BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman semakin dibutuhkan pula individu yang berkompetensi dalam berbagai bidang, salah satu indikator kompetensi individu tercermin melalui strata pendidikan yang telah dituntaskannya. Dari waktu ke waktu minat para lulusan SMA berbondong-bondong untuk melanjutkan pendididikan ke jenjang yang lebih tinggi meningkat. Proses menjalani pendidikan S1 di Perguruan Tinggi berlangsung melalui serangkaian aktivitas kurikuler. Sebelum dinyatakan lulus sebagai sarjana, maka mahasiswa perlu memenuhi beberapa persyaratan akademik , salah satu diantaranya yaitu menyusun tugas akhir (skripsi) yang merupakan persyaratan mutlak yang telah ditetapkan oleh kurikulum. Demikian pula dengan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh kurikulum untuk dapat menyelesaikan pendidikan jenjang S1 sebagai Sarjana Psikologi (S.Psi). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Online), skripsi berarti karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya. Sedangkan pada Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Fakultas Psikologi
yang dikeluarkan oleh Fakultas Psikologi
Universitas “X” dijelaskan bahwa Skripsi diartikan sebagai suatu karya tulis
1
Universitas Kristen Maranatha
2
ilmiah, yang berisi paparan tulisan hasil penelitian yang membahas suatu masalah dalam bidang kajian ilmu psikologi dengan menggunakan kaidah yang berlaku dalam bidang ilmu psikologi. Setiap mahasiswa Fakultas Psikologi Unviersitas “X” di Bandung diwajibkan menyelesaikan tugas akhir dengan membuat skripsi berdasarkan setting yang telah dipilih sesuai dengan bidang minat mahasiswa tersebut sebagai landasan dalam penelitiannya. Syarat untuk mengontrak mata kuliah skripsi di Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung adalah telah menyelesaikan Usulan Penelitian yang diakhiri dengan presentasi Usulan Penelitian dalam forum seminar. Usulan Penelitian adalah langkah awal mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi karena didalamnya memaparkan bab 1,2 dan 3 dari skripsi dengan bobot 1 SKS (Satuan Kredit Semester). Pada kurikulum yang dikeluarkan oleh pihak Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung, mata kuliah Usulan Penelitian dapat dikontrak pada semester VII dan mata kuliah skripsi dapat dikontrak di semester 8, namun jika mahasiswa belum menyelesaikan usulan penelitian dan melakukan seminar Usulan Penelitian pada semester VII dapat mengontrak ulang mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan pada semester berikutnya. Dalam menjalani proses penyelesaian Usulan Penelitian Lanjutan, mahasiswa akan berhadapan dengan berbagai situasi, yang secara garis besar terdiri atas situasi baik dan situasi buruk. Situasi baik adalah segala bentuk keadaan yang ditemui selama proses penyusunan Usulan Penelitian Lanjutan, yang memberikan kelegaan, rasa senang dan rasa puas pada mahasiswa. Misalnya, dapat berkonsultasi dengan dosen pembimbing, berhasil menemukan literatur
Universitas Kristen Maranatha
3
yang dicari, bertemu dengan teman yang memberi informasi yang sedang dibutuhkan, subjek penelitian yang kooperatif dalam proses survey awal. Situasi buruk adalah segala bentuk keadaan atau peristiwa yang mengecewakan, menimbulkan rasa tidak nyaman, kekhawatiran dan rasa tidak puas pada mahasiswa. Misalnya, dosen pembimbing membatalkan jadwal bimbingan yang sudah direncanakan, sulit mencari literatur yang dibutuhkan, subjek penelitian tidak kooperatif saat survey awal. Merujuk pada kurikulum yang dikeluarkan oleh pihak fakultas, tahun ajaran 2011-2012 merupakan tahun kelulusan bagi angkatan 2007. Dari data tata usaha Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung pada awal April 2012 (Tahun Ajaran Genap 2011/2012) diperoleh data bahwa terdapat 259 mahasiswa yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitan, dengan perincian angkatan 2002 sebanyak 6 orang (2,3%), angkatan 2003 sebanyak
8 orang
(3,1%), angkatan 2004 sebanyak 8 orang (3,1%), angkatan 2005 sebanyak 16 orang( 6,2%) angkatan 2006 sebanyak, 24 orang (9,3%), sebanyak angkatan 2007 sebanyak 88 orang (33,8%), sedangkan angkatan 2008 sebanyak 109( 42,1%). Data tersebut menunjukkan bahwa masa studi tepat delapan semester masih belum dapat dipenuhi yang mengakibatkan mahasiswa tidak lulus tepat waktu. Hasil dari wawancara
