1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Globalisasi telah membawa dampak bagi segala aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan membawa persaingan yang semakin ketat dalam berbagai aspek kehidupan. Tantangan utama bagi sebuah Negara di era globalisasi ini adalah daya saing keunggulan yang kompetitif di semua sektor industri dan jasa yang mengutamakan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM). Selama ini SDM Indonesia masih sulit untuk bersaing dan berkompetisi dari segi etos kerja, disiplin, tanggungjawab, ketrampilan, kemampuan berbahasa asing, dan standar kompetensi. Fakta menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa laporan lembaga yang meneliti tentang tingkat daya saing SDM Indonesia. Dari penelitian tersebut ditemukan fakta bahwa Human Development Report (HDR) tahun 2000, kualitas sumber daya manusia Indonesia berada di urutan ke-105 dari 108 negara yang diteliti. Sementara itu Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh UNDP melaporkan bahwa Indonesia berada pada rangking 108 tahun 1998, rangking 109 pada tahun 1999, dan rangking 111 tahun 2004 dari 174 negara yang diteliti. Political and Economic Risk Consultancy
2
(PERC) mengadakan survei mutu pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan ASEAN. Di era globalisasi ini agar dapat menjadi bangsa yang mampu bersaing terutama dalam bidang industri maka cara yang efektif adalah dengan membangun mutu SDM melalui peningkatan mutu pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan hendaknya dilakukan secara terpadu dengan memperhatikan segala aspek dan unsur yang ada di dalam penyelenggaraan pendidikan, yang difokuskan untuk mewujudkan sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan secara berkelanjutan, yang diharapkan dapat membekali generasi muda dengan kemampuan atau penguasaan dan inovasi di bidang IPTEK, ketrampilan kerja, jiwa kewirausahaan, dan membangun karakter yang unggul. Untuk memperoleh hasil pendidikan yang bermutu dituntut penyelenggaraan pendidikan yang bermutu pula. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai misi menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang mampu mengisi lapangan kerja dan berkualitas profesional diharapkan mampu berperan sebagai alat unggulan bagi industri-industri Indonesia dalam menghadapi persaingan global. Selama ini kalangan pengguna tenaga kerja lulusan SMK masih mengeluh karena kompetensi yang dimiliki belum optimal sehingga kepercayaan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI) terhadap lulusan SMK menjadi berkurang yang pada akhirnya banyak lulusan SMK yang tidak memperoleh peluang kerja dan menjadi pengangguran.
3
Pengembangan mutu pendidikan SMK di era globalisasi saat ini berorientasi pada peningkatan keunggulan dan kompetitif, yang mengemas sistem pendidikan pada peningkatan latihan dengan mengacu kepada standar kompetensi yang harus dimiliki lulusan SMK. Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK) memiliki peran dan fungsi antara lain: 1. Menyiapkan tenaga terampil untuk mengisi keperluan Pembangunan Nasional; 2. Menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas profesional; 3. Memberi ketrampilan produktif bagi tamatan SMK dan mengubah status dari manusia beban menjadi aset nasional; 4. Memberi kemampuan dasar pada tamatan SMK, sebagai bekal untuk pengembangan kualitas dirinya secara berkelanjutan. Beberapa perubahan yang mendasar dalam paradigma baru pendidikan menengah kejuruan adalah: (1) Proses peralihan dari orientasi lama, ke orientasi baru yang sering diistilahkan dari sistem supply driven atas kebutuhan sosial masyarakat, ke sistem demand driven yang dipacu oleh kebutuhan pasar kerja. Selama ini kata-kata, berapa prosen tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diluluskan, dibalik menjadi berapa prosen tamatan SMK dapat diserap di dunia usaha dan industri; (2) Pendidikan berbasis sekolah (School Based Program), mengacu ke pendidikan berbasis ganda (Dual Based Program); (3) Pengajaran berbasis pelajaran (Subject Matter
Based
Program),
menuju
pengajaran
berbasis
kompetensi
4
(Competencies Based); (4) Program dasar yang sempit (Narrows Based Program), menuju ke program dasar yang mendasar, kuat, dan lebih luas (Broad Based Curriculum); (5) Pendidikan formal yang kaku menuju ke pendidikan yang luwes (Multy Entry and Multy Exit); (6) Tidak mengakui keahlian dari luar sekolah, paradigma baru mengakui kompetensi yang diperoleh dari manapun, dan dengan cara apapun (Recognition of Prior Learning); (7) Pemisahan yang tegas antara pendidikan dan pelatihan menjadi program diklat; (8) Pendidikan bersifat terminal (Dead End), menuju pendidikan berkelanjutan (Bridging Program); (9) Manajemen terpusat, menuju pada manajemen mandiri. Pendidikan kejuruan juga merupakan investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang merupakan syarat utama untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesempatan, dan untuk perubahan sosial. Pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk pengembangan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Pendidikan formal di dalam suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan kemampuan kearah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan, sedangkan latihan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau ketrampilan khusus seseorang atau kelompok orang. Sesuai dengan tujuan dari SMK adalah sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan
5
sebagaimana yang diharapkan oleh dunia kerja, tamatan SMK diharapkan memiliki kecakapan hidup, memiliki kompetensi kerja yang sesuai dengan pekerjaan. Kecakapan hidup adalah pendidikan kemampuan, kesanggupan, dan ketrampilan yang diperlukan untuk menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Adanya tuntutan tersebut, maka SMK harus mampu menghasilkan lulusan yang bermutu dan siap kerja, memiliki kompetensi sesuai dengan pekerjaannya, memiliki daya adaptasi. Untuk mendapatkan mutu lulusan yang berkualitas maka perlu adanya kerjasama pihak-pihak yang terkait. Ada lima kekuatan pokok yang dapat mendorong lembaga sekolah mencapai mutu pendidikan
yang diharapkan yaitu: (1) Kepemimpinan yang
efektif;
(2) Desain/standar yang tepat; (3) Sistem yang efektif; (4) Kesadaran dan motivasi personal; (5) Lingkungan yang kondusif. Kepemimpinan yang efektif artinya kepala sekolah sebagai pihak penyelenggara dan pengelola sekolah dituntut untuk dapat melaksanakan fungsinya secara efektif, pandai memimpin, memahami prinsip pendidikan serta berwawasan mutu. Desain/standar yang tepat, artinya kurikulum dan perangkat pendidikan dituntut untuk memenuhi standar mutu yang sesuai dengan harapan masyarakat, kerjasama dengan DU/DI dalam pelaksanaan praktek kerja industri (prakerin) harus ditingkatkan. Sistem yang efektif, maksudnya halhal yang menyangkut birokrasi yang berlaku yaitu pelaksanaan ketentuan, peraturan, prosedur dapat berjalan dengan efektif. Kesadaran dan motivasi
6
personal, maksudnya setiap individu yang terlibat dalam kegiatan sekolah baik siswa maupun guru memiliki tanggungjawab terhadap kelancaran penyelenggaraan sekolah. Lingkungan yang kondusif, artinya dengan terwujudnya suatu lingkungan yang nyaman dan fasilitas yang lengkap maka akan mendorong peningkatan mutu kegiatan pendidikan di sekolah. Beberapa faktor yang berkaitan dan mempengaruhi mutu pendidikan tersebut sangat berkaitan antara faktor yang satu dengan yang lain. Pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang mampu berfikir global (think globally), dan mampu bertindak lokal (act locally), serta dilandasi oleh akhlak yang mulia/akhlakul karimah (Mulyasa, 2007: 4). Kompetensi guru memegang peranan dalam peningkatan mutu pendidikan, karena di tangan guru kurikulum, sumber belajar, sarana dan prasarana, dan iklim pembelajaran menjadi sesuatu yang berarti bagi kehidupan peserta didik. Guru dituntut memiliki kemampuan dalam segala hal yang berkenaan dengan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Dalam pelaksanaan belajar mengajar guru harus memiliki kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Menurut Brand dalam Educational Leadership (Mulyasa, 2007: 9) menyatakan bahwa hampir semua reformasi pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan penerapan metode pembelajaran, semuanya bergantung kepada guru, tanpa penguasaan materi dan strategi pembelajaran, serta tanpa dapat mendorong siswanya untuk belajar bersungguh-sungguh, segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan
7
mencapai hasil yang masimal. Guru juga dituntut dapat menggunakan media pembelajaran, mengikuti perkembangan tekhnologi agar keberhasilan dari materi yang disampaikan dapat maksimal. Pada
kenyataannya
guru
dalam
melaksanakan
tugas
dan
tanggungjawabnya belum maksimal. Hal ini dapat dilihat bahwa masih banyak guru yang tidak mempunyai kompetensi pedagogik secara baik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian maupun kompetensi sosial. Secara ideal empat kompetensi tersebut harus dimiliki oleh semua guru. Dalam pembelajaran tidak hanya membutuhkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan saja tetapi juga membutuhkan perhatian dalam mengembangkan bakat serta kepribadian yang baik. Media pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat membantu guru untuk menyampaikan materi, dan akan mempermudah siswa dalam menerima materi. Saat ini telah tersedia berbagai media pembelajaran, mulai dari media yang sederhana sampai media yang bertekhnologi tinggi. Pemanfaatan perkembangan
media
pembelajaran
tekhnologi
akan
secara
maksimal
mempengaruhi
dan
hasil
mengikuti
dari
proses
pembelajaran. Dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Suhendro (2007: 1), menurut Priowirjanto dalam reposisi pendidikan kejuruan menjelang 2020 (2002), menyatakan bahwa:
8
“Pendekatan pembelajaran konvensional yang berjalan selama ini kurang mampu menjawab kebutuhan tenaga kerja. Hal ini terbukti bahwa tenaga kerja yang dihasilkan selama ini belum memiliki kompetensi yang memadai yang akhirnya menciptakan pengangguran, sementara disisi lain banyak peluang kerja yang belum terisi. Keadaan ini menunjukkan rendahnya mutu tenaga kerja yang dihasilkan melalui pembelajaran konvensional”. Melihat kenyaatan tersebut barang kali pola pembelajaran secara konvensional perlu dievaluai, dikritisi, dan secara bertahap sekolah harus mulai menerapkan konsep pembelajaran berbasis tekhnologi informasi. Namun semua kembali pada kemampuan guru dalam mengolah materi pembelajaran,
menerapkan
strategi
pembelajaran,
mengembangkan
pembelajaran,
model
pembelajaran
memilih sampai
media pada
kemampuan guru dalam mengolah waktu belajar yang efektif, sehingga tercipta proses belajar dan mengajar yang berkualitas. Dalam pembelajaran di SMK menggunakan sistem pembelajaran di sekolah dan pembelajaran di DU/DI, sehingga menuntut DU/DI untuk ikut berperan. Kerjasama pihak sekolah dan DU/DI ini terutama dalam pelaksanaan praktek kerja industri (prakerin). Pembelajaran di DU/DI ini sangat bermanfaat bagi siswa karena siswa dapat melaksanakan praktek secara langsung, siswa dapat mempraktekkan teori yang ada, mendapatkan pengalaman di lapangan/tempat prakerin yang selama di sekolah tidak/belum didapatkan, maupun pengalaman yang lain. Selama ini kerjasama antara pihak sekolah dan pihak DU/DI masih sangat minim sekali. Hal ini dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran di DU/DI masih kurang
9
maksimal. Dalam pelaksanaan
pembelajaran di DU/DI antara pihak
pembimbing di DU/DI dan pihak sekolah harus bisa memonitor siswa dan kerjasama dalam pembimbingan untuk kemajuan siswa. Mutu lulusan SMK dipengaruhi keberhasilan dari proses pembelajaran di SMK, tidak hanya dilihat dari hasil akhir yang berupa nilai ujian akhir tetapi juga dilihat dari kemampuan siswa dalam setiap kompetensi yang harus dimiliki sesuai dengan standar kompetensi lulusan. Keberhasilan pendidikan harus diarahkan indikatornya kepada perubahan kualitas perilaku siswa, misal perilaku berfikir, perilaku sosial, perilaku pribadi, perilaku menanggapi dan menyelesaikan masalah, perilaku menyikapi keadaan, perilaku kemandirian siswa, dan lain-lain. Mutu lulusan SMK harus selalu dikembangkan dan ditingkatkan agar tamatan SMK dapat diterima bekerja di DU/DI atau dapat bekerja mandiri berwirausaha dengan keunggulan kompetitif dalam mengisi era globalisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu lulusan antara lain kepala sekolah sebagai pengelola sekolah dan penentu
kebijakan, guru sebagai
