BAB I PENGANTAR
1.1 Latar Belakang Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kota berupa pembangunan infrastruktur, namun sayangnya terdapat hal penting yang kerap terlupakan, yaitu keseimbangan ekosistem yang menjaga kualitas dan kuantitas lingkungan. Menurut Reksohadiprodjo dan Karseno (2012: 43), pemanfaatan intensif sumber daya di kota pada hakikatnya meninggikan rasio antara tenaga kerja, kapital, teknologi dan informasi dengan tanah. Ruang terbuka hijau (RTH) seringkali dipandang sebelah mata dibandingkan infrastruktur lain yang memiliki nilai ekonomis pada masa yang sama sehingga cenderung dialihfungsikan, padahal sumber daya alam dan lingkungan memiliki peran yang berkelanjutan dalam pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat. Siregar (2004: 53) mengatakan bahwa sustainable development (pembangunan berkelanjutan) lebih difokuskan kepada tujuan jangka panjangnya yaitu terpenuhinya kebutuhan generasi sekarang tanpa mengabaikan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan generasi yang akan datang. Jenis RTH berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan terdiri dari taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan dan pemukiman, taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, taman hutan raya, hutan kota, hutan lindung, bentang alam, cagar alam, kebun raya, kebun binatang, pemakaman umum, lapangan olahraga, lapangan upacara, parkir terbuka, lahan pertanian perkotaan, jalur di bawah 1
2
tegangan tinggi (SUTT dan SUTET), sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa, jalur pengaman jalan, kawasan dan jalur hijau, daerah penyangga lapangan udara, serta taman atap. Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan salah satu hutan kota bersejarah, tertua dan terluas di Indonesia, menjadi perhatian banyak turis domestik maupun internasional. Menurut Fandeli, Kaharuddin, dan Mukhlison (2004: 42) hutan kota mempunyai manfaat sebagai identitas kota, pelestarian plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel padat dari udara, penyerap dan penjerap partikel timbal, penyerap dan penjerap debu semen, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap monoksida dan karbon dioksida, penghasil oksigen, penahan angin, penyerap dan penapis bau, mengatasi penggenangan (banjir), menahan interusi air laut, hutan produksi terbatas, menjaga keaslian iklim mikro, berperan dalam pengelolaan sampah, berperan dalam pelestarian air tanah, penapis cahaya silau, berperan dalam meningkatkan keindahan kota, sebagai habitat burung dan satwa lainnya, sarana rekreasi dan olah raga, tempat wisata, dan mengamankan pantai dari bencana abrasi. Hutan kota memberikan manfaat yang cukup komplek terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi bagi daerah sekitarnya. Dengan demikian hutan kota memiliki peran yang penting untuk meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan, sehingga diperlukan suatu paradigma baru dalam manajemen aset hutan kota. Optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, jumlah/volume, aspek hukum dan nilai yang dimiliki oleh aset tersebut (Siregar, 2004: 19). Menurut Santoso dan Tjiptono (2004: 6), dalam mengoptimalkan manajemen aset sangat
3
penting untuk mengenal dan mengerti konsumen sebaik dan sedekat mungkin. Informasi tentang suatu pasar dikumpulkan, diolah, dan dianalisis agar diketahui segala hal mengenai pembeli produk perusahaan yaitu siapa yang membeli, apa yang dibeli, mengapa membeli, tempat dimana membeli, kapan membeli, dan bagaimana cara membeli produk. Menarik untuk diketahui bagaimana tingkat kepuasan konsumen yang mencerminkan manajemen aset KRB, hutan kota dengan nilai sejarah tinggi yang juga penunjang ibu kota negara, sehingga studi kasus ini dapat menjadi referensi dalan manajemen aset hutan kota di masa yang akan datang. Penelitian yang dilakukan oleh Peckham, Duinker, dan Ordonez (2013) menunjukkan bahwa hutan kota adalah komponen ekosistem kota yang paling penting, selain juga merupakan titik temu antara budaya dengan alam. Masyarakat kota banyak mendapatkan nilai-nilai non material dari keberadaan hutan kota, karena hutan kota berkontribusi dalam menjaga aspek emosional, intelektual dan moral masyarakat kota. Salah satu peranan dari KRB adalah sebagai kawasan wisata bagi masyarakat. Tabel 1.1 menunjukkan wisatawan yang datang ke KRB selama lima tahun terakhir. Tabel 1.1 Data Pengunjung Kebun Raya Bogor Tahun 2008-2012 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Pengunjung domestik 783.654 779.510 824.803 899.573 953.882
Pengunjung mancanegara 16.057 17.538 20.218 27.695 30.477
Sumber: Kebun Raya Bogor, 2008-2012 (diolah).
Total pengunjung 799.711 797.048 845.021 927.268 984.359
4
Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa jumlah total pengunjung semakin meningkat sejak tahun 2009. Mayoritas pengunjung KRB setiap tahunnya adalah wisatawan domestik. Jumlah wisatawan domestik sempat mengalami penurunan pada tahun 2009, kemudian terus meningkat pada tahun berikutnya. Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke KRB semakin meningkat sejak tahun 2008 hingga tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa KRB sangat berpotensi menarik perhatian wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Momentum yang demikian harus lebih ditingkatkan agar dapat lebih menarik banyak wisatawan dengan menciptakan pola manajemen aset yang lebih baik. Salah satu caranya adalah dengan mengetahui bagaimana perilaku wisatawan selaku konsumen KRB terkait kepuasan pelayanan yang diharapkan yang akan difokuskan dalam penelitian ini. Masalah dalam penelitian ini adalah luas RTH di perkotaan dan kepedulian masyarakat terhadap hutan kota semakin berkurang. Salah satu penyebabnya adalah manajemen aset yang lemah karena tidak mengenal konsumennya secara lebih dekat, sehingga KRB sebagai salah satu hutan kota yag potensial perlu dimaksimalkan keberadaannya dengan cara meneliti perilaku konsumennya. Atas dasar permasalahan tersebut, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kepuasan paripurna pengunjung dalam manajemen aset KRB?.
1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang variabel yang mempengaruhi kepuasan konsumen di KRB belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Cheng et. al (2010) adalah menganalisis variabel yang mempengaruhi kepuasan
5
konsumen pada industri makanan cepat saji, namun alat analisis yang digunakan berbeda dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan beberapa metoda dan alat analisis yang terdapat pada penelitian-penelitian terdahulu. Metoda tersebut antara lain adalah Servqual (Rahaman dan Abdullah, 2011), alat analisis Principal Component Analysis/PCA (Pinter dan Rakettye (2005) dan Pasila (2006)), namun kedua penelitian tersebut berbeda tempat dan waktu dengan penelitian kali ini. Sementara fokus penelitian yang dilakukan oleh Rusli (2010) di KRB adalah tentang pola kunjungan konsumen, berbeda dengan penelitin ini yang fokus pada kepuasan konsumen. Pinter dan Rakettye (2005) melakukan penelitian tentang kepuasan konsumen listrik dengan menggunakan alat PCA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor analisis dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu kecepatan dan kehandalan, kesopanan dan keahlian profesional, serta keberlanjutan. Hasil PCA kemudian dilakukan regresi untuk mengetahui faktor mana yang mempunyai pengaruh paling kuat. Hasil regresi menunjukkan bahwa faktor keberlanjutan mempunyai pengaruh paling kuat. Pasila (2006) melakukan penelitian untuk mengetahui perilaku dan preferensi konsumen di Candi Gedong Songo Kabupaten Semarang. Alat analisis yang digunakan adalah PCA disertai dengan regresi terhadap hasil PCA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima faktor analisis yang mempengaruhi kepuasan pengunjung yang berkunjung ke Candi Gedong Songo yaitu empati, kehandalan, pelayanan, fisik dan informasi pelayanan, serta waktu luang untuk membantu. Faktor yang berpengaruh paling kuat adalah waktu luang untuk membantu.
6
Cheng et. al. (2010) melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kepuasan konsumen dan kesetiaan pada industri makanan cepat saji. Variabel yang digunakan antara lain frekuensi konsumsi, harga yang sesuai, dan kesenangan yang dirasakan. Dari variabel-variabel tersebut, dibentuk suatu model yang digunakan untuk mengukur kepuasan konsumen dan kesetiaan dengan menggunakan
hubungan
inersia
sebagai
mediatornya.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa kesetiaan konsumen dipengaruhi oleh tingkat harga dan kesenangan yang dirasakan oleh konsumen. Rusli (2010) melakukan penelitian tentang pola kunjungan pengunjung di KRB. Hasil penelitian menyatakan bahwa pola kunjungan pengunjung mengikuti empat rute yang telah ditawarkan oleh pihak pengelola KRB. Pola kunjungan lain yang terbentuk ternyata tidak jauh berbeda dengan rute yang ditawarkan oleh pengelola KRB, baik dari pengunjung berkelompok maupun individu yang melalui travel agent maupun kunjungan pribadi. Rahaman dan Abdullah (2011) melakukan penelitian dengan menggunakan metoda Servqual untuk mengukur kualitas pelayanan dalam pencapaian kepuasan konsumen pada Private Commercial Banks (PCBs) di Bangladesh. Kualitas pelayanan tersebut terdiri dari lima dimensi, yaitu memecahkan masalah konsumen, pelayanan yang tepat waktu, respon yang cepat terhadap permintaan konsumen, transaksi yang aman, perhatian dan pengertian secara personal terhadap konsumen. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh PCBs untuk meningkatkan kepuasan konsumennya, yaitu respon yang cepat, pelayanan yang terpercaya, dan pemberian jaminan untuk memenuhi permintaan konsumen.
7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor dominan apa yang mempengaruhi tingkat kepuasan paripurna (overall statisfaction) pengunjung Kebun Raya Bogor.
1.3.2 Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut 1. sebagai referensi dalam bidang ilmu ekonomi dan manajemen aset, khususnya manajemen aset hutan kota; 2. memberikan referensi mengenai berbagai faktor yang dinilai penting untuk kepuasan pengunjung dan sejauh mana pengelolaan aset hutan kota Kebun Raya Bogor telah dilakukan; 3. sebagai
referensi bagi pengelola Kebun Raya Bogor untuk menentukan
strategi dalam meningkatkan pelaksanaan manajemen aset dan pengambilan keputusan.
1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis dibagi ke dalam empat bab dengan susunan sebagai sebagai berikut: Bab I merupakan uraian yang berisi pengantar yang terdiri dari latar belakang, keaslian penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II adalah uraian tentang tinjauan pustaka dan alat analisis yang terdiri dari teori penting berkaitan dengan perilaku konsumen yang
8
digunakan dalam membahas hasil analisis termasuk hipotesis, serta alat analisis yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini. Bab III adalah uraian yang berisis analisis data yang meliputi cara penelitian, cara memperoleh data, variabel yang digunakan, pengolahan data, dan uraian pembahasan dari hasil pengolahan data tersebut. Bab IV adalah kesimpulan dan saran dari pembahasan yang telah dilakukan dan saran bagi pihak-pihak terkait.