BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cuaca antariksa adalah kondisi di matahari, magnetosfer, ionosfer dan termosfer yang dapat mempengaruhi kondisi dan kemampuan sistem teknologi baik yang landas bumi maupun ruang angkasa dan membahayakan kehidupan dan kesehatan manusia. Matahari melontarkan milyaran ton partikel dan plasma berenergi tinggi serta radiasi gelombang elektromagnetik. Lontaran partikel dan radiasi yang mengarah ke bumi ini akan mempengaruhi lapisan atmosfer dan sistem teknologi serta aktivitas manusia di bumi. Cuaca antariksa dipengaruhi oleh aktivitas matahari terutama kecepatan dan kerapatan angin surya, sifat dari medan magnetik bumi serta medan magnet antar planet yang dibawa oleh plasma angin surya. Pada kondisi aktif memungkinkan terjadinya lontaran massa korona (Coronal Mass Ejection/CME), flare, dan gelombang kejut yang memunculkan radiasi gelombang elektromagnet dan radiasi partikel yang berenergi tinggi. Variasi aktivitas matahari disebut siklus matahari yang berlangsung rata-rata 11 tahunan. Aktivitas matahari ditandai dengan munculnya bintik gelap yang mempunyai temperatur lebih dingin daripada daerah di sekitarnya yang biasanya disebut bintik Matahari (sunspot). Setiyowati, 2012 Keterkaitan Luas Grup Sunspot Kelas D, E, Dan F Dengan Peristiwa Flare Kelas M Dan X Pada Siklus Matahari Ke-23 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Selama kala hidupnya sunspot akan mengalami perubahan sifat-sifat fisisnya antara lain perubahan luas dan medan magnet, baik kuat medan magnetnya maupun kompleksitasnya. Perubahan bentuk dan luas grup sunspot diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas klasifikasi Zurich dengan notasi A, B, C, D, E, F, dan H. Kelas A, B dan C menyatakan sunspot dalam taraf perkembangan awal. Kelas D, E, dan F merupakan tahapan evolusi yang aktif. Selain itu, grup sunspot pada kelas ini struktur magnetnya lebih kompleks daripada kelas A, B, dan C karena kelas ini merupakan kelas yang memiliki struktur bipolar dengan penumbra pada kedua ujung grupnya dan juga memiliki luas grup yang lebih besar daripada kelas A, B, C maupun H. Ledakan sewaktu-waktu bisa muncul dari sunspot pada kelas ini. Sehingga, grup sunspot kelas D, E, dan F ini berpotensi memunculkan flare. Sedangkan kelas H adalah kelas sunspot yang sedang menuju pada peluruhan. Sunspot berevolusi dari spot kecil dengan aktivitas rendah kemudian berkembang menjadi konfigurasi yang sangat kompleks dengan kemungkinan mempunyai aktivitas tinggi, yaitu mengeluarkan ledakan-ledakan berupa flare dan CME. Flare matahari adalah ledakan dahsyat di matahari akibat terbukanya salah satu kumparan medan magnet di matahari. Umumnya flare terjadi di atas daerah aktif. Daerah aktif
merupakan
bagian dari atmosfer matahari yang kekuatan medan
magnetnya lebih tinggi daripada daerah sekelilingnya. Sumber energi flare ini tersimpan dalam medan magnet di daerah aktif.
