perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pemerintahan yang baik akan membawa masyarakatnya menjadi baik.
Transparansi program, kebijakan dan anggaran pemerintah menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat agar bisa ikut mengawasi jalannya pemerintahan sehingga bisa memunculkan pemerintahan yang baik dan bisa dipertanggungjawabkan. Terdapat peraturan yang mengharuskan pemerintah Indonesia baik pusat dan daerah untuk transparan atau terbuka dengan masyarakatnya. Yakni UndangUndang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Undang-undang yang terdiri dari 64 pasal ini pada intinya memberikan kewajiban kepada setiap badan publik untuk membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk mendapatkan informasi publik, kecuali beberapa informasi tertentu.1 Bangsa yang besar adalah bangsa yang dididik dengan keterbukaan informasi, bukan dengan ketertutupan informasi. Banyak pemerintah daerah kota/ kabupaten yang kurang bahkan belum melaksanakan peraturan diatas. Kurangnya keterbukaan dengan rakyat dan inovasi kepala daerahnya yang sulit melaksanakan peraturan diatas. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kepala daerah saat ini sulit berinovasi. Pasalnya, kepala daerah dihadapkan pada dinamika politik yang kompleks dan rawan diserang lawan politik. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi mengatakan, era reformasi saat ini kepala daerah tidak mudah commitUU1408, to user( diakses tgl22 Maret 2014, pukul 13.20 www.kemenag.go.id, kemenag : file dokumen WIB) 1
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
untuk mengambil kebijakan. Dikarenakan setiap celah kesalahan dapat menjadi peluang bagi lawan politiknya. Padahal sebenarnya peluang kepala daerah untuk berinovasi sangatlah luas. Pasalnya, bupati atau wali kota menangani 76 persen urusan. Sehingga saat ini banyak yang ingin menduduki jabatan bupati atau wali kota, karena kewenangannya yang besar. Gamawan menilai, sulitnya kepala daerah untuk berinovasi karena adanya rasa takut salah dalam membuat kebijakan. Dalam berinovasi memang dibutuhkan pemahaman dari setiap kepala daerah terkait prosedur pembuatan kebijakan. Paling penting dalam membuat inovasi adalah dasar hukum yang melandasi keputusan itu kuat.2 Beberapa kota yang sudah melakukan transparansi, keterbukaan, dan inovasi adalah Situbondo melalui poster dan baliho, Sampang dan Pamekasan melalui koran. Bahkan mereka sudah mempublikasikan kepada masyarakat sejak 2013. Sedangkan Kabupaten Malang dan Trenggalek akan mempublikasikan APBD Tahun 2014 dalam bentuk poster.3 Termasuk pemerintah daerah Kabupaten Bojonegoro tidak mau kalah dalam membuat inovasi yang positif. Pemerintahan daerah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro pernah mengalami masa kelam dalam pemerintahan terdahulu yang tertangkap basah korupsi dana milyaran rupiah. Mantan Bupati Bojonegoro, Bapak Santoso, terlibat dalam kasus dugaan korupsi dana bantuan sosial serta dana peningkatan kedinasan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Dana itu diambil dari Anggaran Pendapatan dan
2
www.nasional.sindonews.com, Mendagri akui kepala daerah sulit berinovasi , (diakses pada tanggal 13 Maret 2014 pukul 09.11) 3 commit to user www.surabaya.tribunnews.com, Pemkot Batu Dinilai Kurang Transparan, (diakses pada tanggal 13 Maret 2014 pukul 13.11)
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
Belanja Daerah 2007 senilai Rp 6 miliar. Perbuatan itu dilakukan bersama dengan mantan Kepala Bagian Keuangan M. Zaenuri.4 Mencegah hal tersebut terulang kembali, masyarakat Bojonegoro saat Pemilihan Bupati 2007 dahulu berusaha memilih bupati yang benar-benar ‗bersih‘. Terpilihlah Suyoto sebagai bupati Bojonegoro tahun 2007-2012. Setelah 5 tahun menjabat, Suyoto, terpilih kembali menjadi bupati Bojonegoro pada tahun 2012 kemarin. Salah satu program kerja Suyoto adalah menciptakan pemerintah yang bersih dan terbuka bagi masyaraatnya. Kabupaten Bojonegoro memiliki 7 misi dalam menjalankan tugas pemerintahan. Ada pun misi ke 7 dari Kota Bojonegoro yaitu mewujudkan tata pemerintahan yang profesional, akuntabel dan demokratis. Di era reformasi birokrasi saat ini, perwujudan kepemerintahan yang baik (good governance) adalah salah satu fokus pemerintah Republik Indonesia dari pusat sampai ke daerah. Birokrasi pemerintahan daerah tidak saja menitikberatkan kepada kualitas atau kinerja aparatur, namun juga kepada kelembagaan dan ketatalaksanaan. Pemerintahan daerah yang ditopang oleh aparatur yang memiliki kinerja baik, bertanggung jawab, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta menjunjung etika dan bebas KKN, dalam wadah kelembagaan dengan ukuran yang tepat (right sizing), diharapkan mampu menciptakan pemerintahan yang bersih dan profesional. Tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) terdiri dari tiga prinsip utama, yaitu prinsip partisipasi yang mengakomodir aspirasi para pemangkukepentingan dalam berbagai tahapan pembangunan; prinsip transparansi commit to user: Keterangan Mantan Sekda Beratkan www.infokorupsi.com, Korupsi APBD Bojonegoro Santoso, (diakses pada tanggal 13 Maret 2014 pukul 09.21) 4
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
yang memberikan akses bagi pemangkukepentingan untuk memperoleh informasi pembangunan dan pemerintahan; dan prinsip akuntabilitas yang memberikan pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat atas pencapaian kinerja yang ditetapkan. 5 Dari misi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Pemkab Bojonegoro menyusun strategi ingin menjadi salah satu kota yang mempunyai good governance. Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditemukan oleh penentuan strategi komunikasi. Strategi komunikasi merupakan panduan perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.6 Suyoto saat terpilih menjadi bupati Bojonegoro 2008, membuat sebuah akun facebook pribadi. Didalamnya terdapat pernyataan beliau yang lebih mengingatkan kepada para Pimpinan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), bahwa Aparatur Pemerintah itu sejatinya adalah Pelayan dan Abdi Masyarakat, dan oleh karenanya harus tanggap terhadap semua harapan, keinginan dan tuntutan masyarakat. Realisasi dari pernyataan ini maka dalam mengawali pemerintahannya, beliau mengadakan program DIALOG INTERAKTIF bersama masyarakat, yang dilakukan di Pendopo Kabupaten MALOWOPATI (Radio Siaran Pemerintah Daerah) merupakan pendoponya rakyat Bojonegoro, setiap hari Jum‘at pukul 13.00 s/d 15.00 WIB. Dialog Interaktif ini sengaja dilakukan sebagai forum belajar bersama masyarakat, bukan forum untuk debat, bahkan telah banyak permasalahan-permasalahan di lapangan yang dapat diputuskan langsung
5
www.bojonegorokab.go.id, Visi dan Misi, (diakses pada tanggal 13 Maret 2014 pukul 14.38) commit to dan userPraktek, (Bandung: Penerbit PT Remaja Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Rosdakarya, 2006), hal 32 6
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
bersama masyarakat di forum dialog tersebut.‖7 Pada acara ini dominan waktu untuk dialog dengan masyarakat lebih lama dan ditempatkan di awal acara, sehingga aspirasi masyarakat lebih optimal didengar dan ditanggapi oleh pemerintah kabupaten Bojonegoro sendiri. Forum Dialog Interaktif dipersembahkan untuk melayani masyarakat adalah wujud integritas pemimpin dalam menjalankan amanah masyarakat yang harus dilakukan dengan akuntabel, transparan, demokratis dan berkeadilan. Ini mengacu pada suatu citra korporat yang ingin ditampilkan Pemkab Bojonegoro melalui program ini. Untuk lebih memperkuat dan memaksimalkan program acara Dialog Interaktif ini, program ini disebar luaskannya lewat suatu media massa secara kontinyu, dipilihlah media massa elektronik yaitu radio, tentunya Radio Siaran Pemerintah Daerah yaitu Radio Malowopati FM. Salah satu ciri komunikasi massa, menurut Elizabeth Noelle Neumann dalam Jalaluddin Rakhmat tahun 1994 adalah bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi.8 Media massa elektronik seperti radio termasuk didalamnya, dimana radio bersifat one way traffic atau satu arah. Akan tetapi setelah dikemas ke dalam sebuah bentuk program pemerintah seperti Dialog Interaktif ini menjadi two way traffic atau komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah maksudnya komunikator dan komunikan saling aktif berinteraksi dan terdapat umpan balik atau feedback didalamnya. Radio sebagai salah satu media elektronik komunikasi massa
7
www.facebook.com , Dukungan Bojonegoro Matoh Bersama Kang Yoto, (diakses pada tanggal 13 Maret 2014 pukul 13.11) commit to userRemaja Rosdakarya, 2005) hal 189 8 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung:
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempunyai peranan penting, yang mampu menyampaikan informasi secama cepat dan tepat. Jadi, program Dialog Interaktif selama berlangsung dari awal sampai akhir kurang lebih dua jam disiarkan secara langsung oleh Radio Malowopati FM milik Dinas Komunikasi dan Informasi Bojonegoro. Hal ini bertujuan untuk masyarakat luas yang tidak diundang atau tidak bisa hadir dalam forum ini tetap dapat mendengarkan isi dari Dialog Interaktif tiap minggunya. Keadaan ini akan membuat masyarakat Bojonegoro bisa mendengarkan isi tema program ini dimana saja mereka berada. Didalam dialog interaktif ini lebih sering mengangkat tema sosialisasi program pemerintah, keluh kesah masyarakat Bojonegoro tentang berbagai hal, dan lain sebagainya, yang intinya program ini menjadi wadah interaksi dan informasi dari pemerintah untuk masyarakat Bojonegoro. Berdasarkan hal-hal di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Program „Dialog Interaktif‟ sebagai Sarana Interaksi antara Pemerintah dengan Masyarakat melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah di Kabupaten Bojonegoro periode Oktober-November 2014”.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengapa alasan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro memilih media radio sebagai sarana interaksi dengan masyarakat dalam program Dialog Interaktif? 2. Bagaimana manfaat Program ‗Dialog Interaktif‘ untuk masyarakat Bojonegoro melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah periode OktoberNovember 2014? 3. Bagaimana hambatan dalam pelaksanaan Program ‗Dialog Interaktif‘ melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah di Bojonegoro periode OktoberNovember 2014?