penulis terhadap 10 mahasiswa yang sedang
mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan berpendapat bahwa, situasi buruk yang dialami membuat mahasiswa semakin sulit untuk menyelesaikan Usulan Penelitian Lanjutan seperti sering memiliki pemahaman yang berbeda dengan dosen pembimbing (80%), kehilangan motivasi (40%), tuntutan harus
Universitas Kristen Maranatha
4
bekerja (30%), malu terhadap teman seangkatan yang telah lulus (100%) dan jadwal bimbingan tidak menentu (20%). Namun semua mahasiswa tersebut menganggap walaupun mereka mengalami situasi buruk namun mereka masih dapat menyelesaikan Usulan Penelitian Lanjutan. Pandangan mahasiswa terhadap situasi baik atau situasi buruk disebut juga dengan explanatory style. Menurut Seligman (1990), explanatory style adalah sikap atau gaya kebiasaan seseorang dalam menjelaskan pada diri sendiri mengapa suatu peristiwa baik (good event) atau buruk (bad event) terjadi. Kebiasan berpikir tersebut mencerminkan optimistic explanatory style dan pessimistic explanatory style. Explanatory Style dapat ditelesuri melalui dimensi Permanence, Pervasiveness dan Personalization. Dimensi permanance, individu memandang suatu keadaan baik atau buruk bersifat menetap atau hanya sementara. Misalnya pada keadaan buruk, mahasiswa yang memiliki sikap optimistik saat mengalami hambatan dalam menemui dosen pembimbing akan memandang bahwa dosen tersebut sedang sibuk saat itu sedangkan pada mahasiswa yang memiliki sikap pesimistik akan beranggapan bahwa dosen tersebut memang selalu menghindari untuk bertemu dengan
dirinya; pada situasi baik saat mahasiswa mendapatkan
responden yang kooperatif saat survey awal, mahasiswa yang optimistik memandang bahwa saat pengambilan data utama nanti akan mudah sedangkan mahasiswa yang pesimistik memandang bahwa saat pengambilan data utama tidak akan semudah saat survey awal.
Universitas Kristen Maranatha
5
Dimensi berikutnya yaitu Pervasiveness
mahasiswa yang memandang
keadaan baik dan buruk secara global atau spesifik. Contoh keadaan mahasiswa yang memiliki sikap optimis dan tidak dapat menyelesaikan Usulan Penelitian tepat waktu akan memandang bahwa dirinya kurang mampu dalam menulis karya ilmiah, namun mahasiswa yang memiliki sikap pesimistik akan menganggap dirinya kurang mampu memahami di semua bidang psikologi. Dimensi Personalization memandang suatu keadaan baik atau buruk disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Pada keadaan buruk misalnya pada saat bimbingan mendapat banyak kritikan dari dosen pembimbing, mahasiswa yang memiliki sikap pesimistik akan beranggapan dirinya bodoh sedangkan pada mahasiswa yang optimistik akan mengangap bahwa dosen tersebut tidak memiliki pemahaman yang sama dengan dirinya; pada peristiwa baik misalnya subjek penelitian yang kooperatif saat survey awal, mahasiswa yang optimistik menganggap bahwa dirinya memiliki pendekatan yang baik dengan subjek penelitian sedangkan mahasiswa yang pesimistik menganggap bahwa subjek penelitian memang baik pada semua orang. Dari penelusuran di atas maka dapat dilihat bahwa mahasiswa yang memiliki optimistic explanatory style, cenderung memandang penyebab dari peristiwa buruk yang terjadi dalam hidupnya
sebagai sesuatu yang bersifat
temporer, spesifik dan eksternal namun sebaliknya memandang penyebab dari peristiwa baik sebagai hal yang permanen, universal dan internal. Mahasiswa yang memiliki pessimistic explanatory style, memandang bahwa peristiwa buruk yang terjadi pada hidupnya sebagai sesuatu hal yang permanen, universal dan
Universitas Kristen Maranatha
6
internal, tetapi memandang peristiwa yang baik sebagai hal yang temporer, spesifik dan eksternal. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui gambaran explanatory style pada mahasiswa yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung. 1.2
Identifikasi Masalah Bagaimana gambaran mengenai Explanatory style pada mahasiswa yang
sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan pada Fakultas Psikologi di Universitas “X” Bandung
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran yang
mengenai Explanatory Style pada mahasiswa yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan pada Fakultas Psikologi di Universitas “X” Bandung.
