BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan fase terjadinya pertumbuhan dan perkembangan baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan remaja lingkungan ikut andil memberikan kontribusi, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat termasuk teman sebaya. Wirdhana dkk (2012: 15) masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami beberapa perubahan yaitu dalam aspek jasmani, rohani, sosial, emosional dan personal. Akibat berbagai perubahan tersebut, remaja juga akan mengalami perubahan tingkah laku yang dapat menimbulkan konflik dengan orang di sekitarnya, seperti konflik dengan orangtua atau lingkungan masyarakat setempat. Konflik tersebut terjadi karena akibat adanya perbedaan sikap, pandangan hidup, maupun norma yang berlaku di masyarakat. Keadaan ini dapat mendatangkan konflik apabila keputusan yang diambil tidak tepat. Sehingga remaja dapat jatuh ke dalam perilaku beresiko baik masalah fisik atau psikososial. Menurut Susilastuti (2014) Indonesia lima tahun lalu masuk dalam 10 besar Negara pengakses situs pornografi di dunia maya. Bahkan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika, setiap tahun peringkat tersebut selalu meningkat. Pranawati (2014) menguatkan salah satu dampak kekerasan seksual meningkat adalah akibat menonton pornografi.
1
2
Menurut Sarah (2012) kehidupan pada masa remaja diwarnai banyak hal pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan dan menghadapi resiko termasuk resiko kesehatan. Masalah kesehatan pada remaja merupakan masalah yang serius, terutama banyaknya kasus-kasus akibat perilaku seksual yang menyimpang. Seperti yang diberitakan di media masa. Angka kriminalitas yang tinggi terutama terkait dengan perkosaan, pornografi dan pacaran yang mengkhawatirkan. Data Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia dalam SDKI 2012 tentang perilaku pacaran yang “kebablasan” menunjukkan bahwa beberapa perilaku berpacaran remaja yang belum menikah antara lain, sebanyak 29,5 persen remaja pria dan 6.2 persen wanita pernah meraba atau merangsang pasangannya, sebanyak 48,1 persen remaja laki-laki dan 29,3 persen remaja wanita berciuman bibir, sebanyak 79,6 persen remaja pria dan 71,6 persen wanita pernah berpegangan tangan dengan pasangannya. Selain itu diketahui, umur berpacaran untuk pertama kali paling banyak adalah 15-17 tahun, yaitu 45,3 persen remaja pria dan 47,0 persen remaja wanita. Dari seluruh usia yang disurvei yakni 10-24 tahun, dan hanya 14,8 persen mengaku belum pernah pacaran sama sekali („Aisyiyah, 2014). Selain hal tersebut di atas, Muthmainnah (2013) mengatakan bahwa masalah kesehatan yang dihadapi remaja di Indonesia antara lain meningkatnya jumlah remaja dengan HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan penyalahgunaan NAPZA. Menurut data Bappenas, UNFPA dan BKKBN Tahun 2010 diketahui bahwa separuh dari 63 juta jiwa
3
remaja berusia 10-24 tahun di Indonesia rentan perilaku tidak sehat. Salah satu yang paling menonjol di kalangan remaja saat ini adalah masalah seksualitas Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi, infeksi menular seksual serta penyalahgunaan narkoba. Menurut Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) DIY, data HIV/AIDS wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman sepanjang tahun 2013 menjadi wilayah paling tinggi dalam kasus penggunaan narkotika dan obat terlarang dibanding daerah lain di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil riset Komisi Penanggulangan AIDS DIY tahun 2014, Kota Yogyakarta menduduki peringkat tertinggi dari ke-empat daerah dengan jumlah penderita sebanyak 774 orang. Berikutnya disusul Sleman 639 orang, Bantul 560 orang, Gunung Kidul berjumlah 137 orang dan Kulonprogo dengan jumlah 123 orang. Kegagalan remaja dalam mengatasi konflik, karena mengikuti egonya dapat menimbulkan berbagai masalah seperti HIV/AIDS dan narkoba, kehamilan tidak diinginkan, penyakit menular seksual, termasuk masalah ini muncul diberbagai penelitian disebabkan oleh sumber informasi yang tidak benar. Seperti teman sebaya dan media yang kemudian berdampak pada pengetahuan yang tidak benar (Tribunnews.com dan nasional.tempo.com). Penyebab tingginya perilaku berisiko pada remaja dapat dikarenakan minimnya pengetahuan tentang kesehatan, keterampilan, sikap dan perilaku remaja terhadap kesehatannya serta kurangnya informasi yang tepat dan benar. Minimnya informasi dan pengetahuan tentang kesehatan baik fisik, mental dan spiritual menyebabkan remaja rentan dengan masalah. Sementara fasilitas layanan
4
konseling dan kesehatan reproduksi bagi remaja masih sulit diakses. Tersediannya layanan kesehatan juga belum bisa berperan maksimal. Dalam konteks ini Pengetahuan seputar kesehatan remaja sangat penting untuk diperoleh remaja. Adanya pengetahuan yang komprehensif terkait kesehatan, remaja akan dapat mengontrol dirinya dengan baik dan mampu mencegah diri dari sakit baik lahir maupun batin. „Aisyiyah
(2012) mengatakan
bahwa para
remaja sangat
ingin
mendapatkan informasi kesehatan reproduksi secara komprehensif. Remaja berharap mendapatkan informasi dari Puskesmas. Namun citra Puskesmas di mata remaja hanya diperuntukkan untuk layanan pemeriksaan bukan layanan konseling, Puskesmas masih identik dengan tempat pemeriksaan Ibu dan Anak. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Puskesmas untuk dapat memberikan pelayanan khusus pada remaja. Sementara perilaku tidak sehat pada masa remaja akan berdampak pada status kesehatan pada tahapan usia selanjutnya. Kondisi ini menunjukkan besarnya masalah kesehatan pada remaja masa kini yang membutuhkan penanganan serius dari berbagai pihak. Masalah remaja sangat kompleks, selain tersebut di atas, mental remaja juga sebagian besar kurang stabil, remaja cenderung tergantung dengan orang lain dan teman sebaya, sehingga bisa mendorong remaja salah mengambil keputusan dalam bersikap. Salah satu penyebabnya adalah kemandirian remaja yang belum optimal dalam mengambil keputusan dan bersikap. Pasudewi (2012) menyebutkan remaja yang kurang mandiri akan kesulitan dalam menyelesaikan masalah berbagai permasalahan dalam hidupnya karena tidak memiliki kebebasan dalam
5
bertindak serta tidak progresif sehingga remaja cenderung bersikap pasif, tanpa inisiatif untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan cenderung bergantung pada orang lain. Teman sebaya dipilih remaja sebagai tempat berbagi dan dianggap memiliki cara penyelesaian yang baik sesuai dengan yang dikehendakinya. Teman sebaya dan seseorang di sekitarnya berpengaruh sangat kuat pada diri remaja, semua saran, pendapat, dan ajakan oleh temannya selalu diikuti, termasuk mengikuti kegiatan baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Pengabaian dan penolakan dari teman sebaya juga dapat mengakibatkan para remaja merasa kesepian dan timbul rasa permusuhan yang selanjutnya berhubungan dengan kesehatan mental individu dan masalah kriminal (Suwarjo, 2008). Hal ini dapat menjadikan remaja kurang mandiri dalam mengambil keputusan dalam bersikap. Jika remaja memiliki kemandirian yang baik. maka akan dapat menumbuhkan sikap yang tangguh dan kuat sehingga akan dapat terwujud ketahanan pribadi remaja yang baik. Kondisi yang demikian memerlukan adanya penanganan serius dengan segera dan sungguh-sungguh. Perlu adanya ruang bagi remaja untuk mengakses informasi seputar keremajaan dan kesehatan agar dapat menjadi bekal bagi remaja dalam menyikapi konflik yang muncul pada dirinya. Dengan demikian remaja akan mampu menyikapi konfliknya dengan baik, tepat, kuat dan berdaya. Untuk mewujudkanya remaja sehat, tangguh, teguh pendirian, optimis, percaya diri, mampu mengontrol diri, memiliki empati dan aktif dalam berperandi lingkunganya, diperlukan suatu upaya-upaya menuju terapainya tujuan yang diinginkan. Upaya ini tentu tidak lepas dari peran serta pemerintah, instansi dan
6
masyarakat dalam mengembangkan potensi remaja dan perkembangan remaja baik dari segi kecerdasan, keterampilan maupun mental demi terciptanya remaja Indonesia yang sehat fisik dan mental yang kuat, sehingga menjadi generasi pewaris, penerus cita-cita bangsa, serta pewaris pembangunan yang percaya diri dan memiliki ketahanan pribadi yang baik sebagai kader pimpinan bangsa, pelopor dan penggerak pembangunan Indonesia yang produktif di masa depan. Soedarsono (1997) ketahanan pribadi suatu bangsa merupakan bentuk sikap suatu bangsa yang mencerminkan sikap ketangguhan dan keuletan. Oleh Marthani (2014) dikatakan bahwa ketahanan nasional dapat terwujud