1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang paling urgen dalam kehidupan manusia adalah pendidikan. Untuk itu pemerintah selalu berusaha meningkatkan sistem pendidikan yang ada. Dalam Islam pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (Jasmani) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab oleh masyarakat selaku hamba Allah dan mengarahkan manusia menjadi insan kamil. Dengan demikian pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab.1 Secara garis besar pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu pendidikan umum dan pendidikan agama. Pendidikan umum ini terdiri dari jenjang SD, SLTP dan SMU. Sedang pendidikan agama terdiri dari MI, MTs dan MA. Pada mulanya orang menganggap bahwa lulusan pendidikan agama kurang bisa diterima oleh dunia kerja bila dibandingkan dengan lulusan sekolah umum, sehingga masyarakat lebih cenderung menyekolahkan anaknya pada pendidikan umum dan memandang rendah terhadap sekolah agama. Namun sejak ditetapkannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989 serta Peraturan Pemerintah Nomor 28 dan Nomor 29 Tahun 1990 yang diikuti dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0489/
1
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 12.
2
U/ 1992 serta Keputusan Menteri Agama No. 372 dan 373 tahun 1993, Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) masing-masing ditetapkan sebagai Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) berciri khas agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen Agama. Sejalan dengan itu dalam kurikulum madrasah diberikan bahan kajian dan bahan mata pelajaran yang sama dengan sekolah umum, di samping bahan kajian dan mata pelajaran yang menjadi ciri khas madrasah, yaitu mata pelajaran agama Islam diperluas. Dengan demikian lulusan dari madrasah diharapkan dapat sejajar dengan lulusan sekolah umum. Siswa madrasah diharapkan dapat memiliki kesempatan yang sama dengan sekolah umum untuk meneruskan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi maupun masuk ke dunia kerja. Di madrasah atau sekolah-sekolah agama, nama-nama bidang studi yang termasuk dalam ruang lingkup pengajaran pendidikan Islam bisa dikatakan cukup banyak dan sudah berdiri sendiri-sendiri, sesuai dengan lapangan pembahasan yang berbeda sebagai hasil dari penelitian dan penjabaran para ulama terhadap isi al-qur’an dan sunnah Rasulullah saw.2 Adapun isi kurikulum Pendidikan Agama Islam di madrasah adalah al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab. Karena tiap ruang lingkup tersebut berdiri sendiri sebagai mata pelajaran sehingga tujuannya disesuaikan berdasarkan mata pelajaran tersebut, dan ini 2
Direktoral Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran agama Islam (Jakarta: CV. Trio Tunggal, 1984), 49.
3
semua bisa dijadikan sebagai salah satu keunggulan madrasah bila dibandingkan dengan sekolah umum. Namun berdasarkan hasil evaluasi belajar ternyata mutu lulusan madrasah masih rendah, keadaan ini dialami semua tingkat madrasah. Kesimpulan sementara menunjukkan bahwa penyebabnya terletak pada tiga unsur pokok pembelajaran yaitu kurikulum, unsur sumber daya pendidikan dan unsur kualitas pembelajaran. Unsur kurikulum yang dimaksud adalah kurikulum riil yaitu bahan kajian yang diberikan guru kepada murid baik di dalam atau di luar kelas, selain itu kurikulum tertulis sendiri dianggap kurang fungsional, tidak porposional, dan sebagainya. Unsur sumber daya meliputi SDM, pembiayaan, sarana dan prasarana. Sedang unsur kualitas pendidikan, ini sangat perlu ditingkatkan. Kemampuan menerapkan metode dan teknik pembelajaran, kemampuan meningkatkan motivasi, serta kemampuan mengembangkan kreatifitas guru sangat perlu ditingkatkan. Dari uraian tersebut di atas maka MTs Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo berusaha memberikan pendidikan yang maksimal agar mutu atau kualitas lulusan dapat sejajar dengan lulusan sekolah umum bahkan lebih unggul. Salah satu upaya yang dilaksanakan adalah penyajian pembelajaran dengan bilingual (dua bahasa) dalam beberapa mata pelajaran, diantaranya adalah mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Sejarah kebudayaan Islam atau SKI merupakan salah satu mata pelajaran dalam ruang lingkup pendidikan agama Islam berdasarkan kurikulum Departemen Agama, sehingga pelajaran ini diselenggarakan dari
4
tingkat MI, MTs dan MA. Peneliti mengambil kelas VIII karena kelas VIII bukanlah kelas transisi (peralihan dari SD ke SMP sebagaimana kelas VII) tapi sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang ada dan sudah sedikit banyak mempunyai kemampuan berbahasa asing. Dari uraian tersebut di atas maka penulis bermaksud menulis skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SKI BILINGUAL DI KELAS VIII MTs AL- ISLAM JORESAN MLARAK PONOROGO”.
B. Fokus Penelitian Dari uraian latar belakang di atas maka fokus dari penelitian ini adalah tentang implementasi pembelajaran SKI bilingual di kelas VIII MTs Al- Islam Joresan Mlarak Ponorogo, yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar SKI di kelas VIII MTs Al- Islam Joresan MLarak Ponorogo yang meliputi materi, tujuan, strategi pembelajaran dan sistem evaluasi pembelajaran SKI.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran SKI bilingual di kelas VIII MTs AlIslam Joresan Mlarak Ponorogo? 2. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dan pendukung pembelajaran SKI bilingual di kelas VIII MTs Al- Islam Joresan Mlarak Ponorogo? 3. Bagaimana dampak pembelajaran bilingual terhadap prestasi belajar SKI dikelas VIII MTs Al-Islam Joresan Malarak Ponorogo?
5
D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran SKI bilingual di kelas VIII MTs Al- Islam Joresan Mlarak Ponorogo. 2. Untuk mengetahui yang menjadi faktor penghambat dan pendukung pembelajaran SKI bilingual di kelas VIII MTs Al- Islam Joresan Mlarak Ponorogo. 3. Untuk mengetahui dampak pembelajaran bilingual terhadap prestasi belajar SKI dikelas VIII MTs Al-Islam Joresan Malarak Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini akan ditemukan teori-teori tentang tujuan, materi, strategi serta evaluasi tentang pendidikan agama Islam khususnya yang berkaitan dengan pelajaran SKI. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan kontribusi secara praktis bagi pengembangan kurikulum di MTs. Al-Islam Joresan dalam menjadikan madrasah berkualitas. b. Bagi guru dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam KBM khususnya dalam pelajaran SKI, sehingga pembelajaran akan lebih menarik dan berkualitas. c. Bagi
siswa
dapat
dijadikan
sebagai
bahan
kemampuannya dalam penguasaan pelajaran SKI
pengembangan
6
F. Metode Penelitian 1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dialami3. Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk kata-kata dan gambar-gambar. Laporan penelitian memuat kutipan-kutipan data sebagai ilustrasi dan dukungan fakta pada penyajian. Data ini mencakup transkip wawancara, catatan lapangan, dokumen lainnya. Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian kualitatif ini adalah studi kasus, yaitu suatu deskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan
sosial seperti individu, kelompok, institusi atau
masyarakat. Studi kasus dapat digunakan secara tepat dalam banyak bidang. Disamping itu merupakan penyelidikan secara rinci satu setting, satu subyek tunggal, satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu.
2.
Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif adalah tidak bisa dipisahkan dari pengamatan peran serta (participant- observation) yaitu penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek. Dan selama itu data dalam bentuk catatan 3
. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000), 3.
7
lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa gangguan, oleh karena itu peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.4
Untuk itu dalam penelitian ini peneliti
bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain adalah sebagai penunjang.
3.
Lokasi Penelitian Adapun lokasi dalam penelitian ini adalah MTs Al- Islam Joresan Mlarak Ponorogo. Hal ini dikarenakan dalam lokasi tersebut terdapat sebuah keunikan dalam proses pembelajaran yaitu menggunakan bilingual, dalam hal ini penulis mengambil atau memfokuskan pada mata pelajaran SKI, khususnya pada kelas VIII.
4.
Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Dalam penelitian ini ada dua sumber data yaitu manusia dan non manusia. Sumber data manusia adalah meliputi kepala sekolah, kepala kurikulum dan guru bidang studi SKI. Sedangkan yang non manusia adalah berupa dokumentasi serta buku-buku.
4
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , 117.
8
5.
Teknik Pengumpulan Data Tekinik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Teknik Wawancara Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam,
artinya
peneliti
mengajukan
beberapa
pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan, sehingga dengan wawancara mendalam ini data-data bisa terkumpulkan semaksimal mungkin. Orang-orang yang dijadikan informan dalam penelitian ini diambil secara purposive, yaitu: •
Kepala Madrasah Tsanawiyah ”Al-Islam” Joresan, digunakan untuk mencari data tentang gambaran umum MTs Al- Islam Joresan Mlarak Ponorogo.
•
Waka Kurikulum MTs.A ”Al-Islam” Joresan, digunakan untuk mencari data tentang kurikulum di MTs al- Islam Joresan Mlarak Ponorogo.
•
Guru bidang studi SKI MTs.A ”Al-Islam” Joresan, digunakan untuk mencari data tentang pembelajaran SKI di kelas VIII MTs Al- Islam Joresan Mlarak Ponorogo.
9
b. Teknik Observasi Ada
beberapa
alasan
mengapa
teknik
observasi
atau
pengamatan digunakan dalam penelitian ini. Pertama, pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua, pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Dengan teknik ini, peneliti mengamati aktifitas-aktifitas seharihari obyek penelitian, karakteristik fisik situasi sosial dan perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut. Selama peneliti di lapangan, jenis observasinya tidak tetap. Dalam hal ini peneliti mulai dari observasi deskriptif (descriptive observations) secara luas, yaitu berusaha melukiskan secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi disana. Kemudian, setelah perekaman dan analisis data pertama, peneliti menyempitkan pengumpulan datanya dan mulai melakukan observasi terfokus (focused observations). Dan akhirnya, setelah dilakukan lebih banyak lagi analisis dan observasi yang berulang-ulang di lapangan, peneliti dapat menyempitkan lagi penelitiannya dengan melakukan observasi selektif (selective observations). Sekalipun demikian, peneliti masih terus melakukan observasi deskriptif sampai akhir pengumpulan data. Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam catatan lapangan, sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting
10
dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam pengumpulan data di lapangan. Pada waktu di lapangan dia membuat “catatan”, setelah pulang
ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun “catatan
lapangan”. 5 Data yang diperoleh dalam observasi ini adalah data pelaksanaan pembelajaran SKI di kelas VIII MTs Al-Islam Joresan Ponorogo. c. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. “Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristewa. Sedangkan “dokumen” digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto, dan sebagainya.
6
Teknik dokumentasi ini sengaja digunakan dalam penelitian ini sebab; pertama, sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu; kedua, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan
5
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 153-154.
6
Ibid., 161.
11
situasi yang terjadi di masa lampau, dan dapat dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan; ketiga, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara konstektual relevan dan mendasar dalam konteknya; keempat, sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, dicatat dalam format rekaman dokumentasi. Adapun data yang diperoleh dengan teknik ini adalah data tentang sejarah berdirinya MTs, visi dan misi, keadaan guru dan siswa, serta sarana dan prasara yang ada di MTs Al-Islam Joresan Ponorogo.
6.
Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan konsep yang diberikan Miles & Huberman yang meliputi: a. Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting , membuat katagori. Dengan demikian data yang telah direduksikan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya
12
b. Display data adalah menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian. c.
Conclusion adalah penarikan kesimpulan7, dengan menggunakan analisis deduktif, yaitu pengertian umum yang telah ada dicarikan data-data yang dapat menguatkannya.8 Yang bertujuan untuk menggambarkan fakta, yaitu menggambarkan tentang model kegiatan pembelajaran SKI di kelas VIII MTs Al-Islam Joresan Ponorogo.
7.