C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas diperoleh tujuan yaitu untuk : 1. Menjelaskan alasan pemerintah Kabupaten Bojonegoro memilih media radio sebagai sarana interaksi dengan masyarakat dalam program Dialog Interaktif. 2. Menjelaskan manfaat Program ‗Dialog Interaktif‘ untuk masyarakat Bojonegoro melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah periode OktoberNovember 2014. 3. Menjelaskan hambatan dalam pelaksanaan Program ‗Dialog Interaktif‘ melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah di Bojonegoro periode OktoberNovember 2014.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian Di dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Manfaat yang dapat diharapkan dalam penelitian ini adalah: a) Manfaat praktis, diharapkan bisa memberi pengetahuan kepada pembaca umumnya, untuk bisa mengetahui Pemanfaatan Program ‗Dialog Interaktif‘ sebagai Sarana Interaksi antara Pemerintah dengan Masyarakat melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah di Kabupaten Bojonegoro periode Oktober-November 2014. b) Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu penelitian di bidang komunikasi, yaitu di bidang pemanfaatan program Pemerintah melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah untuk mencapai pemerintahan yang baik.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Landasan Teori a. Komunikasi Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi secara sederhana diartikan sebagai proses pertukaran antara manusia yang satu dengan yang lainnya dengan menggunakan lambang-lambang tertentu. Harold Laswell dalam Effendy memberi batasan tentang komunikasi sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media tertentu yang menimbulkan efek tertentu. Secara tidak langsung komunikasi adalah proses penyampaian pesan, baik secara langsung ataupun tidak langsung, dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Adapun model komunikasi Harold Laswell adalah: i. Who
:
Siapa
yang
melakukan
pesan
atau
siapa
komunikatornya. ii. Say what : Siapa yang mengatakan apa, yang dimaksud adalah pesan yang dissampaikan oleh komunikator. iii. In which channel : Dengan menggunakan alat bantu apa untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. iv. To whom : Kepada siapa pesan itu disampaikan. v. With what effect : Dengan efek apa setelah pesan disampaikan. 9
commit to user Onong Uchjana Effendy. 2006. Ilmu komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remadja Rosdakarya. hal 10 9
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hambatan Komunikasi Menurut Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori, dan Filasafat Komunikasi. Ada 4 jenis hambatan komunikasi, yaitu: a. Gangguan Ada 2 jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan semantik. i. Gangguan mekanik Gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. ii. Gangguan semantik Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantic tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep
yang
terdapat
pada
komunikator,
akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya Gangguan ini terjadi dalam salah pengertian. b.
Kepentingan Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan.
c.
Motivasi terpendam Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Semakin commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sesuai komunikasi
dengan
motivasi
seseorang
semakin
besar
kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya. d.
Prasangka Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi.10
b. Komunikasi Massa Komunikasi yang lebih luas jangkauannya adalah komunikasi massa yang menimbulkan efek tertentu secara massa. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik).11 Sebagian besar komunikasi massa menggunakan media yang disebut media massa sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat, yang merupakan hasil dari perkembangan teknologi komunikasi. Pengaruh perkembangan teknologi komunikasi bagi komunikasi massa pun sangat besar. Dengan adanya perkembangan teknologi komunikasi yang pesat, maka secara otomatis media massa pun semakin beragam. Fungsi komunikasi massa melalui media massa menurut Nurudin dalam buku Pengantar Komunikasi Massa tahun 2007 antara lain:
10
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, commit to user 1993), hal 45 11 Nurudin, Komunikasi Massa, (Malang: Cespur, 2003), hal 2
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
a) Fungsi Informasi : Menyampaikan informasi secara cepat kepada khalayak massa merupakan fungsi pokok dari komunikasi massa. Melalui media massa yang digunakan, informasi yang telah dikumpulkan dan dikemas kemudian disebarluaskan kepada khalayak luas. b) Fungsi Hiburan : Hiburan juga merupakan salah satu fungsi lainnya dari komunikasi massa yang menggunakan media massa. Kita tahu bahwa unsur hiburan yang paling nyata dan menonjol dalam media massa, terdapat pada media TV jika dibandingkan dengan media massa lainnya. Apalagi untuk TV swasta, proporsi acara atau tayangan yang bernuansa hiburan sangatlah menonjol. Namun demikian, masih ada kombinasi dengan fungsi-fungsi lainnya seperti penyampaian informasi, dll. c) Fungsi Persuasi : Persuasi sebagai salah satu fungsi komunikasi massa yakni kemampuan media massa dalam mempengaruhi khalayaknya agar berbuat sesuatu sesuai apa yang ditawarkan media massa yang bersangkutan. Contoh: tajuk rencana, artikel, surat pembaca adalah bernuansa persuasif. Persuasi bisa datang dalam berbagai bentuk: (1) mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; (2) mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; (3) menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu; dan (4) memperkenalkan etika, atau menawarkan nilai tertentu. d) Fungsi Transmisi Budaya : Terjadinya perubahan ataupun pergeseran budaya atau nilai-nilai budaya dalam suatu masyarakat, tidak terlepas dari keberhasilan media massa dalam memperkenalkan budaya-budaya global commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepada audiens massa. Hal ini juga seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang merambah ke berbagai area kehidupan masyarakat, termasuk budaya. e) Fungsi untuk Mendorong Kohesi Sosial: Kohesi sama dengan penyatuan. Kohesi sosial sebagai salah satu fungsi komunikasi massa, maksudnya media massa ikut berperan dalam mendorong masyarakat untuk bersatu. Misalnya: ketika media massa memberitakan tentang pentingnya kerukunan antar umat beragama, secara tidak langsung media tersebut berfungsi untuk mewujudkan terjadinya kesatuan secara sosial bagi masyarakat. f) Fungsi Pengawasan : Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh media massa adalah untuk mengontrol aktivitas masyarakat secara keseluruhan. Pengawasan dapat dilakukan media massa dalam bentuk kontrol sosial, peringatan, dan atau persuasif. Contohnya: pemberitaan tentang terorisme di Indonesia merupakan salah satu bukti peringatan kepada khalayak akan bahaya dan ancaman terorisme. Pemberitaan tentang kasus mafia peradilan juga merupakan salah satu contoh kontrol sosial yang dilakukan media massa. g) Fungsi