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1
Kegunaan Teoretis 1. Hasil
Penelitian
ini
dapat
memberikan
informasi
mengenai
Explanatory Style bagi bidang ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan.
Universitas Kristen Maranatha
7
2. Memberikan informasi tambahan kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti topik yang serupa dan mendorong dikembangkannya penelitian yang berhubungan dengan Explanatory Style.
1.4.2
Kegunaan Praktis 1. Memberikan informasi kepada dosen pembimbing Usulan Penelitian Lanjutan di Fakultas Psikologi Universitas “X” agar membantu meningkatkan
optimisme
mahasiswa
yang
pesimis
dan
mempertahankan optimisme mahasiswa yang optimis 2. Memberikan
informasi
kepada
mahasiswa
Fakultas
Psikologi
Universitas “X” mengenai pentingnya optimisme dalam menempuh mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan
1.5
Kerangka Pikir Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung sebagai salah satu
universitas swasta ternama di kota Bandung namun angka kelulusan dinilai sebagai masih rendah. Salah satu syarat kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas “X” adalah menyelesaikan skripsi berupa karya ilmiah untuk mendapatkan gelar sebagai Sarjana Psikologi (S.Psi). Sebelum mengontrak mata kuliah skripsi, mahasiswa perlu menyelesaikan Usulan Penelitian yang diakhiri dengan presentasi dalam forum seminar. Kurikulum yang dikeluarkan oleh pihak Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung, mata kuliah usulan penelitian dapat dikontrak pada semester VII dan mata kuliah skripsi dapat dikontrak di
Universitas Kristen Maranatha
8
semester 8. Mahasiswa belum menyelesaikan usulan penelitian dan melakukan seminar Usulan Penelitian pada semester VII dapat mengontrak mata kuliah usulan penelitian lanjutan pada semester berikutnya. Mahasiswa yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan akan menemui keadaan baik dan keadaan buruk dalam prosesnya, keadaan tersebut dapat dipandang dengan sikap optimis dan pesimis oleh mahasiswa. Bagaimana mahasiwa menjelaskan keadaan tersebut disebut sebagai Explanatory Style. Menurut Seligman (1990), explanatory style adalah sikap atau gaya dalam kebiasaan berpikir seseorang dalam menjelaskan pada diri sendiri mengapa suatu peristiwa baik (good event) atau buruk (bad event) terjadi. Penjelasan dapat berupa positif dan negatif yang menghasilkan optimistic explanatory style dan pesimistic explanatory style. Optimistic explanatory style adalah sikap seseorang untuk belajar mengenal dan membentuk diri sendiri daripada pasif menerima (Seligman, 1990:40-51). Terdapat tiga dimensi yang digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan baik (good situation) maupun keadaan buruk (bad situation) yang terjadi pada diri mereka yaitu explanatory style yang terdiri dari dimensi permanence, pervasiveness dan personalization (Seligman, 1995:52-63) Dimensi Permanence
membahas mengenai waktu yang dialami oleh
mahasiswa bersifat permanent (menetap) atau
temporary (sementara).
Mahasiswa yang cmemiliki pessimistic explanatory style merasa bahwa keadaan buruk (bad situation) yang dialami bersifat menetap. Mahasiswa yang tidak dapat menemukan buku literatur yang dibutuhkan mengatakan bahwa buku yang dicari
Universitas Kristen Maranatha
9
telah hilang, anggapan bahwa buku tersebut telah hilang sifatnya menetap. Mahasiswa yang memiliki pessimistic explanatory berada pada suatu keadaan yang baik (good situation) menganggap bahwa keadaan tersebut hanyalah sementara, misalnya mahasiswa yang telah telah menyelesaikan proses survey awal menganggap bahwa dirinya kebetulan bertemu dengan subjek yang sedang diteliti.
