BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Globalisasi yang terjadi beberapa tahun terakhir mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang mengalami perubahan yang menonjol ialah perubahan gaya hidup dalam masyarakat. Perubahan gaya hidup merupakan salah satu faktor terjadinya pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (PTM) atau penyakit degeneratif. Beberapa penyakit yang termasuk dalam penyakit degeneratif antara lain penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, gagal ginjal dan kanker. Proporsi penyebab kematian PTM pada orangorang berusia kurang dari 70 tahun yaitu penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan diabetes . Penyakit degeneratif yang
paling ditakuti oleh masyarakat Indonesia karena dapat menyebabkan kematian
bahkan kematian
mendadak
ialah
penyakit
kardiovaskuler
(Handajani dkk, 2010) Penyakit kardiovaskuler yang utama dan banyak menyebabkan kematian adalah penyakit jantung koroner (PJK) dan hipertensi (Handajani dkk, 2010). Menurut data WHO 2002 dalam penelitian Sulviana (2008), jumlah individu yang meninggal akibat PJK ialah sebanyak 1.332.000 untuk umur 15-59 tahun dan 5.825.000 untuk umur 60 tahun ke atas. PJK merupakan salah satu penyebab kematian utama baik di negara-negara
1
industri maupun negara-negara berkembang dan prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ada berbagai faktor yang merupakan penyebab terjadinya PJK antara lain faktor genetik, obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, aktivitas fisik, dan dislipidemia. Dislipidemia dapat menjadi faktor tunggal terjadinya PJK pada seseorang (Waspadji et al., 2010) Dislipidemia merupakan suatu perubahan kadar normal komponen lipid darah. Komponen lipid darah meliputi kolesterol, trigliserida, LDL, dan HDL. Kadar normal untuk masing-masing komponen lipid darah antara lain kolesterol total <200 mg/dL, kolesterol LDL <130 mg/dL, kolesterol HDL ≥ 40 mg/dL dan trigliserida <150 mg/dL (NCEP ATP III, 2002). Pada dislipidemia, terjadi ketidaknormalan kadar komponen lipid darah, dapat meningkat (untuk kolesterol, trigliserida, LDL) atau menurun (untuk HDL) (Tapan, 2005). Di Indonesia prevalensi dislipidemia belum terdaftar dengan baik, namun diperkirakan prevalensinya terus meningkat. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyebutkan prevalensi dislipidemia di Indonesia mencapai 14% (Ginting, 2011). Prevalensi dislipidemia di Yogyakarta khususnya di kalangan karyawan UGM juga menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data GMC Health Center, kasus dislipidemia pada karyawan UGM khususnya PNS UGM mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah kasus dislipidemia yang terjadi pada tahun 2009 ialah 443 kasus dan menduduki peringkat 6 dari 10 besar penyakit yang diderita karyawan PNS UGM. Pada tahun 2010, jumlah kasus meningkat menjadi 667 kasus dan menduduki peringkat 5 (Ginting, 2011). Dan pada tahun 2013, prevalensi dislipidemia pada karyawan UGM yang melakukan medical check up ialah 37,7% yaitu 825 kasus dislipidemia (Data CMC, 2013). Pada
2
penelitian yang dilakukan oleh Kreisberg dan Oberman dalam Ginting (2011), menyatakan
bahwa
dislipidemia
disebabkan
oleh
obesitas,
kurang
beraktivitas, tinggi konsumsi lemak jenuh, kolesterol, karbohidrat serta rendahnya konsumsi serat. Tingginya konsumsi lemak jenuh dapat terjadi salah satunya dari kebiasaan ‘ngemil’ atau snacking makanan berlemak. Snacking dapat didefinisikan sebagai asupan makanan tambahan yang dikonsumsi dalam keadaan tidak lapar. Kebiasaan snacking yang diterapkan dalam jangka waktu lama akan menjadi salah satu penyebab obesitas yang merupakan salah satu faktor terjadinya dislipidemia (Saputra & Budiman, 2010). Data dari National Health and Nutrition Examination Survey dalam penelitian Liu et al. (2012), menemukan bahwa prevalensi snacking meningkat dari 71% menjadi 97% antara tahun 2003 dan 2006 di Amerika Serikat. Perkembangan snack di Indonesia juga sangat pesat bahkan diperkirakan bahwa pertumbuhan penjualan snack meningkat 20% dari 2008 hingga 2013 (Hariyadi, 2011). Pesatnya perkembangan snack di Indonesia terjadi karena snacking (“ngemil”) merupakan salah satu bagian dari budaya kehidupan di Indonesia. Hal ini terlihat pada cara menjamu tamu yaitu tuan rumah akan menyajikan makanan ringan/snack foods untuk tamu sebagai bentuk penghormatan. Begitu pula dalam acara formal seperti rapat, mulai dari rapat kantor bahkan sampai rapat pemerintah sering juga disajikan snack foods untuk para peserta rapat. Terdapat beberapa jenis snack foods yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Salah satu jenis snack yang sering dikonsumsi ialah snack yang buat dengan cara digoreng yang sering disebut gorengan.
3
Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng
dalam
minyak.
Masyarakat
Indonesia
sebagian
besar
menggunakan minyak goreng untuk mengolah makanan baik untuk lauk maupun makanan kecil. Data persentase kebiasaan makan pada individu berumur diatas 35 tahun di Jakarta Selatan menunjukkan kebiasaan makan gorengan 60%, masakan daging yang digoreng 44,8%, masakan ikan yang digoreng 94,3%. Sebagian zat gizi pada bahan makanan yang digoreng akan rusak selama penggorengan, namun makanan yang digoreng memiliki rasa lebih gurih dan mengandung kalori lebih banyak serta kandungan lemak yang lebih banyak (Paramitha, 2012). Asupan lemak total perhari masyarakat perkotaan sebesar 21,96% - 26,52% dan pedesaan sebesar 19,08%. Kontribusi tertinggi asupan lemak total berasal dari makanan gorengan 70% (Sartika, 2008). Gorengan juga sering dijadikan sebagai makanan sajian dalam
suatu
acara
termasuk
dalam
acara
atau
kegiatan
yang
diselenggarakan di Universitas Gadjah Mada. Universitas Gadjah Mada memiliki banyak program yang dikerjakan setiap tahunnya. Ada berbagai acara dan rapat yang diadakan setiap harinya bahkan dapat terjadi dalam satu hari ada beberapa acara. Dalam setiap acara umumnya disajikan snack sehingga karyawan akan mengkonsumsi snack tersebut.
Dari snack yang disajikan, gorengan sering dianggap
sebagai snack wajib yang harus ada dan sering menjadi pilihan utama untuk dikonsumsi. Selain itu, gorengan juga sering dikonsumsi dalam makan utama sebagai lauk. Hal ini yang dapat menyebabkan tingginya tingkat konsumsi gorengan di kalangan karyawan UGM. Namun, tingkat konsumsi gorengan belum menjadi hal yang dianggap perlu untuk diperhatikan sebab gorengan
4
seringkali dianggap sebagai makanan selingan yang tidak akan banyak berpengaruh terhadap asupan zat gizi setiap harinya. Padahal, makanan gorengan yang digoreng dengan minyak yang mengandung asam lemak jenuh jika dikonsumsi akan dimetabolisme oleh tubuh yang akhirnya akan meningkatkan profil lipid dalam darah (Ginting, 2008). Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pola konsumsi dan asupan
gorengan terhadap kejadian
dislipidemia pada peserta GMC Health Center Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan antara pola konsumsi gorengan dengan kejadian dislipidemia pada peserta GMC-Health Center Yogyakarta? 2. Apakah ada hubungan antara asupan gorengan dengan
kejadian
dislipidemia pada peserta GMC-Health Center Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan pola konsumsi dan asupan gorengan dengan kejadian dislipidemia pada peserta GMC-Health Center Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan frekuensi konsumsi gorengan dengan kejadian dislipidemia pada peserta GMC-Health Center Yogyakarta. b. Mengetahui hubungan jumlah konsumsi gorengan dengan kejadian dislipidemia pada peserta GMC-Health Center Yogyakarta
5
c. Mengetahui hubungan jenis gorengan yang dikonsumsi dengan kejadian dislipidemia pada peserta GMC-Health Center Yogyakarta. d. Mengetahui hubungan asupan energi gorengan dengan kejadian dislipidemia pada peserta GMC-Health Center Yogyakarta. e. Mengetahui hubungan asupan lemak gorengan dengan kejadian dislipidemia pada peserta GMC-Health Center Yogyakarta D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi tentang hubungan pola konsumsi dan asupan gorengan dengan kejadian dislipidemia sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kondisi kesehatan yang optimal. 2. Bagi Instansi terkait Memberikan data tentang hubungan pola konsumsi dan asupan gorengan dengan kejadian dislipidemia. Diharapkan data tersebut dapat dijadikan sebagai informasi dan pertimbangan dalam pemilihan makanan maupun snack yang akan dikonsumsi oleh karyawan di institusi tersebut (UGM). 3. Bagi Peneliti Menambah pengalaman dalam hal penelitian serta meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah terutama tentang pengaruh pola konsumsi dan asupan gorengan terhadap kejadian dislipidemia. 4. Bagi Pembaca/Peneliti lain Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian lanjutan.