Korelasi
:
Maksudnya,
media
massa
berfungsi
untuk
menghubungkan berbagai elemen masyarakat. Misalnya peran media masssa sebagai jembatan penghubung masyarakat dengan pemerintah terkait dengan kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak (merugikan) masyarakat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
h) Fungsi Pewarisan Sosial : Pada konteks fungsi pewarisan sosial, media massa diibaratkan seperti seorang ―pendidik‖ yang berusaha meneruskan atau menurunkan ilmu pengetahuan, nilai-nilai, norma, dogma, bahkan etika kepada khalayaknya. i) Fungsi Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Represif :Media massa selain dapat dijadikan alat untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan, juga bisa dipakai untuk melawan dan merobohkan kekuasaan. Contohnya: tumbangnya rezim Orde Baru dibawah kepimpinan Soeharto (Alm), tidak terlepas dari pengaruh media massa dalam ikut memberitakan dan melakukan investigasi. Media massa tidak lagi sekadar meneruskan perkataan-perkataan pejabat pemerintah, tetapi ikut membongkar kasus ketidak-adilan yang dilakukan pemerintah. Contoh lainnya: kasus dan perseturuan ―cicak‖ dan ―buaya‖ antara KPK dan POLRI.12 Sejalan dengan penyataan diatas, Devito menyebutkan juga fungsi komunikasi massa secara khusus, adalah : meyakinkan (to persuade), menganugerahkan status, membius (narcotization), menciptakan rasa kebersatuan, privatisasi, dan hubungan parasosial. Meyakinkan atau persuasi bisa datang dalam bentuk : a. Mengukuhkan. Usaha untuk melakukan persuasi, kita pusatkan pada upaya mengubah, memperkuat sikap, atau kepercayaan khalayak, agar mereka dapat bertindak dengan cara tertentu. Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi, dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Sebagai contoh, jika kita mempunyai sikap menyukai ilmu commit to user Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa,.( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, . 2007), hal 66 – 93 12
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komunikasi, kita akan cenderung memilih kuliah di fakultas ilmu komunikasi, membaca tulisan tentang komunikasi, berbicara tentang komunikasi,
dan
melakukan
penelitian-penelitian
dalam
bidang
komunikasi. Begitu pula sebaliknya. b. Mengubah. Media akan mengubah orang yang tidak memihak pada suatu masalah tertentu. Menurut Devito, media juga menghasilkan banyak perubahan yang kita anggap sepele. Sebagai contoh perubahan pada perilaku membeli, seperti membeli kertas tisu, mungkin sangat dipengaruhi oleh media. c. Menggerakkan. Dilihat dari sudut pengiklan (advertiser) fungsi terpenting media massa adalah menggerakkan (activating) konsumen untuk mengambil tindakan. Media berusaha mengajak pembaca atau pemirsa untuk membeli dan menggunakan produk merek tertentu. Setelah suatu sikap dibentuk atau suatu pola perilaku dimantapkan, media berfungsi menyalurkan dan mengenndalikannya ke arah tertentu d. Menawarkan Etika. Fungsi persuasif dari media massa lainnya adalah mengetikakan (ethicizing). Dengan mengungkapkan secara terbuka tentang adanya penyimpangan tertentu dari suatu norma yang berlaku, media meranggsang masyarakat untuk mengubah situasi. Mereka menyajikan etika kolektif kepada pembaca dan pemirsa. Sebagai contoh, tanpa dipublikasikan, percintaan Pangeran Charles dengan Camilla, tidak mungkin akan memunculkan tuntutan dari masyarakat yang akhirnya mencoreng muka kerajaan Inggris.13 commit to user 13
Joseph, Devito, Komunikasi Antar Manusia, (Jakarta: Profesional Books, 1996)
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Media Massa Media massa (mass media) menurut Jeffkins tahun 2004 merupakan berbagai macam media atau wahana komunikasi massa seperti pers (secara sempit diartikan
sebagai
surat
kabar,
sedangkan
secara
luas
sebagai
media
pemberitahuan), media-media cetak pada umumnya (majalah dan jurnal), dan berbagai media elektronik seperti radio, bioskop dan televisi yang mampu menjangkau masyarakat luas.14 Pengertian lain menurut Nurudin, media massa itu adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen.15 Dari definisi diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa media massa memiliki kekuatan yang dahsyat untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Media massa mampu mengarahkan, membimbing, dan memengaruhi kehidupan di masa kini dan masa datang. Media berfungsi baik dalam format komunikasi satu arah maupun dua arah bahkan multi steps communication. Hal ini tak lain posisi media sebagai ruang publik yang merupakan wadah transaksi ide, gagasan, keinginan dan cita-cita setiap anggota masyarakat dalam berinteraksi kesehariannya. Fungsi sosial media itu sendiri menurut Dennis Mc Quail tahun 1996 adalah satu, memberi infomasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat; menunjukkan adanya hubungan kekuasaan, serta memudahkan inovasi, adaptasi dan kemajuan.
commit to user2004) hal. 420 Frank, Jefkins, Public Relations, (Jakarta: PT. Erlangga, Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa,.( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, . 2007) hal. 9
14 15
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dua, memberi informasi tentang korelasi yang bersifat menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi.; melakukan sosialisasi dan membentuk konsensus. Tiga, memberi informasi tentang hal yang berkesinambungan meliputi peningkatan dan pelestarian nilai-nilai; mengekspresikan budaya dominan dan mengakui budaya khusus. Empat, mengalihkan
memberi perhatian
hiburan dan
untuk
sarana
meredakan
relaksasi.
Lima,
ketegangan
sosial,
mobilisasi
untuk
mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, pembangunan pekerjaan dan agama.16 Penelitian tentang efek pesan media massa terhadap khalayak telah menjadi pusat perhatian berbagai pihak, baik para praktisi maupun teoretisi. Menurut Elvinaro Ardianto dalam buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar menyatakan bahwa efek pesan media massa terbagi menjadi tiga, yaitu: 17 1.
Efek Kognitif
Efek kognitif akibat yang timbul pada diri komunikan yang bersifat informatif bagi dirinya. Dalam hal ini, melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Jalaludin Rakhmat—sebagaimana dikutip Elvinaro— menyatakan bahwa karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang timpang, bias dan tidak cermat.
16
Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1996), hal 58
to user Elvinaro Ardianto. et al, Komunikasicommit Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007) hal. 52 17
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekadar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tapi lebih dari lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. 3.
Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Pada awalnya, efek komunikasi massa selalu dikaitkan dengan kekuatan media yang sedemikian besar berpengaruh dalam kehidupan khalayak. Teori ini lebih dikenal dengan Hypodermic Needle Theory atau teori peluru. Teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa, dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa.18 Akan tetapi sejak tahun 1960-an banyak penelitian yang dilakukan para pakar komunikasi yang ternyata tidak mendukung teori peluru tadi. Kemudian muncul teori limited effect model atau model efek terbatas sebagai hasil penelitian Hovland dengan menayangkan film bagi tentara. Hovland mengatakan bahwa pesan komunikasi efektif dalam menyebarkan informasi, bukan dalam mengubah perilaku.19 Seiring dengan perkembangan jaman, penelitian telah membuktikan bahwa khalayak pun memiliki kemampuan untuk menentukan media apa yang ingin dipilih. Kebutuhan akan informasi yang ingin didapat dari media telah membuat perkembangan media semakin tumbuh subur. 18 19
Ibid, hal 61 Ibid, hal 62
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Teori Penggabungan Informasi Paradigma dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tradisi Sibernetika, dengan pendekatan teori penggabungan informasi (Information Integration). Stephen W. Littlejohn dan Karen A Foss bagi pelaku komunikasi berpusat pada cara kita mengakumulasi dan mengatur informasi tentang semua orang, objek, situasi, dan gagasan yang membentuk sikap atau kecenderungan untuk bertindak dengan cara positif atau negatif terhadap beberapa objek. Pendekatan penggabungan informasi adalah salah satu model paling populer yang menawarkan untuk menjelaskan pembentukan informasi dan perubahan sikap. Model ini bermula dengan konsep kognisi yang digambarkan dengan sebuah kekuatan sistem interaksi. Informasi adalah salah satu dari kekuatan tersebut dan berpotensi untuk memperngaruhi sebuah sistem kepercayaan atau sikap individu. Sebuah sikap dianggap sebagai sebuah akumulasi dari informasi tentang sebuah objek, seseorang, situasi, atau pengalaman. Dalam teori ini terdapat dua variabel yang memiliki peranan penting dalam memperngaruhi perubahan sikap, yakni: valence atau arahan dan bobot. Dimana arahan mengacu pada apakah informasi mendukung keyakinan seseorang atau malah menyangkal mereka. Ketika informasi menyokong suatu keyakinan, maka informasi tersebut mempunyai arahan positif. Begitu pula sebaliknya, ketika informasi yang ada tidak dapat menyongkon, maka arahan terjadi adalah arahan negatif. Variabel kedua yang memengaruhi dampak dari informasi adalah bobot yang diberikan terhadap informasi. Bobot adalah sebuah kegunaan dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
kredibilitas.20 Lebih besar bobot tersebut maka lebih besar dampak dari informasi tersebut pada sistem keyakinan kita. Kaitannya dengan penelitian ini, Dialog Interaktif merupakan suatu bentuk proses pembentukan informasi yang dilakukan pemerintah sebagai pelaku komunikasi (komunikator) ke masyarakat (komunikan). Dimana informasi yang diberikan oleh komunikator (narasumber/pemerintah/SKPD) kepada komunikan (masyarakat) diharapkan dapat membentuk perubahan sikap. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan aspek kognitif. e. Interaksi Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang hidupnya bersosialisasi dengan orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk sosialisasi. Bisa berupa interaksi antar individu, interaksi individu dengan kelompok, dan interaksi antara kelompok. Sedangkan syarat terjadinya interaksi sosial adalah terjadi kontak sosial dan terjadi komunikasi. Menurut Soerjono Soekanto, Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antarindividu, antarkelompok, atau antara individu dan kelompok. a) Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu: adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. commit user Stephew W. Littlejohn dan Karen A. Foss, TeoritoKomunikasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2009) hal.111 20
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Kontak Sosial Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang berarti bersama-sama dan tango yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah kontak adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan tanpa harus menyentuhnya, seperti misalnya dengan cara berbicara dengan orang yang bersangkutan. Dengan berkembangnya teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu sama lain dengan melalui telepon, telegraf, radio, dan yang lainnya yang tidak perlu memerlukan sentuhan badaniah. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk menurut Soerjono Soekanto 21 yaitu sebagai berikut : a. Antara orang perorangan Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebiasaankebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui komunikasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi anggota. b.
Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya. Kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang merasakna
bahwa
tindakan-tindakannya
berlawanan
dengan
norma-norma masyarakat. commit to user PT Raja Grafindo Persada, 2005) Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: hal.59 21
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
c. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Umpamanya adalah dua partai politik yang bekerja sama untuk mengalahkan partai politik lainnya. Kontak sosial memiliki beberapa sifat, yaitu kontal sosial positif dan kontak sosial negatif. Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negative mengarah kepada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan kontak sosial. Selain itu kontak sosial juga memiliki sifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara. 2. Komunikasi Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran kepada orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan. Dengan adanya komunikasi sikap dan perasaan kelompok dapat diketahui olek kelompok lain aatau orang lain. Hal ini kemudain merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya. Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum misalnya, dapat ditafsirkan sebagai keramah tamahan, sikap bersahabat atau commit to user bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukan kemenangan.
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan demikian komunikasi memungkinkan kerja sama antar perorangan dan atau antar kelompok. Tetapi disamping itu juga komunikasi bisa menghasilkan pertikaian yang terjadi karena salah paham yang masing-masing tidak mau mengalah. b) Jenis-jenis Interaksi Sosial Ada tiga jenis interaksi sosial, yaitu: a. Interaksi antara Individu dan Individu. Pada saat dua individu bertemu, interaksi sosial sudah mulai terjadi. Walaupun kedua individu itu tidak melakukan kegiatan apa-apa, namun sebenarnya interaksi sosial telah terjadi apabila masing-masing pihak sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan dalam diri masingmasing. Hal ini sangat dimungkinkan oleh faktor-faktor tertentu, seperti bau minyak wangi atau bau keringat yang menyengat, bunyi sepatu ketika sedang berjalan dan hal lain yang bisa mengundang reaksi orang lain. b. Interaksi antara Kelompok dan Kelompok. Interaksi jenis ini terjadi pada kelompok sebagai satu kesatuan bukan sebagai pribadi-pribadi anggota kelompok yang bersangkutan. Contohnya, permusuhan antara Indonesia dengan Belanda pada zaman perang fisik. c. Interaksi antara Individu dan Kelompok. Bentuk interaksi di sini berbeda-beda sesuai dengan keadaan. Interaksi tersebut lebih mencolok
manakala
terjadi
perbenturan
perorangan dan kepentingan kelompok. commit to user
antara
kepentingan
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Ciri-ciri Interaksi Sosial Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang b. Ada komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol c. Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa mendatang) yang menentukan sifat aksi yang sedan berlangsung d. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamat Tidak semua tindakan merupakan interaksi. Hakikat interaksi terletak pada kesadaran mengarahkan tindakan pada orang lain. Harus ada orientasi timbalbalik
antara
pihak-pihak
yang
bersangkutan,
tanpa
menghiraukan
isi
perbuatannya: cinta atau benci, kesetiaan atau pengkhianatan, maksud melukai atau menolong. Sejalan pernyataan di atas, orientasi timbal balik juga terdapat dalam Dialog Interaktif yang notabenenya mengedepankan demokrasi deliberatif. Maksudnya adalah wadah atau forum yang berisikan diskusi membahas suatu isu berbeda tiap edisinya dengan sudut pandang berbeda pula, yaitu sudut pandang pemerintah dan sudut pandang masyarakat. Ini bertujuan untuk menjadikan suatu harmonisasi dalam kepemerintahan di Bojonegoro. Ini didukung pula dalam jurnal internasional berikut. ―From the point of view of deliberative democracy, it also appears that political discussion should ‗enlarge‘ people‘s minds and increase ‗reciprocity‘ and ‗impartiality‘ by providing opportunities to consider given issues from different, even opposite viewpoints‖. (Dari sudut pandang demokrasi deliberatif, juga tampak bahwa diskusi politik harus ‗memperluas‘ wawasan seseorang dan meningkatkan ‗timbal balik‘ dan commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
‗adil‘ dengan memberikan kesempatan untuk mempertimbangkan isu-isu tertentu dari sudut pandang yang berbeda).22 f. Teori Dialogis/Dialektis pada Hubungan 1) Teori Dialogis-Bakhtin Karya Bakhtin mendasari sebuah teori penyilangan yang berkaitan dengan tradisi komunikasi karena karya tersebut berperan pada sudut pandang sosiokultural dan kritikal. Dalam pemahaman metafora, Bakhtin membantu untuk memahami hubungan dalam masyarakat. a. Gagasan tentang realitas sehari-hari (lazim-prosaic) Gagasan yang hanya mengacu pada dunia yang biasa. Dunia sehari-haridipandang sebagai salah satu kegiatan dan kreatifitas konstan serta titik awal untuk segala macam perubahan yang berjalan lambat, dimana keputusan-keputusan penting dibuat. Dengan metafora fisika, dikenal dua kekuatan umum yang memengaruhi
kehidupan
sehari-hari
ini,
yaitu
sentripetal
dansentrifugal. Centripetal force mencoba menjatuhkan perintah padakekacauan yang nyata dalam kehidupan, sementara centrifugal force mengganggu perintah tersebut. b. Gagasan tentang kementahan Fokus Bakhtin pada kelaziman menghadirkan sebuah aspek penting dariteorinya-kementahan, bawa dunia bukan hanya tempat
22
Joohan Kim, Robert O. Wyatt dan Elihu Katz, (1999), News, Talk, Opinion, Participation: The Part Played by Conversation in Deliberative Democracy, Political Communication, Diakses pada tanggal 31 Maret 2015 pada pukul 19.00 WIB dari www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/105846099198541
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
yang berantakan dan kacau balau, melainkan terbuka dan bebas, tidak lengkap dan statis, kita membantu menyusun semua kejadian dan konteks yang membuat dunia menjadi dunia yang kompleks. c. Gagasan tentang heteroglossia Bahwa dunia terbentuk dari heteroglossia (banyak suara) yang semuanya berkontribusi terhadap perubahan yang konstan dan perubahan dunia. d. Gagasan tentang dialog Dialog adalah tentang bagaimana kita berinteraksi dalam interaksi khusus.Tidak ada bahasa umum yang disuarakan oleh suara umum, selalu ada seseorang yang berbicara dengan orang lain, bahkan ketika berbicara dengan dirinya sendiri. Karenanya, dialog adalah sesuatu yang terjadi dalam sebuah situasi tertentu bagi pelaku dialog tertentu. e. Gagasan tentang ucapan Merupakan inti konsepsi tentang dialog yang mengacu pada bahasa yang diucapkan pada sebuah konteks. Pelaku komunikasi mengungkapkan sebuah gagasan dan membuat sebuah penilaian tentang gagasan tersebut,mengantisipasi respons dari pihak lain. Dialog merupakan sebuah jaringan hubungan dengan orang lain yang kompleks. Dialog merepresentasikan sebuah subjek bahasan kontekstual yang berlanjut dan berkembang yang memperbesar definisi konstan dari pelaku dalam dialog juga. Dialog membentuk kebudayaan karena setiap interaksi dialogis merupakan sebuah commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pandangan terhadap setiap kebudayaan dari pendirian tertentu. Dalam dialog terjadi negosiasi atas pemahaman, pandangan, pendirian satu samalain melalui interaksi yang dibangun. Gagasan Bakhtin mendapatkan perhatian besar dari para ahli teori kritis dan kultural yang tertarik pada proses pemahaman negosiasi dari tempat yang terpinggirkan dalam sebuah kebudayaan. Pandangan Bakhtin yang dianggap penting tentang hubungan: 1. Antara dua individu sebagai sebuah pembukaan potensi yang mungkin tidak pernah disadari; dan 2. Antara kebudayaan. 2) Teori dialogis dan dialektis tentang hubungan-Laslie Baxter Dialogis-hubungan diartikan melalui sebuah dialog antara banyak suara. Dialektis-hubungan
merupakan
sebuah
tempat
yang
menangani
pertentangan.Dialektis mengacu pada sebuah tekanan antara kekuatankekuatan yang berlawanan dalam sebuah sistem. Tekanan dialektis dapat terlihat dengan sangat mudah dalam institusi masyarakat yang lebih besar. Dialog secara umum adalah suara-suara berbeda yang menyatu dalam sebuah percakapan. Baxter memandang dialog sebagai pecakapan yang mendefinisikan dan mendefinisikan ulang hubungan ketika hubungan muncul dalam situasi sebenarnya. Hubungan bersifat dinamis dan komunikasi adalah hal yang mengatur persamaan dan perbedaan. Berikut ini adalah beberapa pandangan Baxter: a. Hubungan dihasilkan melalui dialog yang mendefinisikan hubungan seseorang dengan orang lainnya. Chronotopic similarity-menceritakan commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kembali
cerita-cerita
lama
dari
hubungan
yang
membawa
kebersamaan atau pengalaman bersama. b. Dialog menghasilkan sebuah kesempatan untuk mencapai sebuah persatuan dalam perbedaan. c. Stabilitas perubahan atau tekanan antara dapat diduga dan konsisten melawan spontan dan berbeda. Aspek perubahan kualitas ketika hubungan berkembang (Carol Werner danLeslie Baxter) : 1. Amplitudo-kekuatan perasaan, perilaku, atau keduanya. 2. Kepentingan-fokus pada masa lalu, masa sekarang, atau masa depan. 3. Skala-seberapa lama pola-pola tersebut bertahan. 4. Rangkaian-susunan kejadian dalam hubungan. 5. Langkah/irama-kecepatan kejadian dalam hubungan dan jarak antarkejadian. d. Dialog
adalah
estetika
yang
melibatkan
pemahaman
akan
keseimbangan,keterkaitan, bentuk dan kesatuan. e. Dialog adalah wacana yang tidak pernah berhenti yang menjadikan hubungan tidak dapat diakhiri.23 Kaitannya dengan penelitian ini, peneliti menilai aplikasi teori Dialogis Baxter tepat dengan judul penelitian ini yaitu tentang suatu program pemerintah yaitu Dialog Interaktif. Dimana program ini merupakan suatu hubungan
to user Stephew W. Littlejohn dan Karen A.commit Foss, Teori Komunikasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2009) hal. 298-306 23
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
pemerintah dengan masyarakat yang mencakup beberapa pandangan-pandangan Bakhtin yang diperbaharui oleh pandangan Baxter. g. Radio Radio merupakan salah satu media komunikasi massa. Audiensnya mencakup orang-orang dari berbagai jenis pekerjaan, usia, budaya, tempat, dan kondisi sosial ekonomi yang berbeda. Perhatian mereka terfokus pada hal yang sama yaitu berita atau acara yang disajikan. Karena itu ia bersifat publik dan heterogen. Isinya terbuka bagi semua orang. Sama seperti media komunikasi massa lainnya, radio memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai alat penerangan, pendidikan, mempengaruhi massa, dan hiburan.24 Menurut Dominick, radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya.25 Keunggulan radio siaran adalah berada dimana saja. Radio memiliki kemampuan menjual bagi pengiklan yang produknya dirancang khusus untuk khalayak tertentu. Sama halnya dengan media massa lainnya, radio juga pada dasarnya mempunyai fungsi. Seperti yang diungkapakan oleh Effendy, bahwa radio siaran mempunyai 4 fungsi sebagai berikut: 1.
Fungsi penerangan Seperti yang telah diketahui, radio siaran bersifat audial, yang hanya dapat digunakan dengan cara didengarkan,tapi bukan berarti radio siaran tidak
24
S. M. Siahan, Komunikasi: Pemahaman dan Penerapannya, ( Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1991), Hal. 24 25 user Joseph R. Dominick, The Dynamicscommit of MasstoCommunication, (New York: Random House, 2000), hal. 242
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sanggup menjalankan fungsinya sebagai media penerangan. Radio dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang amat memuaskan walau hanya dilengkapi dengan unsur audio. Radio siaran dapat menjalankannya dalam bentuk siaran berita, wawancara, editorial udara, reportase langsung, talk show dan lain-lain. 2.
Fungsi pendidikan Sebagai media pendidikan, radio siaran merupakan sarana yang
ampuh
untuk menyiarkan acara pendidikan khalayak secara meluas dan serempak. 3.
Fungsi hiburan Sebagian alokasi waktu siaran juga diisi oleh acara-acara hiburan bisa berupa musik maupun drama radio.
4.
Sarana propaganda Radio siaran juga merupakan sarana propaganda, bisa terlihat dengan banyaknya pemasang iklan yang memilih radio siaran sebagai sarana pemasangan iklannya. Contohnya saja radio siaran tidak hanya menyiarkan informasi, sebagai control social tetapi juga sebagai alat propaganda seperti contohnya: pada tanggal 10 november 1945, Bung Tomo dengan gayanya melalui mikrofon ― Radio Pemberontak‖ berhasil membangkitkan semangat bertempur.26 Penyampaian pesan melalui radio siaran, berbeda dengan penyampaian
pesan melalui media massa lainnya. Komunikator yang menyampaikan pesan kepada komunikan melalui radio siaran harus dapat mengkombinasikan unsurunsur penting dalam meningkatkan efektivitas pada siaran radio, yaitu sound 26
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,
1993), hal 137-138
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
effect, musik, dan kata-kata sehingga dapat diterima dengan baik oleh komunikan yang bersifat heterogen aktif, dan selektif, agar komunikasi yang dilakukan oleh komunikator berjalan efektif dan efisien. Selain itu faktor – faktor yang mempengaruhi kekuatan radio siaran adalah : a) Daya langsung Berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada pendengarnya yang relative cepat. b) Daya Tembus Langsung pada contohnya kita dapat mendengarkan berita dari BBC,dan dapat mendengarkan berita dari negara lain. Dengan mudahnya kita dapat memindahkan channel dari stasiun radio satu ke stasiun radio lainnya. Dapat dilihat bahawa radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan. c) Daya Tarik Daya tarik yang dimiliki radio siaran ini disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat ketiga unsure yang ada padanya, yakni musik,kata-kata dan efek suara(sound effect). Karakteristik radio siaran : Untuk radio siaran terdapat cara tersendiri, dimana apayang disebut broadcast style atau gaya radio siaran. Gaya radio siaran ini disebabkan oleh sifat radio siaran yang mencakup: a) Auditori Sifat Auditori yang dimiliki radio siaran ini membuat kemampuan manusia itu terbatas, pesan komunikasi nelalui radio siaran diterima commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan selintas. Pendengar tidak dapat mendengar kembali (rehearing) informasi yang tidak jelas diterimanya. b) Radio is the Now Ditinjau dari nilai aktualitas berita, mestinya radio siaran dibandingkan dengan media massa lainnya adalah yang paling aktual. c) Imajinatif Radio siaran hanya dapat kita nikmati secara audio atau hanya dapat kita dengarkan saja, sehingga kita sebagai pendengar radio siaran diajak untuk berimajinatif. Contohnya: jika kita mendengarkan berita bola, kita seakanakan berada dilapangan menyaksikan pertandingan bola, dengan teriakan reporter dengan suara yang nyaring dan irama bicara cepat melaporkan jalanya perpindahan bola,sehingga dari suara yang kita dengar membuat kita berimajinatif. d) Akrab Seakan-akan radio siaran dapat menemani kita selama beraktifitas seharihari . e) Gaya Percakapan Gaya bahasa yang digunakan membuat pendengar bisa tertarik dari infromasi yang di siarkan melalui radio siaran, pendengar di buat terfokus pada gaya bahasa yang digunakan reporter maupun penyiar dalam memberitakan dan mengkomunikasikan berita dan informasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
f) Menjaga Mobilitas Pada umumnya kita mendengarkan radio sambil melakukan aktivitas lain. Mobilitas pendengar terjaga, karena pendengar tidak meninggalkan pekerjaan ketika mendengarkan radio.27 Pada dasarnya sistem radio siaran dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Radio Siaran Pemerintah (Goverment Ownership and Operation Broadcasting) Badan radio siaran ini dimiliki dan dikuasai pemerintah. Pengelolaanya diserahkan kepada salah satu departemen. Pemerintah Republik Indonesia, misalnya, menempatkan RRI pada Departemen Penerangan. Karena milik pemerintah dan dikuasai pemerintah maka Radio Siaran Pemerintah melakukan operasinya dengan menyandang misi pemerintah. Biayanyapun termasuk anggaran belanja pemerintah. Perbedaan RRI dari Radio Siaran Pemerintah lainnya adalah bahwa RRI mencari sumber biaya dari periklanan. Jadi RRI tidak lagi berfungsi sosial, tetapi juga komersial. Hal ini dikukuhkan dengan SK Menteri Penerangan RI No. 19 Tahun 1968. Meskipun demikian, sejalan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, pelaksanaan RRI di bidang komersial selalu dibatasi dalam arti kata aktivitas dan penggunaan dari hasilnya. “Political discussions are important to a democratic society, and the media can play a significant role in generating political discussions by providing mediated public forums. Based upon these premises, this study conceptualizes talk radio listening as an „opinion activity‟. It examines the relationship between talk radio listening and various forms of opinion expressions and political discussions in Hong Kong. Analysis of a survey shows that talk radio listeners are more opinionated about public affairs.”. (Diskusi politik yang penting bagi masyarakat yang demokratis, dan media dapat memainkan peran penting dalam menghasilkan diskusi politik dengan menyediakan forum-forum publik dimediasi. Berdasarkan tempat ini, penelitian ini dikonsep mendengarkan talk radio sebagai to user Elvinaro Ardianto. et al, Komunikasicommit Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007) hal. 128-132 27
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
‗kegiatan berpendapat'. Itu menguji hubungan antara pendengar talk radio dan berbagai bentuk ekspresi pendapat dan diskusi politik di Hong Kong. Analisis survei menunjukkan bahwa pendengar talk radio lebih dogmatis tentang urusan publik.).28
Pemerintah barat seperti Amerika Serikat juga negara demokratis yang berusaha mengedepankan kepuasan penduduk atau warganya sebagai goals yang harus dicetak oleh pemerintahnya. Seperti yang dikutip di jurnal ilmiah internasional seperti ini. “Government accountability. Even though all governments – whether democratic or authoritarian – have to deliver a minimum of public goods in order to avoid widespread social unrest electoral democracy provides strong institutional incentives for political officials to be accountable to their citizens. With periodic elections citizens have a powerful instrument in their hand to reward or punish a government for its performance. Since elections are the main mechanism to allocate power in democratic systems they link the self‐interest of politicians with the requirement to act in the interest of the population. Media accountability. Without reliable information, it would be impossible for citizens to use their power effectively at election time, nor would they be aware of the problems and issues that need active consideration beyond voting. Since the media are the main source of information and a vital link between the government and citizens they are an indispensable precondition for both government accountability and social accountability. The daily flow of news generates a “running tally” of government policies, political events and the actions of political officials on the basis of which citizens make their choices. The media are also expected to provide a forum where a broad range of voices – opposition parties, civil society actors, independent experts and ordinary citizens – can express alternative views. Moreover, the media are widely seen as a „Fourth Estate‟. The term locates the media as an institution alongside other branches of government who together provide a system of checks and balances to control political officials and prevent misuses of power." (Akuntabilitas pemerintah. Meskipun semua pemerintah - apakah demokratis atau otoriter - harus memberikan minimal menguntungkan publik untuk menghindari kerusuhan sosial demokrasi elektoral luas menyediakan insentif kelembagaan yang kuat bagi para pejabat politik untuk bertanggung jawab kepada warganya. Dengan pemilihan berkala 28
Francis L. F. Lee, (2007), ―Talk Radio Listening, Opinion Expression and Political Discussion commit to user in a Democratizing Society‖, Asian Journal of Communication, Diakses pada tanggal 29 Januari 2015 pukul 15.11 WIB dari http://www.tandfonline.com/loi/rajc20
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
warga negara memiliki instrumen yang kuat di tangan mereka untuk menghargai atau menghukum pemerintah untuk kinerjanya. Karena pemilu adalah mekanisme utama untuk mengalokasikan kekuasaan dalam sistem demokrasi mereka menghubungkan kepentingan politisi dengan persyaratan untuk bertindak demi kepentingan penduduk. Akuntabilitas Media. Tanpa informasi yang dapat dipercaya, tidak mungkin bagi warga untuk menggunakan kekuasaan mereka secara efektif pada saat pemilu, dan tidak akan mereka menyadari masalah dan isu-isu yang perlu dipertimbangkan aktif di luar pemungutan suara. Karena media merupakan sumber utama informasi dan link penting antara pemerintah dan warga negara mereka adalah prasyarat mutlak bagi akuntabilitas pemerintah dan akuntabilitas sosial. Aliran harian berita menghasilkan "menjalankan penghitungan" dari kebijakan pemerintah, peristiwa politik dan tindakan pejabat politik atas dasar dari mana warga membuat pilihan mereka. Media juga diharapkan untuk memberikan sebuah forum di mana berbagai suara partai oposisi, kelompok masyarakat, para ahli independen dan warga biasa - dapat mengekspresikan pandangan alternatif. Selain itu, media secara luas dilihat sebagai 'Fourth Estate'. Istilah menempatkan media sebagai institusi bersama cabang lain dari pemerintah yang bersama-sama menyediakan sistem checks and balances untuk mengontrol pejabat politik dan mencegah penyalahgunaan kekuasaan).29
2. Radio Siaran Semi Pemerintah (Public Corporation Broadcasting) Ini merupakan perusahaan umum (public enterprise) di bawah pengawasan sebuah korporasi (corporation) yang bebas (Independent) tetapi terikat oleh sebuah charter untuk melaksanakan siarannya guna kepentingan umum seluruh negeri. Radio siaran dengan bentuk organisasi corporation berdasarkan sebuah charter yang berlaku untuk masa (10 sampai 25 tahun) yang dapat diperpanjang lagi. Penyelenggaraan dipimpin oleh suatu direksi yang diawasi oleh sebuah dewan yang disebut ―Broad of Governors‖ yang beranggotakan wakil-wakil pemerintah dan Parlemen. Penyusunan program dibantu oleh Advieory Council. Untuk kelangsungan siarannya, para pemilik pesawat radio dipungut iuran 29
Katrin Voltmer, (2008), The media, government accountability, and citizen engagement, Harvard-World Bank Workshop on The Role of the News Media in the Governance Reform Agenda, Diakses tanggal 31 commit Maretto user 2015 pukul 15.51 WIB dari www.hks.harvard.edu/fs/pnorris/Acrobat/WorldBankReport
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(lisence fee). Hidupnya sebagian corporation sebagian besar adalah dari iuran radio, dan hanya sebagian kecil saja diperoleh dari usaha sendiri seperti penerbitan, pertunjukan, dan lain sebagainya. Usaha dalam bentuk periklanan tidak dibenarkan. Dalam pada itu sensor terhadap isi siaran tidak dilakukan oleh pemerintah, karena kehendak masyarakat dan kepentingan Pemerintahan telah terjamin oleh ―Broad of Governors‖ tadi, yang terdiri dari wakil-wakil pemerintahan dan Parlemen. 3. Radio Siaran Swasta (Private Enterprise Broadcasting) Badan radio siaran swasta ini dimiliki perorangan dan sifatnya komersial. Dengan lisensi pemerintah, biaya untuk kelangsungan hidupnya diperoleh dari periklanan dan persponsoran acara (sponsored program). Di Amerika Serikat radio siaran swasta mempunyai jaringan yang luas, seperti NBC, CBS, ABC, dan MBS. Sesuai dengan sistem pemerintahan Amerika Serikat, badan radio siaran tersebut mempunyai kebebasan sepenuhnya, dalam arti kata tidak mengenal sensor. Ini tidak berarti bahwa pengelolaannya tidak mengenal tanggung jawab nasional dan tanggung jawab sosial. Tanggung jawab mereka adalah pada kesadaran sendiri atau hati nurani sendiri yang dengan sendirinya bertanggung jawab secara nasional dan sosial. Ketiga sistem radio siaran tersebut menentukan pembagian bahan siaran untuk diproduksikan dan disajikan kepada para pendengar. Pada umumnya terdapat dua metode penggolongan bahan siaran yang dianut oleh badan-badan radio siaran di dunia.
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Metode menurut Unsur Acara Siaran a) Siaran Kata : segala bahan siaran yang pokok isinya dilukiskan dengan kata-kata. b) Siaran Seni Suara : segala bentuk kesenian yang pokok isinya dilukiskan dengan musik. b. Pembagian menurut Tujuan Acara Siaran a) Siaran Pemberitaan dan Penerangan Warta
berita,
Reportase,
Penerangan
umum
dan
Pengumuman b) Siaran Pendidikan Siaran Kanak-kanak, siaran remaja, siaran sekolah, siaran pedesaan, siaran keluarga berencana, siaran agama, siaran wanita, dan siaran pengetahuan umum. c) Siaran Kebudayaan Kesusteraan, kesenian daerah / tradisional, dan apresiasi seni. d) Siaran Hiburan Musik daerah, musik Indonesia, musik asing dan hiburan ringan. e) Siaran Lain-lain Ruangan iklan dan pembukaan / penutupan siaran. 30
toPraktek, user (Bandung: Mandar Maju, 1990) Onong Uchjana Effendy, Radio Siarancommit Teori dan hal.112-117 30
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
F. Penelitian Terkait Penelitian yang dilakukan pada dasarnya memiliki acuan dari penelitian terdahulu. Dapat dikatakan bahwa penelitian ini tidak dilakukan dari nol, namun penelitian sejenis yang muncul sebelumnya menjadi referensi dilakukannya penelitian ini. Berikut ini beberapa penelitian sejenis yang menjadi referensi peneliti dalam menyusun penelitian ini, antara lain : 1. Fatmasari Sukesti,SE,M.Si. 2011. Transparansi APBD sebagai Sarana Akuntabilitas Publik dan Good Governance. Universitas Muhammadiyah Semarang. Jurnal ilmiah ini berpendapat bahwa keterbukaan informasi publik itu diatur dalam UU No. 14 Tahun 2008 dimana mewajibkan setiap badan publik untuk membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk mendapatkan informasi publik . Namun tidak semua informasi dapat diakses, seperti jenis informasi yang dikecualikan. Adapun jenis-jenis informasi yakni informasi wajib disediakan, informasi yang wajib tersedia setiap saat, informasi yang dikecualikan dan informasi yang diperoleh berdasarkan permintaan. Selanjutnya, prinsip transparansi kebijakan publik ini memiliki dua aspek yaitu: 1. Komunikasi publik oleh pemerintah ; 2. Hak masyarakat terhadap akses informasi. Dua aspek tersebut juga memberikan pengaruh terhadap transparansi kebijakan publik. 2. Zainudin Seno Aji. 2008. Peran Radio Pemerintah Daerah dalam Program Siaran Agama Islam sebagai Media Dakwah di Kabupaten Klaten. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi ini commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjelaskan bahwa peran Radio Pemerintah Daerah sebagai media dakwah meliputi bidang pendidikan, bidang informasi dan bidang propaganda, sedangkan program siarab Islam yang disiarkan oleh RPD tidak meliputi peran di bidang hiburan. Merujuk pada penelitian di atas, maka sangatlah menarik untuk menggabungkan ide-ide dari penelitian tersebut. Untuk meneliti bagaimana pemanfaatan Program ‗Dialog Interaktif‘ sebagai sarana interaksi antara Pemerintah dengan Masyarakat melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah di Kabupaten Bojonegoro periode Oktober-November 2014. Dengan latar belakang adanya program pemerintah yang bertujuan sebagai tempat berinteraksi dengan masyarakat seperti Dialog Interaktif dan disiarkan langsung oleh Radio Siaran Pemerintah Daerah, oleh karena itu peneliti tertarik untuk menggabungkan temuan tersebut menjadi sebuah obyek penelitian. G. Definisi Konseptual Konsep merupakan abstraksi suatu fenomena yang harus dirumuskan dari sejumlah karakteristik kejadian-kejadian keadaan kelompok atau individu. F.1. Dialog Interaktif Adalah suatu program acara Dinkominfo dan RSPD Malowopati FM dari hasil bentukan Bupati Suyoto sebagai mekanisme yang efektif untuk mengakomodasi aspirasi masyarakat. Program ini bisa menjadi peluang bagi masyarakat untuk terus berinteraksi dengan pemerintah daerah bahkan bupati. commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Interaksi yang tidak sekedar bertatap muka, namun juga betul-betul mampu dipahami masyarakat maupun pemerintah daerah sebagai media yang efektif. F.2. Sarana Interaksi Suatu sarana atau wadah hubungan antarindividu, antarkelompok, atau antara individu dan kelompok. Dalam hubungan dengan penelitian ini Dialog Interaktif sebagai wadah hubungan antara pemerintah dengan masyarakat Bojonegoro. F.3. Pemerintah Pemerintah adalah sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagianbagiannya.31 Pemerintahan yang dibahas di penelitian ini adalah Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Pemkab Bojonegoro selalu berusaha mengusung good governance sebagai motto dalam pemerintahan Suyoto. Salah satu hal menjadikan good governance
yaitu
dengan
adanya
transparansi
dari
pemerintah
ke
masyarakatnya. Oleh karena itu dibentuklah Dialog Interaktif. F.4. Masyarakat Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat tertentu.32 Mayarakat di penelitian ini yaitu masyarakat Bojonegoro secara keseluruhan.
31 32
commit to user www.kbbi.web.id , Definisi Pemerintah , (diakses pada tanggal 31 Maret 2015, pukul 12.03) Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi I, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996) hal.100
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F.5. . Radio Siaran Pemerintah Daerah Badan radio siaran ini dimiliki dan dikuasai pemerintah daerah. Pengelolaanya diserahkan kepada salah satu departemen. Karena milik dan dikuasai pemerintah maka Radio Siaran Pemerintah Daerah melakukan operasinya dengan menyandang misi pemerintah. Biayanya pun termasuk anggaran belanja pemerintah daerah. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menyerahkan pengelolaan RSPD Bojonegoro, yaitu Radio Malowopati FM, ke Dinas Kominfo.
commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Kerangka Pemikiran Berikut adalah Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ini: Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Good Governance
Pemkab Bojonegoro : Dinas Kominfo
RSPD Malowopati FM Bojonegoro
Dialog Interaktif
Sarana Interaksi dengan Masyarakat Bojonegoro Sumber : Olahan Peneliti
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. Metodologi Penelitian a) Jenis penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif yakni tidak dimaksudkan untuk memberikan penjelasanpenjelasan (explanation), mengontrol gejala-gejala komunikasi atau mengemukakan
prediksi-prediksi
tetapi
lebih
dimaksudkan
untuk
mengemukakan gambaran dan atau pemahaman (understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi.33 Pada penelitian ini peneliti hanya mengembangkan konsep dan menghimpun fakta dan mendeskripsikan atau menggambarkan suatu gejala yang sedang terjadi. b) Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-November 2014 di Pemerintah Kabupaten Bojonegoro khususnya di Pendopo Malowopati tempat Dialog Interaktif berlangsung. Wawancara mengambil tempat di Dinas Kominfo, Rumah Dinas Bupati, Pemkab Bojonegoro, dan Kantor Radio Malowopati FM. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
commit to userLKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: 2007), hal.35 33
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulan. 34 Populasi yang dimaksud adalah semua orang yang terlibat dalam program ‗Dialog Interaktif‘ melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Kabupaten Bojonegoro yang memiliki kewenangan dan terlibat langsung dalam program acara ini. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan ―purposive sampling‖. Yaitu, pengambilan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan tertentu untuk mewakili informasinya dengan kelengkapan dan kedalamannya yang tidak ditentukan oleh jumlah sumber datanya. Kelebihan pengambilan sampel dengan ―purposive sampling‖ adalah peneliti bisa memiliki keleluasaan untuk menentukan pengambilan keputusan mengenai apa yang sedang dikaji, dan dengan siapa ingin melakukan wawancara, kapan melakukan pengamatan, serta kebebasan untuk menentukan jumlah serta jenis dokumen yang ingin dikaji. Dalam penelitian ini, kriteria pemilihan sampel ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa yang bersangkutan merupakan informan yang mengetahui informasi secara mendalam dan dapat dipercaya sebagai sumber data yang baik. Pihak-pihak yang dijadikan sample dalam penelitian ini adalah Bupati Bojonegoro, Humas Pemkab Bojonegoro, Kepala Dinkominfo Bojonegoro, dan Kepala RSPD Bojonegoro. c) Teknik Pengumpulan Data Goetz dan Lecompte dalam Sutopo, menyatakan bahwa strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu metode interaktif yang meliputi interview, observasi, dan commit to user 34
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2002) hal.55
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
metode non interaktif yang meliputi content analysis dokumen dan arsip.35 Data-data ini tergabung dalam data primer dan sekunder. Berikut penjabarannya: a.
Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Dalam penelitian ini, cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data primer yaitu: a. Wawancara (interview) Wawancara dalam riset kualitatif, yang disebut sebagai wawancara mendalam (indepth interview) atau wawancara secara intensif dan kebanyakan tak berstruktur. Wawancara mendalam (indepth interview) adalah wawancara yang dilakukam secara mendalam dengan lebih memfokuskan pada persoalan-persoalan yang menjadi pokok dari minat penelitan.36 Peneliti mewawancarai pihak-pihak yang dijadikan sampel dalam peneltian ini, yaitu Bupati Bojonegoro, Humas Pemkab Bojonegoro, Kepala Dinas Kominfo Bojonegoro, dan Kepala RSPD Bojonegoro. b.
Observasi Observasi yang digunakan adalah observasi partisipan, yaitu metode ini lebih memungkinkan periset mengamati kehidupan individu atau kelompok situasi riil, dimana terdapat setting yang riil tanpa dikontrol atau diatur secara sistematis.
35
Sutopo. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar teori dan Terapannya dalam Penelitian, 1998, (Surakarta: Sebelas Maret University Press), hal 23 36 commit user Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, 2007,to (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta), hal.133
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Disini pada dasarnya periset mempunyai dua peran yaitu sebagai partisipan dan sebagai periset (observer). Dalam penelitian ini peneliti menjadi observer sebagai partisipan aktif. Yaitu orang luar yang netral (outsider) yang mempunyai kesempatan untuk bergabung dalam kelompok dan berpartisipasi dalam kegiatan dan pola hidup kelompok tersebut sambil melakukan pengamatan.37 Jadi, peneliti akan hadir dalam program acara ‗Dialog Interaktif‘ selama bulan Oktober-November 2014 dan melakukan pengamatan (obervasi) dan merangkumnya dalam laporan hasil observasi. b.
Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi kepustakaan.
Studi
kepustakaan
dalam
peneltian
kualitatif
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/ dapat dipercaya kalau didukung oleh dokumen yang terkait dengan fokus penelitian. Data tersebut diperoleh melalui dokumendokumen seperti surat-surat, arsip, atau laporan tertulis. Selain dokumen, data-data penunjang juga dapat diperoleh melalui bukubuku, artikel, dan makalah yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah transkrip atau hard book program acara Dialog Interaktif.
37
commit to user Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), hal.112
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interaction models of analysis), seperti dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Penelitian ini bergerak di antara empat komponen, yaitu pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi, dimana aktivitas ketiga komponen tersebut bukanlah linear namun lebih merupakan siklus dalam struktur kerja interaktif. Di dalam penelitian kualitatif proses analisis yang digunakan tidak dilakukan setelah data terkumpul seluruhnya, tetapi dilakukan pada waktu bersamaan dengan proses pengumpulan data. Hal ini dilakukan karena analisis ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran khusus yang bersifat menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam permasalahan yang akan diteliti. Peneliti mengumpulkan data dari hasil lapangan dengan teknik pengumpulan data yang telah disebutkan diatas. Setelah data terkumpul, dilakukan reduksi data dan menyajikan data. Reduksi Data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulankesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Data ini sebagai bahan deskripsi keadaan, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Adapun teknik analisis data digambarkan Bagan 1.1. sebagai berikut:
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagan 1.2. Teknik analisis data menurut Miles dan Huberman38
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data
Kesimpulan-kesimpulan Penarikan / Verikasi
Sumber : Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman dalam buku Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru
e) Validitas Data Validitas data dalam penelitian komunikasi kualitatif menunjuk pada tingkat sejauh mana data yang diperoleh telah akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti. Keabsahan ini dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang dituju, tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realita data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri sesorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya. Oleh karena itu, agar data yang dikumpulkan bersifat valid dan reliable, dalam penelitian ini menggunakan analisis triangulasi. Analisis
commitAnalisis to userData Kualitatif: Buku Sumber Tentang Matthew B. Miles, A. Michael Huberman, Metode-Metode Baru, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1992), hal 20 38
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
triangulasi
yaitu
menganalisis
jawaban
subjek
dengan
meneliti
kebenarannya dengan data empiris (sumber data lainnya) yang tersedia. Disini jawaban subjek di cross-check dengan dokumen yang ada. 39 Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Peneliti menggunakan triangulasi sumber atau yang dikenal juga dengan sebutan triangulasi data dalam peneltian ini. Triangulasi sumber/data menunjukkan usaha dari peneliti untuk mengakses sumber-sumber yang lebih bervariasi untuk memperoleh data dalam kerangka persoalan yang sama. Hal ini bertujuan menguji data yang diperoleh dari satu sumber dengan sumber lain. Untuk menjaga keabsahan data dari penelitian ini, peneliti mengacu pada sumber-sumber lain dalam menginterpretasikan data. Sumber-sumber ini berupa buku-buku, jurnal, atau artikel yang berhubungan dengan penelitian.40 Triangulasi sumber/data untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan sumber/data dari hasil wawancara mendalam kepada sampel yang sudah ditetapkan sebelumnya yaitu yaitu Bupati Bojonegoro, Humas Pemkab Bojonegoro, Kepala Dinas Kominfo Bojonegoro, dan Kepala RSPD Bojonegoro dan catatan hasil observasi. Selain itu peneliti menggunakan acuan buku, artikel, internet, dan sebagainya yang menjelaskan tentang masalah yang diteliti.
39
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), hal.70 commit to userLKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: 2007), hal.56 40