BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Keterbatasan kemampuan laporan keuangan dalam menjelaskan nilai perusahaan yang sebenarnya merupakan suatu indikasi bahwa terdapat faktor lain di dalam perusahaan yang bersifat tak berwujud dan tidak dapat diukur melalui pengukuran akuntansi namun sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi dan diidentifikasi oleh banyak akademisi dan praktisi bisnis adalah intellectual capital. Intellectual capital merupakan suatu topik yang banyak dibicarakan oleh para akademisi dan praktisi bisnis selama dua dekade terakhir. Istilah intellectual capital pertama kali diperkenalkan oleh Jon Kenneth Galbraith pada tahun 1969 yang mendefinisikannya sebagai semua aktivitas intelektual perusahaan (Derun, 2013; Khalique et al., 2011). Menurutnya, intellectual capital merupakan modal yang bersifat dinamis, tidak memiliki bentuk tetap dan tercipta melalui pemanfaatan pengetahuan secara efektif (Ding dan Li, 2010). Konsep intellectual capital mulai populer sejak dekade 1990-an yang dilatarbelakangi oleh terjadinya pergeseran ekonomi dari industrial-based menuju knowledge-based. Di dalam suatu knowledge-based economy, pengetahuan akan menjadi satu-satunya sumber daya yang berarti bagi perusahaan sehingga kemampuan untuk mengelola pengetahuan akan menjadi kemampuan yang sangat penting untuk dimiliki seorang manajer (Bontis, 1998).
1
Pulic (1998) menyatakan bahwa tujuan utama dari knowledge-based economy adalah penciptaan nilai yang didasarkan pada pengetahuan. Saat ini pekerjaan manual di industri telah banyak digantikan oleh pengetahuan. Menurutnya, tujuan dari perusahaan modern adalah untuk menambahkan sebanyak mungkin pengetahuan ke dalam produk dan layanan sehingga kesuksesan dari suatu bisnis akan sangat bergantung pada kemampuan dan efisiensi perusahaan dalam menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Pernyataan Pulic (1998) didukung oleh hasil pengamatan Ding dan Li (2010). Mereka menyatakan bahwa pada dekade 1990-an, berdasarkan pengukuran tertentu, proporsi intellectual capital terhadap total aset di perusahaan-perusahaan manufaktur Jepang, Amerika, dan Jerman dilaporkan meningkat. Proporsi intellectual capital terhadap total aset di Jepang meningkat dari 10,5% pada tahun 1990 ke 14,5% pada tahun 2001, di Amerika meningkat dari 30,6% ke 46,9%, dan di Jerman meningkat dari 15% ke 30,7%. Sebagai tambahan, intellectual capital dari banyak perusahaan berteknologi tinggi di Amerika telah mencapai 70% dari total aset mereka. IFAC (1998) menjelaskan peran pengetahuan di perusahaan sebagai berikut: 1. faktor kompetitif dasar bagi bisnis saat ini; 2. aset tak berwujud non-tradisional; 3. dapat dikelola melalui manajemen intellectual capital.
2
Petty dan Guthrie (2000) menyebutkan beberapa hal yang menjadi latar belakang mengapa intellectual capital menjadi sangat penting: 1. revolusi dalam teknologi informasi dan komunitas informasi; 2. semakin meningkatnya kebutuhan akan pengetahuan dan ekonomi berbasis pengetahuan; 3. perubahan pola interpersonal dan komunitas jaringan; 4. semakin diperlukannya inovasi sebagai penentu utama daya saing. Dengan penerapan manajemen pengetahuan, kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan tersebut (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Banyak perusahaan mencoba untuk mengukur intellectual capital yang dimilikinya supaya dapat mengelolanya dengan baik (Pablos, 2002). Selain itu, perusahaan juga dituntut mampu mengobservasi dan mengukur hasil dari penggunaan intellectual capital yang dimilikinya tersebut. Menurut Petty dan Guthrie (2000), perkembangan dari konsep intellectual capital saat ini telah mencapai ke tahap yang kedua. Tahap pertama adalah mengenai bagaimana cara mengukur
dan
menginvestigasi
melaporkan pengaruh
intellectual
dari
capital.
intellectual
Tahap
capital
kedua
terhadap
adalah
organisasi.
Manajemen intellectual capital bukan hanya bagaimana mengelola pengetahuan, tetapi juga bagaimana mengelola ekspansi, peningkatan nilai dan evaluasi nilai dari intellectual capital (Ding dan Li, 2010). Keadaan tersebut memunculkan banyaknya penelitian dengan topik pengaruh dari intellectual capital yang menarik perhatian para praktisi bisnis (Booker et al., 2008).