Pengecekan Keabsahan Temuan Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validity) dan keandalan (realibility), untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan yang didasarkan atas sejumlah kriteria, meliputi: derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transfeability),
ketergantungan
(dependability),
dan
kepastian
(confirmability).9 Sedangkan kriteria keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan derajat kepercayaan data (kredibilitas data). Dalam penelitian ini, uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan pengamatan yang tekun dan triangulasi. 7
Sugiyono, MemahamiPenelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 91-99. 8 Sutrisno Hadi, Metodologi Reserch (Yogyakarta: yayasan Penerbit Faku;tas Psikologi UGM, 1987), 36-42. 9 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 171.
13
a.
Pengamatan yang Tekun Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Jadi kalau perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.
b.
Triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber, metode, penyidik, dan teori.10 Dalam penelitian ini, dalam hal ini digunakan teknik triangulasi dengan
pemanfaatkan sumber dan penyidik. Teknik Triangulasi
dengan penyidik, artinya dengan jalan meman-faatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kem-bali derajat kepercayaan
data.
Pemanfaatan
pengamat
lainnya
membantu
mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data. Dalam penelitian ini membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
10
Ibid., 178
14
8.
Tahapan- tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada 3 (tiga) tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah: a. Tahap pra-lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi : memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperanserta sambil mengumpulkan data. c. Tahap analisis data, yang meliputi: analisis
selama dan setelah
pengumpulan data. d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
G. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan dalam penulisan, skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab, yang mana masing-masing bab terdiri dari sub bab. Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut: Bab pertama adalah pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
15
Bab kedua adalah landasan teori tentang pembelajaran SKI, yang meliputi tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, Sistem evaluasi, Pembelajaran bilingual dan prestasi belajar. Bab ketiga adalah temuan penelitian, berisi tentang Gambaran umum MTs Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo dan Deskripsi data tentang pembelajaran SKI di Mts Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo. Bab keempat adalah pembahasan tentang pelaksanaan pembelajaran SKI bilingual, faktor penghambat dan pendukung pembelajaran bilingual SKI, dampak pembelajaran bilingual terhadap prestasi belajar SKI di kelas VIII MTs Al-Islam Joresan Malarak Ponorogo. Bab kelima adalah penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran.
16
BAB II MODEL PEMBELAJARAN SKI
A. Tujuan Pembelajaran SKI 1. Pengertian Tujuan Pembelajaran SKI Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan, tujuan pendidikan Islam yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.
11
Jadi dengan demikian
tujuan pembelajaran SKI adalah sasaran yang ingin dicapai dalam melakukan proses pembelajaran SKI. Makna nilai-nilai tujuan dalam pengajaran adalah sebagai berikut: i.
Mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dan murid dalam proses pengajaran yaitu dengan adanya tujuan yang jelas maka semua usaha dan pemikiran guru tertuju kearah pencapaian tujuan itu.
ii.
Memberikan motivasi kepada guru dan siswa, dengan adanya dorongan atau motivasi maka pembelajaran akan berlangsung lebih cepat, efisien dan memberikan kemungkinan untuk berhasil.
iii.
Memberikan pedoman atau petunjuk kepada guru dalam rangka memilih dan menentukan metode
11
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan IslamPendekatan Historis, Teoritis dan Praktis (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) 35.
17
iv.
Membantu dalam rangka memilih dan menentukan alat peraga pendidikan yang akan digunakan
v.
Tujuan adalah sangat penting dalam menentukan cara atau teknik penilaian guru terhadap hasil belajar siswa.12
2. Macam-Macam Tujuan Pembelajaran Secara garis besar tujuan dibedakan menjadi empat, yaitu: 1. Tujuan nasional, yaitu tujuan yang hendak dicapai secara nasional oleh suatu negara didasarkan pad ideologi dan falsafah bangsa. Tujuan ini dirumuskan dalam UU No. 20 tahun 2003 sistem pendidikan nasional. 2. Tujuan institusional, yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh suatu lembaga pendidikan tertentu, tujuan ini sering disebut sebagai standar kompetensi lulusan. 3. Tujuan kurikuler, yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh program studi, atau suatu mata pelajaran yang disusun berdasarkan atau mengacu kepada tujuan institusional. 4. Tujuan instruksional, yaitu tujuan yang hendak dicapai setelah selesainya suatu kegiatan proses belajar mengajar.13 Adapun
tujuan
diadakannnya
pelajaran
SKI
adalah:
Menumbuhkan pemahaman pada peserta didik terhadap sejarah dan peradaban kebudayaan Islam, menghargai jasa para tokoh pelaku sejarah dan pencipta peradaban kebudayaan yang membawa kemajuan atau 12
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 80-81. Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Gaung Persada Press,2007), 102-106. 13
18
kejayaan
Islam
sehingga
tertanam
nilai-nilai
kepahlawanan,
kepeloporan, kreatifitas, proaktifitas serta menyiapkan mereka untuk perkembangan Islam yang akan mendatang.14 Selain itu keberhasilan dari pendidikan itu sendiri tidak lepas dari sejarah, dari sejarah orang bisa belajar tentang pengalaman para pendahulunya dan akan selalu memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada, agar kesalahankesalahan pada masa lalu tidak akan terjadi pada dirinya atau generasai berikutnya.
B. Materi Pembelajaran SKI 1. Pengertian Materi Pembelajaran SKI Materi pembelajaran adalah pokok-pokok materi yang harus dipelajari oleh siswa sebagai sarana pencapaian kemampuan dasar. Materi pembelajaran perlu dirinci atau diuraikan kemudian diurutkan untuk memudahkan pembelajaran. Materi dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari buku teks, laporan hasil penelitian, majalah, dll. Materi atau bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran15 atau sesuatu yang diberikan kepada siswa saat berlangsungnya proses belajar mengajar, sehingga melalui proses belajar mengajar siswa diantarkan
14 Dirjen Pendidkan Dasar dan Menengah, Kurikulum SMU Petunjuk Teknis Mata Pelajaran PAI (Jakarta, 1995), 17 15 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), 50.
19
kepada tujuan pembelajaran.16 Materi pembelajaran adalah bahan pengajaran dalam proses pembelajaran yang merupakan pokok bahasan yaitu suatu konsep yang berisikan bahan inti pelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.17 Dengan demikian materi pembelajaran SKI adalah pokok-pokok materi SKI yang harus dipelajari oleh siswa sebagai sarana pencapaian kemampuan dasar. 2. Macam-Macam Materi Pembelajaran SKI Sebagaimana tercantum dalam model pengembangan silabus, bahwa materi pembelajaran untuk Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah sebagai berikut18: a. Semester I
16
i.
Kemajuan Dinasti Umayah dibidang ilmu agama Islam
ii.
Dampak kemajuan ilmu agama bagi perkembangan umat Islam
iii.
Keteladanan tokoh dibidang ilmu agama Islam
iv.
Sebab-sebab runtuhnya Dinasti Umayah
v.
Proses runtuhnya Dinasti Umayah
vi.
Ibrah dari runtuhnya Dinasti Umayah
vii.
Pembentukan Dinasti Abbasiyah
viii.
Biografi Abu Ja’far Al-Mansyur
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 91. 17 Dirjen Pendidkan Dasar dan Menengah, Kurikulum SMU Petunjuk Teknis Mata Pelajaran PAI (Jakarta, 1995), 17. 18 Dirjen Pendidikan Islam DEPAG, Model Pengembangan Silabus Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Madrasah Tsanawiyah (Jakarta, 2006), 97-108.
20
ix.
Upaya dan jasa Abu Ja’far Al-Mansyur
x.
Keteladanan Abu Ja’far Al-Mansyur.
b. Semester II 1) Biografi khalifah Harun Al-Rasyid 2) Upaya khalifah Harun Al-Rasyid 3) Keteladanan Khalifah Harun Al-Rasyid 4) Biografi Abdullah Al-Makmun 5) Upaya dan jasa Abdullah Al-Makmun 6) Keteladanan khalifah Abdullah Al-Makmun 7) Kemajuan Abbasiyah dibidang sosial budaya 8) Dampak kemajuan sosial budaya 9) Keteladanan tokoh dibidang sosial budaya 10) Kemajuan Dinasti Abbasiyah bidang politik dan militer 11) Dampak kemajuan politik dan militer 12) Keteladanan tokoh dibidang politik dan militer
C. Strategi Pembelajaran SKI 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dihubungkan dengan belajar mengajar maka strategi adalah pola umum kegiatan guru- murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Hal ini
21
dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar, yaitu agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna, guru dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pengajaran sedemikian rupa sehingga terjalin keterkaitan fungsi antara komponen pengajaran yang dimaksud.19 Adapun konsep dasar dari strategi pembelajaran meliputi penetapan perubahan tingkah laku anak didik sebagaimana yang diharapkan, memilih sistem pendekatan, memilih metode atau teknik pembelajaran serta menerapkan norma dan kriteria keberhasilan belajar mengajar (apa yang harus dinilai dan bagaimana cara menilainya).20 Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan diterapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Suatu metode pembelajaran mencakup penggunakan pendekatan metode atau teknik, bentuk media dan sumber belajar.21 2. Pendekatan Dalam Pembelajaran Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai abak didik, hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang
19 Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: C.V Pustaka setya, 1997), 11. 20 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, 5-9. 21 Asnawir, Bahiruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 21.
22
guru ambil dalam pengajaran. Adapun macam-macam pendekatan yang dapat dijadikan pertimbangan oleh guru yaitu: a. Pendekatan individual, hal ini akan memberikan wawasan kepada guru tentang perbedaan anak didik pada setiap aspek individual. b. Pendekatan
kelompok,
digunakan
untuk
membina
dan
mengembangkan sikap sosial anak didik. c. Pendekatan bervariasi, pendekatan ini bertolak dari setiap masalah yang dihadapi anak didik itu bervariasi atau bermacam-macam. d. Pendekatan edukatif, apapun yang dilakukan oleh guru adalah untuk tujuan mendidik bukan untuk motif lain seperti dendam, gengsi, ingin ditakuti, dan sebagainya. Sedangkan pendekatan berdasarkan kurikulum Pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut: a. Pendekatan pengalaman, adalah pendekatan yang memberikan pengalaman kepada siswa dalam rangka penanaman nilai. Metode mengajar yang perlu dipertimbangkan adalah metode pemberian tugas (resitasi) dan tanya jawab mengenai pengalaman keagamaan siswa. b. Pendekatan pembiasaan, dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamalkan ajaran agamanya. Metode yang perlu
dipertimbangkan
adalah
metode
drill
atau
latihan,
pelaksanaan tugas, demonstrasi dan pengalaman langsung dilapangan.
23
c. Pendekatan emosional, bertujuan mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar bertambah kuat keyakinannya terhadap kebesaran Allah SWT dan kebenaran ajaran agamanya. Metode yang digunakan adalah metode ceramah, cerita dan sosio drama. d. Pendekatan rasional, yaitu memberikan peranan
kepada akal
(rasio) untuk memahami dan menerima kebenaran ajaran agama, memahami hikmah dan fungsi ajaran agama. Metode yang digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, latihan dan pemberian tugas. e. Pendekatan keagamaan f. Pendekatan kebermaknaan, lebih mengarah pada pemahaman terhadap bahasa.22 3. Sumber Dan Metode Pembelajaran Sumber
belajar
adalah
segala
apa
(daya,
lingkungan,
pengalaman) yang (dapat) digunakan dan dapat mendukung proses atau kegiatan pengajaran secara efektif dan efisien dan dapat memudahkan pencapaian tujuan / belajar, tersedia (sengaja disediakan) baik yang langsung atau tidak langsung, baik yang konkret atau yang abstrak23. Adapun sumber pembelajaran SKI kelas VIII untuk semester I dan II adalah: a. Buku Pelajaran SKI b. LKS 22 23
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajajar Mengajar, 53-71. Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 164.
24
c. Ensiklopedia Islam d. Sumber lain yang relevan.24 Metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Dalam pengertian lain metode ialah tehnik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas baik secara individual, kelompok, klasikan, agar pelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik, makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan. Dalam pemilihan metode seorang guru harus benar-benar cermat dan sesuai dengan apa yang disampaikan. Berikut syarat-syarat dalam penggunaan satu atau beberapa metode: a. Metode yang dipilih harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa. b. Metode yang dipilih harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa c. Harus
dapat
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mewujudkan hasil karyanya d. Harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan) e. Harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi
24
Dirjen Pendidikan Islam, DEPAG, Model Pengembangan Silabus, 97-106
25
f. Harus dapat mentiadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan g. Metode yang dipilih harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kaehidupan sehari-hari.25 Adapun macam-macam metode dalam pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah sebagai berikut: a. Metode pembiasaan, dapat dilakukan dengan membiasakan anak didik berfikir, bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam26 b. Metode keteladanan c. Metode pemberian ganjaran27 d. Metode pemberian hukuman e. Metode ceramah f. Metode diskusi g. Metode tanya jawab h. Metode sorogan, seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi, saling mengenal diantara keduanya.28
25
Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, 52-53 Arnmai arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 114. 27 Muhammad Bin jamil Zaim, Petunjuk Praktis Bagi Para Pendidik Muslim (Jakarta: Pustaka Istiqamah, 1997), 13. 28 Zakiyah Darajat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 294. 26
26
i. Metode bandongan, sekelompok murid mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan seringkali mengulas buku Islam dalam bahasa Arab, murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan atau keterangan tentang katakata sulit. j. Metode mudzakaroh, digunakan untuk memecahkan masalahmasalah kemasyarakatan yang berhubungan dengan konteks masa sekarang ditinjau dari kitab-kitab Islam klasik. k. Metode kisah, dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja. l. Metode pemberian tugas m. Metode Karya wisata n. Metode eksperimen o. Metode drill/ latihan p. Metode sosio drama q. Metode simulasi r. Metode kerja lapangan s. Metode demonstrasi t. Metode kerja kelompok29
29
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 63-64
27
4. Pengelolaan Kelas Tahap-tahap pengelolaan dan pelaksanaan dalam pembelajaran adalah meliputi: a. Perencanaan Dalam tahap perencanaan ini meliputi: 1) Menetapkan apa yang akan dilakukan, kapan serta bagaimana cara melakukannya. 2) Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target 3) Mengembangkan berbagai alternatif 4) Mengumpulkan dan menganalisis info 5) Mempersiapkan
dan
mengkomunikasikan
rencana-rencana
keputusan b. Pengorganisasian i.
Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan tenaga kerja yang diperlukan untuk menyusun kerangka yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses penetapan kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan.
ii.
Pengelompokan komponen kerja kedalam struktur organisasi secara teratur
iii.
Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi
iv.
Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur
28
v.
Memilih, mengadakan pelatian dan pendidikan tenaga kerja serta mencari sumber-sumber lain yang diperlukan
c. Pengarahan i.
Menyusun kerangka waktu dan biaya secara terperinci
ii.
Memprakarsai
dan
menampilkan
kepemimpinan
dalam
melaksanakan rencana dan pengambilan keputusan iii.
Mengeluarkan instruksi-instruksi yang spesifik
iv.
Membimbing, memotivasi dan supervisi
d. Pengawasan i.
Mengevaluasi
pelaksanaan
kegiatan
penyimpangan
untuk
dibandingkan
dengan
rencana ii.
Melaporkan
tindakan
koreksi
dan
merumuskan tindakan koreksi, menyusun standar serta saransaran iii.
Menilai pekerjaan dan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan.30
D. Sistem Evaluasi Pembelajaran SKI 1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran Evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi 30
27.
Suharyono, dkk, Strategi Belajar Mengajar I (Semarang: IKIP Semarang Press, 1991),
29
siswa, atau merupakan proses menggambarkan memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.31 Sedangkan evaluasi pendidikan agama adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan agama, yang meliputi penilaian terhadap kemajuan belajar (hasil belajar) murid dalam aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap sesuadah mengikuti program pengajaran.32 2. Jenis, Cara, Teknik dan Bentuk Evaluasi Jenis atau macam-macam evaluasi adalah: 1. Tes formatif, yaitu usaha penilaian atau evaluasi hasil belajar yang berupa tes (soal-soal) yang diberikan kepada siswa setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari. 2. Sub sumatif, yaitu evaluasi dengan bahan atau materi meliputi beberapa pokok bahasan sejenis (evaluasi unit) 3. Sumatif, yaitu evaluasi yang berupa tes setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung dalam satuan waktu tertentu. 4. EBTA, yaitu usaha penilaian untuk mengungkap hasil belajar siswa secara keseluruhan selama berada di sekolah tersebut.33 Adapun cara untuk melakukan evaluasi ada dua macam, yaitu secara kuantitatif dan secara kualitatif. Evaluasi secara kuantitatif adalah hasil evaluasinya diberikan dalam bentuk angka-angka, sedangkan
4. 154.
31
Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik (Jakarta: PT. Grasindo, 1991),
32
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),
33
Suryo Subroto, Tata Laksana Kurikulum (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 143-144.
30
evaluasi secara kualitatif hasil evaluasinya diberikan dalam bentuk pernyataan verbal, misalnya baik, cukup, kurang. Mengenai teknik evaluasi secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu: a. Tes: untuk menilai kemampuan murid meliputi penegtahuan dan ketrampilan sebagai hasil belajar, bakat khusus dan intelegensi. Test ini meliputi tiga bentuk, yaitu: 1) Uraian (essay test), meliputi uraian bebas dan uraian terbatas. 2) Obyektif test: meliputi betul salah, menjodohkan, pilihan ganda, isian dan jawaban singkat. 3) Bentuk tes lain: ikhtisar, laporan, bentuk khusus dalam pelajaran bahasa. Sedangkan dalam bentuk pengerjaannya adalah tes lisan, tes tulis dan tes perbuatan. b. Non tes: untuk menilai karekteristik lain seperti minat, sikap dan kepribadian murid. Tes ini bisa dilakukan denga observasi terkontrol, wawancara, quosioner.34 3. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Fungsi dan tujuan evaluasi terhadap murid di sekolah dibagi menjadi empat, yaitu: a. Evaluasi formatif, untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
34
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, 156-160.
31
mengadakan remidial (perbaikan) program bagi murid, dan ini merupakan hasil belajar jangka pendek (hanya pada setiap satuan pelajaran) b. Evaluasi sumatif, untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar masing-masing siswa yakni untuk memberi laporan pada orang tua siswa, merupakan evaluasi jangka panjang yaitu pada akhir tahun ajaran dari keseluruhan program. c. Evaluasi placement (penempatan), untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat atau program pendidikan yang sesuai dengan tingkat kemampuan (karakteristik) lainnya yang dimiliki. d. Evaluasi diagnostik, untuk mngenal latar belakang (psikologis, fisik, millieu) siswa yang memiliki kesulitan dalam belajar.35 Adapun manfaat evaluasi adalah: a. Manfaat bagi siswa Hasil evaluasi memberikan informasi tentang sejauh mana siswa menguasai bahan yang telah diajarkan oleh guru. b. Manfaat bagi guru Hasil evaluasi memberikan petunjuk bagi guru mengenai keadaan siswa, materi pengajaran, dan metode yang digunakan. c. Manfaat bagi pembimbing/ penyuluh
35
Ibid., 155.
32
Bimbingan pada umumnya diarahkan pada usaha peningkatan daya serap siswa serta penyesuaian d. Manfaat bagi sekolah Hasil evaluasi yang diperoleh dapat dipakai sekolah untuk menginstropeksi diri untuk melihat sejauh mana kondisi belajar yang diciptakan membantu terselenggaranya pengajaran dengan baik. e. Manfaat bagi orang tua siswa Untuk melihat sejauh mana tingkat kemajuan yang dicapai anaknya di sekolah, biasanya hasil dicantumkan dalam bentuk raport.36 4. Prinsip-Prinsip Evaluasi a. Keterpaduan, yaitu antara tujuan, materi dan metode mengajar. b. Keterlibatan siswa c. Koherensi, evaluasi yang berkaitan dengan materi pengajaran sesuai dengan ranah yang diukur d. Paedagogis, evaluasi mengarahkan pada perbaikan sikap dan tingkah laku sebagai hasil pendidikan e. Akuntabilitas, laporan pertanggung jawaban kepada orang tua untuk mengetahui kemajuan siswa.37
36 37
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam 2 (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 136-138. Ibid., 141-143.
33
E. Pembelajaran Bilingual 1. Pengertian Pembelajaran Bilingual Bilingual artinya dua bahasa. Pembelajaran bilingual adalah pembelajaran yang disajikan dengan menggunakan metode dua bahasa, yaitu menggunakan bahasa ibu (asli) dan bahasa asing. Kesadaran mengajarkan bahasa lain selain bahasa ibu kepada anak-anak, termasuk pengajaran bahasa Inggris lepada anak-anak, telah terjadi di berbagai negara bahkan pembelajarannya telah dilakukan beberapa dekade yang lalu misalnya di Inggris (Scott, 1991:43) atau di negara-negara seperti Kanada, Finlandia, dll (Jonson dan Swain, 1997). Pembelajaran tersebut dikemas dalam program yang dikenal sebagai program bilingual atau program imersi (immersion program). Secara rancangan, program bilingual atau program imersi merupakan program yang berbeda. Namun tidak jarang kedua istilah tersebut sering saling dipertukarkan penggunaannya dan dianggap sama. Bagian berikut akan membahas pembelajaran bilingual. Pembelajaran bilingual, seperti tercermin pada istilahnya, adalah semacam pembelajaran di mana dua bahasa digunakan secara kombinasi. Dalam pembelajaran bilingual umumnya digunakan kombinasi bahasa ibu dan bahasa lain selain bahasa ibu. Terdapat banyak model melasanakan pengajaran ini (Stephen Krashen, 1997) di antaranya pada suatu sekolah menggunakan bahasa inggris untuk mata pelajaran tertentu dan menggunakan bahasa ibu dalam
34
mata pelajaran yang lain. Pada model berikutnya digunakan dua bahasa sekaligus dalam satu mata pelajaran, dimana siswa difasilitasi dengan dua orang guru. Satu orang guru sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris, sedangkan seorang yang lain sepenuhnya menggunakan bahasa ibu. Ada juga model lainnya dimana seorang guru memberikan materi ajar dalam dua bahasa. Yang lain adalah dari sisi siswa, bagaimana menggabungkan siswa yang memiliki bahasa ibu berupa bahasa Inggris dengan siswa yang berbahasa ibu yang lain. Tiga faktor utama yang mendukung lancarnya proses perubahan tempo dulu adalah adanya guru yang sudah fasih berbahasa Indonesia maupun bahasa Ibu, buku siswa yang tersedia di sekolah dan komitmen kuat dari seluruh pemangku kepentingan. Dampak lanjut dari penguatan itu terlihat pada tahun 1980-an dimana para ahli bahasa optimis bahwa bahasa Indonesia dapat berfungsi sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Argumentasi mereka berlandaskan pada realitas di Fakultas pasca sarjana teknik maupun kedokteran yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantar. Ini menjadi indikator bahwa bahasa Indonesia memadai sebagai pengantar ilmu pengetahuan modern. Optimisme ini semakin menguat ketika Australia menetapkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa asing yang dipelajari di sekolah. Bahkan, siswa dari Alaska yang datang ke Indonesia tahun 1984 telah pandai berbahasa Indonesia karena di negaranya terdapat tempat kursus bahasa Indonesia.
