BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Luar angkasa adalah ruang hampa yang berada di luar bumi dan terdiri dari banyak benda langit seperti bintang, planet, komet, asteroid, dan sebagainya. Di antara benda-benda itu ada yang sudah kita ketahui dan ada yang masih belum kita ketahui sehingga masih menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga saat ini. Hal itulah yang menjadikan suatu motivasi untuk lebih mengetahui apa saja hal yang ada serta fenomena apakah yang terjadi di luar angkasa. Di negara-negara maju seperti Amerika, Rusia, dan Jepang, ilmu yang mempelajari tentang luar angkasa (astronomi) cukup populer di kalangan masyarakatnya. Bahkan negara-negara tersebut sudah melakukan berbagai macam percobaan mulai dari pengiriman satelit hingga manusia di luar angkasa. Di negaranegara maju tersebut terutama Jepang buku-buku yang membahas mengenai astronomi pun sangat mudah ditemui di berbagai toko buku serta perpustakaan. Lalu bagaimana perkembangan astronomi di Indonesia itu sendiri ? Di Indonesia, ilmu astronomi belum terlalu populer dan masih terlalu sedikit diajarkan. Masih terbatas pada materi yang diajarkan di sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Materi astronomi yang diajarkan hanya
1
2
terbatas pada tata surya kita. Di Indonesia juga sulit mencari buku mengenai astronomi. Terlebih lagi buku-buku tersebut dikemas dengan cara yang kurang menarik dan cenderung membosankan. Sedangkan di Jepang, banyak ditemui buku astronomi yang dikemas cukup menarik, Salah satunya adalah buku Kaiteiban Uchuu Jugyou dalam Bahasa Indonesia berarti pelajaran mengenai luar angkasa edisi revisi yang ditulis oleh Hitoshi Nakagawa yang merupakan mantan karyawan JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency) atau badan antariksa Jepang. Buku ini berisi tentang fenomena-fenomena yang terjadi di bumi maupun luar angkasa yang dijelaskan dengan sudut pandang ilmu astronomi yang sederhana. Terdapat 44 bab dalam buku ini yang masing-masing babnya mempunyai tema yang berbeda. Dalam buku Kaiteiban Uchuu Jugyou ini, fakta-fakta mengenai luar angkasa dikemas dengan padat dan menarik. Buku ini sangat mudah dipahami oleh semua usia. Berbagai macam fakta mengenai luar angkasa seperti bagaimana suhu di luar angkasa, apakah suara dapat terdengar di luar angkasa, adakah angin di luar angkasa, dan sebagainya itu dibahas dalam buku ini. Oleh karena itu, buku ini sangat menarik untuk diterjemahkan sebagai tugas akhir untuk menambah referensi bacaan bagi masyarakat umum khususnya bagi pecinta astronomi. Tugas akhir ini memuat terjemahan Bab 24 sampai Bab 34 (11 Bab) yang masing-masing berjudul: Uchuu no Ondo, Uchuu de Oto wa Kikoeteru no?, Uchuu ni Kaze wa Aru no?, Mujuuryoku no Sekai, Chokusen to Saitankeiro, Uchuu de no Shintai no Henka, Uchuu no Tondeiru Mono, Sekai no Kaiten Houkou, Uchuu to
3
Gomi, Chikyuu no Kuuki, Shinku Joutai. Kesebelas bab tersebut dipilih karena memiliki kesinambungan dan secara khusus membahas mengenai kondisi di luar angkasa. Diharapkan terjemahan buku Kaiteiban Uchuu Jugyou ini dapat bermanfaat untuk pembaca khususnya pembaca yang mempunyai minat untuk mempelajari ilmu Astronomi dan kelak dapat memajukan ilmu Astronomi di negeri ini.
1.2. Pokok Bahasan Pokok bahasan dalam tugas akhir ini adalah terjemahan buku Kaiteiban Uchuu Jugyou (Lesson 24-34) ini dari bahasa sumber yaitu bahasa Jepang ke dalam Bahasa Indonesia.
1.3. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah menerjemahkan sebagian dari buku Kaiteiban Uchuu Jugyou (Lesson 24-34) dari bahasa asli yaitu bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi suatu karya terjemahan yang mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu, karena masih kurangnya buku-buku yang membahas tentang ilmu astronomi di Indonesia, maka kegiatan penerjemahan ini juga bertujuan untuk menambah informasi baru kepada masyarakat umum terutama orang yang tertarik terhadap ilmu astronomi.