6
E. Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian sejenis tentang dislipidemia yang pernah dilakukan antara lain : 1. Penelitian Kelishadi et al (2004) yang berjudul Dietary Fat Intake and Lipid Profiles of Iranian Adolescents: Isfahan Health Heart Program-Heart Health Promotion from Childhood. Jenis penelitian adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara dislipidemia pada remaja dan frekuensi asupan makanan lemak terhidrogenasi, fast food, cheese puffs dan potato chips. Asupan yang tidak tepat dari lemak jenuh dalam jumlah tinggi dan pengamatan terhadap
profil
menempatkan
lipid
serum
mereka pada
pada
remaja
peningkatan
Iranian, risiko
kemungkinan
CVD
dan
perlu
pengembangan pedoman dan intervensi berbasis komunitas. Persamaan penelitian ini adalah jenis penelitian, dan variabel yang diteliti yaitu asupan lemak dan mengamati profil lipid responden. Perbedaan penelitian ini adalah subjek penelitian, tempat penelitian dan variabel terikat yang diteliti. 2. Penelitian Sharma et al (2013) yang berjudul Dyslipidemia and Associated Risk Factors in A Resettlement Colony of Delhi. Jenis penelitian adalah cross sectional . Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar individu dalam masyarakat yang memiliki dislipidemia, dikaitkan dengan faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Situasi ini menuntut diadakannya program yang bertujuan mengurangi faktor risiko dan dianjurkan fokus pada perubahan perilaku dan promosi kesehatan yang menargetkan pada kelompok usia yang lebih muda. Persamaan
7
penelitian adalah jenis penelitian dan variabel dislipidemia. Perbedaan penelitian ialah subjek penelitian, lokasi penelitian, dan variabel bebas. 3. Penelitian Adhika Dwita Dibyareswati (2010) dengan judul Hubungan Antara Pola Konsumsi dan Asupan Lemak dengan Kejadian Dislipidemia pada Karyawan Shift di Joint Operating Body-Pertamina (Ogan Komering) Air Serdang Sumatera.
Jenis penelitian adalah observasional dengan
rancangan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara pola konsumsi dan asupan lemak dengan kejadian dislipidemia, namun dari hasil analisis multivariate menunjukkan bahwa umur dan indeks massa tubuh memiliki hubungan yang signifikan dengan dislipidemia. Persamaan penelitian ini adalah jenis penelitian dan variabel terikat yang diteliti. Perbedaan penelitian ini ialah subjek penelitian, lokasi penelitian dan variabel bebas yang diteliti 4. Penelitian Hamdani Syah Putra Ginting (2011) dengan judul Konsumsi Makanan Tinggi Karbohidrat, Protein, Lemak sebagai Faktor Risiko Kejadian Dislipidemia pada Dosen Universitas Gadjah Mada yang Melakukan Medical Check Up di GMC-Health Center Yogyakarta. Penelitian tersebut menggunakan rancangan kasus kontrol. Jumlah responden 138 orang yaitu 69 orang sebagai kasus dan 69 orang sebagai kontrol. Penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara asupan karbohidrat dan lemak dengan kejadian dislipidemia pada dosen UGM yang melakukan medical check up di GMC Health Center, sedangkan asupan protein tidak menunjukkan hubungan yang bermakna. Persamaan penelitian ini adalah variabel terikat yang diteliti yaitu dislipidemia serta lokasi penelitian yaitu di GMC-Health Center Yogyakarta. Sedangkan
8
perbedaan penelitian ini adalah pada subjek penelitian, variabel bebas penelitian, dan desain penelitian. 5. Penelitian Hamdani Syah Putra Ginting (2008) dengan judul Pengaruh Asupan Lemak Jenuh terhadap Kejadian Dislipidemia pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Penelitian tersebut merupakan penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol. Penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara asupan lemak jenuh yang tidak baik (tinggi) terhadap kejadian dislipidemia pada pasien rawat jalan di RS panti Rapih Yogyakarta. Persamaan
penelitian
ini
adalah
variabel
terikat
yaitu
kejadian
dislipidemia. Perbedaan penelitian ini adalah rancangan penelitian, subjek penelitian, dan variabel bebas.
9