BAB I PENDAHULUAN Pada Publikasi sebelumnya Pendapatan Regional Kabupaten Semarang dihitung berdasarkan pada pendekatan produksi. Lebih jauh dalam publikasi ini, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Semarang akan dilihat dari sisi yang lain, yaitu dengan pendekatan pengeluaran . Dengan tersedianya data PDRB menurut pengeluaran secara baik, lengkap, dan berkesinambungan diharapkan dapat memberikan gambaran fenomena ekonomi tentang perilaku konsumsi masyarakat, konsumsi lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, dan investasi (fisik). Dengan ketersediaan data yang baik, juga akan dapat diperoleh informasi tentang surplus atau defisitnya neraca perdagangan barang dan jasa dengan pihak luar wilayah. Cakupan Pendapatan Regional dari pendekatan pengeluaran meliputi : a. Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga b. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit c. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah d. Pembentukan Modal Tetap Bruto e. Perubahan Stok dan Ekspor Neto (Ekspor dikurangi Impor) PDRB menurut Pengeluaran disajikan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000. PDRB Pengeluaran berdasarkan harga berlaku menunjukkan bagaimana produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan di perdagangkan dengan pihak luar negeri dan propinsi lain. Seperti halnya PDRB menurut sektoral, pada PDRB menurut komponen pengeluaran atas dasar harga berlaku menjelaskan tentang besaran nominal PDRB menurut pengeluaran karena dipengaruhi oleh perubahan volume dan perubahan harga yang berlaku di tahun tersebut. Sedangkan PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan menjelaskan besaran PDRB yang hanya dipengaruhi oleh perubahan volume saja (harga diasumsikan tetap). Angka PDRB menurut pengeluaran bermanfaat untuk pengukuran laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri dan antar propinsi.
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
1
Selain agregrat pendapatan, dalam publikasi ini juga ditampilkan tabel-tabel hasil olahannya, antara lain: 1. distribusi persentase yang menggambarkan peranan kelembagaan dalam menggunakan barang dan jasa, 2. indeks berantai menunjukkan tingkat perkembangan komponen PDRB, 3. indeks perkembangan yang menggambarkan fluktuasi komponen PDRB pengeluaran dari tahun ke tahun dibandingkan dengan tahun dasar, 4. indeks harga implisit yang menggambarkan tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya dari komponen pengeluaran.
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
2
BAB II METODE PENGHITUNGAN PDRB menurut pengeluaran menggambarkan pengeluaran barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Pengeluaran tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu konsumsi antara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam proses produksi. Konsumsi akhir yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Barang dan jasa yang termasuk dalam konsumsi antara akan habis dalam proses produksi, sedangkan barang dan jasa yang termasuk dalam konsumsi akhir meliputi : a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga b. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nonprofit c. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah dan Pertahanan d. Pembentukan Modal Tetap Bruto e. Perubahan Stok f. Ekspor g. Impor PDRB menurut pengeluaran disubstitusikan ke dalam persamaan: Y = Ch+ Cn+ Cg+ If+ Is+ X - M dimana: Ch = Konsumsi Rumah Tangga Cn = Konsumsi Lembaga Swasta Nonprofit Cg = Konsumsi Pemerintah dan Pertahanan If = Pembentukan Modal Tetap Bruto Is = Perubahan Stok X = Ekspor M = Impor Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
3