Mahasiswa yang memiliki sikap optimistic explanatory style merasa
bahwa keadaan baik (good situation) bersifat permanen, misalnya pada mahasiswa yang sering melakukan bimbingan dengan dosen pembimbingnya memandang bahwa dosen tersebut selalu menyediakan waktu untuk dirinya. Sebaliknya, menganggap bahwa keadaan buruk (bad situation) bersifat temporer, misalnya mahasiswa yang dibatalkan janji bimbingan oleh dosen pebimbing akan menganggap bahwa dosen tersebut sedang sibuk pada hari itu. Dimensi kedua yaitu Pervasiveness mengenai ruang lingkup pada suatu keadaan atau keadaan, dibedakan menjadi global dan spesifik. Mahasiswa yang memiliki pessimistic explanatory style menjelaskan suatu keadaan buruk (bad situation) sebagai sesuatu yang bersifat global dan menyeluruh dalam segala aspek. Mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menuliskan pemikirannya dalam Usulan Penelitian Lanjutan menjelaskan bahwa dirinya telah kuliah dengan jurusan yang salah, namun mahasiswa yang memiliki optimistic explanatory style menjelaskan keadaan buruk tersebut secara spesifik yang menganggap bahwa dirinya hanya kesulitan dalam menuangkan isi pemikirannya dalam bentuk karya ilmiah. Pada keadaan baik (good situation), mahasiswa yang memiliki pessimistic explanatory memandang suatu keadaan sebagai sesuatu yang spesifik dan
Universitas Kristen Maranatha
10
mendetail, misalnya pada mahasiswa yang telah menyelesaikan bab 1 pada Usulan Penelitian memandang bahwa dirinya hanya bisa menyelesaikan bab 1 tetapi akan sulit untuk menyelesaikan bab 2 dan 3, namun pada mahasiswa yang memiliki optimistic explanatory style menganggap bahwa keberhasilannya dalam menyelesaikan bab 1 akan berlanjut pada bab 2 dan 3. Dimensi yang ketiga yaitu dimensi Personalization yang membicarakan mengenai siapa penyebab dari suatu keadaan dilihat dari penyebab internal (diri sendiri) atau eksternal (orang lain/keadaan). Mahasiswa yang memiliki pessimistic explanatory style bila dihadapkan pada suatu keadaan buruk (bad situation) menghubungkan keadaan tersebut dengan hal yang ada dalam dirinya, namun mahasiswa yang memiliki optimistic explanatory style akan menghubungkan keadaan tersebut dengan hal yang ada di luar dirinya, misalnya pada suatu keadaan buruk ketika mahasiswa banyak dikritik oleh dosen pembimbing sehingga
membutuhkan
banyak
perbaikan,
mahasiswa
yang
memiliki
kecenderungan pessimistic explanatory style menganggap bahwa dirinya bodoh namun mahasiswa pada mahasiswa optimistic explanatory style menganggap bahwa dosen pembimbing kurang mengerti maksud dan pemikirannya. Keadaan baik (good situation) pada mahasiswa yang memiliki pessimistic explanatory style dianggap sebagai hal yang diakibatkan dari luar dirinya (eksternal) misalnya saat mahasiswa telah menyelesaikan bab 1 dari Usulan Penelitian menganggap bahwa hanya dosen pebimbing yang memberi bantuan kepadanya untuk menyelesaikan bab I, sedangkan mahasiswa yang memiliki optimistic explanatory
Universitas Kristen Maranatha
11
style memandang bahwa dirinya bekerja keras untuk menyelesaikan bab 1 tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi explanatory style individu antara lain figur orang dewasa terutama ibu, anak benar-benar memperhatikan cara ibu menjelaskan keadaan tidak menyenangkan yang terjadi pada diri mereka dan meniru gaya yang dicontohkan ibu saat dirinya mengalami hal yang sama. Ketika ibu marah dan menjadi tidak bersemangat saat seseorang membatalkan janji, mahasiswa juga akan menjadi marah dan menjadi tidak bersemangat untuk mengerjakan Usulan Penelitian Lanjutan jika dosen pembimbing membatalkan janji untuk bimbingan. Faktor lainnya yaitu kritik dari orang dewasa terutama dari dosen dan orang tua, ketika anak mendapat kritikan dari dosen atau orang tua, hal itu akan mempengaruhi cara anak mengkritik