35
Pada periode berikutnya, rasa optimisme yang kuat itu tidak berlanjut. Hal ini dikarenakan penguasaan ilmu pengetahuan bangsa Indonesia tidak secepat bangsa-bangsa lain.Kemampuan menerjemahkan ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Indonesia tidak dapat mengejar perkembangan ilmu pengetahuan. Akhirnya, penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan tak dapat beradaptasi dengan semakin cepatnya perubahan ilmu pengetahuan. Konsekuensinya adalah semakin pentingnya penguasaan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional maupun bahasa ilmu pengetahuan. Hal ini sejalan dengan perkembangan era teknologi informasi dan komunikasi. Itulah mengapa tidak ada pilihan lain bagi bangsa Indonesia kecuali memulai program pembelajaran bilingual, bahasa InggrisIndonesia, yang diharapkan dapat menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di tanah air. Pembelajaran bilingual merupakan model penggunaan dua bahasa untuk menyampaikan materi kurikulum dengan tujuan menguatkan kompetensi siswa dalam berbahasa asing. Dengan menggunakan model ini terdapat dua hal utama yang diperoleh siswa, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan dan mampu dalam dua bahasa.38 2. Tujuan Pembelajaran Bilingual Tujuan pelaksanaan Pembelajaran ini adalah untuk mempercepat perbaikan mutu pendidikan anak dari berbagai kelompok masyarakat
38
http://www.gurupembaharu.com/index.php?
36
sehingga secara simultan dapat mencapai kesejajaran standar nasionalnya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan bahasa. Dalam kata lain bertujuan mendapatkan kesejajaran mutu pendidikan, baik pada level nasional maupun internasional.39 Tujuan pembelajaran bilingual adalah utamanya memberikan bekal ketrampilan berbahasa kepada siswa yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa selain bahasa ibu, di samping membelajarkan isi melalui keterampilan berbahasa tersebut. 3. Langkah- langkah Pembelajaran Bilingual Secara umum ada tiga program bilingual yang selama ini dikenal, yaitu program bilingual transitional, maintenance, dan enrichment (Richards-Amato, 2003). Ketiganya memiliki rancangan pembelajaran yang berbeda, yaitu sebagai berikut: a. Pada program bilingual transisi siswa mempelajari materi bidang studi (content areas) dengan menggunakan bahasa ibu terlebih dahulu. Dengan demikian, misalnya siswa belajar pengetahuan sosial atau pengetahuan alam atau lainnya dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu. Kemudian siswa diperkenalkan atau dilatih berbahasa asing, misalnya bahasa Inggris. Ketika penguasaan bahasa Inggris mereka dipandang telah memadai sebagai sarana komunikasi, selanjutnya mereka
39
Ibid.
belajar
materi
bidang
studi
(content
areas)
dengan
37
menggunakan bahasa Inggris. Dalam kelas baru ini, materi bidang studi semuanya disajikan dalam bahasa Inggris. b. Program bilingual maintenance, siswa belajar bidang studi (content areas) selama masa pendidikan mereka dalam semuanya bahasa ibu. Selanjutnya, untuk meningkatkan penguasaan bidang studi mereka, siswa mempelajari kemampuan akademik dalam bidang studi mereka dalam bahasa Inggris. Dalam pola ini, secara rancangan dan sengaja siswa tidak dibekali terlebih dahulu dengan keterampilan berbahasa Inggris sebagai keterampilan untuk memperdalam penguasaan bidang studi dalam bahasa Inggris kelak di kemudian hari c. Program pembelajaran bilingual pengayaan, sejumlah atau sebagian materi bidang studi diajarkan dengan maksud untuk pengayaan penguasaan pengetahuan bidang studi. Dalam modus pembelajaran bilingual pengayaan semacam ini, materi bidang studi diajarkan baik dengan menggunakan bahasa ibu maupun dalam bahasa asing. Adapun syarat penggunaan pembelajaran bilingual adalah harus menguasai: i.
Bahan ajar dengan baik.
ii.
Budaya dan kebiasaan peserta didik.
iii.
Lingkungan sekitarnya. Langkah penerapan metode pembelajaran ini yaitu: a. Berikan pengantar pembelajaran yang akan dilaksanakan.
38
b. Kenalkan terlebih dahulu kosa kata bahasa asing yang akan diajarkan dan diulang-ulang hingga terkuasai siswa dengan baik. c. Masukan materi yang akan diajarkan secara bertahap dengan mulai menggunakan istilah yang telah dikuasai siswa. d. Upayakan istilah asing yang digunakan tidak diterjemahkan tapi sudah dipahami siswa. e. Siswa diberi kesempatan luas untuk mempraktekannya. f. Beri permasalahan dan siswa menyelesaikannya dalam kemlompok. g. Hasil kelompok dipresentasikan dengan menggunakan bahasa asing tersebut. h. Berikan evaluasi.40
F. Prestasi Belajar Dalam kamus dinyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan atau penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mat ape;ajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Sedangkan menurut Rachman Natawijaya, prestasi belajar adalah merupakan hasil maksimal yang dicapai oleh individu dalam belajar setelah mengadakan interaksi dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dari uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan
40
http://sbikuningan.blogspot.com/2009/03/pembelajaran-bilingual.html
39
atau penguasaan pengetahuandan ketrampilan pada suatu mata pelajaran tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara garis besar adalah: 1. Faktor dari dalam, yang termasuk di dalamnya adalah faktor raw input, yaitu faktor yang berkaitan langsung dengan siswa atau anak didik itu sendiri. Hal ini disebabkan Karena setiap individu memiliki kondisi fisiologis dan psikologis yang berbedea-beda. Yang termasuk faktor dalam adalah: a. Kondisi fisiologis, secara umum seperti halnya kesehatan yang prima atau keadaan jasmani sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar. Anak yang sehat dan mempunyai gizi yang cukup cenderung semangat dalam belajar sehingga akan berpengaruh juga terhadap hasil yang dicapai. Anak yang sehat akan mudah dalam menerima dan memahami pelajaran bila dibandingkan dengan anak yang kurang sehat atau sakit. b. Kondisi psikologis, adalah merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jiwa antara lain: 1) Minat 2) Kecerdasan 3) Bakat 4) Motivasi 5) Kemampuan kognitif (persepsi, ingatan dan berfikir)
40
2. Faktor dari luar, yang termasuk di dalamnya adalah: a. Faktor environmental input (lingkungan) b. Faktor instrumental input, yaitu faktor yang keberadaannya dan penggunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini meliputi kurikulum, bahan atau program pengajaran, sarana, guru.41
41
111
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), h. 103-
41
BAB III TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs Al- Islam Joresan Mlarak Ponorogo 1. Sejarah Berdiri dan Letak Geografis MTs Al- Islam Joresan Mlarak Ponorogo Sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah Aliyah ’Al-Islam (MTsA ’Al-Islam) yang berlokasi di desa Joresan kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo Jawa Timur dilatar belakangi oleh keadaan krisis kualitas kehidupan umat Islam Indonesia- khususnya di Ponorogo- pada enam puluhan. Pada masa itu sarana pengembangan kehidupan umat Islam, kaderisasi dan anak- anak putus sekolah sebagai akibat dari keterbelakangan dan kemiskinan yang masih melingkupi kehidupan sebagian besar masyarakat Ponorogo, terutama yang tinggal di daerah pedesaan, meskipun beberapa lembaga pendidikan yang berpahan Islam modernis namun tak terjangkau oleh wong cilik. Kondisi tersebut menggugah kepedulian ulama yang tergabung dalam Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC-NU) kecamatan Mlarak untuk ikut serta memerangi keterbelakangan pendidikan dalam masyarakat. Dari pertemuan yang diketuai oleh K.H. Imam Syafa’atkepedulian tersebut dirumuskan dalam agenda rapat yang membahas pendirian sebuah lembaga pendidikan Islam tingkat menengah di kecamatan Mlarak. Untuk menguatkannya kembali diadakan rapat yang
42
pertama di rumah K.H. Hasbullah yang bertepatan dengan peringatan haul almarhum Kyai Muhammmad Thoyyib pendiri desa Joresan. Pertemuan berikutnya diadakan di rumah K.H. abdul Karim (tokoh MWC-NU), selanjutnya di rumah K.H. Imam Syafa’at yang dihadiri tokoh-tokoh Nahdliyin seperti, K.H. Imam Syafa’at, K.H. Maghfur Hasbullah, K.H. Mahfudh Hakim, Ba, Kafrawi, H. Faehan Abdul Qodir, K. Qomari Ridwan, K. Imam Mahmudi, Ibn Mundzir, Bazi haidar, K. Markum. Ahmad Hudori Ibn Hajra, Hirzuddir Hasbullah, dan lainnya, berkat ridla allah SWT lahirlah cikal bakal Madrasah Tsanawiyah Aliyah Al-Islam pada tanggal 12 Muharram 1386 H, bertepatan tanggal 2 Mei 1966 M. Pada awalnya madrasah itu bernama Madrasah Tsanawiyah AlIslam, setelah berjalan empat tahun setelah adanya kelas IV namanya ditambah menjadi Madrasah Tsanawiyah ’Aliyah Al-Islam. Meskipun diprakasai oleh para ulama NU, namun MTsA Al-Islam tetap berdiri untuk semua golongan dan menepiskan pandangan didirikannya hanya untuk warga Nahdliyin semata.42 Adapun letak geografis MTs Al-Islam adalah di Jalan Madura Desa/ Kelurahan Joresan Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo, dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara
42
penelitian.
: Desa Nglumpang
Lihat transkip dokumentasi: 01/D/F-1/ 3-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
43
Sebelah Selatan
: Sungai Joresan, Perbatasan Antara Desa Joresan dan Desa Jalen/ Ngrukem
Sebelah Timur
: Pasar Pon perbatasan Desa Siwalan
Sebelah Barat
: Pondok pesantren Darul Hikam dan Desa Nglumpang
2. Visi, Misi dan Tujuan MTs Al- Islam Joresan Mlarak Ponorogo Madrasah Tsanawiyah aliyah Aliyah Al-Islam Joresan adalah Lembaga Pendidikan Islam yang bernaung di bawah Departemen Agama dan Lembaga Pendidikan Ma’arif. Ciri khas yang membedakan MTsA Al-Islam dengan lembaga pendidikan Islam lainnya adalah dimilikinya metode pendidikan dan pengajaran yang merupakan sintesa dari kurikulum
Departemen
Agama,
deepartemen
Pendidikan
Dan
Kebudayaan, Pondok Modern dan Pondok Salafiyah. Adapun Visi dari MTs Al-Islam adalah: sebagai sekolah yang berwawasan keagamaan, berorientasi pada perubahan, disiplin dan berkualitas. Sedangkan misi dari sekolah ini adalah: terciptanya generasi muslim yang berbudi pekerti luhur, terampil, dinamis dan cinta almamater.
