Mega Eraraharja memiliki persentase saham sebesar 35,84 persen, kemudian ROTI melalui TEIL sebesar 31,5 persen dan IDM melaui PT Indomarco Perdana dengan persentase kepemilikan 92,67 persen.
7
Merger dan akuisisi menjadi trend dalam suatu grup usaha konglomerat yang ingin memperluas jaringan usahanya. Terutama bagi kelompok usaha yang ingin berkembang cepat dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini disebabkan dengan metode merger dan akuisisi ini, suatu kelompok usaha tidak perlu membesarkan suatu perusahaan dari kecil hingga menjadi besar tetapi cukup membeli perusahaan yang sudah besar atau sedang berjalan. Menurut Prospektus DNET, kepemilikan DNET pada perusahaan target adalah minoritas dan DNET tidak berencana menambah kepemilikan sahamnya agar bisa mengkonsolidasi tiga perusahaan tersebut. DNET juga tidak berniat mengendalikan tiga perusahaan tersebut dengan cara mengubah jajaran manajemen perusahaan yang diakuisisi. Lewat akuisisi ini, DNET akan memberikan nilai tambah kepada pemegang saahamnya dengan beralih ke bisnis ritel dan restoran. DNET akan mensinergikan tiga anak usaha barunya dengan ecommerce DNET yaitu www.ogahrugi.com. Pada 3 Januari 2014, saham DNET tercatat di BEI adalah sebesar Rp810,00 dan termasuk 10 besar saham juara di Tahun 2013 menurut laporan dari IPOTNews. Tesis ini mencoba menawarkan penjelasan berapakah nilai wajar saham PT Indoritel Makmur International Tbk. pasca akuisisi terhadap PT Fast Food Indonesia Tbk., PT Nippon Indosari Corparindo Tbk. dan PT Indomarco Prismatama yang merupakan perusahaan di bidang barang konsumsi. Bagaimana dampak hasil startegi akuisisi ini bagi pemegang saham PT Indoritel Makmur International Tbk. Hal ini merupakan subjek penelitian yang menarik yang hendak diteliti oleh peneliti.
8
1.1.1 Perumusan masalah Sesuai dengan latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Bagaimana dampak bagi PT Dyviacom Intrabumi Tbk. yang telah berganti nama menjadi PT Indoritel Makmur International Tbk. pasca satu tahun sejak mengakuisisi PT Fast Food Indonesia Tbk, PT Nippon Indosari Corporindo Tbk. dan PT Indomarco Prismatama?
2.
Berapakah nilai pasar wajar saham PT Indoritel Makmur International Tbk. yang dihitung dengan menggunakan metode discounted cash flow dan relative valuation?
1.2 Keaslian Penelitian Penelitian empiris mengenai penggunaan tertinggi dan terbaik telah banyak dilakukan, antara lain sebagai berikut. 1.
Fernandez (2007) melakukan penelitian dengan mencoba mengumpulkan semua
metode
yang digunakan untuk
menilai
perusahaan dengan
menggunakan model Discounted Cash Flow (DCF). Dari hasil penelitiannya terdapat 10 metode DCF yang dapat digunakan untuk menilai perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode yang sering digunakan tersebut selalu memberikan nilai yang sama. Hasil ini secara logika dapat diterima karena menganilisi kondisi yang samam dengan hipotesa yang sama juga. Perbedaanya hanya pada aliran cash flow yang digunakan sebagai titik awal.
9
2.
Stanley (2007) melakukan penelitian terhadap penilaian dan penganggaran modal. Alat analisis yang digunakan adalah FCF, Multiple PER dan P/FCF. Hasil peneleitian menunjukkan bahwa aliran kas merupakan modal dasar dari DCF tetapi saat ini aliran kas populer disubtitusikan dengan PER untuk menentukan nilai lebih murah atau mahal dibandingkan dengan pasar.
3.