dirinya sendiri, yaitu dengan meniru figur pengasuh atau orang tua mereka. Faktor terakhir yang mempengaruhi explanatory style yaitu masa krisis saat masih anak-anak, mengenai kenyataan hidup dari rasa kehilangan, jika mereka dapat membebaskan diri dari trauma maka mereka akan mengembangkan sikap bahwa keadaan buruk akan dapat diubah dan diatasi, tetapi jika keadaan buruk merupakan hal yang menetap maka orang tua atau pengasuh menanamkan bibit ketidak berdaya pada dirinya (Seligman 1995:63) . Mahasiswa yang menyalahkan diri sendiri ketika gagal, memiliki low self-esteem sebagai konsekuensinya, mereka merasa bersalah dan malu. Sementara mahasiswa yang menyalahkan orang lain atau keadaan akan merasa lebih baik pada diri mereka sendiri ketika suatu hal yang buruk terjadi, namun jika mereka menyalahkan orang lain atau keadaan akan menjadikan mereka sebagai
Universitas Kristen Maranatha
12
orang yang pemarah dan sombong. Mahasiswa yang optimis adalah mahasiwa yang mampu bangkit kembali setelah mengalami keadaan buruk (bad situation) dan mengangap hal tersebut sebagai tantangan, tidak menyalahkan diri sendiri dan dapat membangun pertahanan diri yang baik. Dari penelusuran di atas maka dapat dilihat bahwa mahasiswa yang memiliki optimistic explanatory style, maka mahasiswa tersebut cenderung memandang penyebab dari peristiwa buruk yang terjadi dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bersifat temporer, spesifik dan eksternal namun sebaliknya memandang penyebab dari peristiwa baik sebagai hal yang permanen, universal dan internal. Mahasiswa yang memiliki pessimistic explanatory style, memandang bahwa peristiwa buruk yang terjadi pada hidupnya sebagai sesuatu hal yang permanen, universal dan internal, tetapi memandang peristiwa yang baik sebagai hal yang temporer, spesifik dan eksternal.
Universitas Kristen Maranatha
13
Kerangka pemikiran diatas dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:
Dimensi Explanatory Style - Pervasiveness - Permanence - Personalization Optimistic Explanatory Style
Mahasiswa yang mengontrak Usulan Penelitian Lanjutan
Explanatory Style
Pessimistic Explanatory Style Faktor yang mempengaruhi - Figur orang dewasa - Kritikan orang dewasa - Masa krisis anak
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Explanatory Style
1.6
Asumsi -
Setiap mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung yang sedang mengontrak UP Lanjutan dalam hidupnya mengalami keadaan baik (good situation) dan keadaan buruk (bad situation) yang penjelasannya merupakan Explanatory Style
Universitas Kristen Maranatha
14
-
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung yang sedang mengontrak UP lanjutan yang memiliki optimistic explanatory style memandang suatu situasi yang baik (good situation) sebagai keadaan yang permanen, universal dan internal
-
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung yang sedang mengontrak UP lanjutan yang memiliki pessimistic explanatory style memandang suatu situasi yang buruk (bad situation) sebagai keadaan yang temporer, spesifik dan eksternal
-
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung yang sedang mengontrak UP lanjutan yang memiliki optimistic explanatory style memandang situasi yang buruk (bad situation) sebagai keadaan yang temporer, spesifik, dan eksternal
-
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung yang sedang mengontrak UP lanjutan yang memiliki pessimistic explanatory style memandang suatu situasi buruk (bad situation) sebagai keadaan yang permanen, universal dan internal
-
Faktor yang mempengaruhi explanatory style mahasiswa fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung yang mengontrak mata kuliah UP Lanjutan antara lain explanatory style ibu, kritikan orang dewasa dan masa krisis saat anak-anak.
Universitas Kristen Maranatha