apabila ditopang oleh pribadi-pribadi tangguh. Pribadi yang tangguh akan dapat mempengaruhi ketahanan pribadi remaja menjadi baik. Dalam pribadi yang tangguh terdapat keuletan dan kejuangan, sehingga sesorang dapat mengatasi tantangan, ancaman, hambatan, gangguan baik dalam diri maupun dari luar pribadi, baik langsung maupun tidak langsung. Ketahanan pribadi sesorang sangat dibutuhkan guna terwujudnya ketahanan Nasional suatu bangsa. Ketahanan pribadi suatu bangsa tidak lepas dari kualitas sumberdaya manusianya. Salah satu sember daya manusianya yaitu remaja, yang merupakan pioner, agen of change bagi suatu Negara. Dalam sejarah Indonesia tercatat remaja punya andil besar dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa dan kemajuan bangsa Indonenesia. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya, Kementrian Kesehatan RI (2010) mengatakan bahwa untuk mewujudkan remaja yang sehat, tangguh, dan produktif serta mampu bersaing, tentunya diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan dan membina kesehatan remaja yang melibatkan semua pihak
7
termasuk orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah sejak tahun 2003 yang dimotori oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yaitu mengembangkan model pelayanan kesehatan yang disebut dengan pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR). Program PKPR merupakan model pelayanan kesehatan baik fisik maupun mental, yang ditujukan dan akan dapat dijangkau oleh remaja, menyenangkan, dan memenuhi kebutuhan sesuai selera remaja. Program PKPR ini sangat strategis karena sesuai kebutuhan dan hak remaja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara maksimal. PKPR dapat dilaksanakan di Puskesmas, Rumah sakit atau tempat-tempat dimana remaja berkumpul termasuk di Sekolah atau lainnya (Kementrian Kesehatan RI, 2010) Melalui program PKPR diharapkan remaja mampu mengembangkan dirinya dengan baik, meningkatkan pengetahuan khususnya tentang kesehatan remaja dan menjaga kesehatan diri dalam rangka mewujudkan remaja yang sehat dan hebat. Yaitu remaja yang sehat dan tangguh dalam menjalani kehidupannya sebagaimana harapan bangsa remaja mampu menjadi pioner generasi masa depan, agen perubahan, serta mampu mengontrol dirinya dari segala tantangan, menjadi remaja yang berkarakter tangguh dan memiliki katahanan pribadi yang baik. Informasi adanya program PKPR di Puskesmas belum banyak diketahui remaja secara luas sehingga perlu adanya perhatian berbagai pihak. Keberadaan Puskesmas PKPR di Indonesia masih terbatas, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kementrian
Kesehatan
DIY
mendorong
Puskesmas
untuk
melaksanakan dan mengembangan serta mengoptimalisasikan pelaksanaan
8
program PKPR di Yogyakarta. Termasuk salah satunya pelaksanaan program PKPR di Puskesmas Gondokusuman II Kota Yogyakarta sebagai Puskesmas Percontohan di Kota Yogyakarta. Meskipun pelaksanaan program PKPR di Puskesmas belum menjadi prioritas, akan tetapi isu kesehatan remaja dalam program PKPR ini sangat penting untuk mendapatkan perhatian khusus dalam mewujudkan remaja yang sehat baik lahir maupun batin. Untuk menjadikan remaja yang sehat fisik, psikis dan rohaninya dalam mengatasi permalahan dan perilaku berisiko yang muncul pada diri remaja, perlu ada upaya khusus, sebagiamana upaya yang telah dilakukan Kementrian Kesehatan RI melalui adanya program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) yang dilaksanakan di Puskesmas. Puskesmas diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada remaja sesuai dengan kebutuhannya sehingga dapat mewujudkan remaja yang sehat dan tangguh. Apabila remaja Indonesia sehat akan dapat memberikan kontribusi peningkatan kualitas kesehatan sumber daya manusia Indonesia. Hal tersebut di atas, yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Peduli remaja dalam
mendukung
Katahanan
Pribadi
Remaja
Studi
Pada
Puskesmas
Gondokusuman II Di Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Provinsi DIY”.
9
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan menjadi dua rumusan masalah penelitian, yaitu: 1.2.1
Bagaimana pelaksanaan program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) di Puskesmas Gondokusuman II, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta?