Deloof, dkk. (2009) menganalisis penggunaan metode DDM, DCF dan multiple valuation dalam penilaian sahamb bank investasi untuk IPO. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode yang digunakan selain DDM menunjukkan hasil yang akurat sedangkan DDM cenderung menghasilkan underestimate value.
4.
Mafiana (2009) melakukan analisis nilai wajar PT Adhi Karya (Persero) Tbk. dalam rangka penerbitan saham baru dengan pendekatan metode DCF dan relative valuation melalui mekanisme secondary public offering tahun 2009. Hasil estimasi nilai wajar saham setelah rekonsiliasi adalah Rp760,00.
5.
Magni, dkk. (2009) menganalisis penilaian dengan menggunakan dividen potensial dan aliran kas aktual. Alat analitis berupa FCF yang bersal dari dividen potensial FCFE dan aliran kas yang aktual diterima oleh pemegang saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estimasi nilai yang benar adalah berdasarkan pembayaran aktual yang diterima oleh para pemegang saham.
6.
Kasro’i (2010) melakukan penelitian nilai wajar saham PT Jasa Marga (Persero) Tbk. terkait dengan transaksi material Tahun 2009. Kasro’i menggunakan metode DCF (FCFF), relative valuation dengan multiple PBV,
10
PS, PER dan QRVE. Hasil dari penelitian menunjukkan nilai saham PT Jasa Marga (Persero) Tbk. pada minggu ke-4 Maret 2009 dinilai undervalue. 7.
Welc (2010) mengevaluasi keefektifan dari penyesuaian fundamental Price/Sales Multiple dalam membedakan antara undervalued dan overvalued saham yang tercatat di Bursa Efek Warshaw. Dikarenakan net sales selalu positif maka manfaat yang signifikan dari Price/Sales Multiple tidak berguna dalam periode yang memiliki karekteristik ekonomi yang merosot seperti pada ekonomi global pada saat 2008. Data penelitian dimulai dari Tahun 1999 hingga 2009. Analisis tingkat pengembalian tahunan memperlihatkan bahwa pada kasus Bursa Efek Warshaw hampir 20 persen dari pengembalian saham yang startegis semua saham undervalued yang diindikasikan oleh regresi linear dari Price/Sales Multiple yang telah mendogkrak rata-rata tingkat pengembalian tahunan menjadi melebihi tingkat pengembalian tahunan alternatifnya yang startegis berdasarkan multiple sederhana.
8.
Cain dan Denis (2010), menganalisis hasil penilaian dari perusahaan target yang diungkapakan dalam pendapat kewajaran saat negoisasi merger antara Tahun 1998 sampai 2005 di penasehat
keuangan
atau
Amerika. Hasil rata-ratanya menunjukkan penilai
usaha
perusahaan
pengakuisisi
memperlihatkan suatu tingkat optimisme yang lebih tinggi dalam penilaian dibandingkan penasehat keuangan. Reaksi harga saham saat pengumuman merger dan dibukanya pendapatan kewajaran kepada publik berhubungan positif dengan perbedaan antara hasil penilaian perusahaan target dengan penawaran harga saham merger. Penawaran lebih tinggi daripada nilai maka
11
nilai transaksi adalah wajar. Disimpulkan bahwa pendapatan kewajaran berisi informasi yang sebelumnya tidak tersedia bagi pelaku pasar. 9.
Sasongko (2011), menganalisis nilai pasar wajar saham PT Bakrie and Brothers Tbk. dan Long Haul Holdings Ltd. pada PT Bumi Resources Tbk. dalam rangka shareswap dengan saham Vallar PLC. Penerlitian ini menggunakan alat analitis dengan menggunakan pendekatan pendapatan dengan menggunakan metode DCF dengan mengapliskasikan model DCFKonvesional, DCF-simulasi Monte Carlo dan DCF-Call Options Black Shoes Merton.
