BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk
mencapai
pola
pengelolaan
energi
diperlukan
perubahan
manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini telah diketahui bahwa permintaan penyediaan energi terus meningkat dari tahun ke tahun untuk mencukupi kebutuhan sektor rumah tangga, transportasi, industri maupun komersial. Di sisi lain, pemakaian energi pada masing-masing sektor tersebut masih jauh dari kriteria efisien sehingga pemakaian cenderung boros. Salah satu provinsi terbesar di Indonesia yaitu Sulawesi Selatan memiliki masalah utama yaitu kebutuhan dan pemenuhan energi. Menurut Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral provinsi Sulawesi Selatan (“Rencana Umum Energi Daerah Sulawesi Selatan,” 2014) pada neraca energi menunjukkan bahwa produksi energi primernya lebih kecil dari pada penggunaan energi final. Kebutuhan energi primer pada tahun 2006 sebesar 17,293 ribu SBM yang disuplai dari potensi daerah domestik sebesar 2,998 ribu SBM hal ini karena energi yang dapat disuplai hanya energi gas alam sebesar 1,493 ribu SBM, energi matahari sebesar 2 ribu SBM dan energi Air sebesar 1,503 ribu SBM. Sedangkan sisanya perlu diadakan impor atau suplai dari luar provinsi Sulawesi Selatan sebesar 14,295 ribu SBM. Pemerintah lebih terfokus dalam penggunaan sumber energi fosil untuk mencukupi kebutuhan energi primer. Pemanfaatan sumber energi terbarukan hanya dipakai sebagai energi alternatif dan tidak mendapat porsi perhatian yang
1
2
lebih besar walaupun lebih menjanjikan dari segi potensi maupun keramahan terhadap lingkungan. Maka perubahan manajemen pengelolaan energi harus diubah demi menjaga keamanan pasokan dan ketahanan energi nasional. Perubahan ini meliputi perubahan sisi demand maupun sisi supply. Dari sisi demand, diperlukan upaya konservasi energi untuk pemakaian energi yang lebih efisien serta menggunakan teknologi hemat energi. Sedangkan dari sisi supply, diperlukan sebuah kebijakan diversifikasi sumber energi terbarukan untuk memaksimalkan penyediaan dan pemanfaatan energi dengan menjadikan energi fosil sebagai faktor penyeimbang. Ketersediaan energi merupakan parameter dan aspek yang penting bagi keberhasilan pembangunan daerah. 1.2 Perumusan Masalah Dari uraian di atas maka perumusan masalah dapat diidentifikasikan adalah menentukan gambaran masa depan terkait pemakaian dan penyediaan energi serta menentukan bauran energi di provinsi Sulawesi Selatan. Pada sistem energi dapat diuraikan lebih terperinci yaitu keseimbangan permintaan dan penyediaan energi , besar sharing energi terbarukan terhadap penyediaan energi dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk menerapkan sistem energi bersih. 1.3 Batasan Masalah Dalam penelitian ini akan dilakukan perencanaan permintaan energi di provinsi Sulawesi Selatan. Ada pun yang menjadi lingkup kajian atau batasan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Sistem Energi Provinsi Sulawesi Selatan.
3
b. Data dasar untuk proyeksi adalah data tahun 2014. c. Proyeksi dilakukan adalah data tahun 2014- 2025 dan tahun 20142050. d. Efek lingkungan tidak dibahas dalam penelitian ini. Penentuan batas akhir proyeksi tahun 2025 dan tahun 2050 diadakan untuk mengikuti Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang disusun pada tahun tersebut sebagai pedoman untuk memberi arah pengelolaan energi guna mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi guna mendukung pembangunan nasional dengan terwujudnya bauran energi primer dengan peranan masing-masing jenis energi pada tahun 2025 sebagai berikut: -
Minyak bumi menjadi kurang dari 20 persen.
-
Gas bumi menjadi lebih dari 30 persen
-
Batu Bara menjadi lebih dari 33 persen.
-
Bahan bakar nabati menjadi lebih dari 5 persen.
-
Panas bumi mejadi lebih dari 5 persen.
-
Biomassa, nuklir, mikrohidro, tenaga surya,dan tenaga angin menjadi 5 persen.
-
Batu bara yang dicairkan menjadi lebih dari 2 persen.
Proyeksi menggunakan tahun 2050 untuk mencapai sasaran di bidang penyediaan energi primer, pemanfaatan energi primer per kapita, penyediaan kapasitas pembangkit dan pemanfaatan listrik per kapita. Pada tabel 1.1 diuraikan target tahun 2025 dan tahun 2050.
4
Tabel 1.1 Sasaran Energi pada tahun 2025-2050 (Draft KEN-DEN) Sasaran
Satuan
Tahun 2025
Tahun 2050
MTOE
400
1.000
TOE
1,4
3,2
Penyediaan kapasitas pembangkit
GW
115
430
Pemanfaatan listrik per kapita
kWh
2.500
7000
Penyediaan energi primer Pemanfaatan energi primer per kapita
Dalam melakukan analisis permintaan energi digunakan alat bantu yang berupa perangkat lunak komputer yaitu LEAP ( Long-range Energi Alternative Planning system ). Metode perhitungan dalam LEAP didasarkan pada perhitungan analitis end use. 1.4 Keaslian penelitian Dari hasil studi pustaka hingga saat ini belum pernah ada penelitian yang dilakukan atau ditemukan serupa dengan penelitian mengenai pemetaan dan perencanaan konsumsi energi di provinsi Sulawesi Selatan serta penerapan sistem energi bersih. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat membantu pemerintah di provinsi Sulawesi Selatan dalam membuat perencanaan energi daerah seperti diamanatkan dalam Undang-undang No. 30 tahun 2007 tentang energi, serta dapat menjadi masukan dalam pengembangan teknologi energi di provinsi Sulawesi Selatan.
5
1.6 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : a. Menentukan proyeksi permintaan dan penyediaan energi per sektor pemakai dan per jenis di provinsi Sulawesi Selatan. b. Menentukan proyeksi bauran energi di provinsi Sulawesi Selatan c. Menentukan besar sharing energi terbarukan terhadap pemenuhan energi di provinsi Sulawesi Selatan. d. Menentukan Energy Security atau ketahanan energi di provinsi Sulawesi Selatan