Dengan berdasar pada persamaan tersebut, PDRB pengeluaran dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) komponen besar yaitu : 1. Untuk Konsumsi mencakup : Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta yang tidak mencari untung. Konsumsi Pemerintah. 2. Untuk Investasi meliputi : Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Perubahan Stok barang mentah, barang setengah jadi dan barang jadi. 3. Untuk Pengeluaran di luar Wilayah Neto : Ekspor ke luar wilayah dan ke luar negeri. Impor dari luar wilayah dan dari luar negeri. 2.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga terdiri dari semua pengeluaran atas pembelian barang dan jasa dengan tujuan untuk dikonsumsi selama periode satu tahun, tidak membedakan konsumsi yang dilakukan di dalam atau di luar wilayah/daerah, kemudian dikurangi dengan hasil penjualan neto barang-barang bekas atau afkiran. Selain pengeluaran untuk konsumsi seperti makanan, minuman, pakaian, bahan bakar dan jasa dihitung pula pengeluaran atas pembelian barang yang tak ada duanya (barang yang tidak diproduksi kembali) seperti : hasil karya seni, barang-barang antik dan sebagainya. Sedangkan pembelian barang yang dapat diraba seperti mobil, televisi, radio, mebel, kulkas dan lain-lain apabila pengeluarannya disamping untuk konsumsi rumah tangga juga dipakai untuk usaha, maka nilai pembelian, biaya pemeliharaan dan lain-lainnya harus dipisahkan secara proporsional sesuai dengan pengeluarannya. Pembelian atau pembangunan rumah baru tidak termasuk konsumsi rumah tangga, tetapi pengeluaran terhadap rumah yang ditempati, seperti sewa rumah, perbaikan ringan, rekening listrik, telepon, air dan lain-lain merupakan pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga. Ada dua konsep konsumsi rumah tangga, yaitu : 1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga di wilayah domestik suatu Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
4
region. 2. Pengeluaran konsumsi rumah tangga penduduk suatu region. Pengeluaran konsumsi rumah tangga di wilayah domestik suatu region meliputi seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh anggota rumah tangga baik penduduk itu sendiri maupun penduduk region lain adalah staf kedutaan asing, staf perwakilan daerah, turis asing dan lainlain. Sedangkan yang dimaksud dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga penduduk suatu region adalah pengeluaran yang dilakukan oleh penduduk region itu saja, tidak termasuk pengeluaran penduduk region lain, menurut konsep ini mencakup pembelian barang dan jasa yang langsung dilakukan penduduk region ini di luar negeri atau region lain. Oleh karena keterbatasan data yang tersedia tidak mungkin kedua konsep dilakukan, maka cara yang dipakai hanya pada konsep yang kedua dengan tidak mengurangi tingkat ketelitian.
a. Konsumsi Rumahtangga Kelompok Makanan Model yang digunakan untuk kelompok ini adalah fungsi eksponensial. Model ini dipilih berdasarkan asumsi bahwa setiap penambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi, tetapi pada suatu saat (titik jenuh), konsumsi tersebut mulai menurun, dengan bentuk kurva seperti parabola. Bentuk fungsi eksponensial tersebut adalah:
Qi = a . Yi b dimana QI = Rata-rata konsumsi perkapita sebulan (kuantum) a = Konstanta b = Koefisien elastisitas Yi = Pendapatan perkapita sebulan Koefisien elastisitas (b) pada dasarnya merupakan elastisitas pendapatan per kapita dari kuantum konsumsi (income elasticity of consumption). Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
5
b. Konsumsi Rumahtangga Kelompok Bukan Makanan Perkiraan konsumsi rumahtangga untuk kelompok bukan makanan mengikuti fungsi linier artinya setiap kenaikan pendapatan akan selalu diikuti oleh penambahan permintaan konsumsi bukan makanan. Dengan kata lain konsumsi bukan makanan tidak akan pernah sampai pada titik jenuh. Pola hubungan linear ini dapat diformulasikan sebagai berikut :
Ci = a + bYi Dimana : Ci = rata-rata nilai pengeluaran konsumsi perkapita sebulan untuk kelas/ kelompok pendapatan rumah tangga ke- i a = konstanta b = koefisien fungsi linear Yi = pendapatan perkapita sebulan untuk kelas/ kelompok pendapatan rumah tangga ke i 2.2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Lembaga Swasta Nirlaba yang tidak mencari untung yaitu lembaga / badan swasta yang memberikan pelayanan atau jasa kepada masyarakat. Seperti : Organisasi Serikat Buruh, Persatuan Para Ahli, Badan Keagamaan, Lembaga Penelitian, Pendidikan, Kesehatan dan Organisasi-organisasi Kesejahteraan Masyarakat yang khusus melayani masyarakat dan tidak ,mengutamakan keuntungan. Pada umumnya lembaga ini dalam menjalankan kegiatannya ditunjang oleh sumber dana dari sumbangan, transfer dari masyarakat atau iuran dari anggota. Sedangkan yang menjadi pengeluaran konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan tersebut meliputi pembelian barang dan jasa dan penerimaan transfer dalam bentuk natura, pembayaran upah dan gaji, penyusutan barang modal, dan pajak tak langsung neto yang dibayarkan lembaga ini, dikurangi dengan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan. Lembaga swasta yang tidak mencari untung pada umumnya berbentuk yayasan tetapi ada juga yang berbentuk badan hukum yang lain. Sebagian dari lembaga-lembaga ini ada yang dikelola pemerintah. Apabila keuangan dan pengawasannya dikelola oleh pemerintah Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
6
sebagian atau seluruhnya, maka lembaga ini dimasukkan sebagai kegiatan pemerintah. Namun apabila lembaga ini melakukan kegiatannya sama dengan yang dilakukan pemerintah tetapi sumber dananya sebagian besar dari swasta sedangkan pemerintah hanya memberikan sumbangan, maka kegiatan ini dimasukkan sebagai kegiatan lembaga swasta nirlaba/tidak mencari untung. Pengeluaran konsumsi oleh kegiatan seperti tersebut di atas sama dengan jumlah biaya pengelolaannya tanpa memperhatikan sumber pembiayaannya, kecuali yang diperoleh dari subsidi pemerintah. Dalam penghitungan output lembaga swasta tidak mencari untung, subsidi ini harus dikeluarkan, dan dikelompokkan kedalam pengeluaran konsumsi pemerintah sehingga terlihat peranan lembaga swasta yang tidak mencari untung secara murni. Akan tetapi kegiatan seluruh lembaga swasta yang tidak mencari untung di Kabupaten Semarang masih agak sulit diperoleh datanya secara rinci, sehingga cara yang ditempuh untuk estimasi pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba dengan menjumlahkan output sektor jasa-jasa sosial kemasyarakatan dimana lembaga yang tidak mencari untung banyak berperan. Misalnya : panti asuhan dan sejenisnya, Palang Merah Indonesia dan sebagainya, yang sudah tercakup dalam penghitungan sektoral. 2.3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Berdasarkan nilai pengeluaran, yang dipergunakan sebagai konsumsi pemerintah adalah sama dengan besarnya nilai produksi yang dihasilkan untuk keperluan konsumsi. Sedangkan produksi pemerintah adalah berupa jasa. Nilai daripada jasa ini terdiri dari belanja pegawai (upah dan gaji), belanja barang dan jasa yang habis dipakai/dikonsumsi sendiri (belanja perjalanan dinas, biaya pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin), penyusutan barang-barang modal pemerintah, pajak tak langsung dikurangi dengan penerimaan jasa yang diberikan (Non Commodity Sales) dan nilai penjualan barang-barang yang di produksi (Commodity Produced) dari kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemerintah. Kegiatan pemerintah meliputi kegiatan administrasi Pemerintahan baik tingkat pusat maupun daerah, termasuk juga administrasi pertahanan dan keamanan. Penghitungan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pusat didasarkan pada realisasi pengeluaran pemerintah, Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
7
baik yang berupa pengeluaran rutin maupun pembangunan. Pemerintah Daerah adalah pemerintah Daerah Tingkat I (Propinsi), Tingkat II (Kabupaten/Kota) dan Pemerintah Tingkat Desa. Dalam kegiatan ini tidak termasuk kegiatan yang dilakukan oleh perusahaanperusahaan milik negara, seperti Perum, PT (Persero), PN dan sebagainya, karena kegiatan-kegiatan ini telah tercakup dalam sektor atau lapangan usaha yang bersangkutan. Pada umumnya kegiatan pemerintah adalah kegiatan menyediakan jasa pelayanan umum untuk masyarakat. Jasa tersebut secara ekonomis sulit untuk dinilai, sebab kegiatan pemerintah tidak sama dengan kegiatan ekonomi lainnya. Oleh sebab itu pendekatan yang dipakai adalah dengan pendekatan pengeluaran, yaitu yang merupakan pengeluaran konsumsi pemerintah. 2.4.
Pembentukan Modal
Berdasarkan teori bahwa Pembentukan Modal meliputi Investasi (pembentukan modal tetap) dan Increase in stock (perubahan stok) 1. Pembentukan Modal Tetap Bruto Pembentukan Modal Tetap Bruto dalam suatu daerah/wilayah ialah seluruh barang modal baru yang dipergunakan sebagai alat produksi barang dan jasatu daerah. Pengertian barang modal adalah barang-barang yang mempunyai umur pemakaian satu tahun atau lebih dalam pengertian barang-barang tersebut dipergunakan sebagai alat yang tetap dalam proses produksi. Barang-barang modal dapat berupa barang-barang yang didatangkan dari daerah lain ataupun berasal dari pengadaan daerah sendiri. Pembelian barang-barang yang tidak diproduksi lagi seperti tanah, cadangan mineral, tidak termasuk dalam pembentukan modal tetap bruto, tetapi pengeluaran untuk peningkatan daya guna tanah seperti pembukaan lahan baru, pembukaan hutan, pengeringan rawa-rawa, pembongkaran tanah padas dijadikan lahan sawah atau pemukiman, perluasan areal pertambangan, hal tersebut merupakan pengeluaran untuk pembentukan modal tetap bruto. Pembelian barang-barang modal bekas atau afkir dari wilayah sendiri bukan merupakan pengeluaran untuk pembentukan Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
8
modal tetap bruto, karena barang-barang tersebut telah dihitung sebagai barang modal pada waktu pembelian yang pertama (barang modal baru) kecuali pembelian barang-barang modal bekas yang berasal dari wilayah lain atau luar negeri. Pengeluaran untuk perbaikan barang-barang modal sehingga akan mengakibatkan bertambah panjang umur pemakaian atau akan menambah kapasitas produksi termasuk juga sebagai pengeluaran untuk pembentukan modal tetap bruto. Pembentukan modal tetap bruto meliputi: 1. Pembentukan modal tetap dalam bentuk bangunan/konstruksi terdiri dari: Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal Bangunan/konstruksi lainnya seperti : jalan, jembatan, irigasi, pembangkit tenaga listrik, instalasi komunikasi, dan sebagainya Perbaikan besar dari bangunan-bangunan tersebut 2. Pembentukan modal berupa mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan terdiri dari: Alat-alat transportasi/angkutan Mesin-mesin/alat-alat perlengkapan yang digunakan dalam pertanian, pertambangan, industri, listrik, dan sebagainya Masin-mesin peralatan kantor, toko, hotel, rumah sakit, dan sebagainya 3. Penanaman baru untuk tanaman keras/perluasan perkebunan. Tanaman keras adalah tanaman yang hasilnya baru akan diperoleh setelah berumur satu tahun atau lebih. Pengeluaran yang dilakukan oleh perkebunan besar untuk penanaman dan perawatan sebelum mendatangkan hasil (berproduksi) dan kegiatan reboisasi yang dilakukan oleh perusahaan –perusahaan Pemerintah adalah termasuk didalamnya. 4. Penambahan ternak yang khusus dipelihara untuk diambil susunya, bulunya, atau dipakai tenaganya dan lain-lain terkecuali ternak yang dipotong 5. Margin perdagangan/makelar, service charge, dan ongkosongkos pemindahan hak milik dalam transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak penguasaan hutan, hak paten, hak Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
9
cipta, dan barang-barang bekas Pembentukan Modal Tetap Bruto dapat dihitung berdasarkan pengeluaran untuk pembelian barang modal oleh masing-masing lapangan usaha. Pembentukan modal juga dapat dihitung berdasarkan arus barang. 2. Perubahan Stok Pengertian stok adalah persediaan barang-barang pada akhir tahun baik berasal dari pembelian yang akan dipakai sebagai masukan pada suatu kegiatan ekonomi atau untuk dijual lagi, atau barang yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang belum dijual, baik barang jadi maupun barang dalam proses produksi. Pemerintah adalah salah satu pemegang stok barang keperluan strategis seperti bahan bakar dan bahan pangan yang dipakai untuk operasi pasar. Pemegang stok yang lain adalah produsen dan pedagang. Stok pada produsen pada umumnya berupa bahan mentah, barang-barang atau alat-alat yang diproduksi tetapi masih dalam proses, atau barang-barang yang belum dipasarkan. Gedung-gedung/bangunan yang dalam proses tidak termasuk stok tetapi dicakup dalam pembentukan modal tetap bruto. Stok pada pemeliharaan peternakan adalah termasuk yang digunakan sebagai ternak potong. Sedangkan untuk pembiakan, diambil tenaganya, bulunya, serta susunya termasuk pembentukan modal tetap. Namun kedua tujuan itu sulit dalam prakteknya, karena pada akhirnya semua ternak akan dipotong juga. Perubahan stok merupakan selisih antara persediaan barang pada akhir tahun terhadap awal tahun. Persediaan barang-barang ini berasal dari pembelian atau yang diproduksi/pemerintah. Khusus stok di pemerintah biasanya merupakan penyediaan barang-barang pokok atau barang strategis, antara lain, beras, jagung, tepung terigu dan gula dihasilkan sendiri yang belum digunakan atau dijual lagi. Persediaan barang ini ada di produsen dan pedagang/ distributor. Dalam menghitung perubahan stok dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu: a.
Metode Langsung
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
10
Nilai Stok diperoleh dari setiap kegiatan dan jenis barang yang dikumpulkan melalui sensus dan survei laporan neraca keuangan dari perusahaan survei tahunan stok barangbarang ekspor. Nilai stok diperoleh berdasarkan laporan stok pada awal tahun dan akhir tahun, yang kemudian dinilai dengan nilai rata-rata harga pasar pada periode tahun perhitungan tersebut. Dalam menilai barang-barang konsumsi antara dan penyediaan barang-barang jadi dengan harga pasar untuk suatu periode membutuhkan asumsi-asumsi mengenai: Kesepakatan penilaian yang dipakai dalam penghitungan data stok pada waktu membuat laporan Kurun waktu pembentukan stok Komposisi tiap-tiap barang pada stok, juga indeks harga yang digunakan untuk memperoleh rata-rata harga selama periode penghitungan b.
Metode tidak langsung (Metode Arus Barang) Yaitu dengan menghitung stok awal dan stok akhir dari tiap jenis barang. Data seperti ini mungkin hanya tersedia untuk beberapa jenis barang, oleh karenanya komponen perubahan stok ini diestimasi berdasarkan residual dari Produk Domestik Regional Bruto sektoral dikurangi dengan komponen-komponen yang sudah dihitung dengan data yang tersedia
2.5.
Ekspor dan Impor
Ekspor barang dan jasa merupakan suatu komponen dari permintaan akhir. Impor merupakan sumber suplai barang dan jasa. Impor bukan asli produksi domestik jadi harus dikurangkan dari total pengeluaran dalam PDRB. Ekspor dan Impor barang dan jasa meliputi angkutan dan komunikasi, jasa asuransi serta barang dan jasa lain seperti jasa perdagangan yang diterima pedagang suatu daerah karena mengadakan transaksi penjualan di luar daerah dan pembayaran biaya kantor pusat perusahaan induk oleh cabang dan anak perusahaan di luar daerah. Pembelian langsung di pasar suatu daerah oleh bukan penduduk termasuk ekspor barang dan jasa, serta pembelian di luar daerah oleh penduduk daerah dikategorikan sebagai impor. Yang Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
11
tidak termasuk ekspor dan impor barang adalah barang milik penduduk atau bukan penduduk suatu daerah yang melintasi batas geografis suatu daerah karena merupakan tempat persinggahan saja, barang untuk peragaan, barang contoh dan barang untuk keperluan sehari-hari wisatawan mancanegara/ domestik. Ekspor jasa dinilai pada saat jasa tersebut diberikan ke bukan penduduk, sedangkan impor jasa dinilai pada saat jasa diterima oleh penduduk. Kegiatan ekspor dan impor meliputi suatu transaksi yang terjadi atas suatu barang dan jasa antara masyarakat suatu wilayah dengan masyarakat wilayah lain atau dengan luar negeri. Transaksi ini menyangkut : Kegiatan ekspor dan impor barang Kegiatan ekspor dan impor jasa-jasa, seperti : jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi, dan jasa lainnya seperti jasa perdagangan yang diterima pedagang suatu wilayah atas transaksi perdagangan di luar wilayah Pembelian atas barang-barang keperluan pelayaran atau penerbangan yang dibeli pada waktu kapal merapat atau mendarat di pelabuhan wilayah lain atau di luar negeri Kapal-kapal penangkap ikan dari suatu wilayah yang menjual hasil tangkapannya langsung di kapal asing Transaksi beberapa barang tertentu, seperti barang dan jasa yang langsung dibeli di pasar domestik oleh yang bukan penduduk wilayah tersebut dan sebaliknya Hal-hal dan kejadian ekspor dan impor atas perdagangan antar wilayah Catatan: Barang-barang yang hanya melewati suatu wilayah sebagai tempat persinggahan dalam perjalanan menuju atau kembali ke suatu tempat tidak termasuk dalam kegiatan di atas. Untuk mendapatkan data ekspor dan impor yang sesuai dengan konsep dan ruang lingkup di atas masih sulit didapat. Namun demikian estimasi nilai ekspor dan impor diusahakan agar mendekati konsep dan lingkupnya. Untuk kegiatan ekspor impor lewat darat, diestimasi berdasarkan arus barang yang melewati jembatan timbang.
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
12
BAB III ULASAN PDRB KABUPATEN SEMARANG MENURUT PENGELUARAN 3.1.
Tinjauan Umum PDRB Menurut Pengeluaran
Perekonomian di Kabupaten Semarang secara riil ditunjukkan oleh aktivitas ekonomi sektoral tetapi dapat juga dilihat dari komponen pengeluarannya. Dengan menghitung nilai PDRB menurut komponen pengeluaran, akan dapat diketahui pola konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta nonprofit, konsumsi pemerintah, dan pembentukan modal tetap bruto. Penyajian angka PDRB menurut komponen pengeluaran tahun ini sudah menggunakan tahun dasar 2010. Nilai PDRB Kabupaten Semarang selama periode Tahun 2010 sampai dengan 2014 menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Peningkatan nilai tersebut dipengaruhi oleh adanya perubahan harga dan juga perubahan volume. Nilai PDRB tahun 2010 sebesar 21 572, 14 milyar rupiah, dan terus meningkat sampai Tahun 2014 mencapai 33 482,97 milyar rupiah. Sedangakan untuk harga konstan pada tahun 2010 nilainya sama dengan harga berlaku dan mencapai 27 534,88 milyar rupiah di Tahun 2014. Komponen PDRB menurut pengeluaran masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga yang mempunyai kontribusi sekitar 60 persen terhadap nilai PDRB baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada Tahun 2010 konsumsi rumah tangga sebesar 60,84 persen dan nilainya berfluktuasi selama lima tahun terakhir dan mencapai sebesar 60,19 persen di Tahun 2014. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit mempunyai kontribusi yang paling kecil dalam nilai PDRB menurut pengeluaran dengan kontribusi sebesar 0.99 persen di tahun 2010 dan 1,06 persen di tahun 2014. Pengeluaran konsumsi pemerintah berkisar di angka 7 persen, sedangkan pembentukan modal tetap bruto kontribusinya berkisar antara 38 sampai 42 persen. Perubahan inventori mempunyai kontribusi sebesar 4,04 persen di Tahun 2010 dengan nilai yang berfluktuasi di tiap tahunnya dan Tahun 2014 mempunyai kontribusi sebesar 3,50 persen. Sedangkan untuk net ekspor mempunyai nilai kontribusi yang negatif, hal ini menunjukkan Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
13
bahwa di Kabupaten Semarang nilai impor lebih banyak dibanding ekspornya.
Grafik 3.1.1 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Semarang Menurut Komponen Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014 (persen) lainnya; 31,02
konsumsi ruta; 60,19
konsumsi pemerintah; 7,73
konsumsi lnprt; 1,06
Tabel 3.1.1 berikut menunjukkan nilai masing-masing komponen PDRB pengeluaran tahun 2013 dan 2014, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010. PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan bagaimana produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi, dan diperdagangkan dengan pihak luar. PDRB menurut pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk pengukuran laju pertumbuhan konsumsi, investasi, dan perdagangan luar negeri dan antar pulau/provinsi. Jika dilihat dari nilainya, semua komponen PDRB pengeluaran mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke 2014, atas dasar harga berlaku dan harga konstan.
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
14
Tabel 3.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Semarang Menurut Komponen Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku Dan Konstan 2010 Tahun 2013 dan 2014 (milyar rupiah) Komponen Pengeluaran 1 1. Konsumsi Rumah Tangga a. Makanan b. Non Makanan 2. Konsumsi Lemb Swasta Nirlaba 3. Konsumsi Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Inventori 6. Net Ekspor PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku 2013 2014 2 3 18.165,52 20.154,62
Atas Dasar Harga Konstan 2013 2014 4 5 15.089,41 4.687,36
6.631,53 11.534,00 307,38
7.107,07 13.047,55 355,81
5.224,23 9.865,18 252,58
5.306,07 10.438,20 274,00
2.319,81 11.981,59
2.588,96 13.495,26
1.853,57 10.544,11
1.911,13 10.873,27
1.490,88 -4.372,78 29.892,40
1.172,51 -4.284,18 33.482,97
709,71 -2.473,37 25.976,02
689,54 -1.957,33 27.534,88
Pertumbuhan atau peningkatan secara keseluruhan di tiap-tiap komponen pengeluaran mempunyai nilai yang berfluktuasi, mulai tahun 2010 sampai dengan 2014. Pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai 12,01 persen, dengan sebagaian besar komponen pengeluaran mengalami peningkatan laju pertumbuhan, pengeluaran konsumsi lembaga non profit merupakan pengeluaran dengan laju peningkatan terbesar. Pertumbuhan pengeluaran lembaga non profit pada tahun 2014 mencapai 15,76 persen, lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 17,16 persen. Sedangkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku sebesar 10,95 persen, lebih rendah dari pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 13,65 persen. Konsumsi pemerintah pada Tahun 2014 mempunyai tingkat pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan tahun 2013, yaitu sebesar 11,60 persen di Tahun 2014 dan 12,43 persen di Tahun 2013. Pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto yang mempunyai pertumbuhan yang lebih tinggi dari tahun
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
15
sebelumnya, yaitu 6,14 persen di tahun 2013 menjadi 12,63 persen di Tahun 2014.
Tabel 3.1.2 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Semarang Menurut Komponen Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku Dan Konstan 2010 Tahun 2013 dan 2014 (persen) Atas Dasar Harga Berlaku
Atas Dasar Harga Konstan
2013
2014
2013
2014
2
3
4
5
1. Konsumsi Rumah Tangga a. Makanan
60,77
60,19
58,09
57,18
22,18
21,23
20,11
19,27
b. Non Makanan 2. Konsumsi Lemb Swasta Nirlaba 3. Konsumsi Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Inventori
38,59
38,97
37,98
37,91
1,03
1,06
0,97
1,00
7,76
7,73
7,14
6,94
40,08
40,30
40,59
39,49
4,99
3,50
2,73
2,50
-14,63
-12,80
-9,52
-7,11
Komponen Pengeluaran 1
6. Net Ekspor
Pada pertumbuhan atas dasar harga konstan, komponen pengeluaran konsumsi lembaga non profit mempunyai pertumbuhan yang paling tinggi. Pertumbuhan pengeluaran konsumsi lembaga non profit sebesar 8,48 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang sebesar 7,63 persen. Konsumsi rumah tangga mempunyai pertumbuhan sebesar 4,34 persen, lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2013 yang sebesar 4,54 persen. Sedangkan konsumsi pemerintah pertumbuhannnya sebesar 3,10 persen, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2013 yang sebesar 5,13 persen. Pembentukan modal tetap bruto mempunyai pertumbuhan 3,12 persen, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 3,57 persen. Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
16
Tabel 3.1.3 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Semarang menurut Komponen Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 - 2014 (persen) Atas Dasar Harga Berlaku Komponen Pengeluaran 2011 (1)
2012
2013
2014
(5) 10,38
(2) 10,34
(4) 13,65
(5) 10,95
7,61
7,44
11,69
7,17
12,17
12,12
14,81
13,12
8,03
13,75
17,16
15,76
3. Konsumsi Pemerintah
11,80
11,38
12,43
11,60
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
15,08
16,82
6,14
12,63
1. Konsumsi Rumah Tangga a. Makanan b. Non Makanan 2. Konsumsi Lemb Swasta Nirlaba