komponen yang paling menentukan berkaitan dengan proses belajar mengajar, kurikulum sebagai acuan dalam proses pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar, sarana dan prasarana yang memadai, serta kerjasama dengan pihak lain terutama pihak DU/DI pada pelaksanaan prakerin. Kenyataan yang ada belum semua lulusan dari SMK mempunyai kompetensi lulusan sesuai dengan kompetensi lulusan SMK. Berdasarkan
10
paparan diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul: “PENGARUH KOMPETENSI GURU, MEDIA PEMBELAJARAN, DAN DUNIA USAHA DUNIA INDUSTRI TERHADAP MUTU LULUSAN DI SMK 2 WONOSOBO”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Guru merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan peningkatan mutu lulusan dan kualitas pendidikan, karena guru merupakan sentral dalam proses pembelajaran. Kurangnya kompetensi yang harus dimiliki setiap guru, yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial; 2. Media pembelajaran merupakan alat penunjang untuk proses pembelajaran agar dapat membantu, dan memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran. Keterbatasan media pembelajaran yang ada akan mempengaruhi hasil dari proses pembelajaran; 3. Kerjasama pihak sekolah dengan pihak DU/DI akan mempengaruhi hasil pada pelaksanaan praktek kerja industri yang dilaksanakan siswa. Kerjasama dengan DU/DI yang belum maksimal mempengaruhi pelaksanaan prakerin yang belum optimal;
11
4. Mutu lulusan SMK dipengaruhi faktor kepala sekolah sebagai pengelola sekolah, guru, media dan sumber belajar, sarana dan prasarana, dan kerjasama DU/DI.
C. Pembatasan Masalah Mutu lulusan dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun pada penelitian ini hanya akan diteliti pengaruh kompetensi guru, media pembelajaran, dan dunia usaha dunia industri (DU/DI), sedangkan faktorfaktor yang lain diabaikan. Bahan penelitian diambil dari data persepsi siswa terhadap kompetensi guru , media pembelajaran, kerjasama dunia usaha dunia industri terhadap mutu lulusan di SMK 2 Wonosobo.
D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh kompetensi guru terhadap mutu lulusan di SMK 2 Wonosobo; 2. Bagaimana pengaruh media pembelajaran terhadap mutu lulusan di SMK 2 Wonosobo; 3. Bagaimana pengaruh Dunia Usaha Dunia Industri (DU/DI) terhadap mutu lulusan di SMK 2 Wonosobo; 4. Bagaimana pengaruh kompetensi guru, media pembelajaran dan DU/DI secara bersama terhadap mutu lulusan di SMK 2 Wonosobo.
12
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sesuai dengan permasalahan yang ada adalah: 1.
Mengetahui pengaruh kompetensi guru terhadap mutu lulusan di SMK 2 Wonosobo;
2.
Mengetahui pengaruh media pembelajaran terhadap mutu lulusan di SMK 2 Wonosobo;
3.
Mengetahui pengaruh Dunia Usaha Dunia Industri (DU/DI) terhadap mutu lulusan di SMK 2 Wonosobo;
4.
Mengetahui pengaruh kompetensi guru, media pembelajaran dan Dunia Usaha Dunia Industri (DU/DI) secara bersama terhadap mutu lulusan di SMK 2 Wonosobo.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yang berkompeten dengan penelitian ini. Ada beberapa manfaat dari hasil penelitian ini. 1. Manfaat Teoritis Secara teori penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain yaitu: a.
Merupakan sarana pendalaman teori dalam rangka peningkatan mutu lulusan;
13
b.
Dapat mengetahui seberapa jauh pengaruh kompetensi guru, media pembelajaran, dan dunia usaha dunia industri terhadap mutu lulusan di SMK 2 Wonosobo. Hasil yang didapat bisa dijadikan sebagai acuan dalam pengelolaan
pendidikan agar menghasilkan mutu lulusan yang berkualitas. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi: a.
SMK 2 Wonosobo, dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan mutu lulusan;
b.
Dinas Pendidikan yang terkait dengan SMK, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang terkait dengan peningkatan kompetensi guru, penyediaaan media pembelajaran di SMK 2 Wonosobo;
c.
DU/DI, dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk meningkatkan kerjasama dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan;
d.
Para peneliti, dapat digunakan sebagai bahan kajian lebih lanjut dalam mengembangkan kompetensi guru, media pembelajaran, dan dunia usaha dunia industri terhadap mutu lulusan di sekolah kejuruan.