1
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah satu hal yang sangat penting dalam sebuah kehidupan manusia. Sebab dengan bahasa itulah manusia bisa berkomunikasi dan menyampaikan gagasan dan isi pikirannya.1 Acep Hermawan dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab menjelaskan bahwa semua bahasa itu penting dan baik untuk kita ketahui. Itu berawal dari bahasa ibu, bahasa pertama yang dikenal manusia pada tahap awal perkembangan yaitu bahasa yang terbiasa anak-anak gunakan dalam lingkungan keluarganya.2 Setelah belajar bahasa pertama atau bahasa ibu, selanjutnya belajar bahasa yang bukan bahasa pertama ini, yang disebut dengan bahasa kedua (second language) dan bahasa asing (foreign language). Bahasa kedua adalah bahasa yang digunakan di masyarakat luas, atau bahasa yang diperoleh anak dalam pergaulannya di masyarakat. Sedangkan bahasa asing adalah bahasa yang digunakan oleh orang “asing” atau di luar lingkungan masyarakat atau bangsa. Bahasa asing (foreign language) adalah bahasa yang digunakan di luar keluarga dan di luar masyarakat secara umum. misalnya bahasa Arab, Inggris, Jerman, Jepang, Mandarin dan sebagainya. Khusus pada bahasa Arab, bahasa Arab adalah kalimat-kalimat yang dipergunakan oleh orang Arab untuk mengungkapkan tujuan-tujuan (pikiran dan perasaan) mereka. Bahasa Arab telah banyak memberi banyak kosa kata kepada bahasa lain dari dunia Islam, sama seperti peranan latin kepada kebanyakan bahasa Eropa. Semasa abad pertengahan, bahasa Arab juga merupakan alat utama budaya, terutama dalam sains, matematika dan filsafat, 1
Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, Jogyakarta: Diva Press, 2012, 27. 2 Acep Hermawan, Metodologi Bahasa Arab, Bandung: Rosdakarya, 2011, 5.
2
yang menyebabkan banyak bahasa Eropa turut meminjam banyak kosa kata dari bahasa Arab. Sampai sekarang ini, bahasa Arab masih merupakan bahasa yang tetap bertahan keinternasionalannya, sejajar dengan bahasa internasional modern, yaitu bahasa Inggris dan Perancis.3 Bahasa Arab memiliki kedudukan yang cukup penting di kalangan kaum muslimin. Hal ini bisa dimaklumi karena bahasa yang digunakan oleh al-Qur‟andan al-Hadits adalah bahasa Arab. Seseorang yang ingin mendalami ilmu-ilmu agama Islam baik yang berkaitan dengan fikih, hadits, tafsir maupun yang lainnya, diharuskan menguasai bahasa Arab terlebih dahulu. Tidak mungkin seseorang menguasai dengan baik ilmu-ilmu di atas kecuali dengan menguasai bahasa Arab. Sehingga pada akhirnya, menguasai bahasa Arab merupakan sebuah keniscayaan bagi siapa saja yang ingin menguasai ilmu-ilmu dalam agama Islam. Berbicara tentang ilmu-ilmu dalam agama Islam, maka dalam hal ini penulis tertarik membahas ilmu-ilmu yang dipelajari dan sudah menjadi bagian dari ilmu pendidikan agama Islam secara umum, yang mana sumber buku yang dipelajari banyak yang diambil dari kitab-kitab bertuliskan dan berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan bahasa Arab. Materi pelajaran Agama Islam banyak merujuk pada beberapa kitab, seperti misalnya pada mata pelajaran Fikih yang merujuk pada kitab Bidayatul Mujtahid. Pelajaran Hadits yang lebih banyak merujuk pada kitab Bulughul Marram. Dan pelajaran Tafsir yang lebih banyak untuk dapat lebih memahami bahasa dan makna dalam al-Quran. Semua itu lebih banyak berkaitan dengan mutu sumber daya guru yang menyampaikan ilmu-ilmu tersebut. Bagaimana materi dapat diterima dengan baik oleh anak didik jika disampaikan oleh guru yang kemampuan bahasa Arabnya belum optimal. Kemampuan guru di sini ialah keahlian secara akademik dan nonakademik yang mana keahlian tersebut dapat dilakukan dengan baik oleh 3
2010, 11.
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Jogyakarta: Pustaka Pelajar,
3
guru, dan kemampuan ini berkaitan dengan kesadaran yang ada pada setiap guru. Dalam tulisan ini, penulis memfokuskan pada kesadaran intuitif yang terdapat pada guru. Kesadaran intuitif tersebut merupakan rasa sadar yang lahir dari diri guru dan bukan sekedar karena hal disiplin yang harus dijalankan di sekolah. Pesantren Modern maupun pesantren tradisional di Indonesia berlomba-lomba dalam meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan pesantren, termasuk di dalamnya pesantren modern Darussalam Gontor di Jawa Timur, Pesantren Darunnajah di Jawa Barat, Pesantren As-Salam di Jawa Tengah, yang mana hampir di setiap mata pelajaran agama menggunakan bahasa Arab sebagai pengantar dalam pembelajaran. Dengan menggunakan bahasa Arab sebagai pengantar pelajaran, maka dalam posisi ini bahasa Arab bukan lagi sebagai bahasa asing melainkan sebagai bahasa kedua. Fenomena yang terjadi adalah banyak ditemukan di beberapa sekolah berbasis Islam, pendidik atau guru yang mengajar pada pelajaran Fikih, namun mereka tidak menguasai bahasa Arab dengan baik, sedangkan sumbersumber pelajaran Fikih, lebih banyak mengambil dari al-Quran, al-Hadits dan beberapa kitab-kitab bertuliskan bahasa Arab. Empat tahun lalu, penulis pernah mendapatkan seorang guru Fikih yang keliru dalam mengucapkan dalil-dalil yang dinukil dari hadits, dan yang lebih memprihatinkan adalah kesalahan penafsiran dalam menjelaskan dalil yang bertuliskan bahasa Arab. Jika itu yang terjadi, bagaimana materi yang diajarkan dapat diterima dengan baik oleh murid. Maka dari itu peneliti tertarik mengambil penelitian dengan judul kesadaran intuitif guru dalam penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran fikih. Penelitian ini akan dilakukan di dua sekolah, yaitu MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga. Penulis memilih dua sekolah tersebut, dikarenakan kelebihan yang ada. MA Al- Irsyad Tengaran, sampai sekarang berhasil meluluskan para alumni yang rata- rata mampu melanjutkan studi mereka di Timur Tengah. Hal ini tentu berkaitan
4
erat dengan kemampuan bahasa Arab yang mereka miliki. Tidak terkecuali kemampuan guru dalam menyampaikan pelajaran di kelas, termasuk guru Mata Pelajaran Fikih. Adapun MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga, adalah Madrasah Aliyah dengan konsentrasi hafalan al-Qur‟an, yang tetap berusaha menjadikan bahasa arab sebagai bahasa pengantar dalam pelajaran ilmu-ilmu agama, sehingga penulis merasa bahwa melakukan penelitian di dua sekolah ini akan memberikan gambaran hasil yang berbeda dan cukup menarik.
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Agar penelitian ini terarah dan tidak melebar terlalu jauh maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini, yaitu pada kesadaran intuitif guru Fikih dalam menggunakan bahasa Arab. Adapun penelitian dilaksanakan pada guru pengajar Fikih jenjang Aliyah sebanyak dua sekolah yaitu; MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an AsSurkati Salatiga. 2. Rumusan Masalah Untuk memberikan kejelasan dan arah dalam penulisan ini, maka rumusan permasalahan dalam penulisan ini adalah : a. Bagaimanakah kesadaran intuitif guru Fikih dalam memahami bahasa Arab sebagai bahasa pengantar pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As- Surkati Salatiga? b. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran intuitif guru Fikih dalam menggunakan
bahasa Arab sebagai bahasa pengantar pada
pelajaran Fikih di MA Al- Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As- Surkati Salatiga?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan Latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah: a. Untuk mengetahui kesadaran intuitif guru Fikih dalam memahami bahasa Arab sebagai bahasa pengantar pelajaran Fikih di MA AlIrsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga. b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran intuitif guru Fikih dalam menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar pada pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Secara teoritis penulisan ini berguna sebagai pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan khususnya pada strategi, desain atau perencanaan, pengelolaan dan evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran Fikih. b. Manfaat Praktis Secara praktis penulisan ini berguna bagi guru-guru mata pelajaran Fikih dalam mencari alternatif penggunaan bahasa pengantar di kelas, sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan efisien.
D. Kajian Pustaka 1. Kesadaran Intuitif Guru Kesadaran menurut bahasa ialah keinsafan; keadaan mengerti. Menurut istilah, kesadaran berasal dari kata Sadar artinya merasa, tahu atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan mengerti. 4 Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan 4
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Widya Karya, 2009, 437.
6
yang pasif melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara kronologis perkembangan kesadaran manusia berlangsung pada tiga tahap; sensansi (pengindraan), perseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian). Semua Kegiatan Belajar-Mengajar tidak lepas dari sesuatu yang disebut profesionalisme guru, seperti yang dijelaskan oleh Siti Hindun dalam Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa (Studi Kasus Kelas V di Al-Fath Elementary School Cireundeu), penerbit Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2007. Seorang guru profesional harus mempunyai empat kompetensi guru yang sudah ditetapkan dalam Undangundang. Dalam keempat kompetensi guru seperti yang dimaksud dalam definisi guru profesional seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam menguasai materi pembelajaran secara luas serta. Penguasaan ini meliputi konsep dan struktur, serta metode keilmuan dan seni mengajar. Dalam definisi guru profesional, seorang guru harus mempunyai kompetensi kepribadian di mana hal tersebut adalah kemampuan kepribadian yang stabil dan dewasa, arif, bijaksana, berakhlak mulia dan berwibawa. Seorang guru juga harus mempunyai kompetensi profesional yang merupakan kemampuan dalam menguasai materi pembelajaran yang luas dan mendalam. Kemampuan menguasai materi antara lain tentang konsep dan struktur materi ajar, materi ajar yang ada di dalam kurikulum, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait. Guru profesional juga harus mempunyai kompetensi sosial yang merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat. Berkaitan dengan kemampuan yang stabil, dewasa, arif, bijaksana, berakhlak mulia dan berwibawa tersebut, seorang guru juga dituntut untuk mampu menghadirkan kesadaran pada diri sendiri agar pembelajaran berjalan dengan baik. Seperti pada penelitian dengan judul Kesadaran Intuitif Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Penggunaan Media Dalam Pembelajaran (Studi Kasus di Empat Sekolah Menengah Pertama
7
Jakarta Selatan) oleh Rosmalia, penerbit Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta pada tahun 2007.5 Jika Rosmalia meneliti mengenai kesadaran intuitif guru Pendidikan Agama Islam terhadap penggunaan media, maka dalam penelitian ini, peneliti tertarik melihat Kesadaran guru secara intuitif dalam penggunaan bahasa pengantar dalam pembelajaran Fikih yaitu penggunaan bahasa Arab. 2. Bahasa Bahasa adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut 6 . Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia. Karena dalam berbagai macam situasi bahasa dapat dimanfaatkan. Kemampuan berbahasa merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Bahasa itu sendiri adalah alat untuk berkomunikasi melalui lisan (bahasa primer) dan tulisan (bahasa sekunder). Ma‟rufatul Hasanah menulis sebuah penelitian yang berjudul Penggunaan Bilingual dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas X SMAN 1 Sooko Mojokerto 7 . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: a. Upaya
guru
Pendidikan
Agama
Islam
dalam
meningkatkan
kemampuan bilingual untuk Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X RSBI SMAN I Sooko Mojokerto. b. Kendala-kendala yang menghambat penggunaan bilingual pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X SMAN 1 Sooko Mojokerto. 5
Rosmalia, Kesadaran Intuitif Guru Dalam Menggunakan Media Dalam Pembelajaran, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007. 6
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa (15/12/14)
7
http://lib.uin-malang.ac.id (28/03/14)
8
c. Solusi untuk mengatasi kendala-kendala dalam penggunaan bilingual pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X SMAN I Soko,Mojokerto. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan Penggunaan bilingual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X SMAN 1 Sooko Mojokerto meliputi: upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kemampuan bilingual untuk pembelajaran di kelas X SMAN 1 Sooko Mojokerto berupa persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. 3. Pelajaran Fikih Fikih adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang bersifat far’iyah (cabang), yang dihasilkan dari dalil-dalil yang tafsil (khusus, terinci dan jelas). Tegasnya, para ahli usul mengartikan fikih adalah mengetahui fikih adalah mengetahui hukum dan dalilnya. Seorang guru selain mempunyai kemahiran serta keahlian dari segi pemahaman dan keterampilan pada bahasa, mereka juga dituntut untuk dapat mengamalkan keahlian yang mereka miliki, seperti sebuah penelitian yang
berjudul
Efeketifitas
Penggunaan
Media
Gambar
Dalam
Pembelajaran Fikih di MTSN 19 oleh Santi Paramitha, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2001. Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan tentang kreativitas guru menggunakan media gambar dalam pembelajaran pelajaran Fikih di kelas. Moh. Nur Kholis Awwaluddin mengadakan penelitian tentang penggunaan media pembelajaran dalam meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran Fikih8, Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a. Media visual lebih sering digunakan dalam pembelajaran dengan melihat materi yang disampaikan, karena lebih dapat membantu guru 8
http://www.academia.edu/1422547/penggunaan media pembelajaran dalam meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran Fikih /1-01-2010/(03/01/2014)
9
Fikih dalam memahamkan siswa saat pembelajaran. Sehingga, siswa tidak perlu membayangkan tentang apa yang dijelaskan oleh guru. b. Penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran Fikih.
E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap obyek yang dituju guna memperoleh data yang benar dan terpercaya yang berkaitan dengan kesadaran intuitif guru fikih dalam menggunakan bahasa Arab, ketika guru yang bersangkutan melaksanakan proses belajar mengajar. Penelitian ini bersifat kualitatif, dimana penulis akan menggali informasi dari orangorang dan perilaku yang diamati. Penelitian akan dilakukan dengan detail dan obyektif dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang akurat. 2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, di mana penulis akan menggambarkan fakta yang ditemukan di lapangan secara obyektif. 3. Pengambilan Sampel a. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini ialah guru pengampu atau guru yang mengajar pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As- Surkati Salatiga. b. Sampel Penelitian Data yang diambil dari penelitian ini berasal dari guru yang mengajar pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga.
10
4. Metode Pengumpulan Data a. Observasi Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi atau pengamatan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pengambil data dengan menggunakan observasi atau pengamatan yang telah dirancang menuru ukuran yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini peneliti akan mencatat indikasi yang terlihat dari guru pelajaran Fikih, sebelum jam pelajaran, saat proses dan pada saat evaluasi. Peneliti akan mencatat semua yang dapat dilihat dari tingkah laku guru yang berkaitan dengan indikasi dari kesadaran intuitif sampel. Dan peneliti akan ikut serta di dalam proses Belajar-Mengajar agar mendapatkan data yang dibutuhkan. b. Wawancara Metode pengambilan data dalam penelitian ini, lebih menitik beratkan ke teknik wawancara, yang mana sebelum mengadakan wawancara, peneliti merancang terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan agar ketika wawancara, peneliti mendapatkan data yang dibutuhkan dari sampel. c. Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang terdapat pada surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan- laporan kegiatan dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini dokumentasi yang dimaksud adalah data-data yang berkaitan dengan proses pembelajaran fikih, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), contoh- contoh pertanyaan dalam Ujian Tengah atau Akhir Semester. 5. Metode Analisa Data Setelah informasi terhimpun, maka analisis data dilakukan dengan cara: a. Reduksi data; dengan mengidentifikasi satuan terkecil yang dikaitkan dengan fokus pada masalah penulisan. Kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan sejak awal kegiatan hingga akhir pengumpulan data. Dalam penelitian ini akan dilakukan reduksi data yang menyangkut
11
proses kegiatan belajar mengajar guru pada mata pelajaran fikih di dua Madrasah Aliyah yang diteliti. b.
Kategorisasi atau penyajian data; dengan menyusun kategori, mensintesiskan kategori dan mengkaitkan kategori satu dengan yang lainnya.
c.
Menyusun hipotesis kerja atau penarikan kesimpulan, dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang proposional, yang sekaligus dapat menjawab pertanyaan penulisan.
F. Sistematika Penelitian Peneliti memilih desain penelitian berupa Penelitian lapangan, bertujuan untuk mendapat ragam informasi di lapangan dengan beragam metode yang digunakan. Data diambil melalui wawancara yang sudah disusun menurut indikator variabel penelitian yang sudah ditentukan dan observasi lapangan yang dilakukan oleh peneliti selama terjun dalam penelitian. Adapun tulisan yang disajikan mencakup pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan signifikasi penelitian, kajian pustaka, metode dan sistematika penelitian. Selanjutnya adalah bab kedua yang lebih banyak memberikan penjelasan pada kajian atau landasan teori yang berkaitan dengan kesadaran intuitif, bahasa Arab dan pelajaran fikih, serta indikator- indikator yang berkaian dengannya. Bab ketiga mengemukakan tentang bentuk gambaran umum MA AlIrsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga, serta bentuk kegiatan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Fikih, pada saat melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Adapun bab empat berisi pemaparan data beserta analisis kritis tentang kesadaran intuitif guru pelajaran fikih dalam penggunaan bahasa Arab, pada saat proses belajar mengajar. Dilanjutkan dengan bab kelima yaitu penutup. Dalam bab ini, penulis mengambil kesimpulan dari hasil penelitian, yang disertai dengan rekomendasi sebagai hasil akhir dari sebuah penelitian.
12
BAB. II LANDASAN TEORI
A. Kesadaran Intuitif 1. Pengertian kesadaran intuitif Kesadaran menurut bahasa ialah keinsafan; keadaan mengerti. Dan menurut istilah kesadaran berasal dari kata sadar artinya merasa, tahu atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan mengerti. 9 Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia; Intuitif artinya adalah bersifat (secara) intuisi, berdasar bisikan (gerak) hati10. Menurut JP.Chaplin, dalam Kamus Lengkap Psikologi 11, Intuisi adalah : a. Pengetahuan langsung atau segera tanpa kesadaran terlibat dalam kegiatan persiapan berpikir (pikiran pendahuluan). b. Satu pertimbangan yang dibuat tanpa renungan pendahuluan. Dalam dunia pendidikan, selain penalaran induktif dan deduktif, ada juga kegiatan berpikir lain yang dinamakan berpikir intuitif. Pendekatan intuitif
adalah suatu bentuk pemecahan masalah dalam
mengajar atau proses belajar mengajar dengan menggunakan bisikan atau gerakan hati untuk mengerti dan mengetahui sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu. Pendekatan intuitif merupakan sebuah bentuk lain dari 12
pendekatan induktif . Intuisi adalah kemampuan jiwa manusia dalam mendapatkan kesimpulan dari suatu soal tanpa uraian, tanpa ketenangan dan tanpa
9
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Widya Karya, 2009, 437. 10 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Widya Karya, 2009, 189. 11 J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Raja Grafindo, 2004, 260. 12 http://rininoviati-math.blogspot.com/2013/01/artikel-pendidikan (10/03/2014)
13
analisa apapun. 13 Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Intuisi yang dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit atau tak bisa dijelaskan, dan tak bisa dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Kebenaran yang diperoleh dengan pendekatan intuitif disebut sebagai kebenaran intuitif. Kebenaran intuitif sulit untuk dipertanggung jawabkan, sehingga ada pihak-pihak yang meragukan kebenaran macam ini. Dalam sebuah jurnal disebutkan, beberapa fakta mengenai orangorang sukses yang berawal dari intuisi mereka14 yaitu : a. Para astronot menghabiskan waktunya untuk berlatih berkreasi secara intuitif. b. Ray Croch membeli frenchise Mc.Donald dengan harga yang kelewat tinggi, meskipun sebenarnya uangnya tidak cukup untuk membeli waralaba tersebut. Akan tetapi dia mengatakan: “intuisi saya mengatakan agar saya terus membelinya dan harus”. Firasat itu terbukti benar. Mc.Donald pertama kali hanya ada 1 di California, tapi sekarang sudah menjadi frenchise yang mendunia. c. George Eastment, pendiri Eastment KODAK, menyatakan bahwa merk KODAK yang melegenda itu muncul secara intuitif. d. Sam Walton pendiri Walt Mart menggunakan intuisinya ketika mendirikan sebuah Toko pada 1962 kini ada lebih dari 1300 Toko di seluruh dunia. Pengetahuan ini merupakan hasil dari penghayatan pribadi, sebagai hasil ekspresi dan individualitas seseorang, sehingga validitas pengetahuan ini sangat bersifat pribadi. Pengetahuan intuisi berbeda dengan teori ilmiah. Teori ilmiah yang komplit bukanlah dibentuk dari pengetahuan intuisi. Teori ilmiah itu harus logis dan dapat diuji dengan observasi atau eksperimen ataupun melalui keduanya.
13
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, 189. Arman Pranata, Melatih dan Mengasah Intuisi. http://www.wattpad.com/310502melatih-dan-mengasah-intuisi (29/01/2014) 14
14
Intuisi dalam pandangan dunia pendidikan dapat juga diartikan sebagai berpikir, dan beberapa ahli menyebutkan definisi dari intuisi 15 , yaitu : a. Lynn B Robinson dalam artikelnya “Intuition in Business” yang muncul di The Harbinger (Nov. 17, 1998) mengatakan, salah satu definisi intuisi adalah tindakan atau pengetahuan yang tidak melalui proses rasionalisasi. b. Gary Zukav, penulis “The Dancing Wu Li Masters, An Overview of the New Physics dan Seats of Soul”, mendefinisikan intuisi sebagai pedoman non fisik yang mengarahkan kita untuk mencapai tujuan hidup kita. Kata kunci yang bisa kita simpulkan adalah bahwa intuisi itu merupakan: cara memahami atau menerjemahkan, pengetahuan dan pengalaman, pedoman, serta mengenali dan bertindak. Manfaat dari intuisi dalam pembelajaran adalah dengan adanya intuisi, maka siswa ataupun guru dapat mengenali dan bertindak dengan baik sesuai kondisi kelas, dikarenakan telah memahami pengalamannya yang didapat di kelas. 2. Indikasi dari sebuah kesadaran intuitif Menurut Nancy C. Pohle dan Ellen L. Selover menyatakan beberapa indikator intuisi pada seseorang16 yaitu: a. Melihat Jelas b. Pendengaran Yang Jelas c. Pengindraan Yang Jelas Seseorang bisa memiliki intuisi yang baik ketika dia sudah melihat dan mendengar sebuah permasalahan tertentu, dimana sesuatu yang dia lihat dan dia dengar itu kemudian diolah oleh pandangan yang baik pula. 15
http://harisnst33.blogspot.com/2013/01/pengertian-motivasi-emosi-intuisi.html (05/03/2014) 16 http://innerself.com/id/content/self-help/intuition/6031-awareness-a-intuition.html (1999)/ 04/01/2014
15
3. Manfaat yang didapatkan dari berkembangnya sebuah kesadaran intuitif. Hugh Lynn Cayce menyimpulkan bahwa terdapat tiga tujuan yang berharga untuk mengembangkan attunement ( proses) intuitif 17 yaitu: a. Peningkatan komunikasi. Ketika kita belajar untuk menggunakan intuisi kita dengan cara yang positif, pemahaman yang lebih motivasi, pikiran, dan perasaan orang lain dapat terjadi. Hal ini memungkinkan kita untuk menjadi lebih toleran, menerima, dan mengasihi mereka. b. Unleashed ( mengembangkan) kreativitas. Wawasan intuitif memotivasi kita untuk tumbuh lebih dekat dengan sumber kreatif, sehingga memicu percikan kreatif kita sendiri dan berekspresi, yang merupakan esensi dari kita yang sebenarnya diri. c. Penyembuhan orang lain dan diri kita sendiri. Seperti kita membiasakan ke tertinggi dalam diri kita sendiri dan merasa termotivasi untuk membantu orang lain, kita membuka diri untuk orang sekitar dan memungkinkan energy penyembuhan untuk beroperasi melalui kita. Fungsi
intuitif
menurut
Jung
adalah
suatu
fungsi
merasakan, suatu fungsi yang muncul dengan sendirinya secara alamiah dan digerakan dari alam tak sadar manusia. Menurut Jung (2003) seorang yang intuitif sangat optimis dan mempunyai antusiasme yang tinggi.18 a. Membantu
mengurangi
stres
dengan
mengidentifikasi
dan
menangani masalah secara lebih efektif. b. Mengeluarkan kreativitas dan imajinasi.
17
http://innerself.com/id/content/self-help/intuition/6031-awareness-a-intuition.html (1999)/ 04/01/2014 18 Ladislaus Naisaban, Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia Dan Rahasia Sukses Dalam Hidup, Jakarta: Grasindo, 2003, 64.
16
c. Menghubungkan diri dengan bawah sadar, sehingga dapat mengungkap kebenaran tersembunyi tentang diri sendiri dan situasi dalam hidup. d. Karena terhubung dengan intuisi akan menghindari terjadi penumpukan emosi dan pikiran negatif. e. Mengintegrasikan fungsi otak kiri dan kanan, memberikan anda perspektif yang lebih lengkap tentang berbagai isu. f. Membantu keputusan yang lebih integrative.
4. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kesadaran intuitif Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi pendekatan intuitif 19 , yaitu: a. Faktor guru Seorang siswa tidak akan berpikir intuitif bila mereka tidak pernah melihat bagaimana gurunya berpikir intuitif. b. Penguasaan bahan Siswa yang menguasai bidang ilmu tertentu akan lebih sering berpikir intuitif dibandingkan dengan siswa yang tidak menguasainya. c. Struktur pengetahuan Memahami struktur atau seluk-beluk suatu bidang ilmu memberi kemungkinan yang lebih besar untuk berpikir intuitif. Menurut Jung terdapat beberapa cara untuk mengembangkan kemampuan intuisi dan manfaat mengembangkannya20, yaitu: 1. Menenangkan pikiran dan mendengarkan. Luangkan waktu setiap hari untuk mengalami keheningan. Lakukan latihan menenangkan pikiran dengan menggunakan teknik pernapasan atau meditasi apa pun yang anda inginkan. 19
http://rininoviati-math.blogspot.com/2013/01/artikel-pendidikan.html (23/09/2014)
20
http://www.tipsmu-tipsku.com/2012/01/manfaat-dan-cara-mengembangkan-intuisi (10-
02-2014)
17
Berikan waktu untuk melepaskan kecenderungan berpikir, atau menganalisis, dan mencoba tahu segalanya. Buka pikiran dan dengarkan. Biarkan pikiran anda berkelana dan terbuka terhadap ide-ide dan solusi yang datang. Intuisi akan menghubungkan anda dengan pengetahuan yang lebih besar. Ini biasanya berkomunikasi melalui simbol-simbol, perasaan dan emosi. 2. Perhatikan dan Sadari. Dalam rangka meningkatkan kemampuan intuitif anda, anda harus memperhatikan apa yang terjadi di sekitar anda. Semakin banyak data dan informasi yang anda serap dari lingkungan anda, maka pikiran bawah sadar anda akan semakin bekerja saat harus membuat
sebuah keputusan penting. Karena intuisi
anda
menggunakan informasi yang dikumpulkan oleh pikiran sadar, semakin banyak tersedia, maka semakin baik solusinya. Demikian juga,
pengetahuan
dan
pemahaman
yang
diperoleh
dari
pengalaman berkontribusi terhadap kualitas pandangan yang diberikan
oleh
intuisi
anda.
Pikiran
bawah
sadar
mengkomunikasikan informasi kepada pikiran sadar melalui intuisi. 3. Gunakan pikiran bawah sadar saat anda tidur. Sebelum beranjak ke tempat tidur, renungkan pertanyaan dan masalah yang tidak bisa anda temukan solusi pada siang hari. Pikirkan dan cari kemungkinan yang berbeda. Hal ini akan memicu imajinasi anda dan menempatkan bawah sadar bekerja mencari solusi kreatif saat anda tidur. Siapkan pulpen dan kertas sehingga ketika anda bangun pada malam hari anda dapat menulis ide-ide baru yang anda peroleh. 4. Tuliskan. Bila anda meluangkan waktu untuk menulis, anda berada dalam pikiran, perasaan dan ide-ide yang biasanya tidak disadari. Ini adalah cara terbaik untuk melepaskan pesan-pesan batin,
18
pandangan, atau pengetahuan tersembunyi yang berhubungan dengan situasi atau masalah yang memerlukan pemecahan.
B. Bahasa Arab 1. Pengertian Bahasa secara umum a. Pengertian Bahasa Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua pengertian, yaitu21: 1) Sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat
untuk
bekerja
sama,
berinteraksi,
dan
mengidentifikasikan diri. 2) Percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yg baik; sopan santun: baik budi -- nya;-- menunjukkan bangsa, budi bahasa atau perangai serta tutur kata menunjukkan sifat dan tabiat seseorang (baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah asal atau keturunan) Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia. Karena dalam berbagai macam situasi bahasa dapat dimanfaatkan. Kemampuan berbahasa merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Bahasa itu sendiri adalah alat untuk berkomunikasi melalui lisan (bahasa primer) dan tulisan (bahasa sekunder). Berkomunikasi melalui lisan (dihasilkan oleh alat ucap manusia), yaitu dalam bentuk simbol bunyi, dimana setiap simbol bunyi memiliki ciri khas tersendiri. Suatu simbol bisa terdengar sama di telinga kita tapi memiliki makna yang sangat jauh berbeda. Misalnya kata „sarang‟ dalam bahasa Korea artinya cinta, sedangkan dalam bahasa Indonesia artinya kandang atau tempat. Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai fungsi utama untuk penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. 21 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Widya Karya, 2009, 67.
19
Menurut Syamsuddin, bahasa memiliki dua pengertian. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan22. b. Fungsi bahasa dalam masyarakat 23: 1) Alat komunikasi ekspresif, menyampaikan perasaan, pikiran, kehendak atau sikap (simbolik, emotif, efektif). 2) Alat komunikasi argumentatif, menyampaikan suatu pengetahuan sebagai sebuah pikiran lengkap dengan jalan pikiran yang melatarbelakanginya. 3) Dengan bahasa maka manusia dapat hidup dalam dunia pengalaman yang nyata dan dunia pengalaman yang simbolik yang hanya dapat dinyatakan dengan bahasa. 4) Dengan bahasa manusia dapat memberi arti pada kehidupannya. Adapun bahasa Indonesia, maka diantara fungsi-fungsinya adalah:24 1) Lambang kebanggaan nasional. 2) Lambang identitas nasional. 3) Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang social budaya dan bahasanya. 4) Alat perhubungan antar budaya antar daerah. 22
http://adidesu.wordpress.com/2012/03/02/definisi-bahasa-menurut-para-ahli (27/01/2014) 23
24
Kinayati Djojosuroto, Filsafat Bahasa, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007, 75.
Masnur Muslich dan I Gusti Ngurah Oka, Perencanaan Bahasa Pada Era Globalisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, 34.
20
c. Macam dan jenis ragam bahasa :25 1) Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum bahasa sains, jurnalistik dan sebagainya. 2) Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan Presiden Soeharto, gaya bahasa Binyamin. S dan sebagainya. 3) Ragam bahasa pada sekelompok anggota masyarakat suatu wilayah seperti dialeg bahasa madura, medan, sunda, dan lainlain. 4) Ragam bahasa pada masyarakat suatu golongan seperti ragam bahasa orang akademisi berbeda dengan ragam bahasa orang jalanan. 5) Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan. 6) Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal dan informal. Bahasa Pengantar sendiri adalah bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi dalam perundingan, pemberian pelajaran di sekolah dan sebagainya. 2. Kedudukan bahasa Arab a. Terdapat kaitan yang erat antara al-Qur’andengan bahasa Arab, yaitu: 1) Al-Qur‟anditurunkan oleh Allah Ta’ala dengan menggunakan bahasa arab. Ini telah dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 103:
ُ س اٌ انَّزِي ٌ ُْه ِحذُوٌَ ِإنَ ٍْ ِه َ (( َونَقَ ْذ ََ ْؼهَ ُى أَََّ ُه ْى ٌَقُىنُىٌَ ِإََّ ًَا ٌُ َؼ ِهّ ًُهُ َتش ٌَش ِن ٌ ً ُي ِث ٌ س )) ٍٍ َ ٌا َ ً َو َهزَا ِن ٌّ ػ َش ِت ٌّ ًِ أ َ ْػ َج
25
http://tugasmanajemen.blogspot.com/2011/03/pengertian-bahasa-fungsi-bahasaragam.html (28/01/2014)
21
Artinya: “Dan sesungguhnya kami mengetahui bahwa mereka berkata: sesungguhnya Al-Qur‟anitu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa ‟Ajam, sedang al-Qur‟anadalah dalam bahasa Arab yang terang”. (QS. An-Nahl : 103). 2) Maksud dari kandungan al-Qur‟ansecara menyeluruh tidak akan bisa difahami dengan baik, kecuali oleh orang-orang yang memahami bahasa arab. 3) Syarat penafsir adalah mengusai bahasa Arab. Orang yang ingin menafsirkan al-Qur‟an, maka dia harus menguasai bahasa Arab terlebih dahulu, karena al-Qur‟anditurunkan dengan menggunakan bahasa Arab.26 4) Adanya perintah untuk menguasai ilmu nahwu dan ilmu balaghah, sehingga seorang mufassir mampu untuk mengetahui i’jaz yang ada dalam al-Qur‟an.27 b. Bahasa Arab dan al-hadits an-nabawi: 1) Hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallama menggunakan bahasa Arab. Dalam Jaami’ul Ushul fii Ahaaditsir Rasul, Ibnul Atsir telah menjelaskan bahwa dasar untuk dapat mengetahui dan memahami hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallama adalah dengan menguasai bahasa Arab. Beliau mengatakan:
ث ِن ُى ُس ْو ِد ِ ٌْ ص ٌم ِن ًَ ْؼ ِشفَ ِح ان َح ِذ ْ َ ب انهَّزٌَ ٍِْ ُه ًَا أ ِ اإلػ َْشا ِ " َي ْؼ ِشفَحُ انهُّغَ ِح َو َ ًُ ش ِش ٌْؼَ ِح ان َّ ان ."ب ِ اٌ انؼَ َش َ ط َّه َشجِ تِ ِه ِ س
26
Manna‟ Al-Qatthan, Mabahits fii uluum al-qur’an, Muassasah Ar-Risalah, 2009, 331.
27
Manna‟ Al-Qatthan, Mabahits fii uluum al-qur’an, Muassasah Ar-Risalah, 2009, 331.
22
Artinya: “Mengetahui bahasa Arab dan i’rab adalah dasar untuk dapat mengerti hadits, karena syariat yang suci ini datang dengan menggunakan bahasa Arab”.28 2) Menyesalnya seorang ulama hadits karena tidak mendalami bahasa Arab. Imam Abdurrahman bin Mahdi pernah mengungkapkan penyesalannya karena tidak mendalami masalah bahasa Arab, sebagaimana ungkapannya:
ُ َْ َ ْئ ََذَا َي ِر ًْ أَ ًَِّ نَ ْى أ "ظ ْش ِفً ان َؼ َش ِتٍَّ ِح َ ػهَى َ ُ" َيا ََ ِذ ْيد ٍ ٍش Artinya: “Tidaklah aku menyesal atas sesuatu seperti penyesalanku bahwa aku tidak mendalami bahasa Arab”.29 3) Kejahilan terhadap ilmu nahwu (tata bahasa Arab) dapat menjadikan orang berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamaa. Apabila seseorang tidak memahami nahwu (ilmu tata bahasa Arab), maka dia akan banyak mengucapkan hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamaa dengan salah ditinjau dari susunan tata bahasa Arab, padahal hadits dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamaa tidak ada yang salah susunannya. 4) Orang yang lahn (salah) dalam meriwayatkan dari syaikhnya dapat menyebabkan terjatuh ke dalam kedustaan. Seorang murid yang mengambil suatu hadits dari syaikhnya secara selamat dari lahn, kemudian ia meriwayatkannya secara lahn, maka ia telah berdusta atas syaikhnya itu. Hammad bin Salamah berkata:
ْ فَ َق،ًِ" َي ٍْ نَ َحٍَ ِفً َح ِذ ٌْث "ً َ ب َ َط َكز َّ َػه “Barangsiapa yang lahn (salah) dalam haditsku maka sungguh ia telah berdusta atasku”. 30 28
Ibnu Al-Atsir Al-Jazari, Jaami’ul Ushul fii Ahaaditsir Rasul, Maktabah Darul Bayan,
1969, I/37. 29
Ibnu Hibban Al-Busti, Raudhatul Uqola’, As- Syariqah, Darul Fath, 1995, 268.
23
5) Banyaknya celaan ulama terhadap pelajar ilmu hadits yang tidak memahami kaidah bahasa Arab. Termasuk kekurangan yang dimiliki oleh pelajar ilmu hadits adalah apabila dia tidak mengetahui ilmu nahwu dan kaidah bahasa Arab. Banyak ulama yang mencela orang tersebut, di antaranya adalah pernyataan Syu‟bah berikut ini:
ْ ٌَ " َيث َ ُم انَّزِي َ ٌة ان َح ِذ ػهَ ٍْ َها ُ ُ طه ُ ْث َو ََل ٌَ ْؼ ِش َ ف انَُّ ْح َى ِيثْ ُم انذَّاتَّ ِح "ئ َ ْس ِف ٍْ َها ٌ ٍْ ش َ ٍَان ًُخ َََّّلج ُ ن Artinya: “Perumpamaan orang yang belajar ilmu hadits, tetapi dia tidak mengerti nahwu adalah seperti binatang yang di atasnya terdapat keranjang akan tetapi tidak ada apa-apanya”. 31 6) Banyaknya anjuran bagi para penuntut ilmu hadits untuk belajar bahasa Arab. Para ulama ahli hadits telah banyak menganjurkan para penuntut ilmu hadits agar belajar bahasa Arab. 7) Mengutamakan hadits yang sesuai dengan kaidah bahasa daripada yang menyimpang darinya. Imam Abu Bakar al-Khathib alBaghdadi juga telah membuat bab khusus dalam Al-Jaami’ , yaitu: “Pembahasan tentang pengembalian hadits kepada kebenaran apabila
orang
yang
meriwayatkannya
telah
menyelisihi
kandungan i’rob”.32
30
Abdurrahman Al-Anbari, Nuz-hatul Alibba’ fi Thobaqootil Udaba’, Al-Qahirah: Darul
Fikri Al- Arabi, 1998, 45. 31 32
Ibnu Hibban Al-Busti, Raudhatul Uqola’, As- Syariqah, Darul Fath, 1995, 175. Al-Khatib Al-Baghdadi, Al-Jaami’ lii Akhalaaqi Ar- Rawi, Beirut: Muassasah Ar-
Risalah, 1996, II/5.
24
c. Ada hubungan erat antara bahasa Arab dan ilmu fikih, yaitu: 1) Sumber utama fikih Islami adalah dan al-Hadits. Mengingat bahwa sumber utama fikih adalah al-Qur‟andan al-Hadits yang memakai bahasa Arab, maka sudah sepantasnya bagi orang yang belajar fikih untuk menguasai bahasa Arab. 2) Referensi asli masalah fikih dari berbagai madzhab menggunakan bahasa Arab. Kitab-kitab induk dalam masalah fikih aslinya adalah dengan menggunakan bahasa Arab. Sedangkan belajar ilmu fikih tidak dapat lepas dari kitab-kitab induk tersebut. 3) Memahami kosa kata Arab adalah salah satu kebutuhan penuntut ilmu fikih. Seorang penuntut ilmu fikih seharusnya dapat menguasai dan memahami kosa kata dalam bahasa Arab. Hal itu karena dasar utama masalah fikih – yaitu al-Qur‟an dan al-Hadits – berbahasa Arab. Selain itu referensi masalah fikih dari berbagai madzhab juga dalam bahasa Arab. 4) Pemahamannya lebih mendalam Orang yang memahami bahasa Arab lebih memahami apa yang
difirmankan
Shallallahu ‘alaihi
Allah
dan
disabdakan
oleh
Rasulullah
wa Sallamaa. Imam Syafi‟i berkata:
َ ْص ُش "غٍ ُْش ُه ْى ُ ص َح ْ َ "أ ِ ْص ُش ْوٌَ َيا ََل ٌُث ِ ٌُث،اب ان َؼ َش ِتٍَّ ِح ِج ٍُّ ِاإل َْ ِس Artinya: “Para ahli bahasa Arab adalah jinnya manusia, karena mereka dapat mengetahui apa yang tidak dilihat oleh orang selain mereka.”33 5) Belajar bahasa Arab bertahun-tahun agar dapat mengetahui fikih Imam Syafi‟i adalah seorang ahli fikih yang asli keturunan Arab yaitu dari kabilah Quraisy. Meskipun demikian beliau tetap
33
Al- Baihaqi, Manaaqibusy Syafi’i, Al- Qahirah: Daru At-Turats, II/53, 1970.
25
belajar bahasa Arab
selama
dua
puluh
tahun,
dan
beliau
mengatakan:
"ػهَى ان ِف ْق ِه َ َ" َيا أ َ َسدْخُ ِت َهزَا إِ ََّل ا َِل ْس ِرؼَاََح Artinya: “Tidaklah aku menginginkan dalam mempelajari ini, melainkan agar mudah dalam mempelajari fikih.”34 Bahasa Arab juga memiliki hubungan yang erat dengan munculnya dan tersebarnya bid‟ah. Hal itu karena di antara sebab timbulnya bid‟ah adalah al-jahl bil lughotil ’arobiyyah (kejahilan terhadap bahasa Arab). Artinya bahwa tatkala ada orang yang tidak memahami bahasa Arab dengan pemahaman yang sebaik-baiknya kemudian
dia
membaca
nash-nash
syar‟i,
maka
ia
dapat
memahaminya dengan pemahaman yang salah, sehingga terjatuhnya ke dalam bid‟ah, baik dalam masalah aqidah maupun masalah ibadah amaliyyah.
34
Al-Baihaqi, Manaaqibusy Syafi’i, Al- Qahirah: Daru At-Turats, II/42, 1970.
26
C. Fikih 1. Pengertian fikih Menurut bahasa, Fikih berarti faham atau tahu.35 Menurut istilah, fikih berarti ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syara‟ yang berkenaan dengan amal perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil-dalil tafsil (jelas).
36
Orang yang mendalami fikih disebut dengan fakih.
Jamaknya adalah fuqaha, yakni orang-orang yang mendalami fikih. 2. Obyek ilmu fikih Obyek dari ilmu fikih adalah perbuatan para mukallaf, baik yang berhubungan dengan perintah (seperti shalat), larangan (seperti mencuri) atau hal- hal yang mubah (seperti makan dan minum).37 Mukallaf secara bahasa adalah orang yang dikenai beban. Sedangkan secara istilah, adalah orang yang telah baligh dan berakal, dimana dia terikat dengan hukum- hukum syariat. 3. Landasan pengambilan hukum fikih Hukum fikih dirumuskan dari beberapa sumber, diantaranya adalah: a. Al-Qur’an. Al-Qur‟anadalah Firman Allah Ta’ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama melalui perantara Malaikat Jibril, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas, orang yang membacanya akan mendapatkan pahala.38 b. As-Sunnah Yang dimaksud dengan sunah disini adalah semua yang dinisbatkan kepada
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallamaa, baik
perkataan, perbuatan, ketetapan dan sifat-sifat beliau, baik sifat yang
35
Sulaiman Aba Khail, Muqaddimatun Fii Al- Fikih, Riyadh: Darul Ashimah, 1997, 7. Sulaiman Aba Khail, Muqaddimatun Fii Al- Fikih, Riyadh: Darul Ashimah, 1997, 9. 37 Sulaiman Aba Khail, Muqaddimatun Fii Al- Fikih, Riyadh: Darul Ashimah, 1997, 13. 38 Manna‟ Al- Qatthan, Mabahits fii Ulumil Qur’an, Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 2009, 36
20.
27
berhubungan dengan akhlak atau sifat yang berhubungan dengan fisik.39 c. Ijma’ Ijma‟ adalah kesepakatan ulama umat ini, atas hukum dari sebuah permasalahan agama, setelah wafatnya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallamaa.40 Kesepakatan ini dilakukan oleh para mujtahid, sehingga kesepakatan yang dilakukan oleh orang-orang biasa tidak bisa dianggap sebagai sebuah ijma‟. d. Qiyas Qiyas adalah membandingkan hukum sebuah permasalahan yang tidak ada dalilnya, dengan hukum sebuah permasalahan yang telah dijelaskan oleh dalil, disebabkan adanya hubungan sifat antara dua hal yang dibandingkan tersebut. 41 Contohnya adalah hukum tuak (jenis minuman yang memabukkan). Tidak ada satupun ayat dan hadits yang menyebutkan hukum tuak. Akan tetapi tuak memiliki sifat atau kesamaan dengan minuman khamr (yang pada saat itu terbuat dari perasan buah anggur), yaitu sama- sama memabukkan. Banyak sekali dalil yang menjelaskan hukum khamr, yaitu dianggap haram. Karena sama- sama memabukkan, maka hukum tuak bisa disamakan dengan hukum khamr, yaitu diharamkan. Empat landasan pengambilan hukum fikih di atas adalah sesuatu yang sudah diakui keabsahannya oleh semua ulama, sehingga menurut mereka, empat dalil tersebut dinamakan dalil muttafaq alihi.42 Selain empat sumber tersebut, ada juga sumber- lain yang biasa digunakan, akan tetapi para ulama memperselisihkan keabsahan penggunaan sumber- sumber tersebut. Sebagian ulama menganggapnya
39
Mahmud At-Thahhan, Taisir Musthalah Hadits, Riyadh: Maktabah Darul Ma‟arif,
1987, 15. 40
Ibnu Quddamah, Raudhatun Nadhir wa Junnatul Munadhir, Riyadh: Daru Zahim, 127. Ibnu Quddamah, Raudhatun Nadhir wa Junnatul Munadhir, Riyadh: Daru Zahim, 288. 42 Ahmad Alimi, Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’, Beirut: Daru Ibni Hazm, 2001, 41
55.
28
sebagai dalil yang sah, akan tetapi ulama yang lain menganggapnya sebagai dalil yang tidak sah. Sumber- sumber semacam ini biasa disebut dengan dalil mukhtalaf fiihi. Diantara sumber- sumber tersebut adalah:43 a. Istihsan Istihsan adalah berpaling dari menggunakan dalil umum, dikarenakan adanya dalil khusus yang menjelaskannya. Contohnya adalah dibolehkannya jual beli dengan cara as-salam. Bentuk jual beli, dimana penjual hanya menampilkan contoh barang yang dijual belikan (sampel), kemudian sang pembeli membeli barang tersebut dengan harga kontan, akan tetapi barang asli yang telah dibeli itu baru akan diterima oleh pembeli di waktu yang akan datang (sesuai dengan kesepakatan). Sekilas, ini seperti transaksi jual beli tanpa ada barang yang dijual belikan (hanya sampel saja). Akan tetapi kalau kita teliti, sebenarnya barang yang diperjualbelikan sudah ada, hanya saja belum bisa diserahterimakan pada saat akad jual beli terjadi, mengingat sang penjual hanya membawa sampel barang dagangan. b. Al-Maslahah Al-Mursalah Al-Mursalah yaitu sesuatu yang dianggap baik, akan tetapi tidak ada satu dalilpun yang memerintahkannya. Tidak diperintahkan dan juga tidak dilarang. Contohnya adalah pencatatan sebuah akad pernikahan di KUA. c. Al-‘Urf Al-„Urf yaitu sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat, baik perkataan atau perbuatan. Contohnya adalah jual beli di supermarket, dimana penjual hanya menawarkan barang yang dijual disertai dengan
43
108- 132.
Ahmad Alimi, Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’, Beirut: Daru Ibni Hazm, 2001,
29
harga, dan selanjutnya pembeli bisa mengambil barang yang dia sukai, lalu membayar di kasir. Dalam jual beli ini tidak ada tawar menawar. Jika kebiasaan itu tidak bertentangan dengan syariat, maka kebiasaan itu dianggap sah (legal) dan jika bertentangan dengan syariat, maka dianggap tidak sah (ilegal). d. Syar’un man qablana Syar’un man qablana yaitu syariat yang diturunkan untuk umat-umat sebelum umatnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama. Jika itu bertentangan dengan syariat yang dibawa oleh beliau, maka syariat tersebut dianggap tidak sah. Dan jika syariat itu ditegaskan kembali oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama, maka itu menjadi bagian dari syariat beliau. Jika tidak ada penjelasan tentang syariat tersebut, maka pendapat yang kuat menyebutkan jika itu tidak masuk ke dalam bagian syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama. e. Perkataan Shahabat Perkataan Shahabat adalah fatwa yang disampaikan oleh salah seorang shahabat, tentang hukum dari sebuah permasalahan tertentu. Contohnya adalah perkataan Aisyah Radhiyallahu Anha, bahwa usia maksimal sebuah kandungan adalah dua tahun. f. Istishhab Istishhab yaitu dalil terakhir yang digunakan oleh seorang mujtahid dalam memutuskan hukum dari sebuah permasalahan. Contoh sederhananya adalah bahwa wudhu‟ seseorang itu dianggap tetap berlaku, sampai dia yakin ada sesuatu yang membuat wudhunya batal. 4. Jenis- jenis hukum fikih Hukum fikih terbagi ke dalam dua jenis. Jenis pertama adalah hukum taklifi dan jenis kedua adalah hukum wadh’i.44 44
21- 22.
Ahmad Alimi, Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’, Beirut: Daru Ibni Hazm, 2001,
30
Hukum taklifi terbagi menjadi lima jenis: 1) Wajib Wajib adalah perintah dari Allah Ta’ala yang harus dilaksanakan, dimana orang yang melaksanakannya akan mendapatkan pahala dan yang tidak melaksanakannya akan berdosa. Contohnya adalah puasa ramadhan. 2) Sunah Sunah adalah perintah dari Allah Ta’ala yang dianjurkan untuk dilakukan,
dimana
orang
yang
melaksanakannya
akan
mendapatkan pahala dan yang tidak melaksanakannya tidak mendapatkan konsekuensi apapun. Contohnya adalah puasa senin dan kamis. 3) Haram Haram yaitu perintah untuk tidak melakukan sesuatu. Jika sesuatu itu ditinggalkan, maka akan mendapatkan pahala dan jika dilaksanakan akan mendapatkan dosa. Contohnya adalah berzina. 4) Makruh Makruh adalah perintah anjuran untuk meninggalkan sesuatu. Jika sesuatu itu ditinggalkan maka akan mendatangkan pahala dan jika dilaksanakan tidak mendatangkan konsekuensi apapun. Contohnya adalah makan bawang merah pada saat akan ke masjid. 5) Mubah Mubah yaitu sesuatu yang boleh dilaksanakan atau ditinggalkan. Contohnya adalah sarapan pagi dengan nasi goreng. Sedangkan hukum wadh’i itu diantaranya adalah:45 1) Sebab.
45 2001, 22.
Ahmad Alimi, Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’, Beirut: Daru Ibni Hazm,
31
Sebab yaitu sesuatu yang dijadikan sebagai sebuah tanda dari ada atau tidaknya hukum, di mana hubungan (korelasi) antara tanda dan hukum tersebut
tidak dapat dicerna oleh akal pikiran.
Contohnya adalah terbenamnya matahari sebagai tanda dari mulai diwajibkannya shalat maghrib. 2) ‘Illah ‘Illah adalah sesuatu yang dijadikan sebagai sebuah tanda dari ada atau tidaknya hukum, dimana hubungan (korelasi) antara tanda dan hukum tersebut dapat dicerna oleh akal pikiran. Contohnya: ‘illah pengharaman khamr adalah karena memabukkan. 3) Syarat Syarat yaitu sesuatu yang menentukan ada atau tidaknya sebuah hukum. Contohnya: wudhu adalah syarat sahnya shalat. Jika seseorang melaksanakan shalat tanpa wudhu, maka shalat yang dia lakukan dianggap tidak sah. 4) Al-Mani’ Al-Mani’ yaitu sesuatu yang menghalangi terjadinya sebuah hukum. Contohnya: Jika seorang bapak membunuh anaknya, maka bapak tersebut tidak dapat diqishash, karena hubungan bapak anak antara
pembunuh
dan
terbunuh
merupakan
penghalang
dilaksanakannya sebuah hukum qishash. 5) Shahih Shahih yaitu terpenuhinya syarat dan rukun dari sebuah amalan tertentu. Contohnya: shalat yang terpenuhi syarat dan rukunnya bisa dianggap sebagai sebuah shalat yang sah. 6) Batil Batil yaitu tidak terpenuhinya syarat dan rukun dari sebuah amalan tertentu. Contohnya: Shalat yang dilaksanakan tanpa wudhu, maka dianggap sebagai shalat yang tidak sah.
32
5. Empat madzhab fikih yang populer Sebenarnya ada banyak sekali madzhab fikih yang cukup diakui. Akan tetapi dari madzhab-madzhab yang ada itu, ada empat madzhab yang cukup populer, yaitu:46 a. Madzhab Hanafi Dinisbatkan kepada Imam Abu Hanifah, Nukman bin Tsabit, lahir tahun 80 H dan meninggal tahun 150 H. Landasan madzhab ini adalah: al-Qur’an, as-Sunnah, al-ijma’, al-qiyas, perkataan Shahabat, dan istihsan. Madzhab ini cukup populer di Mesir, Suria, Yordania, Libanon dan lain- lain.
b. Madzhab Maliki Dinisbatkan kepada Imam Malik bin Anas bin Abi Amir, lahir tahun 93 H dan meninggal pada tahun 179 H. Landasan madzhab ini adalah: al-Qur’an, as-Sunah, al-ijma’, al-qiyas, Istihsan, hukum saddu dzari’ah, istishhab dan mura’atul khilaf. Madzhab ini cukup populer di Tunisia, Aljazair, Nigeria, Sudan, Kuwait, Bahrain dan lain- lain. c. Madzhab Syafi’i. Dinisbatkan kepada Imam as-Syafi‟i, Muhammad bin Idris asSyafi‟i. Lahir pada tahun 150 H dan meninggal pada tahun 204 H. Landasan madzhab ini adalah: al-Qur’an, as-Sunnah, al-ijma’, alqiyas dan kesepakatan para Shahabat. Madzhab ini cukup populer di Suria, Libanon, Irak, India, Yaman, Indonesia dan lain- lain. d. Madzhab Hambali Dinisbatkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal as-Syaibani. Lahir pada tahun 164 H dan meninggal pada tahun 241 H.
46
190
Sulaiman Aba Khail, Muqaddimatun Fii Al- Fikih, Riyadh: Darul Ashimah, 1997, 93 -
33
Landasan madzhab ini adalah: al-Qur‟an, as-Sunnah, al-ijma‟, alqiyas dan pendapat Shahabat. Madzhab ini cukup populer di Syam, Irak, Saudi Arabia dan lain- lain. Keempat madzhab ini berkembang cukup pesat karena banyaknya jumlah pengikut yang menyebarkan pemahaman sang imam, dalam permasalahan hukum fikih. Jika bukan karena banyaknya jumlah pengikut, niscaya empat madzhab tersebut akan mengalami kondisi yang sama seperti madzhab-madzhab fikih lain.
34
BAB. III Gambaran Umum MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur’an As-Surkati Salatiga
A. Madrasah Aliyah (MA) Al- Irsyad Tengaran 1. Sejarah dan letak geografis MA Al- Irsyad Tengaran47. Madrasah Aliyah (MA) Al-Irsyad Tengaran yang terletak di Desa Butuh, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang adalah salah satu lembaga pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Pesantren Islam AlIrsyad Semarang. Madrasah Aliyah Al-Irsyad Tengaran berdiri pada tahun 1999, dengan program studi Keagamaan, berdasarkan ijin dari Departemen Agama Kantor Wilayah Propinsi Jawa Tengah bernomor statistik 312332202370. Pada mulanya, MA Al-Irsyad ini bernama Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Al-Irsyad Tengaran. Dalam perkembangannya, MAK Al-Irsyad Tengaran telah meluluskan tiga angkatan, yaitu pada Tahun Pelajaran 2001/2002, 2002/2003 dan 2003/2004 dengan tingkat kelulusan sebanyak 100%. Pada saat itu dalam penyelenggaraan ujian, MAK AlIrsyad Nasional atau Ujian Madrasah masih bergabung dengan MAK/MAN I Surakarta. Pada tahun 2005, MAK Al-Irsyad Tengaran diakreditasi oleh Tim Akreditasi dari Kanwil Depag Propinsi Jawa Tengah dan mendapatkan nilai Baik (B). Sejak saat itu MAK Al-Irsyad berubah nama menjadi Madrasah Aliyah (MA) Al-Irsyad dan berhak membuka jurusan IPA, IPS, Bahasa serta Keagamaan, akan tetapi dalam pelaksanaannya baru membuka jurusan Keagamaan saja. Sejak saat itu, MA Al-Irsyad berhak
47
Edi Eko Purnomo, Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat MA Al-Irsyad Tengaran, wawancara, 8 Desember 2014.
35
menyelenggarakan Ujian Nasional atau Ujian Madrasah dan mengeluarkan Ijazah secara Mandiri. Pada
Tahun
Pelajaran
2004/2005,
2005/2006,
2006/2007,
2007/2008 dan Tahun Pelajaran 2008/2009, dalam pelaksanaan Ujian Nasional atau Ujian Madrasah masih dikoordinir oleh Kasie Mapenda Kanwil Depag Propinsi Jawa Tengah, dengan tingkat kelulusan 100%. Pada tahun 2009 MA Al-Irsyad diakreditasi oleh Badan Akreditasi Sekolah dan Madrasah Propinsi Jawa Tengah. Sejak Tahun Pelajaran 2009/2010, MA Al- Irsyad dalam pelaksanaan Ujian Nasional dikordinir oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang dan memakai kurikulum standar BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan). 2. Identitas Madrasah48 Nama Madrasah
: Madrasah Aliyah Al- Irsyad
Nomor Statistik Madrasah
: 131233220002
Alamat Madrasah
: Jalan Solo Semarang Km 45
Desa
: Butuh
Kecamatan
: Tengaran
Kabupaten
: Semarang
Propinsi
: Jawa Tengah
Kode Pos
: Po Box 134 Salatiga 50700
No Telp/ Fax.
: (0298) 321658 – (0298) 312456
Email
:
[email protected]
Website
: www.pesantrenalirsyad.org
Status Madrasah
: Swasta
Nama Yayasan
: Yayasan Pesantrena Islam Al- Irsyad
No. Akte Pendirian
: wk/5.a/PP.03.2/2565/004/2000
Tahun berdiri Madrasah
: 1999
Status Akreditasi/ Tahun
: B/2005
48
Data diperoleh dari Edi Eko Purnomo, Waka Humas MA Al-Irsyad Tengaran, 8 Desember 2014.
36
3. Visi dan Misi49 a. Visi Madrasah Aliyah (MA) Al- Irsyad Tengaran: “Diakui sebagai salah satu lembaga pendidikan terbaik di wilayah nusantara dan maupun Mancanegara yang bermanhaj Salaful Ummah (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah)”. b. Misi Madrasah Aliyah (MA) Al- Irsyad Tengaran: 1) Terwujudnya madrasah dengan fasilitas yang memadai. 2) Terciptanya lulusan yang menguasai bidang agama dan bahasa Arab, bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia dengan aktif. 3) Lulusan yang mampu berdakwah dengan aqidah dan manhaj salafusshalih. 4) Lulusan yang mampu melanjutkan ke jenjang lebih tinggi baik dalam maupun luar negeri. 5) Terwujudnya warga belajar yang peduli terhadap kebersihan. 6) Terwujudnya warga belajar yang memiliki akhlak mulia. 7) Lulusan dengan nilai hasil UN tinggi, diakui pemerintah. 8) Madrasah memiliki kualitas berstandar ISO. 9) Memperoleh akreditasi A dengan minimal nilai 95. 10) Manajemen madrasah berstandar BSNP. 4. Struktur Organisasi50 Kepala Sekolah
: Muhammad Syiarudin, Lc
Waka Kurikulum
: Muhammad Thoyyib, Lc
Waka Kesiswaan
: Ujang Pramudhiarto, Lc, S.Pd.I
Waka Humas
: Edi Eko Purnomo, S.Pd
Waka Sarpras
: Widodo Agus Susanto, S.Pd
49
Data diperoleh dari Edi Eko Purnomo, Waka Humas MA Al-Irsyad Tengaran, 8 Desember 2014. 50
Data diperoleh dari Edi Eko Purnomo, Waka Humas MA Al-Irsyad Tengaran, 8 Desember 2014.
37
Kepala Lab. Komputer
: Drs. Agus Aryanta
Kepala Lab. Bahasa
: Tarmudi, S.T
Sekretaris MA
: Fahroni, S.Pd.I
Sekretaris Kesiswaan
: Slamet Widodo, A.Md.E.I
Bendahara MA
: Edi Eko Purnomo, S.Pd
Staff Kurikulum
: Anwar Ujang, S.Pd.I
Staff Ekstra Kurikuler
: Adi Maryono, S.Pd
Staff Ketertiban Siswa
: Yundi Haikal
Staff OSIS
: Abdul Hakim Parwono, Lc
Staff Bahasa
: Agus Pranowo, SH.I
Staff Ibadah
: Abdullah Thalib
Staff BK 1
: Amien Wahyudi, S.Pd
Staff BK 2
: Chandra Aditya Ari Irawan, S.Pd
Staff Tahfidz 1
: Sabik Kurianto, S.Hum
Staff Tahfidz 2
: Tukimin
Staff Kemusyrifan
: Agus Ahmad Yasin S.Pd.I
Pembina Asrama Pembina Asrama 1
: Sayyid Ramadhan
Pembina Asrama 2
: Rona Ratna Pribadi, S.Pd.I
Pembina Asrama 3
: Abu Sumarman
Pembina Asrama 4
: Ibnu Al Khawarizmi
Wali Kelas X A MATRIKULASI (IL A)
: Nanang Setyabudhi, Lc
X B MATRIKULASI (IL B)
: Syuban Bastotah
X C MATRIKULASI (IL C)
: Hammam Humaidi
X A (I A)
: Tarmudi, S.T
X B (I B)
: Ahmad Mulyawan, Lc
X C (I C)
: Sena Bayu Aji, S.H
38
X D (I D)
: Amrullah, S.Pd
X E (I E)
: Sabik Kurianto, S.Hum
X F (I F)
: Arsyadal Umam, Lc
X G (I G)
: Syafrin A. Hi Mahmud, S.Pd
X H (I H)
: Ahmad Mushlih
XI A (II A)
: Rusman, Lc
XI B (II B)
: Akhmad Ikhsanudin, Lc
XI C (II C)
: Heri Sutanto, Lc
XI D (II D)
: Saifin Nuha, Lc
XI E (II E)
: Penang Jihad Asto Bener, S.Pd
XI F (II F)
: Hery Prasetyo, Lc
XII A (III A)
: Rizal Yuliar, Lc
XII B (III B)
: Henry Anwar Faiz, S.S
XII C (III C)
: Widodo Agus Susanto, S.Pd
XII D (III D)
: Bobby Chandra, S.Si
Staf Pengajar: 1. Nafi' Zaenudin, Lc 2. Muhammad Qosim M, Lc 3. Suharlan, Lc 4. Zuhdi Amin, Lc 5. Wahyudi Bahtiar, S.Pd.I 6. Mahful Safarudin, Lc 7. Soleh Gunawan, Lc 8. Uli Satriawan, S.Pd 9. Doni Tangguh Prakosa, S.Pd.I 10. Iqbal Muammar Rosyad, M.Pd 11. Irfan Faturahman, S.H.I 12. Hanas Soni Aji
39
5. Target kompetensi lulusan:51 Dimensi
: Kualifikasi Kemampuan
Sikap
: Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai
cerminan
bangsa
dalam
pergaulan dunia. Pengetahuan
: Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.
Keterampilan
: Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.
6. Prestasi yang pernah diraih (empat tahun terakhir):52 a. Tahun 2011 : -
Juara 2 (dua) cabang tafsir (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.
-
Juara 1 (satu) cabang hadits (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.
-
Juara 2 (dua) cabang hadits (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Nasional.
51
Data diperoleh dari Edi Eko Purnomo, Waka Humas MA Al-Irsyad Tengaran, 8 Desember 2014. 52 Edi Eko Purnomo, Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat MA Al-Irsyad Tengaran, wawancara berdasarkan data sekolah, 8 Desember 2014.
40
-
Juara 1 (satu) cabang akhlaq (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.
-
Juara 3 (tiga) cabang akhlaq (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Nasional.
-
Juara 3 (tiga) cabang ushul fikih (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.
-
Juara 3 (tiga) cabang tarikh (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.
-
Juara 2 (dua) cabang balaghah (wustho) Musabaqoh Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.
-
Juara 3 (tiga) cabang tafsir (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.
-
Juara 1 (satu) cabang hadits (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.
-
Juara Harapan 1 (satu) cabang hadits (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Nasional.
-
Juara 2 (dua) cabang akhlaq (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.
-
Juara 2 (dua) cabang balaghah (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.
-
Juara 1 (satu) cabang debat bahasa Arab Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.
-
Juara 1 (satu) cabang tartil Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat Kabupaten.
-
Juara 1 (satu) cabang tilawah 5 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat Kabupaten.
-
Juara 2 (dua) cabang 500 hadits Musabaqah Hifdzil Qur‟an Wal Hadits tingkat Nasional.
-
Juara 1 (satu) cabang 500 hadits Musabaqah Hifdzil Qur‟an Wal Hadits tingkat Asean.
41
-
Juara 1 (satu) wushu cabang duillian putra Kejuaraan Wushu tingkat Propinsi.
-
Juara Harapan 1 (satu) wushu Kejuaraan Wushu Nasional Semarang tingkat Kabupaten.
b. Tahun 2012 : -
Juara 2 (dua) wushu putra nusantara Kejuraan Wushu tingkat Propinsi Jawa Tengah dan DIY.
-
Juara 1 (satu) cabang tahfidz 20 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat Kabupaten.
-
Juara 1 (satu) cabang tahfidz 30 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat Kabupaten.
-
Juara 2 (dua) cabang tartil Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat Kabupaten.
-
Juara 1 (satu) cabang tilawah 5 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat Kabupaten.
-
Juara 3 (tiga) cabang tafsir bahasa Arab & tahfidz 30 juz Seleksi Tilawatil Qur‟an tingkat Propinsi.
-
Juara 1 (satu) cabang tafsir 30 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an STAIN Salatiga tingkat Propinsi.
c. Tahun 2013 : -
Juara 2 (dua) cabang taichi Wushu Praporprov Jateng tingkat Propinsi.
-
Juara 1 (satu) cabang pidato bahasa Arab Pospeda tingkat Kabupaten.
-
Juara 3 (tiga) cabang cipta & baca puisi Pospeda tingkat Kabupaten.
-
Juara 3 (tiga) cabang kaligrafi Pospeda tingkat Kabupaten.
-
Juara 1 (satu) cabang pidato bahasa inggris Aksioma tingkat Kabupaten.
-
Juara 1 (satu) cabang lari 400 meter Aksioma tingkat Kabupaten.
42
-
Juara 1 (satu) cabang lari 100 meter Aksioma tingkat Kabupaten.
-
Juara 1 (satu) cabang badminton tunggal putra Aksioma tingkat Kabupaten.
-
Juara 1 (satu) cabang badminton tunggal putra Aksioma tingkat Kabupaten.
-
Juara 1 (satu) cabang badminton ganda putra Aksioma tingkat Kabupaten.
-
Juara 2 (dua) cabang tenis meja Aksioma tingkat Kabupaten.
-
Juara 3 (tiga) cabang tenis meja Aksioma tingkat Kabupaten.
-
Juara 1 (satu) cabang pidato bahasa Arab Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat Propinsi.
-
Juara 1 (satu) cabang tafsir bahasa Arab Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat Kabupaten.
-
Juara 2 (dua) cabang tafsir bahasa inggris Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat Kabupaten.
-
Juara 1 (satu) cabang tafsir bahasa indonesia Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat Kabupaten.
-
Juara 1 (satu) cabang fahmil qur‟an Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat Kabupaten.
-
Juara 2 (dua) cabang pidato bahasa Arab Aksioma tingkat Propinsi.
-
Juara 2 (dua) cabang badminton Aksioma tingkat Propinsi.
-
Juara 2 (dua) cabang fahmil qur‟an Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat Propinsi.
-
Juara 1 (satu) cabang spelling bee Kompetisi Bahasa Inggris tingkat Kabupaten.
-
Juara 2 (dua) cabang spelling bee Kompetisi Bahasa Inggris tingkat Kabupaten.
-
Juara 1 (satu) kompetisi sains matematika HAB Kemenag tingkat Kabupaten.
-
Juara 2 (dua) kompetisi sains fisika HAB Kemenag tingkat Kabupaten.
43
d. Tahun 2014 : 1. Juara 4 (empat) cabang 500 hadits Musabaqah Hifdzil Qur‟an Wal Hadits tingkat Nasional. 2. Juara 1 (satu) cabang 500 hadits Musabaqah Hifdzil Qur‟an Wal Hadits tingkat Asean. 3. Juara 2 (dua) cabang tafsir Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Kabupaten. 4. Juara 3 (tiga) cabang fikih Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Kabupaten. 5. Juara 3 (tiga) cabang fikih Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Kabupaten. 6. Juara 1 (satu) cabang balaghah Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi. 7. Juara 2 (dua) cabang balaghah Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Nasional. 8. Juara 1 (satu) cabang hadits Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi. 9. Juara 1 (satu) cabang hadits Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Nasional. 10. Juara 2 (dua) cabang debat bahasa Arab Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi. 11. Juara 3 (tiga) cabang tarikh Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi. 12. Juara 3 (tiga) cabang hadits Musabaqah Qira‟ah Kutunb tingkat Propinsi. 13. Juara 3 (tiga) cabang tarikh Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi. 14. Juara 1 (satu) cabang khitobah Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat Kabupaten. 15. Juara 1 (satu) cabang Qira‟ah Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat Kabupaten.
44
16. Juara 2 (dua) cabang insya‟ Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat Kabupaten. 17. Juara 3 (tiga) cabang khitobah Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat Kabupaten. 18. Juara 1 (satu) cabang matematika Kompetisi Sains Madrasah tingkat Kabupaten. 19. Juara 1 (satu) cabang tartil Musabaqah Tilwatil Qur‟an tingkat Kabupaten. 20. Juara 1 (satu) cabang tahfidz 20 juz putra Seleksi Tilawatil Qur‟an tingkat Kabupaten. 21. Juara Harapan 3 (tiga) cabang tahfidz 20 juz putra Seleksi Tilawatil Qur‟an tingkit Propinsi. 22. Juara 2 (dua) cabang tahfidz 30 juz putra Seleksi Tilawatil Qur‟an tingkat Kabupaten. 23. Juara 3 (tiga) cabang tahfidz 10 juz putra Seleksi Tilawatil Qur‟an tingkat Kabupaten. 24. Juara 1 (satu) cabang tafsir bahasa Arab Musabaqah Hifdzil Qur‟an tingkat Kabupaten. 25. Juara Harapan 3 (tiga) cabang tafsir bahasa Arab Musabaqah Hifdzil Qur‟an tingkat Propinsi. 7. Gambaran proses kegiatan belajar mengajar pelajaran fikih di kelas53 Dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, ada beberapa hal
yang
harus
diperhatikan,
diantaranya
adalah:
pendahuluan,
pengembangan unsur materi, unsur penilaian, penampilan dan penutup. Diantara hal-hal yang dilakukan dalam pendahuluan adalah menertibkan suasana kelas. Guru meminta semua siswa untuk menempati tempat duduk masing-masing. Setelah itu guru memberikan motivasi kepada siswa agar bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Selain itu, 53 Berdasarkan pengamatan atas proses kegiatan belajar mengajar fikih yang dilakukan oleh Suharlan,Lc, di kelas 11F MA Al-Irsyad Tengaran, pada tanggal 16 November 2014.
45
guru juga memberikan ulasan materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya dan memberikan gambaran singkat materi yang akan diajarkan. Dalam unsur pengembangan materi, sangat nampak jika guru mapel fikih sangat menguasai materi yang diajarkan. Guru menyampaikan materi dengan urut dan sistematis. Setiap materi yang disampaikan, selalu disertai dengan contoh-contoh aplikatif
yang sesuai dengan pokok
bahasan. Bahkan tidak jarang, guru berdiri untuk memperagakan contoh. Terkadang dengan tulisan atau dengan gerakan. Hampir semua kelas yang ada di MA Al-Irsyad sudah memiliki fasilitas proyektor, sehingga hal ini lebih memudahkan guru dalam menjelaskan materi di kelas. Guru menjelaskan materi dalam bentuk power point. Kemudian dilanjutkan dengan membaca buku panduan yang digunakan. Tidak semua materi dibahas. Hanya materi penting saja yang dibaca. Terkadang guru juga memberikan pertanyaan kepada siswa dengan tujuan untuk memancing terjadinya diskusi diantara siswa. Pertanyaanpertanyaan yang diberikan berkaitan dengan permasalahan yang terjadi dimasyarakat secara umum. Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru menggunakan bahasa Arab. Hampir 99% bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Arab. Saat melakukan diskusi, siswa juga menggunakan bahasa Arab. Bahasa Arab yang digunakan adalah bahasa Arab fushhah, sesuai dengan kaidah-kaidah resmi bahasa Arab. Bukan bahasa „aamiyah. Setelah materi pelajaran disampaikan, maka guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui daya serap yang dimiliki siswa. Pertanyaan-pertanyaan ini juga bertujuan untuk mengetahui dan menilai pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Guru
menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan
dengan
berdiri
dan
berkeliling, sehingga benar-benar mengetahui kondisi siswa di kelas tersebut.
46
Dalam memberikan materi pelajaran di kelas, guru berpenampilan sangat rapi. Menggunakan baju, celana standart dan berpeci, akan tetapi tidak menggunakan sepatu. Karena memang Madrasah Aliyah Al-Irsyad tidak mewajibkan penggunaan sepatu untuk guru maupun siswa. Di akhir kegiatan pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan sesuai dengan materi pelajaran. Setelah itu guru menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut dengan sangat jelas. Dan selanjutnya, guru membuat kesimpulan tentang pelajaran tersebut dengan bahasa yang sederhana dan ringkas.
8. Keunikan- keunikan dan corak khusus Madrasah Madrasah Aliyah Al-Irsyad Tengaran memiliki keunikan-keunikan dan corak khusus, yang mana hal ini jarang didapatkan di sekolah-sekolah lain pada umumnya. Tentu, corak khusus ini tidak diterapkan begitu saja, akan tetapi semuanya berdasarkan atas sebuah prinsip dan pemahaman yang ada. Diantara corak khusus tersebut adalah54: a. Pemisahan antara siswa dan siswi. Sampai sekarang, semua siswa yang ada di MA Al-Irsyad Tengaran semuanya adalah laki-laki. Tidak ada satupun siswi yang belajar di sekolah tersebut. Hal ini berkaitan dengan sebuah pandangan, bahwa pergaulan atau interaksi antara golongan laki-laki dan wanita itu harus dibatasi. Tidak seeloknya laki- laki dan wanita itu bergaul atau berhubungan secara bebas dan berlebihan. Dalam syari‟at islam, telah dijelaskan tata cara pergaulan yang syar‟i antara laki- laki dan wanita. Diantara tata cara tersebut adalah:
54 M.Syi‟aruddin, Kepala MA Al-Irsyad Tengaran, wawancara, 06 Desember 2014.
47
1) Menjaga pandangan. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur‟an Surat An-Nuur Ayat 30–31:
ُ َاس ِه ْى َو ٌَحْ ف ٌَّ ِظىا فُ ُشو َج ُه ْى رَانِكَ أ َ ْص َكى نَ ُه ْى إ َ (( قُم ِنّ ْه ًُؤْ ِيٍٍَُِ ٌَغُضُّىا ِي ٍْ أ َ ْت ِ ص ْ َاسه ٍَِّ َو ٌَحْ ف ٍَظ ِ َو قُم ِنّ ْه ًُؤْ ِيَُا. ٌَصَُؼُى ُ خ ٌَ ْغ ْ ٌَ ٍش تِ ًَا ٌ ِللاَ َخث َ ضضٍَْ ِي ٍْ أ َ ْت ِ ص َ فُ ُشو َج ُه ٍَّ َو ََل ٌُ ْثذٌٍَِ ِصٌَُر َ ُه ٍَّ إِ ََّل َيا ٍَّ ػهَى ُجٍُىتِ ِه َ ٍَِّ ظ َه َش ِي ُْ َها َو ْنٍَض ِْشتٍَْ تِ ُخ ًُ ِشه ٍَّ َاء تُؼُىنَرِ ِه ِ ُاء تُؼُىنَرِ ِه ٍَّ أ َ ْو أ َ ْت ِ ََو ََل ٌُ ْثذٌٍَِ ِصٌَُر َ ُه ٍَّ إِ ََّل ِنثُؼُىنَرِ ِه ٍَّ أ َ ْو َءاتَائِ ِه ٍَّ أ َ ْو َءات ْ سائِ ِه ٍَّ أ َ ْو َيا َيهَ َك ٍَّ د أ َ ٌْ ًَاَُ ُه َ َِ أ َ ْو إِ ْخ َىاَِ ِه ٍَّ أ َ ْو تَُِى إِ ْخ َىاَِ ِه ٍَّ أ َ ْو تَُِى أَخ ََىاذِ ِه ٍَّ أ َ ْو ْ ٌَ انط ْف ِم انَّزٌٍَِ نَ ْى ّ ِ انش َجا ِل أ َ ِو ػهَى ّ ِ ٍَاإل ْستَ ِح ِي َ ظ َه ُشوا ِ أ َ ِو انرَّاتِؼٍٍَِ غ ِ ْ ٍَش أُو ِنى اء َو ََل ٌَض ِْشتٍَْ تِأ َ ْس ُج ِه ِه ٍَّ ِنٍُ ْؼهَ َى َيا ٌ ُْخفٍٍَِ ِي ٍْ ِصٌَُرِ ِه ٍَّ َوذُىتُىا ِإ َنى ِ ػ ْى َسا ِ س َ َ ُِّ خ ان )) ٌَللاِ َج ًٍِؼًا أٌَُّهَ ْان ًُؤْ ِيُُىٌَ نَ َؼهَّ ُك ْى ذ ُ ْف ِه ُحى Artinya : Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali barang yang lahir yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung
ke
dadanya,
dan
janganlah
menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau puteraputera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
48
sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. Ibnu Katsir Rahimahullahu berkata: “Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala untuk para wanita yang beriman, yang mana hal tersebut merupakan pembeda antara wanita yang beriman dengan wanita yang tidak beriman. Firman Allah Ta’ala: “Dan hendaklah mereka menjaga kemaluan”, Sa‟id bin Jubair berkata: “Menjaga dari
keburukan-keburukan”.
Qatadah
dan
Sufyan
berkata:
“Menjaga dari apa-apa yang tidak halal untuk mereka”. Muqatil berkata: “Menjaga mereka dari perzinaan”.55 Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya, dari Jarir bin Abdullah berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallama tentang pandangan yang tidak sengaja, maka beliau memerintahkanku untuk memalingkan pandangan tersebut”.56 2) Tidak berduaan dengan wanita yang bukan mahram. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallama bersabda:
))ِي َي ْح َش ٍو ْ ِ(( َلَ ٌَ ْخهُ َى ٌَّ َس ُج ٌم ت ْ اي َشأ َ ٍج إَِلَّ َي َغ ر Artinya: “Janganlah sekali- kali seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang wanita, kecuali disertai dengan mahram”.57 Mahram adalah golongan yang tidak boleh untuk dinikahi, baik secara permanen atau karena sebab- sebab tertentu. 3) Tidak ikhtilath (campur) antara laki- laki dan wanita, kecuali untuk kebutuhan yang sangat penting dan mendesak. Terjadinya interaksi langsung antara laki- laki dan wanita yang bukan mahram, tanpa didasari atas sebuah kebutuhan yang 55 Ibnu Katsir, Tafsir Al- Qur’an Al- Adhim, Muassasah Ar-Rayan: 375. 56 HR. Muslim: 2159. 57 HR. Bukhari: 9/ 330, HR. Muslim: 1341.
49
mendesak, bisa menyebabkan lahirnya hal-hal yang negatif, minimalnya adalah gangguan hati. Jika kita mengamati praktek shalat berjamaah, maka kita bisa melihat bahwa ada pemisahan antara posisi laki-laki dan wanita. Posisi laki- laki berada di depan dan wanita berada di belakang. Posisi terbaik untuk laki- laki dalam shalat berjama‟ah adalah barisan paling depan. Sedangkan posisi terbaik untuk wanita adalah barisan paling belakang. Ada jarak yang harus dijaga antara laki- laki dan wanita. 4) Tidak diperbolehkannya bersalaman antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram. Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallama bersabda:
ْ ٌ ٌْ َ (( ِِل س َّ ًَ ٌَ ٌْ َ ُطؼٍََ فِ ًْ َسأْ ِس أَ َح ِذ ُك ْى ِت ًِ ْخٍَطٍ ِي ٍْ َح ِذ ٌْ ٍذ َخٍ ٌْش نَهُ ِي ٍْ أ )) ُْاي َشأَج ً َلَ ذَ ِح ّم نَه Artinya: “Jika kepala salah seorang diantara kalian ditusuk dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik untuknya, daripada harus bersentuhan dengan wanita yang bukan mahram”.58 Teladan kita yaitu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallama tidak pernah menyentuh tangan (bersalaman) wanita yang bukan mahram beliau, bahkan ketika beliau membai‟at para Shahabiyat sekalipun. Itulah beberapa alasan yang melatarbelakangi sebuah pilihan, dipisahkannya antara siswa dan siswi di MA Al-Irsyad Tengaran. Ini lebih mengedepankan prinsip Syaddu Ad-dzaraai’ (kehati-hatian) dalam menjaga pergaulan, sehingga hal-hal negatif yang sangat mungkin lahir dari hubungan laki- laki dan wanita bisa dihindari sejak dini.
58 HR. Thabrani, dalam Al- Kabir: 20/211.
50
b. Kewajiban untuk memanjangkan jenggot bagi yang memilikinya. Memanjangkan jenggot bagi golongan laki-laki merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan. Memanjangkan disini bukan berarti berusaha menjadikan jenggot agar tumbuh panjang, dengan obat-obat
perangsang
rambut. Akan tetapi
maksudnya adalah
membiarkan jenggot tumbuh dan panjang secara alami. Tidak dipendekkan atau dicukur. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallama bersabda:
َّ (( خَا ِنفُ ْىا ان ًُ ْش ِش ِكٍٍَْ َو أ َ ْحفُ ْىا ان )) انهّ َحى ِ ب َو أ َ ْوفُ ْىا َ ش َى ِاس Artinya: “Selisihilah orang-orang musyrik, pendekkanlah kumis dan panjangkanlah jenggot”.59 Memanjangkan jenggot berarti membiarkan jenggot dan tidak mencukurnya sedikitpun. Ini berlaku bagi orang yang memiliki jenggot. Bagi orang yang tidak memiliki jenggot, maka tidak perlu memaksakan diri untuk memanjangkan jenggotnya dengan menggunakan obat-obat perangsang. c. Larangan untuk memanjangkan celana atau sarung melebihi mata kaki (isbal). Diantara dalil-dalil yang melatarbelakanginya adalah Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallama:
)) انُاس ِ ًِاإلصَ ِاس فَ ُه َى ف ِ ٍَ(( َيا أ َ ْسفَ َم ِي ٍْ ان َك ْؼثٍَ ٍِْ ِي Artinya: “Sarung yang berada di bawah mata kaki, mata tempatnya berada di dalam neraka”.60 Para Ulama menjelaskan bahwa larangan ini tidak hanya berlaku untuk sarung saja, akan tetapi mencakup semua kain yang dipakai oleh laki- laki. Termasuk di dalamnya adalah celana.
59 HR. Muslim: 625 60 HR. Bukhari: 5787.
51
d. Kewajiban untuk menggunakan bahasa Arab dalam komunikasi seharihari, baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Kewajiban ini berlaku selama 24 jam, kecuali di hari libur. e. Kurikulum yang digunakan merupakan perpaduan antara kurikulum Kementerian
Kebudayaan
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah,
Kementerian Agama RI dan Kementerian Pendidikan Kerajaan Saudi Arabia. f. Buku ajar untuk mata pelajaran agama dan bahasa Arab, menggunakan buku yang berbahasa Arab. g. Adanya Native Speaker dari Kerajaan Saudi Arabia. h. Menggunakan
sistem
Boarding
School,
dimana
semua
siswa
diwajibkan untuk tinggal di area sekolah selama 24 jam penuh. i. Adanya kelas khusus Matrikulasi atau Persiapan Bahasa selama satu tahun. Kelas ini dikhususkan bagi siswa-siswa sekolah luar yang akan melanjutkan di MA Al-Irsyad Tengaran. j. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di pagi, sore dan malam hari. k. Siswa yang terbukti mencontek pada saat Ujian Akhir Semester 1, akan dikeluarkan dari ruang ujian dan mendapatkan nilai 0 (nol) dipelajaran yang diujikan. l. Siswa yang terbukti mencontek pada saat Ujian Akhir Semester 2, akan mendapatkan hukuman tidak naik kelas. m. Kenaikan kelas siswa ditentukan melalui penggabungan nilai di semester 1 dan semester 2, dengan persentase: (nilai semester 1 + (2x nilai semester 2) : 3. n. Kenaikan kelas siswa ditentukan dengan nilai afektif yang didapatkan siswa selama 1 Tahun Pelajaran. Nilai afektif adalah hasil dari pengamatan Bidang Kesiswaan, terhadap akhlak siswa. Misalnya: peran aktif siswa dalam mengikuti kegiatan Madrasah, prestasi akademik, prestasi dalam perlombaanperlombaan, kerajinan dalam melaksanakan ibadah, kedisiplinan di kelas dan di lingkungan sekolah, kesopanan dan aspek-aspek yang lain.
52
B. Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur’an As-Surkati Salatiga 1. Sejarah dan letak geografis Madrasah Aliyah Tahfizhul Al Qur’an As Surkati Salatiga adalah salah satu unit pendidikan yang berada dibawah naungan Yayasan Lembaga Penelitian Ilmu-Ilmu Agama Islam dan Dakwah ( YLPIA) Pusat Surakarta. Madrasah ini berlokasi di jalan Diponegoro 115 Salatiga (satu lokasi dengan SMP dan SMK Sultan Fattah Salatiga). Bisa dikatakan Madrasah Aliyah ini merupakan pengembangan dari Madrasah Aliyah Islamiyyah As Soorkaty Salatiga yang sudah berdiri sejak tahun 1988. Seiring dengan banyaknya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang didirikan di Kota Salatiga dan sekitarnya, Madrasah Aliyah Islamiyah As
Soorkaty
Salatiga, sejak tahun 2008 jumlah siswanya
mengalami penurunan yang sangat drastis, bahkan pada tahun pelajaran 2010 madrasah ini sudah tidak
ada lagi siswanya. Maka untuk
melestarikan eksistensi Madrasah Aliyah swasta yang tinggal satu-satunya di Kota
Salatiga ini, Yayasan LPIA Pusat
Surakarta kemudian
mengembangkanya menjadi Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As Surkati dengan program studi Ilmu Pengetahuan Alam. Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As Surati ini memiliki ciri khusus: a. Memadukan kurikulum Departemen Agama dan Kurilulum pesantren secara proporsional. b. Menggunakan sistem pendidikan boarding school dengan program unggulan menghafal Al Qur‟an 30 juz. c. Beban belajar seperti yang ditetapkan dalam kurikulum ditempuh oleh siswa selama 4 tahun, kecuali siswa yang yang memenuhi syarat untuk mengikuti program percepatan atau akselerasi. d. Khusus mata pelajaran syar`i dan bahasa Arab menggunakan buku muqorror berbahasa Arab. e. Peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan semuanya laki-laki.
53
Ijin pengubahan nama dari Madrasah Aliyah Islamiyyah As Soorkaty menjadi Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As Surkati, dikeluarkan oleh Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa
Tengah,
dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah. Dengan upaya pengembangan seperti itu, Madrasah Aliyah swasta yang tinggal satu-satunya di Kota
Salatiga
ini dapat eksis hingga
sekarang, bahkan dari tahun ke tahun mengalami kemajuan. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya minat masyarakat menyekolahkan anak-anaknya di Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As Surkati Salatiga.
2. Identitas Madrasah Nama Madrasah
: Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As Surkati
Penyelenggara Madrasah
: YLPIA Pusat Surakarta Jl. Kapten Mulyadi106, Pasar Kliwon 57113 Surakarta
NSM
: 131233730001
NPSN
: 20363036
Status Madrasah
: Swasta
NPWP
: 2105416111526000
Alamat Madrasah Jalan
: Jl. Diponegoro 115 Salatiga
Telepon
: (0298)313842
Website dan Email
: www.matiq-assurkati.sch.com. / matiq surkati @gmail.com
Provinsi
: Jawa Tengah
Kabupaten/ Kota
: Salatiga
Kecamatan
: Sidorejo
Kelurahan
: Sidorejo Lor
Kode Pos
: 50714
54
Dokumen Pendirian Madrasah a. Nomor SK Pendirian
: Mk.02/5/PP.006/0542/1988
b. Tanggal SK Pendirian
: 3/10/1988
c. No. SK Ijin Operasional
: WK/5.d/208/Pgm/MA/1990
d. Tgl. SK Ijin Operasional
: 7/6/1990
Perubahan Nama Madrasah a. Nama Madrasah Lama
: Madrasah Aliyah Islamiyah As Soorkati
b. Nama Madrasah Baru
: Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur‟an As Surkati
c. No. SK Perubahan Nama
: Kw. 11.2/5/PP.00/005/2014
d. Tanggal SK Perubahan
: 2/01/2014
Akreditasi a. Status Akreditasi
: Terkreditasi B
b. Tahun Akreditasi
: 2006
c. No. SK Akreditasi
: Kw.11.4/4 PP.03.2/625.32
d. Tanggal SK Akreditasi
: 11/04/2006
e. Waktu Penyelenggaraan
: Pagi
55
3. Visi, Misi dan Tujuan a. Visi Madrasah: “Terbentuknya pribadi unggul, hafizh, beraqidah shohihah, berilmu, berakhlaqul karimah, berjiwa da‟i serta peduli dan tretampil dalam menyelesaikan problematika Umat”. b. Misi Madrasah: 1) Mendirikan lembaga pendidikan yang islami, professional, berbasis pondok pesantren Tahfizhul Qur‟an. 2) Menyelenggarakan pendidikan formal yang berkualitas dan bimbingan tahfizhul Qur‟an. 3) Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang produktif, efektif, efisien, transparan dan akuntabel. 4) Menyelenggarakan
pendidikan
berkarakter
Qur‟ani
sebagai
penyangga Negara Kesatuan Republik Indonesia, Panacasila dan UUD 1945. c. Tujuan Madrasah: 1) Mencetak pribadi hafizh, beraqidah shohihah, berakhlaqul karimah serta menguasai ilmu pengetahuan agama dan sains. 2) Menyiapkan kader umat dan kader bangsa yang cakap, terampil dan berdedikasi terhadap agama dan bangsa. 3) Menyiapkan kader umat dan bangsa yang memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap problematika umat.
56
4. Struktur Organisasi a. Yayasan LPIA Pusat Surakarta Ketua Pembina
: H. Nukman Achmad Sungkar
Anggota Pembina
: H. Ahmad Abdul karim Attamimi
Ketua
: H. Adib Ahmad Sungkar
Wakil Ketua
: Humam Nukman Sungkar, S.T, M,Sc
Sekretaris
: dr. Affan Ahmad Sungkar
Bendahara
: dr. Affan Ahmad Sungkar
Pengawas
: Ir. Sofwan Ahmad Sungkar
b. Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur’an ( MATIQ) As Surkati Dewan Pengasuh
: H. Eman Badru Tamam, Lc : H. Syihabuddin AM. Al Hafizh : Dr. H. Badaruddin, M.Ag
Mudir
: Diding Fathuddin, S. Pd.I
Kepala Madrasah
: Abda Lail Isro, S. Pd
Waka Kurikulum dan TU
: Drs. Suratman
Waka Kesiswaan
: Ahmad Arifin, S. Pd.I
Waka sarpras dan IT
: Dimas Gigih Damarsasi, S. Pd
Mas‟ul Tahfizh
: Abdullah Rifqi, al Hafizh
Kesantrian
: Abdul Kadir, Lc
c. Komite Madrasah Ketua
: Drs. Muryanto Hadi
Sekretaris
: Ilham Basuki
Bendahara
: Dr. Sri Suyanto, Sp.OG
Penggalian Sumber daya Madarasah
: Selamet Santoso, SE., M.M
Pengembangan Sarana Pesantren
: Abdul Wahab
Pengelolaan Dana Masyarakat
: Armaidi
Pengendalian Kualitas Pelayanan Pendidikan
: Drs. H. Ahmad Darsuki
Sarana dan Prasarana
: Suhartono
Usaha Pesantren
: Didin Sulistya
57
d. Tenaga Pendidik dan Kependidikan Ulumul Qur‟an
: Diding Fathuddin, S. Pd.I, Al- Hafidz
Fisika
: Muh. Kholil, S. Pd., M.Sc
Biologi/PKn
: Abda Lail Isro, S. Pd
Aqidah/SKI
: Abdul Kadir, Lc
Tafsir/Fiqih
: Richi Fajar, Lc
Bahasa Arab
: Ahmad Shofi Muhyiddin, Lc
Tajwid/Tahfizh
: Abdullah Rifqi, Al Hafizh
Kimia
: Dimas Gigih Damarsasi, Ss
Bahasa Indonesia/ Hadits
: Drs. Suratman
Bahasa Arab
: Agus Susanto, Al Hafizh
Bahasa Inggris/Sejarah
: Ahmad Arifin, S. Pd.I
Imlak/ Khot
: Arif Rahman Hakim, S.Pd.I
Matematika
: Wachid Nugroho, S.Si
Geografi
: Makmun Ansori, S.Pd
Penjasorkes
: Eri Munandar
Tahfizh
: Abdurrohman., Al Hafizh : Pupung Furqon, Al Hafizh : Fathul Bahri, Al Hafizh : Gholibul Islami, Al Hafizh : Amrol Musyrifin, Al Hafizh
58
5. Target Kompetensi Lulusan: Dimensi
: Kualifikasi Kemampuan
Sikap
: Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai
cerminan
bangsa
dalam
pergaulan dunia. Pengetahuan
: Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.
Keterampilan
: Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.
59
6. Prestasi yang pernah diraih (empat tahun terakhir): -
Juara umum MHQ Kota Salatiga, 2010
-
Juara umum MHQ Kota Salatiga, 2011
-
Juara umum MHQ Kota Salatiga, 2012
-
Juara umum MHQ Kota Salatiga, 2010
-
Juara 3 MHQ cabang 20 juz, Jawa Tengah, 2011
-
Juara 1 MHQ cabang 10 juz, Jawa Tengah, 2013
-
Juara 1 MTQ cabang fahmil qur`an Jawa Tengah, 2013
-
Juara 1 dan 2 KSM mata pelajaran biologi
-
Juara 1 dan 2 KSM mata pelajaran kimia Kota Salatiga, 2014
-
Juara 1 dan 2 KSM mata pelajaran matematika Kota Salatiga, 2014
-
Juara 3 KSM mata pelajaran fisika Kota Salatiga, 2014
-
Juara 1 KSM mata pelajaran matematika Kota Salatiga, 2014
-
Juara 3 KSM mata pelajaran matematika Jawa Tengah, 2014
-
Juara 1, 2, dan 3 Pertandingan Wushu di STAIN Kota Salatiga, 2011
-
Juara 1 dan 2 pertandingan wushu cabang sanso Kota Salatiga, 2011
-
Juara 1 dan 2 tenis meja Kota Salatiga, 2013
-
Juara 1 dan 2 renang Kota Salatiga, 2013
Kota Salatiga, 2014
7. Gambaran proses kegiatan belajar mengajar pelajaran fikih di kelas Secara umum, proses kegiatan belajar mengajar Fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati hampir sama dengan proses kegiatan belajar mengajar Fikih di MA Al-Irsyad Tengaran. Hanya saja, dalam beberapa kesempatan, guru menggunakan masjid sebagai tempat belajar. Bahkan hal ini merupakan pilihan utama para guru. Mereka cenderung lebih nyaman menyampaikan pelajaran di masjid dengan bentuk halaqah. Kegiatan belajar mengajar dengan bentuk halaqah adalah ketika guru duduk di kursi atau duduk di lantai, kemudian para siswa duduk mengelilingi guru tersebut. Ini adalah cara klasikal dalam kegiatan belajar mengajar. Cara ini sangat efektif jika jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran tidak banyak. Guru dapat memantau dan melihat keadaan
60
siswa dengan baik. Akan tetapi menjadi sangat tidak efektif jika jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran sangat banyak. Guru tidak akan mampu untuk mengamati keadaan siswa dengan baik. Proses kegiatan belajar mengajar fikih di MA Tahfidzul Qur‟an AsSurkati disesuaikan dengan bab-bab yang ada di buku ajar, yaitu Kitab Fikih Sunnah yang ditulis oleh Syaikh Sayyid Sabiq.61
8. Keunikan- keunikan dan corak khusus Madrasah Diantara keunikan-keunikan yang ada di MA Tahfidzul Qur‟an AsSurkati adalah62: a. Banyaknya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di masjid. b. Tidak ada siswi yang belajar di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati. Semua siswa yang belajar adalah laki-laki. Ini tentu berkaitan erat dengan pandangan atau pendapat bahwa laki-laki dan wanita tidak diperkenankan untuk ikhtilath, kecuali jika ada kebutuhan yang mendesak. Sehingga sampai saat ini, MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati tidak menerima seorang siswipun. c. Larangan untuk mengenakan sarung atau celana di bawah mata kaki. d. Muatan pelajaran hafalan al-Qur‟an yang cukup banyak, yaitu 12 jam pelajaran sepekan. e. Muatan pelajaran bahasa Arab yang cukup banyak, yaitu 10 jam pelajaran sepekan. Muatan pelajaran hafalan al-Qur‟an dan bahasa Arab memiliki porsi 50% dari total pelajaran yang ada. Total jam pelajaran dalam setiap pekan adalah 44 jam pelajaran.
61 Abdul Qadir, Guru mata pelajaran Fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga, wawancara, 14 Desember 2014. 62 Abdul Qadir, Guru mata pelajaran Fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga, wawancara, 14 Desember 2014.
61
BAB. IV Pembelajaran Fikih Dengan Menggunakan Bahasa Arab A. Alasan Dari Pelaksanaan Pembelajaran Fikih Dengan Menggunakan Bahasa Arab Seperti telah dijelaskan dalam bab. pertama, bahwa hubungan antara bahasa Arab dan fikih sangatlah erat. Karena adanya keterkaitan inilah maka pelaksanakan pembelajaran fikih di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfizhul Qur‟an As Surkati disampaikan dengan menggunakan bahasa Arab. Suharlan,Lc63 dan Abdul Qadir,Lc 64 mengemukakan, bahwa diantara beberapa sebab yang melatar belakangi penggunaan bahasa arab dalam pembelajaran fikih adalah: 1. Referensi asli pelajaran fikih menggunakan bahasa Arab. Fikih merupakan salah kajian ilmu dari banyak ilmu yang diajarkan agama islam. Selain fikih, ada pelajaran tauhid, hadits, musthalah hadits, usul fikh, tafsir, ulumul qur‟an, faraidh dan yang lainnya. Ilmu-ilmu ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam agama islam. Siapapun yang ingin mendalami ajaran islam, sangat dianjurkan untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut. Pada masa Rasulullah masih hidup, para shahabat mempelajari hukum-hukum islam langsung dari beliau. Mereka bertanya kepada beliau tentang semua hal yang berkaitan dengan permasalahan agama. Baik secara langsung atau dengan mengutus seseorang untuk bertanya kepada beliau. Pada masa ini, istilah fikih belum begitu populer, karena memang tidak ada kebutuhan untuk itu.
63
64
Suharlan, Guru mata pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad, wawancara, 11 Desember 2014.
Abdul Qadir, Guru mata pelajaran Fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga, wawancara, 14 Desember 2014.
62
Begitu juga pada masa Shahabat. Para Thabi‟in yang ingin mengetahui hukum-hukum islam, mereka akan bertanya kepada para shahabat secara langsung atau dengan mengutus utusan. Para Shahabat adalah murid dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallama. Sedangkan para Thabi‟in adalah murid para Sahabat. Setelah masa ini berlalu, barulah lahir ulama-ulama yang menyusun materi-materi fikih ke dalam satu buku. Tujuannya adalah untuk memudahkan masyarakat dalam memahami permasalahan fikih. Buku-buku tersebut merupakan hasil pemikiran para ulama yang menyusunnya. Banyak sekali buku yang telah ditulis. Akan tetapi dari banyak ulama yang menyusun atau berpendapat dalam permasalahan fikih, hanya ada empat aliran atau madzhab yang sangat populer, yaitu madzhab Hanafi, madzhab Maliki, madzhab Syafi‟i dan madzhab Hambali. Diantara buku-buku yang populer di masing-masing madzhab tersebut adalah: a. Madzhab Hanafi: 1) Badai’ Shana’i’ 2) Fathul Qadir 3) Hasyiyah Ibnu Abidin b. Madzhab Maliki: 1) Ad-Dhakhirah 2) Asy-Syarh As-Shaghir 3) Al-Mudawanah Al-Kubra c. Madzhab Syafi‟i: 1) Al-Umm 2) Mukhtashar Al-Muzanni 3) Al-Muhadzdzab d. Madzhab Hanbali: 1) Al-Mughni 2) Asy-Syarh Al-Kabir
63
3) Kasysyaaful Qana’ Semua buku-buku fikih yang merupakan buku standart di masingmasing madzhab, ditulis dengan menggunakan bahasa Arab. Sehingga bagi siapapun yang ingin menguasai permasalahan fikih, maka dia harus menguasai bahasa Arab. Tidak mungkin seseorang mampu untuk menguasai permasalahan fikih dengan baik, kecuali dengan menguasai bahasa Arab terlebih dahulu. 2. Latihan untuk para siswa agar terbiasa berinteraksi langsung dengan perkataan para ulama. Para ulama Islam cenderung menyusun buku-buku mereka dengan menggunakan bahasa Arab. Mengapa demikian? Karena tidak mungkin seseorang akan mencapai derajat ulama, kecuali jika dia menguasai bahasa Arab terlebih dahulu. Para ulama dari kalangan Shahabat, Thabi‟in, Tabi‟ Thabi‟in dan ulama-ulama yang datang setelah mereka, menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang mereka gunakan dalam menyampaikan materimateri agama. Baik ketika sedang berceramah atau dalam buku-buku yang mereka tulis. Tentu ada nilai yang berbeda ketika seseorang membaca atau mendengar perkataan Imam Syafi‟i yang berbunyi:
"س َىا ٌء َ َْ َ فَأ،ٍة قَُُ ْىع َ ُْ "فَئِرَا َيا ُك ٍ د رَا قَ ْه َ د َو َيا ِنكُ انذُّ ٍََْا Dengan terjemahan dari perkataan tersebut, yaitu: “Jika engkau memiliki hati yang qana’ah, maka engkau memiliki kedudukan yang sama dengan penguasa dunia”. Ketika seseorang membaca atau mengatakan perkataan Imam Syafi‟i di atas sesuai dengan teks Arab yang asli, maka orang tersebut akan merasakan nilai yang mendalam dari ungkapan yang ada. Mengapa demikian? Karena dia akan mengetahui dan merasakan perkataan Imam Syafi‟i yang asli, sesuai dengan apa yang telah beliau sampaikan. Ini berbeda jika dia mendapatkan perkataan tersebut dalam kalimat terjemahan dalam bahasa yang lain. Ada nuansa yang berbeda. Bukan lagi
64
perkataan asli Imam Syafi‟i yang dia dapatkan. Hanya perkataan yang diterjemahkan. Belum lagi jika penterjemah yang menterjemahkan kalimat tersebut ke dalam bahasa lain, tidak mampu untuk memberikan kalimat terjemahan yang tepat. Sehingga pada akhirnya, nilai yang kita rasakan tentu akan berbeda. 3. Peningkatan penguasaan bahasa Arab. Proses pembelajaran Fikih dengan menggunakan bahasa Arab juga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan bahasa Arab. Dalam berbahasa, ada empat kemampuan yang harus dikuasai, yaitu: a. Kemampuan mendengar b. Kemampuan menulis c. Kemampuan membaca d. Kemampuan berbicara Ketika guru menjelaskan materi fikih dengan bahasa Arab, maka para murid akan terbiasa untuk mendengarkan kalimat-kalimat bahasa Arab dan selanjutnya adalah latihan keterampilan untuk memahami kalimat Arab yang dia dengarkan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan dan jawaban ujian yang ditulis dengan menggunakan bahasa Arab, juga merupakan ajang latihan bagi siswa untuk menulis Arab. Mereka akan terbiasa menulis kalimat dengan menggunakan bahasa Arab. Buku-buku referensi dan bahan ajar fikih yang menggunakan bahasa Arab, akan mendorong para siswa untuk berlatih dalam membaca dan memahami kalimat-kalimat Arab. Jika hal ini dilakukan secara terusmenerus, maka kemampuan siswa dalam mentelaah kalimat-kalimat atau ungkapan-ungkapan dalam bahasa Arab akan meningkat. Kemampuan membaca yang dimiliki siswa dapat membantu keterampilan berbicara. Ketika seorang siswa terbiasa membaca ungkapan-ungkapan dalam bahasa Arab, maka hal itu akan membantunya dalam berbicara dengan menggunakan bahasa Arab. Apalagi jika siswa tersebut mampu menghafal ungkapan-ungkapan tersebut.
65
Kemampuan berbicara ini juga dapat ditingkatkan dengan adanya diskusi dan kewajiban untuk menyampaikan pertanyaan-pertanyaan di kelas dengan menggunakan bahasa Arab.
4. Melatih keterampilan dalam menguasai kitab-kitab fikih yang berbahasa Arab. Penggunaan bahasa Arab dalam pembelajaran fikih juga dapat membantu siswa untuk membiasakan diri dalam berinteraksi dengan kitabkitab fikih berbahasa Arab. Masing-masing kitab fikih yang disusun oleh para ulama cenderung memiliki ciri khas tersendiri. Baik ciri khas dalam penyusunan ungkapan atau ciri khas dalam istilah-istilah khusus. Masingmasing kitab yang disusun tidaklah sama. Penguasaan yang mendalam terhadap kitab-kitab tersebut tentu tidak akan bisa didapatkan, kecuali ketika siswa terbiasa mentelaah bukubuku atau kitab-kitab berbahasa Arab. Semakin mendalam seseorang memahami sebuah kitab, maka dia akan semakin mampu untuk mendapatkan ciri atau corak khas kitab tersebut. 5. Melatih keterampilan menyusun kalimat dalam bahasa Arab. Pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab juga dapat membantu siswa untuk menyusun kalimat-kalimat dengan bahasa Arab. Siswa bisa terdorong untuk mengikuti ungkapan-ungkapan Arab yang ada di buku ajar atau terdorong untuk mengikuti gaya bicara guru fikih di kelas. Menyusun kalimat merupakan sebuah keterampilan. Tidak semua orang mampu menyusun kalimat yang bagus. 6. Memudahkan siswa untuk menghafalkan dalil-dalil hukum. Kemampuan bahasa Arab yang dimiliki siswa juga bisa membantu siswa untuk menghafalkan dalil-dalil hukum. Dalil-dalil hukum fikih berasal dari al-Qur‟an dan as-sunnah. Yang mana kedua dalil tersebut menggunakan bahasa Arab. Seseorang yang mengetahui bahasa Arab, cenderung lebih mudah untuk menghafalkan al-Qur‟an dan as-sunnah. Mengapa? Karena dengan mengetahui bahasa Arab, maka dia akan
66
mengetahui makna-makna kalimat yang dia hafal, sehingga apa yang dia hafalkan akan benar-benar melekat di hati atau pikiran. Penguasaan
bahasa
Arab
juga
mempengaruhi
kemampuan
membaca al-Qur‟an yang dimiliki seseorang. Orang yang mengetahui bahasa Arab akan mengetahui makna kata-kata dalam al-Qur‟an yang dia baca, sehingga dia mampu untuk melafadzkan kata-kata tersebut dengan jelas dan fasih. Akan nampak perbedaan yang mencolok antara orang yang mengetahui bahasa Arab dan orang yang tidak mengetahui bahasa Arab, ketika keduanya berbicara atau berpidato yang disertai dengan penyebutan dalil-dalil, baik dalil dari al-Qur‟anatau dalil dari as-Sunnah. Orang yang mengetahui bahasa Arab akan melafadzkan dalil-dalil tersebut dengan jelas, karena dia benar-benar mengetahui makna kalimat yang dia ucapkan. Dan ini berbeda dengan orang yang belum mengetahui bahasa Arab dengan baik. 7. Memudahkan siswa dalam melaksanakan ritual keagamaan. Penguasaan bahasa Arab juga mempengaruhi kualitas ibadah yang dilakukan seorang siswa, terutama ibadah-ibadah mahdhah seperti shalat, haji dan lain-lain. Seseorang yang melaksanakan shalat tentu dituntut untuk melafadzkan bacaan-bacaan dalam bahasa Arab. Begitu juga orang yang melaksanakan ibadah haji. Dia dituntut untuk melafadzkan beberapa bacaan dalam bahasa Arab. Orang yang menguasai bahasa Arab, akan mampu untuk melafadzkan do‟a-do‟a yang dibaca dengan baik dan benar. Apalagi bacaan-bacaan yang berkaitan dengan keabsahan ibadah yang dilakukan, seperti bacaan al-Fatihah. Kualitas bacaan al-Qur‟an dapat mempengaruhi keabsahan ibadah shalat yang dilakukan. Contohnya adalah orang yang membaca al-Qur‟an dan melakukan kesalahan yang fatal, seperti ketika merubah huruf atau kata-kata yang ada dalam surat a-Fatihah.
67
8. Tidak perlu menterjemahkan dalil-dalil atau perkataan para ulama. Ketika seorang guru menjelaskan materi pelajaran fikih dengan bahasa Arab, maka guru tersebut tidak perlu menterjemahkan dalil-dalil atau perkataan ulama yang dia sebutkan. Para siswa langsung bisa memahami dalil-dalil tersebut dengan baik tanpa perlu diterjemahkan. Hal ini juga mempengaruhi efisiensi waktu pembelajaran. 9. Persiapan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Proses pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab juga dapat membantu siswa untuk mempersiapkan diri ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu jenjang universitas. Terutama jika universitas yang dituju adalah universitas-universitas di Timur Tengah atau universitas di Indonesia yang berafiliasi dengan universitas yang berasal dari Timur Tengah. Contohnya adalah seorang siswa yang menginginkan untuk melanjutkan pendidikan di Timur Tengah, seperti Universitas Al-Azhar di Mesir, Universitas Islam Madinah di Kerajaan Saudi Arabia atau beberapa Universitas di Sudan, Libia, Yaman dan lain-lain. Adapun universitas di Indonesia yang berafiliasi dengan universitas di Timur Tengah adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta.
68
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pembelajaran Fikih Dengan Menggunakan Bahasa Arab. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab adalah: 1. Latar belakang pendidikan guru mata pelajaran fikih. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, dapat diketahui bahwa rata-rata guru pengajar mata pelajaran fikih yang menggunakan bahasa Arab dalam proses kegiatan mengajar adalah para guru lulusan Universitas di Timur Tengah atau Universitas di Indonesia yang berafiliasi dengan Universitas di Timur Tengah. Contohnya adalah guru mata pelajaran fikih di MA Al-Irsyad Tengaran. Guru yang bernama Suharlan,Lc adalah lulusan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta, sebuah lembaga pendidikan yang merupakan cabang dari Universitas Imam bin Muhammad Su‟ud di Riyadh Saudi Arabia. Beliau menempuh pendidikan S1 jurusan Syari‟ah di lembaga tersebut selama 4 tahun. Kegiatan belajar mengajar di lembaga tersebut dilakukan dengan menggunakan bahasa Arab, mengingat hampir 95% dosen pengajar berasal dari Timur Tengah. Sebagian besar berasal dari Kerajaan Saudi Arabia, ada pula yang berasal dari Sudan, Mesir dan Yaman. Hanya sekitar 5% dosen yang berasal dari Indonesia. Dosen-dosen yang berasal dari Indonesia tersebut juga memiliki kewajiban untuk menyampaikan materi kuliah di kelas dengan menggunakan bahasa Arab.65 Begitu juga dengan guru mata pelajaran fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga, yaitu Abdul Qadir,Lc. Beliau adalah lulusan dari Universitas Internasional Sudan Of Africa. Beliau menempuh pendidikan di Universitas tersebut selama 5,5 tahun. Semua dosen yang mengajar di universitas tersebut menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar perkuliahan, sehingga secara langsung atau tidak langsung, ini 65
Suharlan, Guru mata pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad, wawancara, 11 Desember 2014.
69
akan mempengaruhi kemampuan berbahasa Arab para mahasiswa. Dengan mendengar bahasa Arab dalam proses perkuliahan, kemampuan istima’ (mendengar) para mahasiswa akan meningkat. Begitu juga dengan kemampuan memahami bahasa yang disampaikan. Ini belum ditambah dengan adanya diskusi di kelas, yang tentu akan melatih kemampuan berbicara. Begitu juga dengan kewajiban mengisi jawaban pertanyaanpertanyaan dalam ujian dengan menggunakan bahasa Arab. Kemampuan bahasa Arab juga akan semakin meningkat karena interaksi sehari-hari dengan masyarakat lokal. Dalam kehidupan seharihari, masyarakat Sudan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi, meskipun bahasa yang digunakan sangat kental dengan lahjah (dialek) lokal. Akan tetapi, dalam perkuliahan di kelas, bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab fushah, sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab yang ada.66 2. Kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki oleh guru mata pelajaran fikih. Faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab adalah kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki oleh guru mata pelajaran fikih. Kemampuan ini mencakup empat kemampuan berbahasa yaitu kemampuan mendengar, membaca, menulis dan berbicara. Ketika seorang guru melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas, guru tersebut dituntut untuk berbicara pada saat menjelaskan materi yang diajarkan. Berbicara (ceramah) adalah metode yang paling banyak digunakan para guru pada saat melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Sehingga jika seorang guru ingin melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan bahasa Arab, maka dia harus memiliki kemampuan berbicara dengan bahasa Arab.
66 Abdul Qadir, Guru mata pelajaran Fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga, wawancara, 14 Desember 2014.
70
Seorang guru terkadang harus menulis di papan tulis untuk menjelaskan materi yang dia sampaikan, yang mana hal ini juga membutuhkan kemampuan menulis dengan bahasa Arab. Begitu juga dengan kemampuan membaca dan mendengar yang dia miliki. 3. Kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki para siswa. Tujuan utama dari kegiatan belajar mengajar adalah memberikan pemahaman kepada para siswa tentang materi pelajaran yang diberikan. Seorang guru dikatakan sukses jika berhasil memberikan pemahaman yang baik kepada siswa-siswanya. Begitu juga sebaliknya, seorang guru dikatakan tidak sukses jika tidak mampu memberikan pemahaman yang baik kepada para siswa-siswanya. Proses pembelajaran fikih di kelas tidak akan bisa berjalan dengan baik, kecuali jika para siswa mampu memahami bahasa yang digunakan oleh para guru pengajar. Bahasa yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Dengan bahasa itulah guru bisa menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Jika ada seorang guru yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka harus dipastikan terlebih dahulu bahwa para siswa bisa berkomunikasi dengan bahasa Arab. Minimalnya siswa memiliki kemampuan mendengar bahasa Arab dengan baik. Proses kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, jika para siswa tidak memahami bahasa yang digunakan oleh guru. Kemampuan berbahasa Arab yang dimaksudkan disini adalah kemampuan standart berbahasa sehari-hari dengan kata-kata atau kalimat yang
sederhana.
Kemampuan
yang
cukup
digunakan
untuk
berkomunikasi. Adapun kata-kata atau kalimat yang sulit, maka bisa dijelaskan oleh guru pada saat proses kegiatan belajar mengajar. 4. Peraturan sekolah. Peraturan sekolah merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab. Ketika peraturan ini sudah diterapkan oleh
71
sekolah, maka semua elemen yang terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar akan terikat dengan peraturan yang ada. Guru akan terikat dengan peraturan ini, sehingga dia akan berusaha untuk menjalankan peraturan yang dijalankan sekolah. Para siswa juga akan terdorong untuk menguasai bahasa Arab dengan cepat, karena jika tidak menguasai bahasa Arab, sedangkan para guru menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi di sekolah, maka siswa-siswa tersebut tidak akan mampu untuk memahami pelajaran yang disampaikan di kelas. Terkadang ada guru-guru fikih yang sudah menguasai bahasa Arab, akan tetapi dia tidak terdorong untuk menjadikannya sebagai bahasa pengantar di sekolah, karena tidak ada peraturan yang membatasi. Peraturan ini bisa berlaku secara utuh. Artinya, guru dituntut untuk mengajar dengan menggunakan bahasa Arab 100%. Tidak ada kata-kata selain bahasa Arab yang digunakan. Jika guru ingin menjelaskan makna kata yang sulit, dia bisa menggunakan sinonim kata atau dengan memberikan contoh isyarat gerakan, gambar dan barang. Peraturan juga bisa diterapkan dengan persentase. Artinya, guru berkewajiban menyampaikan pelajaran dengan bahasa Arab, akan tetapi dalam batasan tertentu, guru diperbolehkan menggunakan bahasa selain bahasa Arab. Bisa dengan bahasa inggris, bahasa Indonesia atau bahasa yang lain. Pembatasan ini bisa dilakukan dengan persentase 80% atau batas yang lain. 80% bahasa pengantar yang digunakan guru adalah bahasa Arab.67
67 Suharlan, Guru mata pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad, wawancara, 11 Desember 2014.
72
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Intuitif Guru Dalam Penggunaan Bahasa Arab di Pelajaran Fikih 1. Kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki oleh guru mata pelajaran fikih. Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran intuitif guru dalam penggunaan bahasa Arab di pelajaran fikih adalah kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki oleh guru mata pelajaran fikih. Ketika seorang guru mampu berbahasa Arab dengan baik, maka dia cenderung ingin mengekspresikan kemampuan yang dia miliki dalam proses belajar mengajar. 2. Rasa malu yang dimiliki guru, ketika tidak menggunakan bahasa Arab dalam proses pembelajaran. Ini dimiliki oleh para guru yang sudah memiliki kemampuan bahasa Arab yang baik dan terikat dengan peraturan resmi yang berlaku di sekolah. Dia akan merasa malu jika tidak menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar di kelas. Bagi guru tersebut, praktek penggunaan bahasa bukan lagi hanya sebagai sebuah peraturan, akan tetapi sudah menjadi sesuatu yang benar-benar mengikatnya. Dia tidak memerlukan pengawasan dalam hal ini. Rasa malu yang dia miliki mendorongnya untuk mengikuti peraturan yang dilaksanakan di sekolah. Dia akan sangat malu jika tidak berjalan sesuai dengan peraturan yang ada. 3. Kesadaran untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki guru. Proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan bahasa Arab juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seorang guru. Tidak semua orang memiliki kemampuan berbahasa yang sama. Bisa jadi ada 2 (dua) orang memiliki maksud sama, akan tetapi nilai atau makna yang mereka berdua sampaikan berbeda, jika ungkapan yang disampaikan berbeda. Begitu juga dengan kemampuan bahasa Arab. Ini juga merupakan sebuah keterampilan. Keterampilan ini akan meningkat jika dilatih dengan
73
serius. Salah satu cara melatih kemampuan bahasa Arab adalah dengan menggunakannya secara terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk di dalamnya adalah dengan menggunakan bahasa Arab dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. 4. Kesadaran untuk membantu mengembangkan kemampuan bahasa Arab yang dimiliki siswa. Faktor lain yang mempengaruhi kesadaran intuitif guru dalam menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar pelajaran fikih adalah usaha guru untuk meningkatkan kualitas bahasa Arab yang dimiliki para siswa. Guru merasa berkepentingan untuk mengembangkan bahasa Arab para siswa. Guru benar-benar sadar bahwa bahasa Arab yang dikuasai siswa akan meningkat jika bahasa tersebut digunakan. Pengembangan bahasa Arab yang dimiliki siswa ini bertingkattingkat. Ada yang sudah cukup pandai berbahasa Arab, sehingga dia hanya membutuhkan tambahan kosa kata (mufradat) saja. Ada yang sedangsedang saja, sehingga dia membutuhkan banyak latihan mengungkapkan kalimat dalam bahasa Arab. Ada juga yang penguasaan bahasa Arabnya masih minim, sehingga dia membutuhkan perhatian penuh dalam peningkatan kemampuan mendengar, membaca, menulis dan berbicara. Disini peran guru sangatlah penting. Sebagai contoh, siswa yang tidak bisa menguasai bahasa Arab sama sekali, maka siswa tersebut bisa mulai dikenalkan dengan istilah-istilah dalam bahasa Arab, seperti fikih (fikih), tayamum, istinja‟ dan yang lainnya. Siswa bisa diminta untuk mendengarkan dan menirukan kata-kata tersebut. Dengan begitu dia akan terbiasa untuk mengucapkan kata-kata Arab. Adapun siswa yang memiliki kemampuan sedaang-sedang saja, maka guru bisa memacunya untuk banyak berbicara dan mengungkapkan ide yang dia miliki dengan menggunakan bahasa Arab. Adapun siswa yang kemampuan bahasa Arabnya sudah cukup bagus, maka kemampuan itu bisa dikembangkan dengan memberikan kosa kata (mufradat) yang sulit, sehingga perbendaharaan kosa kata yang dia miliki akan bertambah.
74
5. Kemampuan guru dalam menghafal ayat-ayat dan hadits-hadits hukum. Kemampuan guru dalam menghafal ayat-ayat dan hadits-hadits hukum juga mempengaruhi kesadaran intuitif guru. Guru yang memiliki hafalan ayat-ayat dan hadits-hadits hukum cenderung lebih mudah berbicara
dengan
bahasa
Arab,
mengingat
dalil-dalil
tersebut
menggunakan bahasa Arab. Selain itu, hafalan dalil-dalil juga dapat membantu kelancaran berbicara dengan bahasa Arab. 6. Kemampuan guru untuk mentelaah kitab-kitab referensi fikih. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah kemampuan guru dalam mentelaah
kitab-kitab
referensi
(maraji’).
Guru
yang
memiliki
kemampuan dalam mentelaah kitab berbahasa Arab, cenderung lebih mudah berbicara dengan bahasa Arab. Terkadang guru tersebut akan menggunakan ungkapan-ungkapan yang ada dalam kitab sehingga kalimat yang dia sampaikan sangat indah dan bagus. Bahkan seorang guru bisa menghafal kalimat-kalimat yang ada dalam kitab secara utuh dan kemudian
dia
tinggal
mengungkapkan
berdasarkan hafalan yang dia miliki.
kalimat-kalimat
tersebut
75
D. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Proses Pembelajaran Fikih Dengan Menggunakan Bahasa Arab 1. Beberapa istilah fikih yang cukup sulit difahami. Terkadang ada kata-kata dalam bahasa Arab yang cukup sulit untuk difahami oleh siswa. Kata-kata yang sulit untuk dicari sinonim atau muradifnya. Akan tetapi kata-kata ini ada dalam buku ajar yang digunakan. Contohnya adalah kata ar-rahn, as-salam dan kata-kata lainnya. Ketika penulis menyaksikan proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh Suharlan,Lc di kelas 11 MA Al-Irsyad Tengaran, nampak sekali jika para siswa kesulitan sekali untuk memahami makna kata ar-rahn. Setelah guru begitu lama menjelaskan makna istilah tersebut, baru kemudian guru terpaksa menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ar-rahn adalah gadai. Hal seperti ini menyebabkan proses kegiatan belajar mengajar fikih dengan bahasa Arab menjadi terkendala. Guru terpaksa mengartikan makna kata yang sedang dikaji dengan cara menterjemahkan, dikarenakan sulitnya mendefinisikan atau menjelaskan makna kata yang dimaksud. 2. Kecenderungan sifat pasif dari para siswa penghafal al-qur’an. Hal lain yang bisa menjadi kendala adalah kecenderungan pasif dari para siswa penghafal al-Qur‟an. Abdul Qadir menyatakan bahwa para siswa penghafal al-Qur‟an memiliki kecenderungan untuk menjadi pribadi yang pendiam dan tidak banyak berbicara. 68 Ini sangat dipengaruhi oleh rutinitas menghafal yang memerlukan konsentrasi tinggi. Para penghafal al-Qur‟an lebih suka tidak berbicara banyak karena mereka sibuk dengan murajaah hafalan yang mereka miliki. Hal ini tentu tidak sejalan dengan metode pembelajaran bahasa yang memerlukan keaktifan penuh dari para siswa, diantaranya adalah keaktifan dalam berbicara. Padahal jika hafalan al-Qur‟an bisa berjalan berbarengan dengan keinginan kuat untuk menguasai bahasa Arab, maka 68 Abdul Qadir, Guru mata pelajaran Fikih di MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga, wawancara, 14 Desember 2014.
76
itu adalah sesuatu yang sangat bermanfaat. Siswa bisa terbantu untuk menghafal al-qur‟an, mengingat al-Qur‟anditurunkan dengan bahasa Arab. Begitu juga siswa dapat dapat menggunakan uslub kalam (metode pengungkapan kalimat) yang ada dalam al-qur‟an. 3. Siswa yang kurang bersemangat untuk menggunakan berbahasa Arab. Faktor ketiga ini berkaitan erat dengan kesadaran yang dimiliki oleh para siswa. Siswa masih belum faham dengan manfaat bahasa Arab. Para siswa belum menyadari bahwa bahasa Arab memiliki hubungan yang sangat erat dengan pelajaran fikih.
77
BAB. V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi yang penulis uraikan pada bab sebelumnya dan pengamatan yang dilakukan di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati, maka dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya: 1. Pelaksanaan pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga berjalan dengan baik. Guru mapel fikih menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar di kelas, meskipun hal ini belum berjalan 100%. Dalam beberapa kondisi tertentu, guru tidak menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa Arab, tetapi dengan menggunakan bahasa Indonesia, dikarenakan para siswa kesulitan dalam memahami makna kata yang dimaksud. Pelaksanaan pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga sangat dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki oleh guru, kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki oleh siswa dan kebijakan keharusan menggunakan bahasa Arab yang diterapkan oleh sekolah. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran intuitif Guru dalam penggunaan bahasa Arab di pelajaran ikih adalah: kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki oleh guru mata pelajaran
fikih dan rasa malu yang
dimiliki guru ketika tidak menggunakan bahasa Arab dalam proses pembelajaran. Selain itu kesadaran untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Arab yang dimiliki guru, kesadaran untuk membantu mengembangkan
kemampuan
bahasa
Arab
yang
dimiliki
siswa,
kemampuan guru dalam menghafal ayat-ayat dan hadits-hadits hukum, serta kemampuan guru untuk mentelaah kitab-kitab referensi fikih juga merupakan bagian dari faktor-faktor yang sangat berpengaruh.
78
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga, maka penulis memberikan saran yang mungkin dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab: 1. Perlu adanya dukungan penuh dari sekolah, terutama kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dalam pelaksanaan pembelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab. 2. Di setiap kelas perlu disediakan kamus bahasa Arab seperti Mu’jam Wasith atau Al-Munjid. Atau minimalnya disediakan kamus ArabIndonesia seperti kamus Al-Munawir atau kamus M. Yunus. Adanya kamus di kelas ini akan membantu para guru untuk mengetahui makna kata sulit yang didapati pada saat proses kegiatan belajar mengajar. 3. Sebaiknya guru menyiapkan alat peraga dalam bentuk gambar atau barang untuk menjelaskan makna kata-kata sulit yang didapati dalam proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini tentu memancing guru untuk benarbenar menguasai materi atau bahan ajar yang akan disampaikan di kelas. 4. Perlu adanya pemberian motivasi terus-menerus dari guru kepada siswa tentang pentingnya bahasa Arab bagi siapa saja yang ingin mendalami ilmu syariat. Memberikan pemahaman kepada siswa bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara pelajaran fikih dengan bahasa Arab.
79
Daftar Pustaka Buku: Abdullah Hamud Aba Khail, Sulaiman. Muqaddimah Fii Al-Fikih. Riyadh: Darul Ashimah, 1997. Ahmadi, Abu. Psikologi Umum, Jakarta, Rineka Cipta, 2003. Al-Anbari, Abdurrahman. Nuzhatul Alibba’ fi Thobaqootil Udaba’. Al-Qahirah: Darul Fikri Al- Arabi, 1998. Al-Baihaqi. Manaaqibusy Syafi’i. Al- Qahirah: Daru At-Turats,1970. Al-Baghdadi, Al-Khathib. Al-Jaami’ li Akhlaaqir Rowi wa Adaabis Saami’. Beirut, tanpa tahun. Al-Busti, Ibnu Hibban. Roudhatul Uqala’. As-Syariqah: Darul Fath, tanpa tahun. Al-Hanbali, Ibnu Rajab. Fathul Baari Fii Syarhi Shahih Al-Bukhari. Kairo: Daru Ibni Al- Jauzi, 1425 H. Alimi, Ahmad. Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’. Beirut: Daru Ibni Hazm, 2001. Al-Jazari, Ibnu Al-Atsir. Jaami’ul Ushul fii Ahaaditsir Rasul. Maktabah Darul Bayan, 1969. Al-Qatthan, Manna‟. Mabahits fii Ulumil Qur’an. Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 2009. Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. At-Thahhan, Mahmud. Taisir Musthalah Hadits. Riyadh: Maktabah Darul Ma‟arif, 1987. Djojosuroto, Kinayati. Filsafat Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007. Hermawan, Acep. Rosdakarya, 2011.
Metodologi
Pembelajaran
Bahasa
Arab.
Bandung:
Ismail bin Katsir Al-Qurasyi Ad-Dimasyqi, Abul Fida‟. Tafsir al-Qur’an alAdhim. Beirut: Muassasah Ar-Rayyan, tanpa tahun. J.P Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004. Ladislaus, Naisaban. Psikologi Jung. Jakarta: Grasindo, 2003. Masnur Muslich, I Gusti Ngurah Oka. Perencanaan Bahasa Pada Era Globalisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Nuha, Ulin. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab. Jogyakarta: Diva Press, 2012.
80
Quddamah, Ibnu. Raudhatun Nadhir wa Junnatul Munadhir. Riyadh: Daru Zahim, tanpa tahun. Suharso, Ana Retnoningsih. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya, 2009. Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Muhyidin Abu Zakariya. Syarah Shahih Muslim, Beirut: Darul Qalam,1987.
Penelitian: Hasanah, Ma‟rufatul. Penggunaan Bilingual dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas X SMAN 1 Sooko, Mojokerto: 2004 Hindun, Siti. Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa (Studi Kasus Kelas V di Al-Fath Elementary School Cireundeu), Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2007. Rosmalia. Kesadaran Intuitif Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Penggunaan Media Pembelajaran (Studi Kasus Di Empat Sekolah Menengah Pertama Jakarta Selatan). Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2003. Santi, Paramitha. Efektifitas Penggunaan Media Gambar Dalam Pembelajaran Fikih di MTs.N 19. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2001.
Internet: http://adidesu.wordpress.com/2012/03/02/definisi-bahasa-menurut-para-ahli (27/01/2014) http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa (15/12/2013) http://innerself.com/id/content/self-help/intuition/6031-awareness-aintuition.html/1999 (28/01/2014) http://lib.uin-malang.ac.id (28/03/14) http://rininoviati-math.blogspot.com/2013/01/artikel-pendidikan.html(28/01/2014) http://tugasmanajemen.blogspot.com/2011/03/pengertian-bahasa-fungsi-bahasaragam.html (28/01/2014) http://www.academia.edu/1422547/penggunaan media pembelajaram untuk meningkatkan motivasi siswa (03/01/2014) http://www.tipsmu-tipsku.com/2012/01/manfaat-dan-cara-mengembangkanintuisi (28/01/2014)
81
Lampiran 1: Pedoman Wawancara
Daftar Responden No.
Nama
Keterangan
1
M. Syi‟aruddin, Lc
Kepala MA Al-Irsyad Tengaran
2
Abda Lail Isro, S.Pd
Kepala MA As-Surkati Salatiga
3
Suharlan, Lc
Guru Mapel Fikih MA Al-Irsyad Tengaran
4
Abdul Qadir, Lc
Guru Mapel Fikih MA As-Surkati Salatiga
Indikator Pertanyaan No. 1
Indikator
Pertanyaan
Latar belakang
a. Dimanakah bapak/ibu memperoleh
pendidikan bahasa arab
pendidikan bahasa arab? b. Apakah bapak atau ibu merasa memiliki 4 kemampuan berbahasa dengan baik? (Berbicara, mendengar, menulis, membaca)
2
Motivasi dalam
a. Apakah alasan bapak/ ibu menggunakan
menggunakan bahasa
bahasa arab dalam KBM pelajaran fikih?
arab di KBM pelajaran
b. Apakah bahasa arab merupakan bahasa
fikih
pengantar yang wajib di sekolah tempat bapak/ibu mengajar? c. Apakah bapak/ ibu merasa nyaman dan lebih mudah menggunakan bahasa arab sebagai bahasa pengantar dalam pelajaran fikih? Mengapa? d. Apakah bapak/ ibu merasa malu jika tidak dapat menjelaskan materi fikih dengan menggunakan bahsa arab? Mengapa?
3
Habituasi penggunaan
a. Apakah bapak/ ibu menggunakan bahasa
82
bahasa arab
arab dalam proses KBM mata pelajaran fikih? b. Penggunaan bahasa arab tersebut. Apakah merupakan sebuah kesadaran ataukah sebuah tuntutan dari bagian kurikulum?
4
Manfaat penggunaan
a. Menurut bapak/ ibu, apakah manfaat dari
bahasa arab di pelajaran
penggunaan bahasa arab dalam KBM
fikih
pelajaran fikih? b. Menurut bapak/ ibu, apakah manfaat dari penggunaan bahasa arab dalam KBM fikih bisa didapatkan jika bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa indonesia?
5
Faktor kesulitan
a. Apakah bapak/ ibu merasa kesulitan dalam menyampaikan pelajaran fikih dengan menggunakan bahasa arab? b. Apakah kesulitan- kesulitan yang bapak/ ibu dapatkan?
6
Faktor kemudahan
a. Apakah bapak/ ibu merasa mudah dalam menyampaikan pelajaran fikih dengan menggunakan bahasa arab? b. Apakah kemudahan- kemudahan yang bapak/ ibu dapatkan?
7
Efektifitas penggunaan
a. Menurut bapak/ ibu, apakah penggunaan
bahasa arab dalam
bahasa arab sebagai bahasa pengantar di
pelajaran fikih
pelajaran fikih sudah cukup efektif? Dalam hal apa saja? b. Menurut bapak/ibu, apakah penggunaan bahasa arab dalam pelajaran fikih itu harus dilakukan 100%? Jika tidak, hal- hal apa saja yang harus dilakukan pembatasan (dengan bahasa indonesia)? Mengapa?
83
Daftar Pertanyaan: A. Pertanyaan untuk Kepala Madrasah 1. Apakah keunikan-keunikan
: dan corak Madrasah yang tidak dimiliki
sekolah lain? 2. Apakah penggunaan bahasa arab di kelas bagi guru merupakan sebuah kesadaran ataukah sebuah tuntutan dari bagian kurikulum? 3. Menurut bapak/ibu, apakah manfaat dari penggunaan bahasa arab dalam KBM pelajaran fikih? 4. Apakah bahasa arab merupakan bahasa pengantar yang wajib di sekolah bapak/ibu? 5. Menurut bapak/ibu, apakah penggunaan bahasa Arab dalam pelajaran fikih itu harus dilakukan 100%? Jika tidak, hal- hal apa saja yang harus dilakukan pembatasan (dengan bahasa indonesia)? Mengapa?
B. Pertanyaan untuk guru
:
1. Dimanakah bapak/ibu memperoleh pendidikan bahasa Arab? 2. Apakah bapak atau ibu merasa memiliki 4 kemampuan berbahasa dengan baik? (berbicara, mendengar, menulis, membaca) 3. Apakah bahasa Arab merupakan bahasa pengantar yang wajib di sekolah tempat bapak/ibu mengajar? 4. Apakah bapak/ ibu menggunakan bahasa Arab dalam proses KBM mata pelajaran fikih? 5. Apakah alasan bapak/ ibu menggunakan bahasa Arab dalam KBM pelajaran fikih? 6. Apakah bapak/ ibu merasa nyaman dan lebih mudah menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam pelajaran fikih? Mengapa? 7. Apakah bapak/ ibu merasa malu jika tidak dapat menjelaskan materi fikih dengan menggunakan bahasa Arab? Mengapa? 8. Penggunaan bahasa Arab tersebut. Apakah merupakan sebuah kesadaran ataukah sebuah tuntutan dari bagian kurikulum?
84
9. Menurut bapak/ ibu, apakah manfaat dari penggunaan bahasa Arab dalam KBM pelajaran fikih? 10. Menurut bapak/ ibu, apakah manfaat dari penggunaan bahasa Arab dalam KBM fikih bisa didapatkan jika bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa indonesia? 11. Apakah bapak/ ibu merasa kesulitan dalam menyampaikan pelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab? 12. Apakah kesulitan- kesulitan yang bapak/ ibu dapatkan? 13. Apakah bapak/ ibu merasa mudah dalam menyampaikan pelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab? 14. Apakah kemudahan- kemudahan yang bapak/ ibu dapatkan? 15. Menurut bapak/ ibu, apakah penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar di pelajaran fikih sudah cukup efektif? Dalam hal apa saja? 16. Menurut bapak/ibu, apakah penggunaan bahasa Arab dalam pelajaran fikih itu harus dilakukan 100%? Jika tidak, hal- hal apa saja yang harus dilakukan pembatasan (dengan bahasa indonesia)? Mengapa?
85
Lampiran 2:
Pedoman Dokumentasi
1. Sejarah dan Letak Geografis MA Al-Irsyad Tengaran 2. Identitas Madrasah 3. Visi Dan Misi 4. Struktur Organisasi 5. Target Kompetensi Lulusan 6. Prestasi Yang Pernah Diraih
86
Lampiran 3:
Pedoman Observasi 1.
Mengamati kegiatan belajar mengajar fikih di kelas
87
Lampiran 4:
Catatan Lapangan I Metode Pengumpulan Data
:
Wawancara
Hari/ tanggal
:
Kamis, 11 Desember 2014
Waktu
:
13.00-14.15 WIB
Lokasi
:
RM Mina Kencana Kembang Sari Tengaran
Sumber Data
:
Suharlan, Lc
No. 1
Pertanyaan
Jawaban
Dimanakah bapak/ibu
MTS Al-Irsyad Tengaran, MA Al-
memperoleh pendidikan bahasa
Irsyad, LIPIA Jakarta
Arab? 2
Apakah bapak atau ibu merasa
Bisa
memiliki 4 kemampuan berbahasa dengan baik? (Berbicara, mendengar, menulis, membaca) 3
Apakah bahasa Arab merupakan
Benar. Khususnya untuk pelajaran-
bahasa pengantar yang wajib di
pelajaran agama seperti fikih, usul
sekolah tempat bapak/ibu
fikih, hadits dan yang lainnya
mengajar? 4
Apakah bapak/ ibu menggunakan
Benar
bahasa Arab dalam proses KBM mata pelajaran fikih? 5
Apakah alasan bapak/ ibu
Buku-buku fikih yang berbahasa
menggunakan bahasa Arab dalam
Arab, adanya kewajiban dari bagian
KBM pelajaran fikih?
kurikulum, pembiasaan kepada siswa agar memahami agama dari bahasa aslinya (Arab), tidak perlu menterjemahkan
88
6
Apakah bapak/ ibu merasa
Lebih mudah dan nyaman, karena
nyaman dan lebih mudah
dalil-dalil fikih bersumber dari Al-
menggunakan bahasa Arab
Qur‟andan As-Sunnah yang
sebagai bahasa pengantar dalam
menggunakan bahasa Arab. Selain itu
pelajaran fikih? Mengapa?
tidak perlu menjelaskan dalil-dalil ke bahasa Indonesia
7
8
Apakah bapak/ ibu merasa malu
Merasa malu, karena lulusan
jika tidak dapat menjelaskan
pesantren (selama 6 tahun) dan bisa
materi fikih dengan menggunakan
berbahasa Arab. Kenapa tidak
bahsa Arab? Mengapa?
digunakan?
Penggunaan bahasa Arab tersebut,
Kedua-duanya. Kewajiban dari
apakah merupakan sebuah
sekolah dan juga kesadaran para guru,
kesadaran ataukah sebuah
mengingat seluruh guru maple agama
tuntutan dari bagian kurikulum?
adalah lulusan Timur Tengah (Madinah, Sudan, Mesir dan LIPIA Jakarta)
9
Menurut bapak/ ibu, apakah
Pembiasaan untuk siswa sehingga bisa
manfaat dari penggunaan bahasa
menggunakan bahasa Arab dalam sesi
Arab dalam KBM pelajaran fikih?
tanya jawab, diskusi dan lain-lain, lebih mudah dalam memahami materi fikih mengingat sumber materi pelajaran menggunakan bahasa Arab, menghemat waktu yang seharusnya digunakan untuk menterjemahkan dalil-dalil, membiasakan diri siswa untuk menghadapi jenjang belajar yang lebih tinggi (kuliah di Timur Tengah), kemampuan guru akan menular ke siswa.
89
10
Menurut bapak/ ibu, apakah
Tidak bisa
manfaat dari penggunaan bahasa Arab dalam KBM fikih bisa didapatkan jika bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa indonesia? 11
Apakah bapak/ ibu merasa
Ada, akan tetapi tidak banyak,
kesulitan dalam menyampaikan
meskipun sebagian materi
pelajaran fikih dengan
memerlukan pendalaman khusus dari
menggunakan bahasa Arab?
kitab atau buku-buku asli di setiap madzhab
12
Apakah kesulitan- kesulitan yang
Kata-kata sulit (harus merujuk ke
bapak/ ibu dapatkan?
kitab asli), kata-kata atau istilah baru yang tidak ada dalam kitab-kitab kuno, kendala dalam memahamkan makna kata sulit tersebut kepada siswa
13
Apakah bapak/ ibu merasa mudah
Mudah Alhamdulillah. Minimal 80%
dalam menyampaikan pelajaran
pelajaran fikih harus disampaikan
fikih dengan menggunakan bahasa dalam bahasa Arab, mengingat hak Arab?
setiap siswa untuk memahami buku ajar (yang menggunakan bahasa Arab)
14
Apakah kemudahan- kemudahan
Hafalan ayat-ayat hukum, hafalan
yang bapak/ ibu dapatkan?
hadits-hadits hukum, banyaknya referensi kitab fikih
15
Menurut bapak/ ibu, apakah
Cukup efektif. Pada saat siswa
penggunaan bahasa Arab sebagai
berpidato dia akan mudah
bahasa pengantar di pelajaran
menyebutkan dalil-dalil, siswa lebih
fikih sudah cukup efektif? Dalam
mudah menjelaskan hukum-hukum
90
hal apa saja?
fikih, karena siswa mampu merujuk ke dalil-dalil atau kitab-kitab referensi, memudahkan dalam melaksanakan beberapa ritual ibadah (shalat dan lain-lain), menghemat waktu
16
Menurut bapak/ibu, apakah
Idealnya iya. Akan tetapi jika tidak
penggunaan bahasa Arab dalam
bisa, minimalnya 80%. Kata-kata sulit
pelajaran fikih itu harus dilakukan
dalam bahasa Arab harus
100%? Jika tidak, hal- hal apa saja diterjemahkan ke dalam bahasa yang harus dilakukan pembatasan (dengan bahasa indonesia)? Mengapa?
Indonesia secara langsung
91
Catatan Lapangan II
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari/ tanggal
: Ahad, 14 Desember 2014
Waktu
: 07.05- 07.40 WIB
Sumber Data
: Abdul Qadir, Lc
No.
Pertanyaan
Jawaban
1
Dimanakah bapak/ibu MI di Bima, MTS Muhammadiyah di memperoleh pendidikan bahasa Bima, Mualimin Muhammadiyah Jogya, Ma‟had Ali Al-Birr Makasar, Arab? Universitas Internasional Sudan Of Africa
2
Apakah bapak atau ibu merasa Alhamdulillah baik memiliki 4 kemampuan berbahasa dengan baik? (Berbicara, mendengar, menulis, membaca)
3
Apakah bahasa Arab merupakan Tidak, hanya dianjurkan bahasa pengantar yang wajib di sekolah tempat bapak/ibu mengajar?
4
Apakah bapak/ ibu menggunakan Sering bahasa Arab dalam proses KBM mata pelajaran fikih?
5
Apakah alasan bapak/ ibu Referensi asli (Al-Qur‟andan Asmenggunakan bahasa Arab dalam Sunnah) menggunakan bahasa Arab, agar siswa bisa langsung faham dan KBM pelajaran fikih? mengetahui perkataan asli para ulama, agar bahasa Arab siswa meningkat, melatih siswa dalam membaca dan mentelaah kitab, meningkatkan kemampuan menyusun kalimat (ta‟bir), agar bahasa Arab menyebar
6
Apakah bapak/ ibu merasa Sangat nyaman, karena berbicara nyaman dan lebih mudah dengan bahasa Arab sudah menjadi menggunakan bahasa Arab kebiasaan sehari-hari sebagai bahasa pengantar dalam
92
pelajaran fikih? Mengapa? 7
Apakah bapak/ ibu merasa malu Iya, karena saya bisa berbahasa Arab jika tidak dapat menjelaskan materi fikih dengan menggunakan bahsa Arab? Mengapa?
8
Penggunaan bahasa Arab tersebut, Kesadaran untuk mengembangkan diri apakah merupakan sebuah sekaligus niat berdakwah kesadaran ataukah sebuah tuntutan dari bagian kurikulum?
9
Menurut bapak/ ibu, apakah Banyak sekali, seperti point ke 5 manfaat dari penggunaan bahasa Arab dalam KBM pelajaran fikih?
10
Menurut bapak/ ibu, apakah Tergantung dari kesadaran siswa manfaat dari penggunaan bahasa Arab dalam KBM fikih bisa didapatkan jika bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa indonesia?
11
Apakah bapak/ ibu merasa Iya, siswa yang kurang bersemangat kesulitan dalam menyampaikan dalam berbahasa Arab, materi-materi pelajaran fikih dengan yang sulit seperti bab zakat dan waris menggunakan bahasa Arab?
12
Apakah kesulitan- kesulitan yang Siswa pesantren tahfidz cenderung bapak/ ibu dapatkan? pasif
13
Apakah bapak/ ibu merasa mudah Iya dalam menyampaikan pelajaran fikih dengan menggunakan bahasa Arab?
14
Apakah kemudahan- kemudahan Bahasa Arab semakin meningkat dan yang bapak/ ibu dapatkan? bagus
15
Menurut bapak/ ibu, apakah Cukup efektif, karena ini merupakan penggunaan bahasa Arab sebagai sebuah program besar untuk sebuah bahasa pengantar di pelajaran tujuan yang sangat besar fikih sudah cukup efektif? Dalam hal apa saja?
16
Menurut bapak/ibu, apakah Materi tentang zakat dan waris, karena penggunaan bahasa Arab dalam sulitnya istilah-istilah yang ada pelajaran fikih itu harus dilakukan
93
100%? Jika tidak, hal- hal apa saja yang harus dilakukan pembatasan (dengan bahasa indonesia)? Mengapa?
94
Catatan Lapangan III Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari/ tanggal
: Sabtu, 6 Desember 2014
Waktu
: 09.00- 09.45 WIB
Sumber Data
: M. Syi‟aruddin, Lc
No.
Pertanyaan
Jawaban
1
Apakah keunikan-keunikan dan corak Madrasah yang tidak dimiliki sekolah lain?
Pemisahan antara siswa dan siswi, larangan isbal, kewajiban memanjangkan jenggot, kewajiban menggunakan bahasa arab dalam komunikasi seharihari, adanya native speaker dari KSA, adanya kelas matrikulasi, nilai afektif menentukan kenaikan kelas siswa, kurikulum perpaduan antara kurikulum KSA dan Depag, siswa yang terbukti menyontek saat UKK akan mendapatkan sanksi tidak naik kelas
2
Apakah penggunaan bahasa arab di kelas bagi guru merupakan sebuah kesadaran ataukah sebuah tuntutan dari bagian kurikulum?
Tuntutan dari kurikulum. Akan tetapi mayoritas guru sudah sadar dengan sendirinya
3
Menurut bapak/ibu, apakah manfaat dari penggunaan bahasa arab dalam KBM pelajaran fikih?
Melatih siswa dalam mengasah kemampuan berbahasa, lebih mudah untuk menguasai literatur kitab-kitab klasik
4
Apakah bahasa arab merupakan bahasa pengantar yang wajib di sekolah bapak/ibu?
Wajib untuk pelajaran-pelajaran agama
5
Menurut bapak/ibu, apakah penggunaan bahasa Arab dalam pelajaran fikih itu harus dilakukan 100%? Jika tidak, hal- hal apa saja yang harus dilakukan pembatasan (dengan bahasa indonesia)? Mengapa?
Idealnya harus, akan tetapi ketika didapati kata-kata yang sulit untuk dimengerti, maka tidak mengapa menggunakan bahasa lain (inggris atau Indonesia)
95
Lampiran 5: Nota Pembimbing
96
Lampiran 6: Lembar Konsultasi Pembimbing
97
Lampiran 7: Surat Ijin Penelitian
98
Lampiran 8: Foto Kegiatan Pembelajaran di kelas
99
100
Lampiran 9: Data Identitas Sekolah
101
Lampiran 10: Biografi Penulis
Nama
: Ujang Pramudhiarto
NIM
: M1. 11. 043
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat dan tanggal lahir
: Rembang, 8 September 1981
Alamat
: Pancur, RT XI RW 01 Desa Pancur, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang, 59262
Email
:
[email protected].
No. Hp
: 085741328706
Program studi
: Pendidikan Agama Islam
Konsentrasi
: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Riwayat Pendidikan
:
1. SD Negeri 1 Pancur Rembang Lulus tahun 1992 2. SMP Negeri Pancur Rembang Lulus tahun 1995 3. SMU Negeri 1 Rembang Lulus tahun 1998 4. I‟dad Lughawi dan I‟dad Diny Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran Lulus tahun 2001 5. S1 PAI STAI Indonesia Jakarta Lulus tahun 2009 6. S1 Syariah LIPIA Jakarta Lulus tahun 2010 7. S2 PAI IAIN Salatiga Lulus tahun 2015