BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan
lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai resiko buruk bagi kesehatan melalui upaya kesehatan lingkungan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai Kesehatan Lingkungan). Berdasarkan peraturan diatas, dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dapat disebutkan bahwa sektor transportasi memiliki peranan yang penting dalam menunjang kegiatan perekonomian masyarakat baik di daerah perkotaan, pedalaman pedesaan maupun daerah terpencil. Tetapi perlu disadari dan diperhatikan bahwa sekalipun pembangunan transportasi dapat menciptakan dan meningkatan perekonomian yang lebih baik tetapi dalam pelaksanaannya dapat juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Sehingga pemerintah menetapkan peraturan yang bertujuan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat (Depkes RI, 1993). Salah satu sektor yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan adalah sektor transportasi dimana udara yang dihasilkan dapat menyebabkan polusi dan kebisingan dari mesin alat transportasi seperti mobil, taksi, angkutan kota, sepeda motor dan becak mesin serta becak vespa.
Kebisingan merupakan salah satu faktor lingkungan yang berperan penting sebagai penyebab stress dalam kehidupan dunia modern, sumber kebisingan dapat berasal dari kendaraan bermotor, kawasan industri atau pabrik, pesawat terbang, kereta api, tempat – tempat umum dan niaga. Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Pengaruhnya berupa peningkatan sensitifitas tubuh seperti peningkatan sistem kardiovaskuler dalam bentuk kenaikan tekanan darah dan denyut jantung. Apabila kondisi tersebut terus berlangsung dalam waktu yang lama, akan muncul reaksi psikologis berupa penurunan konsentrasi dan kelelahan (Chandra, 2006). Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan menyatakan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat dan kenyamanan lingkungan. Saat ini, kebisingan merupakan salah satu penyebab “penyakit lingkungan” yang penting (Slamet, 2006). Kebisingan mempunyai efek pada masyarakat secara umum dan pada pengemudi becak vespa secara khusus. Pengaruh buruk kebisingan, diartikan sebagai suatu perubahan morfologi dan fisiologi suara organisme yang menyebabkan penurunan kapasitas fungsional untuk mengatasi adanya stress tambahan atau peningkatan kerentanan suatu organisme terhadap pengaruh efek faktor lingkungan yang merugikan, termasuk pengaruh yang bersifat sementara maupun gangguan jangka panjang terhadap suatu organ atau seseorang secara fisik, psikologis atau sosial.
Pengaruh khusus akibat kebisingan berupa gangguan pendengaran, gangguan kehamilan, pertumbuhan bayi, gangguan komunisasi, gangguan istirahat, gangguan tidur, psikofisiologis, gangguan mental, kinerja, pengaruh terhadap perilaku pemukiman, ketidaknyamanan dan juga gangguan berbagai aktivitas sehari-hari (Mansyur, 2003). Efek kebisingan yang cukup keras dengan intensitas lebih dari 70 dB dapat mengakibatkan
kegelisahan
(nervousness),
kurang
enak
badan,
kejenuhan
mendengar, sakit lambung, dan masalah peredarahan darah. Hal ini juga berlaku pada intensitas diatas 85 dB dapat menyebabkan kemunduran yang serius pada kondisi kesehatan seseorang pada umumnya dan apabila berlangsung dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kehilangan pendengaran sementara atau permanen, masalah penyakit jantung dan tekanan darah tinggi (Suma’mur, 1996). Dampak kebisingan di suatu daerah besar pengaruhnya bagi kesehatan dan kenyamanan hidup masyarakat, hewan ternak maupun satwa liar dan gangguan terhadap ekosistem alam. Bagi kesehatan manusia, kebisingan dapat menimbulkan gangguan pada sistem pendengaran dan pencernaan, stress, sakit kepala, peningkatan tekanan darah serta dapat menurunkan prestasi kerja (Gunarwan, 1992). Hubungan antara kebisingan dengan kemungkinan timbulnya gangguan terhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan dan lamanya seseorang berada di tempat atau di dekat bunyi tersebut, baik dari hari ke hari ataupun seumur hidupnya (Rosidah, 2005).