44
Tujuan didirikannya MTs Al-Islam adalah mencetak out put yang berkualitas dan berwawasan luas.43 Dalam rangka mewujudkan cita-cita pengembangan da’wah Islamiyah dan menjaga kelangsungan hidup MTsA Al-Islam Joresan, maka dicanangkan program kerja Madrasah yang terdiri dari lima program (panca program): a. Peningkatan mutu pendidikan Adapun upaya yang ditempuh untuk peningkatan mutu atau kualitas pendidika yang ada di MTs Al-Islam adalah: 1) Menerapkan sistem terpadu, yakni mengintrodusir tiga metode dan sistem pendidikan yang terbaik; Pondok Modern, Pondok Salafiyah dan Madrasah. 2) Lebih mengutamakan pendidikan daripada pengajaran 3) Lebih diarahkan pada kader umat yang mampu dan terampil ditengah tantangan zaman, pembinaan generasi muda yang mampu melanjutkan studinya di MTsA Al-Islam disesuaikan dengan kemampuan masing-masing dan kelak akan berada dalam masyarakat sebagai pejuang yang mukhlis, memantapkan mencari ilmu sebagian dari ibadah 4) Untuk masing-masing jenjang adalah kelas satu sampai kelas tiga 5) Kegiatan
ekstra
meliputi
pendidikan
organisasi
dan
kepemimpinan yakni Organisasi Pelajar MTsA Al-Islam 43
penelitian
Lihat transkip wawancara kode 01/ 1-W/ F-1/ 3-II/ 2009 dalam lampiran laporan hasil
45
(OPMI), kepramukaan, pendidikan koperasi, Lembaga Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, Muhadloroh setiap minggu dengan Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah, Perpustakaan, Rihlah Iqtishodiyah atau karya wisata, Club olah raga, Majlis Taklim, Kursus komputer dan kursus mata pelajaran khusus. b. Pembangunan fisik Mengingat jumlah yang semakin bertambah banyak maka sarana gedung tempat belajar juga terus diusahakan bertambah, meski dengan kondisi seadanya. c. Penggalian dan pengembangan dana Penggalian dana dilakukan dengan menghimpun bantuan dari luar maupun dari dalam MTsA Al-Islam Joresan berupa: uang pangkal siswa, iuran bulanan siswa,
hasil keuntungan koperasi
pelajar, amal; zakat; infaq, shadaqah; wakaf dari para dermawan. d. Pengkaderan Dengan melahirkan kader umat dari MTsA Al-Islam Joresan dengan sendirinya tanggung jawab yang diemban madrasah dalam mengembangkan dan membina masyarakat yang Islami akan tercapai. e. Pengembangan masyarakat. Hal ini memberi makna bahwa keberadaan MTsA Al- Islam bagi masyarakat dengan menjalin hubungan yang harmonis yang
46
bertitik tolak pada usaha pengembangan kehidupan masyarakat kearah yang lebih baik dalam arti yang sesungguhnya.44 3. Struktur Organisasi MTs Al- Islam Joresan Mlarak Ponorogo Organisasi dalam sebuah lembaga adalah hal yang urgen karena dengan adanya organisasi yang jelas maka tujuan akan lebih mudah tercapai. Adapun struktur oraganisasi di MTsA Al-Islam terdiri dari ketua yayasan, direktur pondok, ketua komite, kepala MTs, kepala stap, PKM kurikulum, PKM kesiswaan, PKM sarana dan prasarana, PKM pengajaran, PKM BP/ BK, guru dan siswa.45 4. Keadaan Guru dan Siswa Guru dan siswa merupakan faktor penting dalam kegiatan pembelajaran, tanpa adanya guru ataupun siswa maka pembelajaran tidak akan terwujud. Berikut data tentang guru dan siswa.46 Tabel 3.1 Keadaan Guru MTsA Al- Islam Joresan Mlarak Ponorogo Berdasarkan Jenis Kelamin
44
Jenis Kelamin
Jumlah
Laklaki
36
Perempuan
28
Jumlah
64
Lihat transkip dokumentasi: 02/D/F-1/ 3-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
45
Lihat transkip dokumentasi: 03/D/F-1/ 3-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
46
penelitian.
Lihat transkip dokumentasi: 04/D/F-3/ 3-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
47
Tabel 3.2 Keadaan Guru MTsA Al- Islam Joresan Mlarak Ponorogo Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jenis
Pendidikan Jumlah
Kelamin
S1
D3
D2
SLTA
Laklaki
24
1
-
10
35
Perempuan
21
1
3
3
28
Jumlah
45
2
3
13
63
Tabel 3.3 Keadaan Siswa MTs Al-Islam Tahun Pelajaran 2008/ 2009 Kelas
Pa
Pi
Jumlah
I
127
121
248
II
125
103
228
III
104
127
231
Jumlah
356
351
707
48
5. Keadaan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen yang ikut memperlancar proses belajar mengajar. Adapun sarana dan prasarana MTs Al-Islam Adalah sebagai berikut47: Tabel 3. 4 Sarana dan Prasarana MTs Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Ruang Teori/ kelas Laboratorium Bahasa Laboratorium Komputer Ruang Perpustakaan Ruang BP/ BK Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang TU Ruang OSIS Kamar Mandi/ WC Guru Kamar Mandi/ WC siswa Gudang Ruang Ibadah
Jumlah 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1
6. Kurikulum MTs Al- Islam Joresan Mlarak Ponorogo Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa kurikulum MTsA AlIslam menggunakan perpaduan antara kurikulum Pondok Modern, Pondok Salafiyah, Departemen Agama dan Departemaen pendidikan Dan Kebudayaan.
47
penelitian.
Lihat transkip dokumentasi: 05/D/F-3/ 3-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
49
B. Deskripsi Data Tentang Model Pembelajaran SKI di Kelas VIII MTs AlIslam Joresan Mlarak Ponorogo 1. Pelaksanaan Pembelajaran SKI Bilingual di kelas VIII MTs Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo. a. Tujuan Pembelajaran SKI Merumuskan dan mengetahui suatu tujuan dalam pembelajaran adalah hal yang sangat penting karena dengan begitu pendidikan akan lebih terarah dan mencapai maksud yang diinginkan. Dari hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Budairi PKM Kurikulum menjelaskan bahwa secara umum tujuan dari pembelajaran SKI di MTs Al-islam Ini adalah sebagai berikut: Dengan adanya pembelajaran SKI, siswa diharap dapat : Memahami sejarah Islam pada zaman dahulu Mengetahui kemajuan dan kemunduran Islam disegala bidang baik bidang sosia, politik, budaya juga masalah ilmu pengetahuan dan teknologi dan yang lainnya iii. Mengambil suri tauladan dari para tokoh yang dianggap bisa menjadi suri tauladan iv. Menghargai perjuangan para tokoh dalam mengembangkan Islam v. Mengerti perjuangan para tokoh dalam memperjuangkan dalam pendidikan dan agama Islam.48 i. ii.
b. Materi Pembelajaran SKI Materi merupakan bahan ajar yang disampaikan oleh guru kepada siswa, sehingga siswa mengetahui dan memahami apa yang dia pelajari. Dari hasil wawancara peneliti tentang materi SKI dengan Bapak Ahmad Budairi PKM Kurikulum menuturkan bahwa:
48
penelitian.
Lihat transkip wawancara kode: 02/ 2-W/F-2/ 3-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
50
Materi pembelajaraan SKI di MTs Al-Islam tersusun dari dua bagian yaitu menggunakan pedoman dari DEPAG dan materi Intern yaitu Tarikh Islam dengan menggunakan kitab Khulashatul Nurul Yaqin. Khulashah ini dipakai sebagai tarikh atau mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam bentuk Bahasa Arab, sehingga disini dalam pembahasannya guru harus memaknai atau menerjemahkannya dan para siswa menulis dalam kitab tersebut.49
Karena pelajaran SKI terdiri dari dua jenis yaitu SKI dari DEPAG dan Tarikh Islam yang berupa Khulasotul Nurul yaqin maka peneliti mengadakan wawancara dengan masing-masing guru bidang studi. Adapun untuk materi SKI kelas VIII ini peneliti mengadakan wawancara dengan Ibu Umi supiyatin guru pelajaran SKI kelas VIII, berikut penuturan beliau: Untuk materi Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII adalah dari DEPAG yaitu kurikulum 2006 dan sesuai dengan KTSP. Untuk semester I tentang Kemajuan Dinasti Umayah dalam bidang ilmu agama Islam, Keruntuhan Dinasti Umayah, Pembentukan Dinasti Abasiyah dan Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur. Untuk semester II adalah tentang Khalifah Harun Al-Rasyid, Khalifah Abdullah Al-Makmun, Kemajuan Dinasti Abasiyah dalam bidang sosial budaya. 50
Sedangkan untuk Tarikh Islam kelas VIII peneliti mengadakan wawancara dengan Ibu Binti Rukayah guru pelajaran Tarikh Islam kelas VIII, beliau menuturkan sebagai berikut: Untuk pelajaran Tarikh Islam kelas VIII menggunakan kitab Khulasotul Nurul Yaqin juz tsani. Materi yang ada di dalamnya ada sekitar 46 materi, yaitu mulai tahun pertama hijriah sampai wafatnya Rasulullah saw. Mengingat banyaknya materi maka materi-materi tersebut tidak pernah selesai sehingga siswa harus mempelajarinya sendiri.51
49
Lihat transkip wawancara kode: 02/ 2-W/F-2/ 3-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
50
Lihat transkip wawancara kode: 03/ 1-W/F-3/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
51
penelitian.
Lihat transkip wawancara kode: 04/ 1-W/F-4/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
51
Sebagaimana yang disarankan oleh Ibu Binti, maka peneliti memeriksanya dalam kitab Khulasotul Nurul Yaqin juz tsani. Adapun materi yang diajarkan adalah sebagai berikut: Materi ةNOPQ اST UQوW اXYZQا XY[\]Q_د اP[ لabcQا ةNOPQ اST XdeafQ اXYZQا NghQ\ر اgQوة اjk \لlQ واmnQao pflo تarوNf]Qا ةNOPQ اST XfQafQ اXYZQا \sرة اjk \sرة اjk Ux م. صu_ل اvNQت اagw UzbcQا _ادثs ةNOPQ اST Xlo ارXYZQا _ادثs ةNOPQ اST |d]}Q اXYZQا ~xW\[ اs \قYnQوة اjk Xd ىYo وةjk
Y[ ز[\ و زXQZT UYgbQل اaoا nQ اX[N ب وaOnQ اX[ا ةNOPQ اST XvدaZQ اXYZQا _انNQ اpdo وXdg[\nQوة اjk Xdg[\s z ةNOPQ اST XlgZQ اXYZQا ىNcQوة واداjk و-ءa]d z و-\كx bx ِءacQة اN]r _ادثs ةNOPQ اST XYTafQ اXYZQا نaTNQ اST S[Nr x bQوة اjk X]sN]Q_م [_م اdQا
Terjemah Tahun pertama hijriah Kaum Yahudi Madinah Peperangan Tahun kedua hijriah Perang Badar besar Tuan diutus dengan membawa kebenaran dan keadilan Beberapa syariat Islam Tahun ketiga hijriah Perang Uhud Rasulullah tetap diperang Uhud Korban dalam perang Uhud Beberapa kejadian Tahun keempat hijriah Beberapa kejadian Tahun kelima hijriah Kabar bohong Perang Khondak Peperangan Bani Quraizah Masalah Zaid dan Zainab Membatalkan pengangkatan anak (sebagai anak kandung) Ayat hijab dan kewajiban haji Tahun keenam hijriah Perang Hudaibiyah dan bai’atur ridhwan Perdamaian hudaibiyah Tahun ketujuh hijriah Penakulukan fadak, perdamaian tai’ma dan peperangan wadil qura Umrah qadha Beberapa kejadian Tahun kedelapan hijriah Pembebasan Mekah pada tanggal 20 Ramadhan Hari ini, adalah hari
52
pengampunan ةN[\c]Q\ اYr _lQ اMemberi ampun ketika kuasa membalas dendam XldgQ اBerjanji dan bai’at SdYs وةjk Perang hunain aQوة اjk Perang thaif XY[\]Q اUQم ا._ل صv ر_ع رRasulullah kembali ke Madinah oabQوة اjk -ةNOPQ اST XlvabQ اXYZQ اTahun kesembilan hijriah SdcxaY]Q اz} Orang-orang Munafik membelakangi XY[\]Q اUQم ا._ل صv ر_ع رRasulullah kembali ke Madinah UY]dQ_ث اlo -ةNOPQ اST ةNalQ اXYZQ اTahun kesepuluh hijriah _داعQ اXOs Haji wada’ _ادثs Beberapa kejadian XTav اd jdPO Tahun kesebelas hijriah م._ل صvNQض اNT Rasulullah mulai sakit م._ل صvة رax وRasulullah saw wafat مZQ ة واdzr Yx دPemakaman Rasulullah saw b Penutup c. Langkah-langkah pembelajaran SKI bilingual di kelas VIII MTs AlIslam Joresan Mlarak Ponorogo Proses belajar mengajar akan dapat berjalan dengan lancar apabila guru mampu menggunakan strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, sumber, metode, serta pengelolaan kelas yang di dalamnya terdapat langkah pembelajaran secara tepat. Pendekatan dalam suatu pembelajaran adalah sangat penting karena
dengan
pendekatan
yang
benar
pencapaian
tujuan
pembelajaran akan terwujud. Untuk pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran SKI di kelas VIII adalah sebagaimana yang dituturkan oleh Ibu Umi Supiyatin berikut:
53
Pendekatan individual, kelompok, edukatif, pengalaman, emosional rasional, kebermaknaan. Pendekatan ini dipilih dalam pembelajaran SKI karena dianggap lebih sesui baik dengan materi maupun keadaan atau 52 perkembangan Islam.
Sedangkan yang digunakan dalam Tarikh Islam adalah sebagaimana dituturkan oleh Ibu Binti berikut: Pendekatan individu, emosional rasional dan kebermaknaan, ini dipilih karena tiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda baik dalam 53 hal membaca, menerjemah dan memahami suatu bacaan.
Faktor pendidikan yang tidak kalah pentingnya dalam pencapaian tujuan pembelajaran adalah sumber dan metode pembelajaran. Ibu Umi supiatin mengatakan bahwa: Yang menjadi sumber bagi pembelajaran SKI di kelas VIII adalah bersumber dari buku Sejarah Kebudayaan Islam kurikulum 2006 untuk Madrasah Tsanawiyah kelas VIII karangan Murodi, terbitan PT. Karya Toha Putra, Semarang. Selain itu kami juga menggunakan LKS yang khusus membahas SKI kelas VIII, dan setiap siswa diwajibkan untuk memiliki LKS. Untuk metode pembelajaran yang pakai adalah lebih banyak cenderung pada metode ceramah, karena dengan metode ini sangat cocok mengingat materi dalam SKI sangat banyak, selain itu kami juga menggunakan metode latihan yaitu siswa mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dan tidak kalah pentingnya adalah metode hafalan materi yang lalu yang disertai tanya jawab. Dan lima belas menit sebelum jam berakhir diadakan tanya jawab seputar bab yang baru saja dipelajari.54
Sedangkan Ibu Binti Rukayah menuturkan untuk Tarikh Islam bersumber dari kitab Khulashoh Nurul Yaqin dan juga kamus sebagaimana hasil wawancara berikut: Untuk Tarikh Islam ini bersumber dari kitab Khulashatul Nurul Yaqin juz 2, selain itu juga digunakan kamus karena sewaktu-waktu digunakan selain mufrodat yang saya jelaskan anak bisa mencari sendiri dalam kamus. 52
Lihat transkip wawancara kode: 05/ 2-W/F-3/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
53
Lihat transkip wawancara kode: 06/ 2-W/F-4/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
54
penelitian.
Lihat transkip wawancara kode: 07/ 3-W/F-3/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
54
Untuk Khulashotul Nurul Yaqin kami menggunakan metode hafalan, bandongan, tanya jawab, diskusi, kisah dan ceramah.55
Suasana dalam pembelajaran akan lebih kondusif jika pengelolaan kelas dapat diatur dengan baik. Berikut penuturan Ibu Umi Supiyatin berkaitan dengan pengelolaan kelas saat pembelajaran SKI berlangsung: Kami mempersiapkan bahan-bahan yang akan kami ajarkan, dan mempersiapkan latihan-latihan soal, yang semuanya sudah tersusun dalam RPP karena di dalamnya selain kami sebutkan tentang materi apa yang akan kami pelajari, kami juga telah menyiapkan tentang metode apa yang akan kami gunakan, selain itu juga disebutkan tentang strategi pembelajaran, materi dan juga cara penilaian. Dan dalam proses pembelajaran selain terpaku pada pembelajaran secara individu pada waktu tertentu kami juga mengelola dalam artian mengorganisir siswa menjadi beberapa kelompok belajar. Dengan masing-masing kelompok diberi materi atau bahasan tertentu setelah itu mereka dioplos ke dalam kelompok lain dan memberikan penjelasan kepada kelompok yang diikutinya tersebut tentang materi yang dibahas bersama kelompok asal. Setelah itu kami mengadakan pembahasan bersama yang diikuti dengan sesen tanya jawab. Selain itu metode hafalan dan tanya jawab saat hafalan juga lebih diterapkan mengingat materi yang begitu banyak dan berupa sejarah, dan juga untuk SKI yang berbahsa arab juga begitu, jadi ini bisa saling membantu.56
Selain mengacu pada wawancara tersebut peneliti juga mengadakan observasi. Berikut hasil observasi pada pembelajaran SKI pada tanggal 30 April 2009 pukul 12. 18 WIB: Setelah guru membuka pelajaran, guru memanggil para siswa satu persatu untuk menghafal materi yang telah lalu, dan dalam menghafal tersebut guru memberikan sejumlah soal untuk dijawab oleh siswa yang bersangkutan. Setelah kegiatan menghafal guru melanjutkan materi berikutnya. Pada saat menutup pelajaran guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang akan digunakan pada pertemuan minggu depan.57
55
Lihat transkip wawancara kode: 08/ 3-W/F-4/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
56
Lihat transkip wawancara kode: 09/ 4-W/F-3/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
57
penelitian.
Lihat transkip Observasi kode: 01/O/F-3/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
55
Sedangkan untuk pengelolaan kelas saat pembelajaran Khulashotul Nurul Yaqin peneliti sempat mengadakan observasi langsung saat pembelajaran yaitu pada hari Minggu tanggal 22 Maret 2009 pukul 08. 30 WIB. Hasil observasi tersebut adalah: Di awal kegiatan pembelajaran Tarikh Islam menjelaskan tentang mufrodat yang belum dimengerti oleh siswa, yang dilanjutkan dengan kegiatan menghafal tugas pada pertemuan sebelumnya dalam bahasa Arab. Selanjutnya guru mempersiapkan bahan ajar, guru menyuruh siswa untuk membaca materi, mempersilahkan siswa bertanya tentang kalimat yang belum bisa dimengerti atau dipahami oleh siswa, guru menuliskan kalimat (mufradhat) yang belum dimengerti oleh siswa tersebut, guru meletakkan kalimat tersebut dalam susunan jumlah mufidah atau mencarikan makna yang semakna dengan mufradhat tersebut, sebagai misal Ghazwah – al-Harbu, jika siswa sampai hal ini belum mengerti juga barulah guru menjelaskannya, setelah tidak ada lagi yang ditanyakan, maka diadakan pembahasan terhadap materi tersebut sampai siswa mengerti, guru menunjuk beberapa siswa untuk takalum dengan menggunakan bahasa sendiri yang sudah dikuasai oleh siswa, langkah yang terakhir guru memberikan tugas rumah baik bersifat kelompok ataupun individu.58
Adapun penuturan Ibu Binti tentang pengelolaan kelas ini adalah: Keadaan seperti diskusi ini sering kami lakukan dalam penyampaian materi khulashatul Nurul Yaqin, disamping kami membacakan pemaknaan terhadap kitab yang dipegang oleh siswa, saya juga menanyakan kepada siswa tentang kalimat Arab (mufradhat) yang belum dimengerti oleh siswa, lalu saya tuliskan di papn tulis dan kalimat itu saya letakkan di dalam jumlah mufidah sehingga siswa itu memahami arti dari kata tersebut. Apabila sampai tiga kali saya dalam meletakkan jumlah mufidah namum siswa belum mengerti dari arti kalimat tersebut maka saya langsung mengartikan dengan bahasa Indonesia. Pada kesempatan akhir kami juga mengadakan tes tentang apa yang kita pelajari seperti menyuruh atau menunjuk anak untuk menyampaikan kesimpulan dari pembelajaran baik menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa Arab. Ya setiap pertemuan diadakan hafalan, hal ini dimaksudkan agar siswa lebih paham, dan penguasaan terhadap bahasa lebih lancar.59
58
Lihat transkip Observasi kode: 02/O/F-1/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
59
penelitian.
Lihat transkip wawancara kode: 10/ 4-W/F-4/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
56
d. Evaluasi Untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu pembelajaran maka perlu diadakan evaluasi. Ibu Umi Supiyatin mengatakan bahwa untuk SKI tes yang digunakan adalah sebagaimana tes biasanya yaitu tes formatif, subsumatif, sumatif dan EBTA, sebagaimana hasil wawancara berikut: Jenis tes yang digunakan tes formatif, sub sumatif, sumatif dan EBTA. Untuk teknik tes kami menggunakan tes lisan dan tes tulis. Seperti pilihan ganda, menjawab esay.60
Sedangkan untuk Khukashotul Nurul Yaqin, Ibu Binti menuturkan: Untuk Khulashatul Nurul Yaqin untuk EBTA tidak diikutkan karena ini termasuk kurikulum intern, tetapi tetap diadakan ujian khusus yang diselenggarakan sekolah untuk mata pelajaran intern seperti halnya SKI yang berbasis Khulashah ini. Untuk tes yang digunakan adalah lebih cenderung pada tes lisan meskipun 61 tes tulis juga dilaksanakan.
2. Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran SKI Bilingual di Kelas VIII MTs Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo Dalam suatu proses kegiatan untuk mencapai suatu tujuan tidak lepas dari berbagai kendala, namun disamping itu juga terdapat faktor yang mendukung atau memperlancar upaya pencapaian tujuan tersebut. Adapun yang menjadi kendala atau penghambat dalam pembelajaran SKI bilingual di kelas VIII Joresan Mlarak Ponorogo adalah sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut:
60
Lihat transkip wawancara kode: 11/ 5-W/F-3/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
61
penelitian.
Lihat transkip wawancara kode: 12/ 5-W/F-4/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
57
Ibu
Umi
Supiyatin
menerangkan
bahwa
yang
menjadi
penghambat dalam pembelajaran SKI adalah faktor kualitas individu dan alokasi waktu, sedang pendukungnya adalah keaktifan siswa dan setiap siswa mempunyai buku pegangan, sebagaimana hasil wawancara berikut: Yang menghambat dalam pembelajaran adalah perbedaan kualitas individu, setiap siswa mempunyai kemampuan atau kompetensi yang berbeda dalam penyerapan ataupun pemahaman materi pembelajaran, apalagi saya sering menggunakan metode hafalan, meskipun demikian setiap kali hafalan jika siswa diberi pertanyaan masih ada yang belum bisa menjawab, atau menguasai materi secara penuh. Selain itu dalam masalah alokasi waktu, waktu untuk SKI itu dalam seminggu cuma dua jam- dua jam, maksudnya untuk SKI Indonesia dua jam dan untuk berbahas Arab juga dua jam, terus materinyakan banyak, jadi untuk menyiasatinya kami maksudnya saya dengan Bu Binti kebetulan metode yang kami terapkan hampir sama sering juga memberikan ringkasan, ya setidaknya dengan hafalan terus juga ringkasan materi siwa lebih mudah dalam menyerap dan memahami SKI ini. Untuk mengatasi masalah selain waktu guru menyuruh menghafal kembali, siswa saya bentuk menjadi beberapa kelompok diskusi kecil, tiap kelompok membahas sub bab yang berbeda karena biasanya mereka akan lebih mudah paham jika yang menjelaskan teman mereka sendiri. Sayapun tidak segansegan minta bantuan kepada siswa yang mempunyai nilai lebih untuk membimbing teman-temannya, begitu mas. Yang menjadi pendukungnya dalam pembelajaran adalah siswa selalu aktif sehingga pembelajaran akan terus hidup, dan setiap siswa mempunyai buku pegangan baik buku paket maupun LKS yang memudahkan dalam proses pembelajaran62
Adapun Ibu Binti Rukayah mengatakan bahwa yang menjadi penghambat dalam pembelajaran adalah latar belakang sekolah, daya ingat atau kemampuan. Sedangkan yang menjadi pendukung adalah siswa sudah terbiasa dengan pelajaran yang memakai bahasa Arab, siswa mempunyai buku pegangan dan lingkungan yang mendukung, sebagaimana hasil wawancara berikut: yang mendominasi adalah masalah hafalan, merekakan berasal dari sekolahsekolah yang berbeda, dan daya ingat atau kemampuan yang dimilikinyakan 62
penelitian.
Lihat transkip wawancara kode: 17/ 7-W/F-3/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
58
juga berbeda, jadi saya ya harus sabar dalam pembelajaran ini., selain itu….SKI yang berbahasa Indonesiakan juga menuntut hafalan, terus selain hafalan saya juga sering mengulang-ulang materi ataupun kata-kata asing agar siswa tidak lupa. Yang menjadi pendukung dari pembelajaran ini ya anak-anak sudah kenyang dengan pelajaran yang menggunakan Bahasa Arab atau kata-kata arab, selain itu tiap siswa mempunyai buku pegangan yang memudahkan dalam pembelajaran, dan juga lingkungan di sini sangat mendukung.63
3. Dampak Pembelajaran Bilingual Terhadap Prestasi Belajar SKI dikelas VIII MTs Al-Islam Joresan Malarak Ponorogo Setiap pekerjaan pastilah mempunyai dampak baik itu negatif maupun positif. Seperti halnya pembelajaran dengan dua bahasa (bilingual) dalam mata pelajaran SKI yaitu penggunaan Bahasa Indonesia untuk SKI dari DEPAG dan Bahasa Arab untuk SKI intern. Bapak Ahmad Budairi mengatakan dampak pembelajaran bilingual adalah sangat membantu dalam masalah kosa kata, sehingga akan mempermudah siswa dalam memahami pelajaran lain yang berbahasa Arab, selain itu juga bermanfaat untuk jangka panjang, sebagaimana hasil wawancara berikut: Dampaknya dari pembelajaran dengan sistem bilingual ini ya sangat membantu sekali terutama dalam masalah kosa kata (mutaradifat) bagi siswa, akhirnya siswa dalam mempelajari pelajaran lain misalnya Bahasa Arab dan Muthala’ah akan sangat mudah dalam pemahamannya. Selain itu akan menambah wawasan siswa baik itu dari segi tata Bahasa Arab maupun sastra Arab yang sudah terkandung di dalam pelajaran SKI. Selain itu anak-anak akan menjadai terbiasa dalam pemaknaan atau menerjemah dalam arti anak akan terbiasa membaca pelajaran-pelajaran yang di situ juga memakai Bahasa Arab. Selain dampak yang saya bilang tadi ada juga manfaatnya untuk jangka panjang, sebagai misal setelah nanti dia masuk pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu pada tingkat Aliyah maka siswa akan mudah takallum dengan Bahasa Arab, karena hampir semua pelajaran ditingkat Aliyah khususnya di Joresan baik itu pelajaran Al-Qur’an Hadits, Fiqh, Musthalihul Hadits, mahfudzat semuanya memakai Bahasa Arab, baik dalam cara 63
penelitian.
Lihat transkip wawancara kode: 18/ 7-W/F-4/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
59
menerangkannya maupun cara bertanya guru terhadap siswa semuanya memakai Bahasa Arab dan siswapun juga diwajibkan bertanya ataupun menjawab dalam Bahasa Arab. Apalagi setelah dia mengancik kelas lima dan mengambil jurusan MAK semua pelajaran memakai Bahasa Arab kecuali Matematika, Bahasa Indonesia dan PKn. Selain itu semua penerapan bilingual khususnya dalam SKI akan terlihat ketika siswa mengikuti program amaliatu tadris (praktik mengajar memakai Bahasa Arab) diakhir kelas VI sebelum ujian negara. Maka dari itu pembiasaan menyampaikan pelajaran SKI (Khulashah Nurul Yaqin) dalam bentuk bilingual ini dimulai dari sejak kelas tsanawiyah.64
Sedang menurut Ibu Umi Supiyatin adalah sangat membantu dan wawasan siswa juga akan bertambah luas, sebagaimana hasil wawancara berikut: Adanya SKI atau Tarikh Islam yang berbahasa Arab ini adalah sangat membantu sekali, karena yang ada dalam Khulashoh Nurul Yaqin ini belum tentu diajarkan dalam SKI, jadi wawasan siswa akan lebih luas, karena yang dipelajari banyak dalam SKI ya kadang-kadang anak sulit menghafalkan 65 karena SKI dalam Bahasa Indonesia sangat banyak.
Adapun penuturan Ibu Binti Rukayah adalah sanagt baik, sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut: Pelajaran Khulashoh ini sangat membantu sekali, jadi dampaknya sangat baik. Siswa lebih dapat memahami sejarah Islam dalam bentuk Bahasa Arab dari pada yang berbahasa Indonesia, karena lebih fokus dan tidak melebar.66
Selain dari ketiga pendapat tersebut peneliti sempat mengadakan wawancara dengan Muhammad Misbahul Munir seorang siswa kelas II A, dia mengatakan bahwa: Khulashoh lebih mudah dipahami tidak terlalu bulet meskipun bahasa yang digunakan bahasa Arab tapi ya alhamdulillah kami gak ada kesulitan, meskipun bolak balik nanya dan apabila saya tidak bisa dalam SKI saya cukup mengingat khulashoh mas, karena sangat membantu dalam pemahaman SKI yang umum mas.67
64
Lihat transkip wawancara kode: 13/ 2-W/F-2/ 3-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
65
Lihat transkip wawancara kode: 14/ 6-W/F-4/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
66
Lihat transkip wawancara kode: 15/ 6-W/F-4/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
67
penelitian.
Lihat transkip wawancara kode: 16/ 1-W/F-5/ 10-II/2009 dalam lampiran laporan hasil
60
Untuk mengetahui dampak pembelajaran bilingual tersebut, berikut data prestasi belajar SKI dan Khulashah Nurul Yaqin siswa kelas VIII MTs Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo pada semester I: Tabel 3.5 Daftar Nilai Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VIII MTs Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo Nilai (X) 5 6 7 8 Jumlah
Frekuensi (F) 90 83 44 11 228
FX 450 498 308 88 1344
Tabel 3. 6 Daftar Nilai Tarikh Islam (Khulashatul Nurul Yaqin) Kelas VIII MTs Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo Nilai (X) 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 Jumlah
Frekuensi (F) 38 38 18 12 18 12 34 13 31 11 3 228
FX 152 216 90 66 108 78 238 97,5 248 93,5 27 1414
61
BAB IV PEMBAHASAN
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya dalam penulisan skripsi ini adalah pembahasan, yaitu menganalisa data-data yang diperoleh sebagaiamana tercantum dalam bab tiga. 4. Pelaksanaan Pembelajaran SKI Bilingual di kelas VIII MTs Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo. a. Tujuan Pembelajaran SKI di kelas VIII MTs Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo. Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan, tujuan pendidikan Islam yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam68. Sedangkan tujuan pelajaran SKI adalah: menumbuhkan pemahaman pada peserta didik terhadap sejarah dan peradaban kebudayaan Islam, menghargai jasa para tokoh pelaku sejarah dan pencipta peradaban kebudayaan yang membawa kemajuan atau kejayaan Islam sehingga tertanam nilai-nilai kepahlawanan, kepeloporan, kreatifitas, proaktifitas serta menyiapkan mereka untuk perkembangan Islam yang akan mendatang.69
68 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan IslamPendekatan Historis, Teoritis dan Praktis (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) 35. 69 Dirjen Pendidkan Dasar dan Menengah, Kurikulum SMU Petunjuk Teknis Mata Pelajaran PAI (Jakarta, 1995), 17
62
Adapun tujuan diadakannnya pelajaran SKI di kelas VIII MTs AlIslam adalah sesuai dengan petunjuk yang ada dalam kurikulum yaitu: menumbuhkan pemahaman pada peserta didik terhadap sejarah dan peradaban kebudayaan Islam, menghargai jasa para tokoh pelaku sejarah dan pencipta peradaban kebudayaan yang membawa kemajuan atau kejayaan Islam sehingga tertanam nilai-nilai kepahlawanan, kepeloporan, kreatifitas, proaktifitas serta menyiapkan mereka untuk perkembangan Islam yang akan mendatang. Jadi dengan demikian tujuan pembelajaran SKI kelas VIII MTs AlIslam mempunyai kemiripan dengan petunjuk kurikulum. Secara umum tujuan pembelajaran SKI di kelas VIII adalah selain memahami sejarah Islam, mengetahui kemajuan dan kemunduran, mengambil suri tauladan para tokoh zaman dahulu siswa diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan juga menanamkan sikap cinta terhadap tanah air, bangsa dan agama. b. Materi Pembelajaran SKI di kelas VIII MTs Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo. Materi pembelajaran adalah pokok-pokok materi yang harus dipelajari oleh siswa sebagai sarana pencapaian kemampuan dasar. Materi pembelajaran perlu dirinci atau diuraikan kemudian diurutkan untuk memudahkan pembelajaran. Materi dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari buku teks, laporan hasil penelitian, majalah, dll, sehingga melalui proses belajar mengajar siswa diantarkan kepada tujuan
63
pembelajaran.70 Adapun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dikelompokkan menjadi lima materi pokok, yaitu: Al-Qur'an, Keimanan, Akhlaq, Fiqih atau ibadah ,dan Tarikh.71 Adapun materi SKI di kelas VIII MTs Al- Islam dua materi yaitu SKI berdasarkan kurikulum DEPAG yang bersumber pada buku SKI rujukan DEPAG dan SKI dengan kurikulum intern yang disebut Tarikh Islam yang bersumber dari kitab Khulashatul Nurul Yaqin. Jadi dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran SKI di MTs Al-Islam ini lebih luas karena menggunakan materi dari DEPAG sebagaimana tertera dalam silabus SKI dan materi yang berasal dari kitab Khulasotul Nurul Yaqin dan kedua materi tersebut saling mendukung yaitu mempelajari sejarah pada masa nabi dan pasca nabi. c.
Langkah-langkah pembelajaran SKI di kelas VIII MTs Al- Islam Joresan Mlarak Ponorogo. Agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan, maka pembelajaran harus disiapkan sedemikian rupa mulai dari strategi, pendekatan, sumber belajar, dan metode yang digunakan. Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan diterapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Suatu metode pembelajaran mencakup penggunakan pendekatan metode atau
70 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 91. 71 Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004) (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 155.
64
teknik, bentuk media dan sumber belajar.72 Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai abak didik, hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. 73 Berdasarkan hasil wawancara dan jika dilihat dari banyaknya pendekatan dalam pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan pendekatan yang digunakan pada pembelajaran SKI dan Tarikh Islam adalah sudah tepat hal ini dikarenakan selain disesuaikan dengan kondisi dari siswa, juga disesuaikan dengan materi pembelajaran sehingga siswa bisa terlibat lebih aktif. Sedangkan sumber belajar adalah segala apa (daya, lingkungan, pengalaman) yang (dapat) digunakan dan dapat mendukung proses atau kegiatan pengajaran secara efektif dan efisien dan dapat memudahkan pencapaian tujuan / belajar, tersedia (sengaja disediakan) baik yang langsung atau tidak langsung, baik yang konkret atau yang abstrak74. Adapun sumber pembelajaran SKI di kelas VIII MTs Al-Islam sudah bisa dikatakan relevan karena pembelajarannya bersumber dari buku yang materinya sudah tertera dalam silabus, selain itu guru juga mewajibkan siswa untuk mempunyai buku pegangan yang berupa lembar kerja siswa (LKS) demikian juga untuk tarikh Islam selain bersumber dari 72
Asnawir, Bahiruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 21. Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajajar Mengajar, 53-71. 74 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 164. 73
65
kitab Khulashotul Nurul Yaqin tidak jarang juga guru memberikan ringkasan atau penambahan penjelasan yang sudah difoto kopi sehingga siswa lebih memahami materinya. Metode ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok/ klasikan, agar pelajaran dapat diserap, dipahami, dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pila pencapaian tujuan.75 Dalam pemilihan metode seorang guru harus benar-benar cermat dan sesuai dengan apa yang disampaikan Adapun metode yang digunakan dalam pembelajaran yang SKI bilingual kelas VIII adalah menggunakan ceramah, tanya jawab dan juga resitasi (pengerjaan tugas) tetapi lebih mengutamatan pada hafalan. Jadi dengan demikian metode yang digunakan sudah relevan, karena guru tidak hanya menggunakan satu metode saja. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih memahami dan mengingat pelajaran dikarenakan materi dalam SKI cukup banyak. Secara teoritik pembelajaran bilingual dapat diterapkan dengan langkah-kangkah sebagai berikut: i. Berikan pengantar pembelajaran yang akan dilaksanakan. j. Kenalkan terlebih dahulu kosa kata bahasa asing yang akan diajarkan dan diulang-ulang hingga terkuasai siswa dengan baik. 75
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka setia, 1997), 52.
66
k. Masukan materi yang akan diajarkan secara bertahap dengan mulai menggunakan istilah yang telah dikuasai siswa. l. Upayakan istilah asing yang digunakan tidak diterjemahkan tapi sudah dipahami siswa. m. Siswa diberi kesempatan luas untuk mempraktekannya. n. Beri permasalahan dan siswa menyelesaikannya dalam kemlompok. o. Hasil kelompok dipresentasikan dengan menggunakan bahasa asing tersebut. p. Berikan evaluasi.76 Sedangkan proses pembelajaran SKI di kelas VIII langkahnya adalah sebagai berikut: a. Guru mempersiapkan bahan ajar b. Guru menyuruh siswa untuk membaca materi c. Mempersilahkan siswa bertanya tentang kalimat yang belum bisa dimengerti atau dipahami oleh siswa. d. Guru menuliskan kalimat (mufradhat) yang belum dimengerti oleh siswa tersebut. e. Guru meletakkan kalimat tersebut dalam susunan jumlah mufidah atau mencarikan makna yang semakna dengan mufradhat tersebut, sebagai misal Ghazwah- al-Harbu. f. Jika siswa sampai hal ini belum mengerti juga barulah guru menjelaskannya.
76
http://sbikuningan.blogspot.com/2009/03/pembelajaran-bilingual.html
67
g. Setelah tidak ada lagi yang ditanyakan, maka diadakan pembahasan terhadap materi tersebut sampai siswa mengerti. h. Guru menunjuk beberapa siswa untuk takalum dengan menggunakan bahasa sendiri yang sudah dikuasai oleh siswa. i. Langkah yang terakhir guru memberikan tugas rumah baik bersifat kelompok ataupun individu. Jadi dari langkah pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bilingual pada mata pelajaran SKI sudah sesuai dengan yang ada pada teori d. Evaluasi Pembelajaran SKI di kelas VIII MTs Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo Evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa, atau merupakan proses menggambarkan memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.77 Secara teoritik jenis evaluasi meliputi evaluasi formatif, sumatif, subsumatif dan EBTA78, untuk teknik meliputi tes (uraian, obyektif, tes lain) dan non tes (sikap, minat dan kepribadian murid melalui observasi)79.
4.
77
Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik (Jakarta: PT. Grasindo, 1991),
78
Suryo Subroto, Tata Laksana Kurikulum (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 143-144. Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, 156-160.
79
68
Adapun untuk jenis tes yang digunakan dalam pembelajaran SKI di kelas VIII MTs Al-Islam adalah tes formatif, sub sumatif, sumatif dan EBTA, sedangkan untuk Khulashoh adalah tes lisan dan tes tulis, namun untuk Khulashoh lebih cenderung menggunakan tes lisan hal ini dikarenakan untuk melatih daya ingat dan pelafalan serta kemampuan dalam berbahasa Arab. Jadi
dengan
demikian
evaluasi
yang
digunakan
dalam
pembelajaran SKI kelas VIII MTs Al-Islam Joresan adalah sudah sesuai dengan yang ada dalam teori.
5. Faktor Penghambat dan pendukung pembelajaran SKI Bilingual di kelas VIII MTs Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disebutkan bahwa yang menjadi penghambat selama proses pembelajaran SKI berlangsung adalah: perbedaan kualitas individu siswa yaitu ada siswa yang mempunyai IQ tinggi dan ada juga yang rendah sehingga hal ini mempengaruhi terhadap daya serap siswa terhadap materi atau pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu masalah alokasi waktu, yaitu waktu yang diberikan untuk mata pelajaran ini dirasa kurang mengingat materi yang sangat banyak. Untuk mengatasi hal tersebut maka upaya yang dilakukan oleh guru adalah: guru sering memberikan ringkasan materi, tugas, membentuk kelompok diskusi dengan sistem jigsaw dan juga menggunakan sistem hafalan untuk mempertajam daya ingat siswa.
69
Adapun yang menjadi faktor pendukung dalam pembelajaran SKI adalah siswa dalam pembelajaran selalu aktif sehingga pembelajaran akan terus hidup, dan setiap siswa mempunyai buku pegangan baik buku paket maupun LKS yang memudahkan dalam proses pembelajaran. Sedangkan untuk pembelajaran SKI yang berbahasa Arab yang menjadi hambatan adalah masalah kemampuan siswa hal ini disebabkan karena perbedaan latar belakang pendidikan indivu yaitu ada siswa yang berasal dari lulusan Sekolah Dasar (SD) dan ada yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau dari sekolah agama yang lain. Untuk mengatasi hal tersebut maka langkah yang dilakukan adalah dengan mengulang-ulang mufrodat ataupun materi sehingga siswa tidak lupa Adapun yang menjadi pendukung dari pemebelajaran ini adalah siswa sudah tidak kaget lagi terhadap pembelajaran bilingual karena siswa sering dan terbiasa bergelut dengan bahasa Arab. Selain itu setiap siswa mempunyai buku pegangan yang mempermudah pembelajaran dan siswa aktif terlibat dalam pembelajaran serta lingkungan yang memungkinkan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan sistem bilingual ini. Dari uraian di atas tersebut dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor penghambat pembelajaran SKI di kelas VIII MTs Al-Islan Joresan Mlarak Ponorogo adalah: 1. Perbedaan kualitas individu siswa dan daya serap 2. Latar belakang pendidikan siswa 3. Alokasi waktu
70
Untuk mengatasi hal tersebut upaya yang dilakukan oleh guru adalah: a. Memberikan ringkasan materi b. Tugas c. Membentuk kelompok diskusi dengan sistem jigsaw d. Menggunakan sistem hafalan untuk mempertajam daya ingat siswa e. Mengulang-ulang mufrodat ataupun materi sehingga siswa tidak lupa. Adapun faktor yang mendukung pembelajaran SKI di kelas VIII MTs Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo adalah: a. Keaktifan siswa b. Setiap siswa memiliki buku pegangan (paket dan LKS) c. Siswa sudah sering bergelut dengan pelajaran Arab d. Lingkungan yang mendukung.
6. Dampak pembelajaran bilingual terhadap prestasi belajar SKI dikelas VIII MTs Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo Pembelajaran bilingual merupakan model penggunaan dua bahasa untuk
menyampaikan
materi
kurikulum
dengan
tujuan
menguatkan
kompetensi siswa dalam berbahasa asing. Dengan menggunakan model ini terdapat dua hal utama yang diperoleh siswa, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan dan mampu dalam dua bahasa. Tujuan pembelajaran bilingual adalah utamanya memberikan bekal ketrampilan berbahasa kepada siswa yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam
71
bahasa selain bahasa ibu, di samping membelajarkan isi melalui keterampilan berbahasa tersebut.80 Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Budairi, Ibu Umi Supiyatin, Ibu Binti Rukayah dan juga salah seorang siswa maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bilingual terhadap prestasi belajar SKI adalah sangat baik karena sangat membantu dalam pemahaman sejarah Islam selain itu pengetahuan siswa semakin luas. Selain itu anak-anak akan menjadai terbiasa dalam pemaknaan atau menerjemah dalam arti anak akan terbiasa membaca pelajaran-pelajaran yang di situ juga memakai Bahasa Arab. Dan pembelajaran SKI dengan bilingual ini dapat dijadikan modal untuk pembelajaran pada tingkat lebih lanjut. Jadi dengan demikian pembelajaran bilingual mempunyai dampak yang positif bagi siswa, baik secara teoritik maupun praktik. Adapun nilai rata-rata untuk SKI kelas VIII secara keseluruhan adalah dapat dicari dengan rumus: MX=
∑ FX N
=
1344 = 5,9 228
Sedangkan untuk nilai rata-rata Tarikh Islam kelas VIII secara keseluruhan adalah dapat dicari dengan rumus: MX=
∑ FX N
=
1414 = 6,2 228
Jadi dari rata-rata tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa antara pelajaran SKI dengan kurikulum Depag (berbahasa Indonesia) dengan SKI intern (Tarikh Islam dengan Bahasa Arab) saling mendukung.
80
http://www.gurupembaharu.com/index.php?
72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan a. Pelaksanaan pembelajaran SKI bilingual di kelas VIII MTs Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo adalah sudah baik dan sesuai dengan teori pembelajaran bilingual. b. Faktor Penghambat Pembelajaran SKI bilingual di kelas VIII MTs AlIslam Joresan Mlarak Ponorogo adalah: Perbedaan kualitas individu, daya serap siswa, latar belakang pendidikan siswa dan alokasi waktu yang diberikan. Adapun faktor yang mendukung yaitu Setiap siswa memiliki buku pegangan (paket dan LKS), keaktifan siswa, seringnya siswa bergelut dengan pelajaran Arab, serta lingkungan yang sangat mendukung. c. Dampak pembelajaran bilingual adalah sangat positif bagi siswa, baik secara teoritik maupun praktik, selain itu terhadap prestasi belajar SKI adalah sangat baik karena sangat membantu dalam pemahaman sejarah Islam dan pengetahuan siswa semakin luas. Selain itu anak-anak akan menjadi terbiasa dalam pemaknaan dalam arti anak akan terbiasa membaca pelajaran-pelajaran yang di situ juga memakai Bahasa Arab. Dan jika dilihat dari rata-rata nilai di atas dapat disimpulkan bahwa antara pelajaran SKI dengan kurikulum Depag (berbahasa Indonesia) dengan SKI intern (Tarikh Islam dengan Bahasa Arab) saling mendukung.
73
B. Saran 1. Guru hendaknya lebih meningkatkan kegiatan pembelajaran baik SKI maupun Tarikh Islam, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan. Terutama dalam pembelajaran dengan bilingual, hal ini dikarenakan selain meningkatkan mutu pembelajaran juga dapat mengembangkan kreatifitas dan wawasan siswa. 2. Siswa hendaknya lebih giat dalam mempelajari atau menghafal sejarah Islam baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Arab, sehingga bisa mengambil istimbat dari apa yang dipelajari dan pengetahuan serta pribadinya lebih berkembang.
74
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia. 2005. Arif, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press. 2002. Asnawir, Bahiruddin Usman, Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press,. 2002. Darajat, Zakiyah. dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1995. Dirjen Pendidkan Dasar dan Menengah, Kurikulum SMU Petunjuk Teknis Mata Pelajaran PAI. Jakarta, 1995. Dirjen Pendidikan Islam DEPAG, Model Pengembangan Silabus Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Madrasah Tsanawiyah. Jakarta, 2006. Direktoral Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran agama Islam. Jakarta: CV. Trio Tunggal, 1984 Dirjen Pendidkan Dasar dan Menengah, Kurikulum SMU Petunjuk Teknis Mata Pelajaran PAI. Jakarta. 1995 Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1996 Hadi, Sutrisno. Metodologi Reserch. Yogyakarta: yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. 1987. http://www.gurupembaharu.com/indek.php? http://wordspress.com/tag/paud/add-new-tag/ http://sbikuningan.blogspot.com/2009/03/pembelajaran -bilingual.html. http://much2970.blogspot.com/2008/12/cli-buat-sbi.html http://smp1pariaman.wordpress.com./comments/feed/ http://nec-institute.com/content/pusat-pendidikan-bilingual-nasional.
http://www.gurupembaharu.com/index.php
75
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000. Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan IslamPendekatan Historis, Teoritis dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Silverius, Suke. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT. Grasindo, 1991. Subroto, Suryo. Tata Laksana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta. 2005. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RD. Bandung: Al-Fabeta, 2005 Suharyono, dkk, Strategi Belajar Mengajar I. Semarang: IKIP Semarang Press. 1991. Syaifuddin, Muhammad. Pembelajaran Bahasa Arab di Sekolah Alam Bilingual MTs Surya Buana Malang Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam II. Bandung: Pustaka Setia, 1997 Undang -Undang RI No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara, 2003. Zaim, Muhammad Bin Jamil. Petunjuk Praktis Bagi Para Pendidik Muslim. Jakarta: Pustaka Istiqamah, 1997. Zuhairini, dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional. 1983.
76