3
Banyak literatur membahas mengenai adanya hubungan antara intellectual capital dengan nilai pasar dari perusahaan. Informasi mengenai intellectual capital yang didapatkan dari laporan keuangan tidak lengkap. Pencatatan akuntansi masih dianggap terbatas dalam menyampaikan informasi sehingga tidak sepenuhnya dapat digunakan untuk mengukur nilai perusahaan yang sebenarnya. Investor yang menyadari hal tersebut akan mempertimbangkan intellectual capital dalam mengukur nilai suatu perusahaan. Kondisi tersebut mengindikasikan diperlukannya penelitian untuk memahami apakah terdapat hubungan yang signifikan antara intellectual capital dengan nilai pasar dari perusahaan (Celenza dan Rossi, 2012). Chen et al. (2005) menyatakan bahwa para investor memberikan penilaian yang lebih tinggi terhadap perusahaan-perusahaan dengan efisiensi intellectual capital yang lebih baik. Pernyataan mereka didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa Taiwan dan menemukan hubungan yang signifikan antara intellectual capital dengan nilai pasar perusahaan. Menurut mereka, standar akuntansi berterima umum tidak mampu mengukur sebagian besar intellectual capital dalam laporan keuangan namun para investor masih dapat memahami nilai yang tidak terlihat dari intellectual capital. Selain berhubungan dengan nilai pasar perusahaan, intellectual capital juga diharapkan akan berkontribusi terhadap kinerja keuangan. Intellectual capital akan berkontribusi terhadap kinerja keuangan karena intellectual capital merupakan sumber daya yang bernilai bagi keunggulan kompetitif perusahaan
4
(Chen et al., 2005). Berdasarkan penelitiannya di Taiwan, Chen et al. (2005) menemukan bahwa perusahaan-perusahaan dengan efisiensi intellectual capital yang lebih tinggi akan menghasilkan profitabilitas dan pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi. Berdasarkan penelitiannya di Iran, Farzinfar (2012) menyatakan bahwa
peningkatan
intellectual
capital
perusahaan
akan
meningkatkan
pendapatan perusahaan dan sebagai hasilnya laba mereka juga meningkat. Ia menyimpulkan bahwa perusahaan harus memberikan perhatian lebih kepada intellectual capital supaya mendapatkan kinerja yang lebih baik dan peningkatan efisiensi. Sebagai suatu konsep yang pertama kali diperkenalkan di negara-negara Barat, intellectual capital telah banyak dibuktikan memiliki peran yang penting terhadap kinerja organisasi di banyak penelitian yang dilakukan di sana namun konsep tersebut masih cukup baru bagi negara-negara Timur, khususnya bagi negara-negara di benua Asia (Khalique et al., 2011). Di Indonesia, intellectual capital belum terlalu dikenal karena banyak perusahaan masih bergantung pada modal konvensional dalam membangun bisnisnya (Daud dan Amri, 2008). Selain itu, perusahaan-perusahaan juga belum memberikan banyak perhatian terhadap konsep tersebut (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 19 mengenai aset tak berwujud mengindikasikan mulai berkembangnya diskusi dan pengakuan atas intellectual capital di Indonesia meskipun tidak secara langsung menyebutkan mengenai intellectual capital (Soedaryono et al., 2012; Daud dan Amri, 2008). PSAK 19 (revisi 2010) mendefinisikan aset tak berwujud sebagai aset non-
5
moneter teridentifikasi tanpa wujud fisik. Diselenggarakannya MAKE (Most Admired Knowledge Enterprise) Awards setiap tahun sejak tahun 2005 juga mengindikasikan
mulai
berkembangnya
perhatian
terhadap
pengelolaan
pengetahuan perusahaan di Indonesia (Widyaningdyah dan Aryani, 2013). Beberapa penelitian untuk membuktikan pengaruh dari intellectual capital terhadap
kinerja
organisasi
telah
dilakukan
di
Indonesia.
Mengikuti
perkembangan definisi atas intellectual capital, penelitian-penelitian di Indonesia mendefinisikan intellectual capital dengan membaginya menjadi beberapa komponen. Sebagian besar penelitian membagi intellectual capital menjadi tiga komponen, physical dan financial capital, structural capital, dan human capital, konsisten dengan penelitian Chen et al. (2005) dan Firer dan Williams (2003). Daud dan Amri (2008) meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2006 – 2007 dan menyimpulkan bahwa intellectual capital justru berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Eliza (2011) meneliti pengaruh masing-masing komponen intellectual capital terhadap nilai pasar perusahaan-perusahaan perbankan di BEI untuk periode 2004 – 2008. Ia menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan dari physical dan financial capital dan structural capital terhadap nilai pasar perusahaan. Human capital bahkan berpengaruh negatif terhadap nilai pasar perusahaan. Menurutnya, pasar di Indonesia belum mengapresiasi efisiensi dari intellectual capital. Soedaryono et al. (2012) meneliti pengaruh masing-masing komponen intellectual capital terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan-
6
perusahaan perbankan di BEI untuk periode 2005 – 2009. Ia menyimpulkan meskipun seluruh komponen intellectual capital berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, hanya physical dan financial capital saja yang berpengaruh signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. Basuki dan Sianipar (2012) meneliti pengaruh masing-masing komponen intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan-perusahaan perbankan dan asuransi yang terdaftar di BEI untuk periode 2005 – 2007. Ia tidak menemukan pengaruh signifikan dari komponen-komponen intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan namun menemukan bahwa seluruh komponen intellectual capital berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan asuransi. Ia berpendapat bahwa tidak ditemukannya pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan diakibatkan oleh keunikan komposisi aset dari perusahaan-perusahaan sektor perbankan jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Salim dan Karyawati (2013) meneliti pengaruh masing-masing komponen intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan dari beberapa sektor: manufaktur, perbankan, agensi perkreditan selain bank, securities, asuransi, dan real estate yang terdaftar di BEI untuk periode 2010 – 2011. Ia menyimpulkan bahwa seluruh komponen intellectual capital mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Banyaknya penelitian yang menghubungkan intellectual capital dengan nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan di Indonesia hingga saat ini masih belum memberikan hasil yang konsisten. Menurut Firer dan Williams (2003),
7
pemahaman dan pengembangan konsep intellectual capital di negara-negara berkembang masih berada dalam tahap awal. Berdasarkan penelitian mereka di Afrika Selatan yang merupakan salah satu negara berkembang, mereka tidak menemukan hubungan yang signifikan antara intellectual capital dengan penilaian pasar maupun profitabilitas perusahaan. Menurut mereka, keadaan tersebut disebabkan oleh pasar Afrika Selatan yang masih lebih mementingkan aset fisik daripada intellectual capital. Mereka juga menambahkan bahwa kemakmuran dan stabilitas global yang semakin bergantung kepada negara-negara berkembang akan semakin menguatkan pertumbuhan intellectual capital perusahaan dalam situasi sosial-politik dan ekonomi di negara berkembang. Terkait dengan pendapat Firer dan Williams (2003) tersebut, konsep intellectual capital di Indonesia juga masih akan terus berkembang dan keadaan tersebut menjelaskan kenapa hasil penelitian-penelitian yang ada belum bisa memberikan hasil yang konsisten. Ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian sebelumnya juga terjadi karena perbedaan perspektif dalam melakukan penelitian, seperti perbedaan periode observasi, perbedaan sampel, perbedaan pengukur variabel, dan perbedaan metode, namun tren menunjukkan bahwa penelitian yang baru semakin memperlihatkan keterkaitan antara intellectual capital perusahaan dengan nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian untuk menguji hubungan intellectual capital dengan nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan di Indonesia perlu diakukan kembali untuk mengetahui kondisi yang ada saat ini. Penelitian perlu dilakukan dengan menggunakan periode observasi dan sampel yang berbeda untuk memberikan
8
tambahan pemahaman dan gambaran mengenai pengaruh intellectual capital di Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empiris hubungan intellectual capital dengan nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI dengan menggunakan periode observasi 2009 – 2013.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka masalah yang diangkat penulis melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah hubungan intellectual capital dengan nilai pasar perusahaan di Indonesia? 2. Adakah hubungan intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memberikan temuan empiris mengenai hubungan intellectual capital dengan nilai pasar perusahaan di Indonesia; 2. Memberikan temuan empiris mengenai hubungan intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan di Indonesia.
9
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi kalangan akademisi untuk mengetahui hubungan intellectual capital dengan nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui apakah investor di Indonesia telah memahami dan memperhitungkan intellectual capital yang dimiliki oleh perusahaan sehingga harga saham perusahaan mencerminkan keseluruhan nilai perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian ini juga dapat diketahui apakah perusahaan-perusahaan di Indonesia telah mampu untuk menggunakan intellectual capital yang dimilikinya secara efisien sehingga meningkatkan nilai tambah dan daya saing perusahaan. Hasil akhir penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan para praktisi bisnis di Indonesia mengenai arti pentingnya pengelolaan intellectual capital di perusahaan.
10