Kebisingan juga dapat berhubungan dengan terjadinya penyakit hipertensi. Hal ini didukung dengan suatu studi epidemiologis di Amerika Serikat. Peneliti tersebut mengaitkan masyarakat, kebisingan, serta risiko terjangkit penyakit Hipertensi. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa masyarakat yang terpapar kebisingan, cenderung memiliki emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi tersebut akan mengakibatkan stress. Stress yang cukup lama, akan menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, sehingga memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah keseluruh tubuh. Dalam waktu yang lama, tekanan darah akan naik, dan inilah yang disebut hipertensi (Haryoto,2005). Berdasarkan hasil penelitian Rosenlund (2000) menyatakan bahwa kebisingan dapat menyebabkan masyarakat yang tinggal di wilayah yang masih jelas mendengar kebisingan misalnya mesin pesawat terutama di dekat bandara beresiko untuk meningkatkan tekanan darah. Rosenlund melakukan perbandingan antara keompok masyarakat yang tinggal di dekat bandara Stockholm Arlanda (266 orang) dengan kelompok lain yang tinggal juga di sana tetapi letaknya yang jauh dari bandara (2700 orang). Masyarakat yang rumahnya terletak di dekat bandara Stockholm Arlanda ratarata terpapar oleh suara gemuruh pesawat diatas 55 dB – 72 dB. Ternyata 20% dari kelompok masyarakat ini memiliki tekanan darah yang tinggi. Berbanding terbalik dengan kelompok kedua yang memiliki prevalensi tekanan darah tingginya hanya sebesar 14 %. Penelitian yang dilakukan ini memanfaatkan metode statistik yang dilakukan dengan membagi wilayah menjadi kelompok masyarakat yang bertempat tinggal dekat bandara Stockholm Arlanda menjadi beberapa bagian berdasarkan
tingkat kebisingan suara/bunyi. Dan diperoleh hasilnya, dimana masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah yang paling bising memiliki prevalensi penyakit hipertensi 80%. Suryani (2003) mengatakan bahwa kebisingan yang berkisar 77-88 dB A dapat meningkatkan tekanan darah bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Terminal Umbulharjo. Menurut pendapat Suryani (2003) yang mengutip hasil studi yang dilakukan oleh Robert Koch Institusi di Jerman menemukan bahwa orang yang tinggal di lingkungan dengan rata-rata tingkat kebisingan sebesar 55 dB A atau lebih, memiliki resiko dua kali lebih besar untuk dirawat karena tekanan darah tinggi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di lingkungan dengan rata-rata tingkat kebisingan sebesar 50 dB A. Salah satu transportasi selain becak mesin dalam bidang jasa dan angkutan umum adalah becak vespa. Becak vespa ini banyak ditemukan di Kota Padangsidimpuan. Becak vespa yang berasal dari Kota Padangsidimpuan merupakan becak yang terbilang unik. Sehingga Kota Padangsidimpuan sering juga dikenal masyarakat dengan sebutan Kota Becak Vespa. Becak vespa merupakan salah satu alat transportasi yang memiliki roda tiga yang dapat mengangkut penumpang dan barang di bagian kabinnya dengan bodi yang lebih menyerupai kapsul (bagian depan yang lancip) sampai kapasitas 100 kg dan kecepatan rata-rata 80-90 km/jam. Bahan bakar becak vespa adalah bensin. Becak vespa menghasilkan asap yang dapat menyebabkan pencemaran udara serta suara bising akibat dari adanya pembelahan yang dilakukan oleh pemilik becak vespa ataupun montir pada bagian knalpot dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan adanya tumpukan sisa oli pada saringan
tetapi memiliki efek terhadap suara yang dihasilkan sehingga dapat menyebabkan pencemaran suara dan gangguan kesehatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Dinas Perhubungan Kota Padangsidimpuan dimana banyaknya becak vespa yang beroperasi di Kota Padangsidimpuan adalah 300 unit. Becak vespa ini tersebar di setiap sudut Kota Padangsidimpuan. Masyarakat Kota Padangsidimpuan sering mengeluhkan suara bising becak vespa yang melintas dekat rumah saat mereka istirahat maupun lokasi tempat mereka beraktifitas. Lokasi pangkalan becak terletak di pinggir-pinggir jalan raya sehingga tidak ideal karena sekitarnya terdapat sekolah dan kantor yang memerlukan suasana tenang dan tidak bising. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, pengukuran kebisingan dilakukan sebanyak 3 jenis, yaitu pada daerah yang sering dilalui oleh becak vespa, pada pengemudi dan pada mesin becak vespa. Pengukuran dilakukan di Jalan Sudirman, Jalan Patrick Lumumba, Jalan M.H. Thamrin, Jalan Mongonsidi dan Jalan Sutan Sori Pada Mulia. Hasil pengukuran yang diperoleh di Jalan Sudirman, hasil rata-rata pengukuran pada daerah yang sering dilalui oleh becak vespa sebesar 86,97 dB, pada pengemudi sebesar 97,08 dB dan pada mesin becak vespa sebesar 102,48 dB, di Jalan Patrick Lumumba, hasil rata-rata pengukuran pada daerah yang sering dilalui oleh becak vespa sebesar 92,23 dB, pada pengemudi sebesar 87,42 dB dan pada mesin becak vespa sebesar 103,60 dB, di Jalan Thamrin, hasil rata-rata pengukuran pada daerah yang sering dilalui oleh becak vespa sebesar 84,16 dB, pada pengemudi sebesar 93,43 dB dan pada mesin becak vespa sebesar 98,15 dB, di Jalan
Mongonsidi, hasil rata-rata pengukuran pada daerah yang sering dilalui oleh becak vespa sebesar 74,14 dB, pada pengemudi sebesar 96,45 dB dan pada mesin becak vespa sebesar 102,54 dB, Jalan Sutan Sori Pada Mulia, hasil rata-rata pengukuran pada daerah yang sering dilalui oleh becak vespa sebesar 90,14 dB, pada pengemudi sebesar 98,50 dB dan pada mesin becak vespa sebesar 102,30 dB. Dari hasil survei yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa kebisingan yang diakibatkan oleh becak vespa tidak memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan. Berdasarkan penjelasan diatas perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan paparan kebisingan dan karakteristik pengemudi becak vespa dengan tekanan darah di Kota Padangsidimpuan. 1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, kebisingan yang
berasal dari becak vespa memiliki intensitas kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu 85 dB A sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan serta adanya kebiasaan pada pengemudi becak vespa seperti pengunaan helm, kebiasaan minum kopi dan kebiasaan merokok yang mendukung terjadinya tekanan darah tinggi (hipertensi). Hal inilah yang menjadi dasar bagi peneliti untuk mengetahui paparan kebisingan dan karakteristik pengemudi becak vespa dengan tekanan darah di Kota Padangsidimpuan.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan
kebisingan dan karakteristik pengemudi becak vespa terhadap tekanan darah di Kota Padangsidimpuan. 1.3.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik pengemudi becak vespa seperti usia, masa kerja, lama paparan kebisingan, pengunaan helm, kebiasaan minum kopi dan kebiasaan merokok. 2. Untuk mengetahui intensitas kebisingan pada pengemudi becak vespa di Kota Padangsidimpuan. 3. Untuk mengetahui tekanan darah pada pengemudi becak vespa di Kota Padangsidimpuan. 4. Untuk mengetahui hubungan usia terhadap tekanan darah di Kota Padangsidimpuan. 5. Untuk mengetahui hubungan masa kerja terhadap tekanan darah di Kota Padangsidimpuan. 6. Untuk mengetahui hubungan lama paparan kebisingan terhadap tekanan darah di Kota Padangsidimpuan. 7. Untuk mengetahui hubungan pengunaan helm terhadap tekanan darah di Kota Padangsidimpuan. 8. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan minum kopi terhadap tekanan darah di Kota Padangsidimpuan.
9. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok terhadap tekanan darah di Kota Padangsidimpuan. 10. Untuk mengetahui paparan kebisingan terhadap tekanan darah di Kota Padangsidimpuan. 1.4
Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Kota Padangsidimpuan, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. 2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan masukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya. 3. Bagi Akedemik, penelitian ini dapat meningkatkan wawasan tambahan mengenai adanya faktor internal yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar dari mahasiswa/mahasiswi untuk belajar dalam meraih prestasi belajar yang lebih baik. 4. Bagi pengemudi becak vespa, sebagai bahan masukan dan pertimbangan terutama mengenai resiko tingkat kebisingan dengan tekanan darah, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan resiko kebisingan. 5. Bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang berkaitan dengan kebisingan dan dampak kebisingan bagi kesehatan.