10. Prabudi (2011) menganalisis nilai pasar wajar saham PT Bumi Resources Tbk. terkait transaksi backdoor lisiting yang terjadi pada pertengahan November 2010. Analisis menggunakan pendekatan DCF (FCFF) dan relative valuation dengan multiple PER dan PBV. Hasil penelitian menunjukkan nilai pasar wajar PT Bumi Resources Tbk. adalah Rp3.176,- per lembar saham. 11. Yilmaz, Ayse (2011) meneliti dampak dari merger dan akuisisi terhadap performa perusahaan pengakuisisi. Objek penelitian adalah 62 perusahaan yang berada di Turki dengan transaksi merger dan akuisisi terjadi antara Tahun 2003—2007. Penelitian dilakukan dengan metode pendekatan pasar dan pendekatan data akuntansi obek penelitian. Hasil dari kedua pendekatan tersebut kurang mendukung hipotesis di mana akibat kegiatan merger dan akuisisi berpengaruh negatif terhadap perusahaaan pengakuisisi. Tingkat
12
pengembalian perusahaan yang terlibat merger dan akuisisi memilki tingkat pengembalian di atas rata-rata sektor industri tersebut. 12. Ahn, dkk (2012) melakukan penelitian nilai saham wajar terhadap SK C and C dalam rangka IPO yang merupakan perusahaan holding company di Korea. Pendekatan penilaian dilakukan dengan metode relative valuation dengan multiple PER dan berdasarkan pendekatan aktiva. Hasil penelitian menunjukkan nilai saham SK C and C saat IPO mengalami undervalue. Penelitian di atas membahas mengenai metode–metode yang dapat digunakan untuk menilai suatu saham perusahaan. Dari banyaknya penilitian mengenai nilai suatu saham perusahaan terdapat suatu kesimpulan di mana pendekatan dan metode yang terbaik saat ini adalah pendekatan biaya dengan metode DCF sehingga untuk penelitian nilai pasar saham wajar PT Indoritel Makmur International, Tbk. akan digunakan pendekatan biaya dengan menggunakan menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF). Sebagai metode pebanding digunakan metode pendekatan data pasar (relative valuation).
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Menganalisis dan menentukan nilai pasar wajar atau nilai intrisitik per lembar saham PT Indoritel Makmur International Tbk. pasca akuisisi PT Fast Food Indonesia Tbk, PT Nippon Indosari Corporindo Tbk. dan PT Indomarco Prismatama dengan menggunakan pendekatan discounted cash flow.
13
2.
Menganalisis dan menentukan nilai pasar wajar atau nilai intrisitik per lembar saham PT Indoritel Makmur International Tbk. pasca akuisisi PT Fast Food Indonesia Tbk, PT Nippon Indosari Corporindo Tbk. dan PT Indomarco Prismatama dengan menggunakan pendekatan pasar.
1.3.2 Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang penilaian saham PT Indoritel Makmur International Tbk. pasca akuisisi PT Fast Food Indonesia Tbk., PT Nippon Indosari Corporindo Tbk. dan PT Indomarco Prismatama.
2.
Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan pengambilan keputusan investasi terhadap saham-saham tersebut.
3.
Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan tentang pengambilan kebijakan atas PT Indoritel Makmur International Tbk. pasca akuisisi PT Fast Food Indonesia Tbk., PT Nippon Indosari Corporindo Tbk. dan PT Indomarco Prismatama.
4.
Bagi akedemisi, hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan metode penelitian suatu usaha dengan tujuan akuisisi. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini disusun sebagai berikut: Bab I
merupakan pengantar, yang menguraikan tentang latar belakang, keaslian
14
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II merupakan tinjauan pustaka dan alat analisis menguraikan tentang tinjauan pustaka, landasan teori, hipotesis, serta alat analisis yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini. Bab III merupakan analisis data menguraikan bagaimana proses selama penelitian ini dijalankan, menganalisis data yang telah didapatkan baik secara kuantitatif dan kualitatif, analisis pasar, analisis keuangan, analisis rekonsiliasi nilai saham. Bab IV Kesimpulan dan Saran berisikan ringkasan singkat (kesimpulan) mengenai hasil analisis yang diperoleh, beserta saran-saran, serta keterbatasan penelitian.