4
1.4. Metode Penerjemahan Menurut Newmark (1988: 45-48), terjemahan yaitu suatu keahlian yang meliputi usaha mengganti pesan atau pernyataan tertulis dalam suatu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama dalam bahasa lain. Metode-metode penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark dapat dikelompokkan bedasarkan dua penekanan yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran. Penekanan ke bahasa sumber adalah penerjemahan yang menitikberatkan pada bahasa asli atau bahasa sumber dengan menjaga makna yang asli tetap utuh sehingga tidak banyak mengalami perubahan dari segi kosakata maupun pergeseran makna. Penekanan ke bahasa sasaran adalah penerjemahan yang menitikberatkan pada pembaca atau bahasa sasaran dengan mengutamakan padanan makna dalam bahasa sasaran. Penekanan ke bahasa sasaran tersebut memungkinkan terjadinya perubahan kosakata dengan tujuan informasi yang terkandung dalam hasil terjemahan mampu dipahami oleh pembaca dengan mudah. Oleh karena itu, untuk menterjemahkan buku Kaiteban Uchuu Jugyou yang menjelaskan tentang ilmu sains ini, tentunya dibutuhkan pendekatan-pendekatan ke bahasa sumber untuk dapat menyampaikan informasi dengan mudah kepada pembaca. Diantara beberapa metode yang menitikberatkan pada bahasa sasaran, digunakanlah metode komunikatif untuk menerjemahkan buku Kaiteban Uchuu Jugyou agar dapat menghasilkan suatu terjemahan yang mudah dimengerti serta dapat mengajak pembaca untuk memahami bersama apa yang tertulis di dalam buku Kaiteban Uchuu Jugyou. Buku Kaiteban Uchuu Jugyou ini adalah buku yang
5
bertemakan sains atau ilmiah, maka apabila tidak diterjemahkan menggunakan caracara yang komunikatif, pembaca akan sulit membayangkan fenomena-fenomena luar angkasa yang dimuat dalam buku ini.
1.5. Langkah Penerjemahan Newmark (via Hoed 2006: 77) mengemukakan empat langkah dalam penerjemahan yaitu: 1.
Tataran teks (textual level) yaitu,
memahami
teks
yang harus
diterjemahkan terutama pada tataran kata dan kalimat. 2.
Tataran referensial (referensial level) yaitu, mencari rujukan kata, istilah atau ungkapan dalam teks. Pada tahap ini penerjemah mencari rujukan tersebut dengan bantuan kamus, dan bertanya kepada para ahli yang memahami istilah atau ungkapan khusus ini.
3.
Tataran kohesi (cohesive level) yaitu, memeriksa kepaduan (kohesi) teks yang telah diterjemahkan. Kepaduan ini meliputi kepaduan judul, judul dengan sub judul, kata dengan kalimat, kalimat dengan paragraf, dan paragraf dengan paragraf.
4.
Tataran kewajaran (naturalness level). Pada tahap ini penerjemah meneliti kembali apakah teks yang telah diterjemahkannya telah sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku pada bahasa sasaran sehingga teks tersebut dapat dibaca dan dipahami dengan baik oleh pembaca bahasa sasaran.
6
Bedasarkan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Newmark tersebut, langkah-langkah dalam menerjemahkan buku Kaiteiban Uchuu Jugyou ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, membaca dan menganalisis apa saja yang disampaikan dalam buku ini serta mencari kosakata sukar yang mungkin belum dikethui melalui media-media seperti kamus dan buku-buku referensi lain. Kedua, menerjemahakan perkalimat dengan mencari padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia agar makna yang terkandung dalam buku ini dapat mudah dicerna oleh pembaca pada umumnya tanpa mengubah makna yang asli. Tahap selanjutnya adalah menyusun
hasil
terjemahan
perkalimat
tersebut
ke
dalam
paragraf
dan
menyesuaikannya agar lebih mudah dipahami. Terakhir adalah proses peninjauan kembali apakah hasil terjemahan sudah layak atau masih perlu diperbaiki.
1.6. Sistematika Penulisan Tugas akhir ini memuat tiga bab. Bab I yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang, pokok bahasan, tujuan penulisan, metode terjemahan, dan sistematika penulisan. Bab II yaitu berisi teks terjemahan per kalimat dan hasil terjemahan. Bab III adalah penutup.