Setiyowati, 2012 Keterkaitan Luas Grup Sunspot Kelas D, E, Dan F Dengan Peristiwa Flare Kelas M Dan X Pada Siklus Matahari Ke-23 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Berdasarkan kecerlangannya pada panjang gelombang sinar-x antara 1 – 8 Angstrom, flare diklasifikasikan dalam beberapa kelas yaitu flare kelas B, C, M, dan X. Flare kelas M dan X merupakan flare yang memiliki intensitas yang besar dan memiliki pengaruh terhadap bumi, seperti menyebabkan perubahan di ionosfer bumi yang dapat mengganggu sinyal radio, menyebabkan gangguan satelit pada orbit dekat bumi, merusak GPS, dan sebagainya. Karena intensitas merupakan daya tiap satuan luas sehingga seharusnya ada pengaruh luas grup sunspot dengan intensitas flare. Di bawah ini adalah penelitian yang dilakukan Jasman (2002) mengenai Luas Minimum Grup Sunspot untuk Pemunculan Flare. Tabel 1.1. Luas Minimum Masing-masing Kelas Grup Sunspot yang Dapat Memunculkan Masing-masing Kelas Importansi Flare
Kelas
Kelas
Kelas
Kelas
Kelas
Kelas
Kelas
A
B
C
D
E
F
H
Importansi
Luas Minimum Grup Sunspot (x10-6 solar hemisphere)
Flare S
50
20
30
50
30
70
10
1
-
30
70
70
130
110
190
2
-
-
-
220
180
430
-
Setiyowati, 2012 Keterkaitan Luas Grup Sunspot Kelas D, E, Dan F Dengan Peristiwa Flare Kelas M Dan X Pada Siklus Matahari Ke-23 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
3
-
-
-
110
450
510
-
4
-
-
-
-
-
-
-
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jasman (2002) diperoleh bahwa semakin besar luas minimum grup sunspot akan menghasilkan flare H𝛼 dengan kelas importansi yang semakin besar pula seperti yang terlihat pada tabel 1.1. Dalam penelitian Greatrix (1962) diperoleh pula nilai korelasi antara frekuensi munculnya flare dengan luas grup sunspot yang masing-masing bernilai 0,9; 0,766; dan 0,772. Angka korelasi ini menunjukkan besarnya pengaruh luas grup sunspot terhadap munculnya flare. Dari kedua hasil penelitian tersebut diperoleh hubungan yang kuat antara luas grup sunspot dengan munculnya flare. Pada kedua penelitian tersebut yang diteliti adalah flare pada panjang gelombang H 𝛼 , sehingga diperlukan juga penelitian mengenai pengaruh luas grup sunspot dengan flare pada panjang gelombang sinar-X karena flare sinar-X yang lebih berpengaruh pada Bumi. Dari latar belakang yang telah disampaikan tersebut maka dalam penelitian ini kajian difokuskan pada hubungan luas grup sunspot kelas D, E, F dengan peristiwa flare kelas M dan X.
Setiyowati, 2012 Keterkaitan Luas Grup Sunspot Kelas D, E, Dan F Dengan Peristiwa Flare Kelas M Dan X Pada Siklus Matahari Ke-23 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan luas grup sunspot kelas D, E, dan F dengan peristiwa flare kelas M dan X pada siklus Matahari ke-23 ? C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Hubungan antara luas grup sunspot kelas D, E, dan F dengan peristiwa flare M dan X dinyatakan dalam koefisien korelasi yang diperoleh secara statistika. 2. Peristiwa flare yang diteliti pada penelitian ini difokuskan pada intensitasnya. 3. Data yang digunakan untuk data sunspot yaitu waktu terjadinya sunspot, kelas sunspot, luas grup sunspot dan nomor sunspot. 4. Data yang digunakan untuk data flare yaitu waktu terjadinya flare, kelas flare, dan nomor sunspot. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, tujuan pada penelitian ini adalah menganalisis hubungan luas grup sunspot kelas D, E, dan F dengan peristiwa flare kelas M dan X pada siklus ke-23.
Setiyowati, 2012 Keterkaitan Luas Grup Sunspot Kelas D, E, Dan F Dengan Peristiwa Flare Kelas M Dan X Pada Siklus Matahari Ke-23 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian tentang “ Keterkaitan Luas Grup Sunspot Kelas D, E, dan F dengan Peristiwa Flare Kelas M dan X Pada Siklus Matahari ke-23 ” ini adalah dapat memprediksi potensi terjadinya flare kuat dengan melihat luas grup sunspot kelas D, E, dan F pada siklus matahari yang berbeda. F. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik.
Setiyowati, 2012 Keterkaitan Luas Grup Sunspot Kelas D, E, Dan F Dengan Peristiwa Flare Kelas M Dan X Pada Siklus Matahari Ke-23 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu