BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi keseimbangan menurut Muchammad Sajoto (1988) ada dua, yaitu keseimbangan statis adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh dalam kondisi diam, misalnya : duduk
dan berdiri. Sedangkan
keseimbangan dinamis adalah kemampuan mempertahankan tubuh dalam kondisi bergerak, misalnya : berjalan dan berlari. Adapun komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah system informasi sensoris (visual, vestibular, dan somatosensoris), respon otot-otot postural yang sinergis, kekuatan otot, sistem adaptasi dan lingkup gerak
sendi
(Chandler,
2000).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keseimbangan adalah pusat gravitasi, garis gravitasi, beban tumpu, kecepatan reaksi dan koordinasi neuromuskular (Suhartono, 2005). Salah satu penyebab gangguan keseimbangan statis adalah penuaan dimana terjadinya gangguan keseimbangan postural pada usia lanjut (Avers, 2007). Penuaan bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan dan fungsi tubuh baik secara fisik maupun psikologis (Pudjiastuti, 2003). Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan
1
2
menimbulkan masalah di usia sekitar 60 tahun yang ditandai akan mengalami kemunduran atau perubahan morfologis pada otot yang menyebabkan perubahan fungsional otot, yaitu terjadi penurunan kekuatan otot, kontraksi otot, elastisitas otot, fleksibilitas otot, kecepatan, gangguan visual, vestibular dan waktu reaksi (Nitz, 2004). Batasan-batasan usia menurut World Health Organization (WHO), batasan lansia meliputi usia pertengahan (Middle Age) antara usia 45-59 tahun, usia lanjut (Usia Lanjut) usia antara 60-74 tahun, usia lanjut tua (Old) usia antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very Old) usia 90 tahun ke atas. Menurut Depkes RI (2009), batasan lansia terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa lansia awal usia antara 46 sampai 55 tahun, masa lansia akhir usia antara 56 sampai 65 tahun, masa manula usia 65 sampai keatas kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat. Menurut Kane (1994) jika keseimbangan postural lansia tidak dikontrol, maka akan dapat meningkatkan resiko jatuh pada lansia yang dapat mengakibatkan nyeri, terkilir, patah tulang, kelumpuhan, bahkan kematian. Hal ini menimbulkan rasa takut dan hilangnya rasa percaya diri sehingga lansia membatasi aktivitasnya sehari-hari yang menyebabkan menurunnya kualitas hidup (quality of life) pada lansia yang mengalaminya (Stockslager & Schaeffer, 2008). Proses penuaan dapat menyebabkan penurunanan keseimbangan statis diawalin dengan penurunan sistem sensoris, sistem muskuloskeletal, dan sistem somatosensoris yang ditandai
3
dengan penurunan penglihatan (rabun), fungsi kognitif, koordinasi, proprioseptif
keseimbangan,
perubahan
postur,
peningkatan
reaksi,
gangguan pendengaran, kelemahan pada tungkai. Sesuai dengan KEPMENKES 80 tahun 2013 Bab I, pasal 1 ayat 2 dicantumkan bahwa : “Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi yang meliputi aspek peningkatan (promotive), pencegahan (preventive), pengobatan (curative), pemulihan (rehabilitative), dan pemeliharaan (maintenance).” Maka
salah
satu
bentuk
pelayanan
fisioterapi
adalah
denganmemberikan latihan yang bersifat teratur dan terarah untuk meningkatkankeseimbangan statis dengan menggunakan Latihan Jalan Tandem dan Latihan Swiss Ball. Latihan Jalan Tandem merupakan suatu tes dan juga latihan yang dilakukan dengan cara berjalan dalam satu garis lurus dalam posisi tumit kaki menyentuh jari kaki yang lainnya, latihan ini dapat meningkatkan keseimbangan postural bagian lateral, yang berperan dalam mengurangi resiko jatuh pada orangtua. Latihan ini bertujuan untuk melatih sistem proprioseptif yaitu untuk melatih sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Merupakan salah satu
4
metode untuk menumbuhkan kebiasaan dalam mengontrol postur tubuh langkah demi langkah yang dilakukan dengan bantuan kognisi dan koordinasi otot trunk, lumbal spine, pelvic,hip, otot-otot perut hingga ankle (Batson et al., 2009). Latihan Swiss Ball adalah suatu bentuk latihan yang meningkatkan respon untuk menjadi seimbang dalam suatu keadaan duduk dimana diharuskan bergerak ke kiri dan kanan ditambah dengan kemampuan untuk mengambil atau meraih sesuatu yang berada di posisi yang ditentukan oleh fisioterapis. Latihan ini menggunakan kemampuan dari otot trunk, lumbal spine, pelvic, hip, otot-otot perut dan otot-otot kecil sepanjang spine sesuai dengan alignment tubuh yang simetris dan menjadi lebih stabil (Brrowne, 2006). Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Cromwell et al (2006), dengan judul Tae Kwon Do : An Effective Exercise For Improving Balance and Walking Ability OlderAdults, penelitian tersebutmenyimpulkan bahwa latihan proprioseptif dengan Walking Exercise (latihan jalan Tandem) lebih efektif dibandingkan dengan latihan kestabilan menggunakan Swiss Ball pada lansia Usia Lanjut. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji dan memahami serta membuktikan mengenai latihan jalan tandem lebih baik daripada latihan swiss ball untuk meningkatkan keseimbangan statis pada usia lanjut di Panti Jompo Tresna Werdha di Denpasar Timur.
5
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah ada penelitian ini sebagai berikut: 1.
Apakah Latihan Jalan Tandem dapat Meningkatkan Keseimbangan Statis pada Usia Lanjut di Panti Jompo Tresna Werdha Denpasar Timur?
2.
Apakah Latihan Swiss Ball dapat Meningkatkan Keseimbangan Statis pada Usia Lanjut di Panti Jompo Tresna Werdha Denpasar Timur ?
3.
Apakah Latihan Jalan Tandem lebih baik dari pada Latihan Swiss Ball untuk Meningkatkan Keseimbangan Statis pada Usia Lanjut di Panti Jompo Tresna Werdha di Denpasar Timur ?
1.3
Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran umum mengenai penerapan Latihan Jalan Tandem dan Latihan Swiss Ball untuk Meningkatkan Keseimbangan Statis pada Usia Lanjut di Panti Jompo Tresna Werdha Denpasar Timur.
1.3.2
Tujuan Khusus 1) Untuk membuktikan bahwa penerapan Latihan Jalan Tandem dapat Meningkatkan Keseimbangan Statis pada Usia Lanjut di Panti Jompo Tresna Werdha Denpasar Timur.
6
2) Untuk membuktikan bahwa penerapan Latihan Swiss Ball dapat Meningkatkan Keseimbangan Statis pada Usia Lanjut di Panti Jompo Tresna Werdha Denpasar Timur. 3) Untuk membuktikan bahwa penerapan Latihan Jalan Tandem lebih baik dari pada Latihan Swiss Ball untuk Meningkatkan Keseimbangan Statis pada Usia Lanjut di Panti Jompo Tresna Werdha di Denpasar Timur.
1.4
Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis Mengetahui dan memahami pengaruh penerapan Latihan Jalan Tandem Lebih Baik dari pada Latihan Swiss Ball untuk Meningkatkan Keseimbangan Statis pada Usia Lanjut di Panti Jompo Tresna Werdha Denpasar timur. 2) Manfaat Praktis 1. Sebagai bahan masukan bagi penderita dan keluarga bahwa gangguan keseimbangan pada Usia Lanjut dapat disembuhkan dan dicegah dengan melakukan terapi rutin. 2. Sebagai bahan masukan bagi tenaga-tenaga kesehatan dan masyarakat bahwa Latihan Jalan Tandem Lebih Baik dari pada Latihan Swiss Ball untuk Meningkatkan Keseimbangan Statis pada Usia Lanjut. 3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang hasil penelitian Latihan Jalan Tandem Lebih Baik dari pada Latihan
7
Swiss Ball untuk Meningkatkan Keseimbangan Statis pada Usia Lanjut di Panti Jompo Tresna Werdha. 4. Untuk dijadikan bahan bacaan tambahan bagi penelitian-penelitian sejenis.