1.2.2
Bagaimana pelaksanaan program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dalam mendukung ketahanan pribadi remaja peserta program PKPR Puskesmas Gondokusuman II di Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta?
1.3 Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran peneliti, penelitian mengenai program pelayanan kesehatan peduli remaja ini pernah dilakukan oleh peneliti lain, tetapi dalam lokus dan objek material
yang berbeda. Adapun penelitian yang dimaksud adalah
sebagai berikut. Pertama, Pertama, Penelitian program kesehatan oleh Muflihati (2005) tentang pelaksanaan program pendidikan kesehatan reproduksi remaja berbasis sekolah studi kasus program penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi remaja di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Penelitiaanya menunjukkan proses pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi remaja berbasis sekolah (KRR) merupakan salah satu upaya untuk memberikan informasi kepada remaja tentang perkembangan seksualitas dan reproduksinya secara sehat baik fisik, psikologis
10
maupun sosial. Program KRR juga sebagai upaya pencegahan timbulnya masalahmasalah seksualitas remaja seperti Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS dan sekolah dianggap sebagai setting tempat yang tepat bagi program pendidikan KRR. Isu penelitian ini senada namun belum mengkaji pengaruhnya kepada individu. Sedangkan peneliti pada penelitian ini ingin mengkaji pelaksanaan program PKPR dalam mendukung ketahanan pribadi remaja. Kedua, penelitian oleh Suhariati (2010) tentang analisis beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi program PKPR di Puskesmas Wilayah Kediri. Penelitian ini memiliki persamaan dalam konteks program PKPR. Tujuan penelitian
Suhariati
menganalisis
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
implementasi program PKPR di Puskesmas wilayah Kabupaten Kediri, sedangkan peneliti bertujuan mengkaji pelaksanaan program PKPR dalam mendukung ketahanan pribadi remaja. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Sarah (2012) tentang implementasi program kesehatan peduli remaja di Puskesmas Sumbawa Barat. Penelitian bertujuan
untuk
mengevaluasi
pelaksanaan
program
PKPR.
Hasilnya
menunjukkan implementasi program PKPR belum berjalan maksimal. Persamaan penelitian ini adalah pada fokus penelitian tentang program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Namun penelitian ini hanya focus pada implementasi program PKPR. Sementara peneliti mengembangkan pada pelaksanaan program PKPR kaitannya dalam mendukung ketahanan pribadi remaja.
11
Keempat, penelitian tentang efektivitas support group therapy dalam meningkatkan resiliensi warga binaan wanita kasus narkotika oleh Helmaleni (2012). Penelitian bertujuan untuk melihat efektivitas support group therapy terhadap resiliensi warga binaan wanita. Penelitian ini menunjukkan secara umum subjek yang diteliti telah memiliki kemampuan resiliensi yang baik. Suport group therapy terbukti efektif dalam meningktan resilensi warga binaan wanita kasus narkotika. Penelitian ini memiliki kesamaan sama-sama meneneliti tentang resilensi atau ketahanan pribadi remaja. sementara peneliti menyoroti pelaksanaan program PKPR dalam mendukung ketahanan pribadi remaja. Berdasarkan temuan peneliti, penelitian mengenai program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) ini pernah dilakukan oleh peneliti lain, tetapi dalam fokus, dan lokus yang berbeda. Peneliti akan fokus pada pelaksanaan program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dalam mendukung ketahanan pribadi remaja. Lokus penelitian di Puskesmas Gondokusuman II Kota Yogyakarta. Peneliti bermaksud untuk melihat sejauhmana pelaksanaan program PKPR dengan harapan akan menjadi salah satu alternatif solusi dan kotribusi dalam mendukung ketahanan Pribadi remaja guna mewujudkan katahanan pribadi bangsa yang tangguh.
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
12
1.4.1
Mengkaji pelaksanaan program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) di Puskesmas Gondokusuman II Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.4.2
Mengkaji pelaksanaan program PKPR dalam mendukung ketahanan pribadi peserta PKPR Puskesmas Gondokusuman II di Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh adalah sebagai berikut: 1.5.1
Manfaat Akademik Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khazanah ilmu ketahanan
Nasional khususnya ketahanan pribadi pada remaja melalui program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR). 1.5.2
Manfaat Praktis Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pembuat kebijakan untuk
menjalankan program PKPR dalam mendukung ketahanan pribadi remaja. Bagi remaja agar dapat berguna bagi diri dalam meningkatkan kualitas ketahanan pribadinya. Bagi petugas PKPR dalam mengembangkan program PKPR yang lebih baik.