BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan sehat mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. Lingkungan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain: limbah cair, limbah padat, limbah gas, sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah, binatang pembawa penyakit, zat kimia yang berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas, radiasi sinar pengion dan non pengion, air yang tercemar, udara yang
tercemar, dan makanan yang terkontaminasi. (Undang-
Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan) Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi makhluk hidup lainnya. (Peraturan Pemerintah No.41 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, 1999) Udara merupakan campuran mekanis dari bermacam-macam gas. Komposisi normal udara terdiri dari gas nitrogen 78,1 %, oksigen 20,93%, dan karbondioksida 0,03%, sementara selebihnya berupa gas argon, neon, krypton,
1
Universitas Sumatera Utara
2 xenon, dan helium. Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora, dan sisa tumbuh-tumbuhan. (Chandra, 2006) Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara bersih yang dibutuhkan untuk kehidupan di bumi merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih sudah sulit diperoleh, khususnya di daerah yang memiliki banyak industri. Kebutuhan akan udara bersih semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumalh penduduk di dunia, hal ini perlu diantisipasi agar tidak terjadi krisis udara yang sehat karena itu udara perlu dijaga dan diperhatikan kesehatannya. Apabila terjadi penambahan gas-gas lain kedalam udara yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka udar dikatakan sudah tercemar. (Kastiyowati,2001) Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, rekreasi dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dan lain-lain. Konsentrasinya dapat melebihi ambang batas yang telah ditentukan. Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dan lain-lain disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan baik yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
3 di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan penyakit. Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan juga dapat menimbulkan kematian, inilah dampak karbon monoksida (CO) terhadap kesehatan. Karbon monoksida (CO) apabila terhirup kedalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini terjadi karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu. (Mukono,2008) Keracunan gas karbon monoksida dapat ditandai dari keadaan ringan, berupa pusing, rasa tidak enak pada mata, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot-otot, gangguan pada system kardiovaskuler, serangan jantung sampai pada kematian. Nilai ambang batas zat pencemar karbon monoksida dalam udara menurut Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 Tentang Pengendaqlian Pencemaran Udara adalah 30.000µg/Nm3(26 ppm) dalam pengukuran 1 jam. Selain CO, pencemar udara juga yang berbahaya bagi kesehatan dan memengaruhi kualitas udara adalah nitrogen oksida (NO2). Nitrogen dioksida (NO2) adalah gas yang sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia. Nitrogen monoksida (NO) dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun,
Universitas Sumatera Utara
4 berbau tajam menyengat hidung dan berwarna merah kecoklatan. Gas NO2 yang terkandung dalam udara jika melebihi batas standar kesehatan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 dalam Baku Mutu Udara Ambien tentang pengendalian pencemaran udara NO2 yaitu 400 µg/Nm3 selama pengukuran 1 jam dapat membahayakan kesehatan makhluk hidup terutama manusia karena dapat menyebabkan gangguan pernafasan atau penurunan kapasitas difusi paru paru. (KLH, 2007) Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri dan kendaraaan bermotor akan meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan 10 kali pada tahun 2020. Dampak dari pencemaran tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang bedampak negatif terhadap kessehatan manusia. Oleh karena itu, besarnya masalah yang ditimbulkan oleh pencemaran udara terhadap kesehatan manusia harus diperhatikan. Hasil pengukuran udara ambien di terminal Giwangan Kota Yogyakarta tahun 2007 oleh Dinas Lingkungan Hidup kota Yogyakarta selama 24 jam menunjukkan konsentrasi parameter debu sebesar 202,39 ug/m3 dan SO2 sebesar 289,87 µg/m3 dan NO2 sebesar 139,38 µg/m3, hal ini memperlihatkan bahwa masing masing zat pencemar telah mendekati nilai baku mutu yang dipersyaratkan. (Sukirno, 2009) Hasil penelitian pengukuran udara ambien di terminal Amplas Medan tahun 2001 oleh Edinton Sidabukke, SKM mahasiswa FKM USU selama pengukuran 24 jam menunjukkan konsentrasi parameter debu sebesar 2,11 mg/m3, hal ini menunjukkan konsentrasi debu di terminal Amplas tahun 2001 sudah melebihi Nilai Baku Mutu Udara Ambien sesuai Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999.
Universitas Sumatera Utara
5 Terminal bus sebagai tempat persinggahan bus yang baru tiba maupun yang akan berangkat, dapat dipastikan terminal memiliki konsentrasi perncemaran yang tinggi dibanding daerah pemukiman. Disamping sebagai tempat lalu lalang berbagai kendaraan dan bus, di terminal juga dapat ditemui pedagang, warung makanan dan minuman, kios kios, dan jasa seperti tukang tambal ban dan sebagainya. Mereka berada di terminal selama 8 sampai 24 jam, dan memiliki kemungkinan besar terpapar oleh pencemar. 1.2.Rumusan Masalah Terminal merupakan tempat beresiko terjadinya pencemaran udara yang berasal dari emisi kendaraan bermotor, yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama bagi pedagang yang secara kontiniu dan langsung menghirup udara di sekitar terminal meliputi pencemaran CO dan NO2. Berdasarkan hal tersebut diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana kadar CO dan NO2 udara serta keluhan kesehatan pedagang asongan Terminal Amplas tahun 2014. 1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui kadar CO dan NO2 serta keluhan dan kesehatan pedagang asongan di Terminal Amplas Medan Tahun 2014. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui kadar CO di Terminal Amplas Medan Tahun 2014. 2. Untuk mengetahui kadar NO2 di Terminal Amplas Medan Tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
6 3. Untuk mengetahui umur, pendidikan, waktu kerja, masa kerja, kebiasaan merokok, dan riwayat penyakit pedagang asongan di Terminal Amplas Medan Tahun 2014. 4. Untuk mengetahui jenis keluhan kesehatan yang sering dialami pedagang asongan di Terminal Amplas Tahun 2014. 1.4.Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Kota Medan Sebagai bahan masukan dalam rangka pencegahan pencemaran udara terminal juga berguna dalam penentuan tata ruang dan letak terminal agar terhindar dari pencemaran. 2. Bagi Masyarakat Sebagai penambah pengetahuan dalam upaya melindungi diri dari akibat buruk pencemaran udara bagi kesehatan pribadi dan keluarga. 3. Bagi Peneliti Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang pencemaran yang terjadi dan merupakan kesempatan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU. 4. Bagi Peneliti Lain Sebagai sumber data maupun bahan perbandingan
penelitian dibidang
pencemaran udara dan kesehatan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara