BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Ikan merupakan komoditas potensial yang bernilai ekonomis dan penting
untuk dikembangkan sebagai jenis budidaya. Pasokan ikan di dunia ini sebagian besar berasal dari hasil penangkapan dari laut (Azwar, 1997). Namun demikian, pemanfaatan sumber daya di sejumlah negara dan perairan internasional saat ini telah berlebih. Data menunjukkan bahwa pasokan ikan dari kegiatan penangkapan di laut dari sebagian negara diperkirakan tidak dapat ditingkatkan lagi. Sehingga pasokan hasil perikanan yang berasal dari pembudidayaan ikan harus ditingkatkan (Putro, 2003). Kondisi yang sama dengan hal diatas juga terjadi di Indonesia, khususnya di daerah Yogyakarta yang dikenal memiliki daerah pesisir terus meningkat seriring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Sebagai contoh, Kabupaten Bantul merupakan salah satu daerah pesisir yang memiliki tingkat konsumsi ikan pada tahun 2011 yaitu sebesar 17,30 kg/perkapita/tahun dengan jumlah penduduk 910.570 jiwa. Melalui data tersebut dapat dilihat bahwa kebutuhan atau tingkat konsumsi ikan penduduk adalah sebesar 15.752895,6 kg/tahun. Di sisi lain total penangkapan ikan di Kabupaten Bantul pada tahun 2011 hanya sebesar 10.374.288 kg/tahun, dimana jumlah tersebut tidak dapat memenuhi permintaan atau kebutuhan penduduk terhadap ikan pada tahun 2011 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, 2011).
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa diperlukan suatu cara atau sistem baru untuk dapat mengurangi ketergantungan pasokan ikan hanya dari penangkapan ikan di laut dan memenuhi kebutuhan penduduk terhadap konsumsi ikan yaitu dengan budidaya ikan. Pada umumnya kegiatan usaha membudidayakan ikan dilakukan secara berkelompok. Para pembudidaya ikan bergabung di dalam suatu wadah yang disebut Pokdakan (Kelompok Pembudidaya Ikan). Kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) adalah kumpulan pembudidaya ikan yang terorganisir, mempunyai pengurus, aturan-aturan serta tumbuh dan berkembang atas dasar perasaan saling tertarik, karena kebutuhan akan tukar menukar informasi untuk saling melengkapi dan atau karena kesamaan kepentingan dan kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) untuk mengembangkan usaha perikanan anggotanya. Pokdakan yang baik harus memiliki tiga elemen yang penting yaitu keterampilan yang saling melengkapi, tujuan bersama dan pertanggungjawaban bersama. Untuk dapat menyinergikan ketiga elemen penting tersebut setiap individu dalam kelompok harus memiliki kerendahan hati dan semangat kerjasama untuk saling menghargai, mendorong dan memberikan kontribusinya untuk kepentingan kelompok. Pada Tabel 1.1 dibawah ini dapat dilihat data jumlah pokdakan yang tersebar di seluruh kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bantul pada tahun 2012.
Tabel 1.1 Data Pokdakan Kabupaten Bantul yang Menerima Bantuan Dana Klasifikasi Pokdakan Jumlah Pokdakan Pemula Lanjut Madya 1 Bambanglipuro 17 16 1 2 Banguntapan 41 16 19 6 3 Bantul 27 12 11 4 4 Dlingo 13 12 1 5 Imogiri 8 19 2 6 Jetis 29 21 4 7 Kasihan 25 10 1 1 8 Kretek 12 20 4 9 Pajangan 24 9 10 Pandak 9 15 3 4 11 Piyungan 22 4 8 2 12 Pleret 14 10 2 13 Pundong 12 13 14 Sanden 13 20 5 1 15 Sedayu 26 16 0 16 Sewon 22 19 3 17 Srandakan 19 18 1 341 239 81 21 Jumlah
No.
Kecamatan
Penerima Bantuan
Jenis Budidaya
PUMP 2011 PUMP 2011 PUMP 2011 PUMP 2011 PUMP 2011 PUMP 2011 PUMP 2011 PUMP 2011 PUMP 2011 PUMP 2011 PUMP 2011 PUMP 2011 PUMP 2011 PUMP 2011 PUMP 2011 PUMP 2011 PUMP 2011 PUMP 2011
Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul (2012)
Setiap kegiatan usaha dituntut untuk mengoptimalkan sumber daya manusianya dan bagaimana sumber daya manusia tersebut dikelola. Pengelolaan sumber saya manusia tidak terlepas dari faktor pekerja yang diharapkan bekerja sebaik mungkin demi mencapai tujuan. Pekerja merupakan aset utama dalam suatu kegiatan usaha dan memegang peran yang strategis yaitu sebagai pemikir, perencana dan pengendali aktivitas. Melihat pentingnya peran pekerja dalam suatu kegiatan usaha, maka diperlukan perhatian yang lebih serius terhadap tugas yang dikerjakan sehingga tujuan dapat tercapai. Dengan motivasi kerja yang tinggi, pekerja akan lebih giat
dalam melaksanakan pekerjaannya. Sebaliknya dengan motivasi kerja yang rendah, pekerja tidak mempunyai semangat bekerja, mudah menyerah dan kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya atau dapat dikatakan hanya sekedar bekerja tanpa adanya dorongan yang kuat dari dalam dirinya sehingga hasil kerja yang dicapai tidak akan maksimal. Untuk menggerakkan pekerja agar sesuai dengan yang dikehendaki, maka haruslah dipahami motivasi manusia tersebut bekerja, karena motivasi inilah yang menentukan perilaku orang-orang untuk bekerja atau dengan kata lain perilaku merupakan cerminan yang paling sederhana dari motivasi. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diungkapkan diatas, maka diperlukan adanya suatu analisis agar diperoleh faktor-faktor motivasi pekerja yang dalam hal ini merupakan pembudidaya ikan. Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Teori Dua Faktor Herzberg (Herzberg’s Two Factor Theory) yang terdiri dari faktor intrinsik (motivator factor) dan faktor ekstrinsik (hygiene factor). Menurut Robbins (2008), banyak sekali teori mengenai motivasi, antara lain teori Kebutuhan Maslow, teori X dan Y, teori Dua Faktor Herzberg dan teori Kebutuhan McClelland. Penelitian ini akan menganalisis Teori Dua Faktor Herzberg terhadap kepuasan kerja karyawan. Teori Dua Faktor Herberg dipilih karena adanya faktor motivasi dan faktor higienis yang terkandung dalam pekerjaan dan karyawan itu sendiri dan berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan karyawan. Teori ini sendiri jelas memisahkan faktor motivasi internal dan faktor motivasi eksternal secara spesifik, dibandingkan dengan teori motivasi
lain yang hanya menyebutkan faktor-faktor motivasi tanpa mengetahui faktor motivasi yang berasal dari dalam diri pekerja dan dari luar diri pekerja. Oleh karena itu Teori 2 Faktor Herzberg akan mengalinisis secara spesifik pengaruh faktor motivasi dan faktor higienis yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Teori X dan Y sendiri lebih mengacu kepada penelitian tentang hubungan manajerial antara pemimpin dan bawahannya dimana manajer atau pemimpin organisasi/perusahaan
memiliki
dua
jenis
pandangan
terhadap
bawahan/karyawannya yaitu x dan y. Kelemahan teori ini adalah teori ini terlalu sederhana, artinya tidak dijelaskan secara rinci kadang-kadang orang berperilaku X dan Y. Teori Kebutuhan McClelland pada intinya mengungkapkan bahwa setiap karyawan punya needs (kebutuhan), di mana needs ini yang akan menjadi alat untuk memotivasi. Tiga kebutuhan diatas bisa muncul pada saat yang bersamaan, tapi dari ketiga kebutuhan ini ada salah satu yang paling menjadi dominan. Seorang manajer harus tahu dan bsa mengidentifikasi apa yang paling dibutuhkan oleh karyawannya. Teori ini banyak digunakan dalam recruitment atau seleksi, oleh karena itu kurang tepat diaplikasikan untuk menganalisis pengaruh factor motivasi terhadap kepuasan kerja. Dalam teori Dua Faktor Herzberg terdapat motivator factor dan hygiene factor. Motivator factor berhubungan dengan aspek-aspek yang terkandung dalam pekerjaan itu sendiri. Menurut Herzberg dalam Robbins (2008) yang termasuk dalam motivator factor antara lain pekerjaan, tanggung jawab, prestasi, pengembangan potensi individu dan pengakuan/penghargaan. Hygiene factor
adalah faktor yang berada di sekitar pelaksanaan pekerjaan, berhubungan dengan job context atau aspek esktrinsik kerja. Yang termasuk dalam hygiene factor adalah kondisi kerja, keamanan kerja, hubungan antar pribadi, kebijaksanaan dan administrasi, kualitas pengawas/ pimpinan dan gaji/upah.
Tabel 1.2 Aspek-Aspek Penilaian Motivasi dan Kepuasan Kerja Aspek Gie (1999) Motivasi Kerja Kemampuan Kerja Perlengkapan dan Fasilitas Lingkungan Eksternal Leadership Budaya Perusahaan Kinerja Individu dan Organisasi Praktek Manajemen Iklim Kerja Simamora (1995) Kemampuan dan Keahlian Demografi Persepsi Attitude Personality Pembelajaran Motivasi Tanggungjawab Kepemimpinan Penghargaan Gibson (1987) Gaji/Imbalan Kemampuan
Maslow √ √ √ √
Mc. Clelland √ √ √
Herzberg
Teori X dan Y
√ √ √ √ √
√
√ √ √
√ √
√
√
√
√
√ √
√
√ √
√ √
√ √
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √
√ √
√ √
√
√ √ √ √
Keterampilan Latar Belakang Keluarga Pengalaman Kerja Tingkat Sosial Kepribadian Prestasi Kepemimpinan Penghargaan/ Reward Mangkunegara (2005) Partisipasi Komunikasi Pengakuan Andil Bawahan Pendelegasian Wewenang Memberi Perhatian Total
Tabel 2.2 (lanjutan) √ √ √
√ √
√
√
√ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
20
√ 30
14
√ √ √ √ √ √ √ 25
√
√ √
Tabel 2.2 diatas menunjukkan aspek-aspek penilaian terhadap motivasi dan kepuasan kerja karyawan atau pekerja didalam perusahaan atau organisasi tertentu. Aspek penilaian tersebut dikelompokkan berdasarkan beberapa teori Motivasi yaitu Maslow, Mc. Cleland, Herzberg dan Teori X dan Y. Melalui tabel tersebut juga ditunjukkan alasan penggunaan pendekatan Teori Dua Faktor Herzberg didalam penelitian ini. Dalam teori motivasi yang ada, teori Dua Faktor Herzberg yang terdiri dari motivator factor dan hygiene factor itulah yang paling mewakili karena isi dan teori-teori motivasi yang lain sudah terangkum di dalamnya. Thoha, Moftah (2003) mengungkapkan bahwa teori Herberg ini pada hakekatnya sama dengan teori Maslow. Hygiene factor sebenarnya tidak jauh susunan bawah dari hierarki kebutuhan Maslow yang berupa fisiologis dan rasa aman. Hygiene factor ini mencegah ketidakpuasan tetapi bukan menjadi penyebab terjadinya kepuasan.
Menurut Herzberg faktor yang dapat memotivasi karyawan adalah yang disebut dengan motivator, yang kira-kira sama dengan tingkat yang lebih tinggi dari hierarki kebutuhan Maslow yaitu sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. Motivator factor dan hygiene factor erat sekali hubungannya dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja akan dipengaruhi oleh faktor dari dalam pekerjaan itu sendiri dan juga faktor luar yang berada di sekitar pekerjaan tersebut. Itulah sebabnya motivator factor dan hygiene factor patut dikaji lebih lanjut hubungannya dengan kepuasan kerja.
1.2
Rumusan Masalah Terdapat peningkatan kebutuhan konsumsi ikan di daerah Yogyakarta
khususnya di Kabupaten Bantul yang berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah pembudidaya ikan di daerah tersebut. Di dalam pelaksanaan kerja (budidaya), para pembudidaya ikan tentu saja dipengaruhi oleh faktor-faktor motivasi yang melatarbelakangi keinginan dan kepuasan dalam bekerja. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dikaji mengenai faktor-faktor motivasi pembudidaya ikan menggunakan pendekatan Teori Dua Faktor Herzberg (Herzberg’s Two Factor Theory).
1.3
Batasan Masalah
a. Penelitian difokuskan pada pembudidaya ikan yang berada di Kabupaten Bantul. b. Penelitian dilakukan dengan pendekatan Teori Dua Faktor Herzberg (Herzberg’s Two Factor Theory) yang terdiri dari faktor ekstrinsik dan faktor
intrinsik . Penulis menggunakan pendekatan Teori Dua Faktor Herzberg dengan alasan teori tersebut paling dapat mewakili dan merangkum teori-teori motivasi dan hubungannya dengan kepuasan kerja. c. Penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling dengan kriteria-kriteria sebagai berikut : 1. Pembudidaya ikan yang melakukan pembesaran ikan 2. Tergabung di dalam Pokdakan yang menerima bantuan pemerintah 3. Pembudidaya ikan yang membudidayakan ikan konsumsi 4. Bersedia mengisi kuesioner 5. Mengembalikan kuesioner dengan kelengkapan data
1.4
Tujuan Penelitian a. Mengidentifikasi faktor motivasi kerja pembudidaya ikan di Kabupaten Bantul. b. Mengetahui pengaruh faktor-faktor motivasi kerja para pembudidaya ikan terhadap kepuasan kerja berdasarkan Teori Dua Faktor Herzberg di Kabupaten Bantul. c. Menentukan motivasi kerja berdasarkan Herzberg yang berpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja pembudidaya ikan di Kabupaten Bantul.
1.5
Manfaat Penelitian a
Dengan diketahuinya motivasi kerja para pembudidaya ikan, maka dapat memperkuat para pembudidaya ikan yang merupakan individu di dalam
pelaksanaan kegiatan budidaya ikan untuk mengembangkan dan memperbaiki Pokdakan lebih baik lagi. b
Dengan diketahuinya motivasi kerja para pembudidaya ikan juga dapat ditentukan apakah perlu membuat atau memperbaiki kebijakan pemerintah terkait perikanan, misalnya pemberian bantuan modal atau bantuan bibit ikan (benih).