Tabel 3.1.4 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Semarang menurut Komponen Pengeluaran Atas Dasar Konstan 2010 Tahun 2011 - 2014 (persen) Atas Dasar Harga Konstan Komponen Pengeluaran 2011 (1)
2012
2013
2014
(5) 4,85
(2) 4,89
(4) 4,54
(5) 4,34
a. Makanan
0,48
0,52
0,72
1,57
b. Non Makanan
7,66
7,52
6,69
5,81
2. Konsumsi Lemb Swasta Nirlaba
4,20
5,49
6,63
8,48
3. Konsumsi Pemerintah
3,11
3,19
5,13
3,10
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
9,31
10,91
3,57
3,12
1. Konsumsi Rumah Tangga
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
17
3.2. Perkembangan Kelompok Konsumsi 3.2.1. Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran atau pengeluaran pada Konsumsi Rumah Tangga merupakan pengeluaran terbesar dari seluruh pengeluaran atau pengeluaran yang ada. Besar kecilnya pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga tidak lepas dari sub pengeluaran yang digolongkan menjadi Makanan dan Non makanan. Pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga pada tahun 2014 atas dasar harga berlaku sebesar 20 154,62 milyar rupiah, lebih besar dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 18 165,52 milyar rupiah. Dari nilai tersebut, pengeluaran yang digunakan untuk konsumsi makanan sebesar 7 107,02 milyar rupiah, lebih besar dibandingkan konsumsi makanan tahun 2013 yang sebesar 6 631,53 milyar rupiah dengan pertumbuhan sebesar 7,17 persen. Sedangkan untuk konsumsi non makanan tahun 2014 sebesar 13 047,55 milyar rupiah, meningkat sebesar 13,12 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mempunyai nilai 11 534,00 milyar di tahun 2013.
Grafik 3.2.1.1 Sumbangan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Sub Makanan Dan Sub Non Makanan Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Semarang Tahun 2010 – 2014 (milyar rupiah)
20.154,62 18.165,52 15.984,07 13.124,05 7.988,43 5.135,62
2010
14.486,78 8.960,35 5.526,43
2011 makanan
11.534,00
10.046,41
7.107,07
6.631,53
5.937,66
2012
13.047,55
2013
non makanan
2014 total
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
18
Grafik 3.2.1.1 Sumbangan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Sub Makanan Dan Sub Non Makanan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Kabupaten Semarang Tahun 2010 – 2014 (milyar rupiah)
13.124,05 7.988,43 5.135,62
2010
13.760,82
8.600,55 5.160,27
2011 makanan
14.433,99
15.089,41
9.247,01
9.865,18
5.186,98
2012
15.744,27
10.438,20
5.224,23
5.306,07
2013
2014
non makanan
total
Konsumsi rumah tangga untuk PDRB atas dasar harga konstan sebesar 15 744,27 milyar rupiah, naik 4,34 persen dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 15 089,41 milyar rupiah. Pengeluaran untuk konsumsi makanan sebesar 5 306,07 milyar rupiah, naik 1,57 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5 224,23 milyar rupiah. Sedangkan konsumsi non makanan sebesar 10 438,20 milyar rupiah naik 5,81 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 9 865,18 milyar rupiah. Dilihat kontribusi antara konsumsi makanan dan non makanan dapat dilihat bahwa konsumsi makanan lebih rendah dibanding konsumsi non makanan. Kontribusi makanan mempunyai kontribusi 34,62 persen di Tahun 2013 dan mengalami penurunan di Tahun 2014 menjadi 33,70 persen. Sedangkan kontribusi non makanan pada Tahun 2013 sebesar 65,38 persen dan naik menjadi 66,30 persen di Tahun 2014. Pola konsumsi non makanan yang lebih besar dibanding konsumsi makanan ini menunjukkan kalau tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Semarang termasuk tinggi.
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
19
Tabel 3.1.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Atas Dasar Harga Berlaku Dan Konstan 2010 Tahun 2013 dan 2014 (milyar rupiah) Komponen Pengeluaran 1 1. Konsumsi Rumah Tangga a. Makanan b. Non Makanan 2. Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga a. Makanan b. Non Makanan 3. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga a. Makanan b. Non Makanan
Atas Dasar Harga Berlaku 2013 2014 2 3 18.165,52 20.154,62
Atas Dasar Harga Konstan 2013 2014 4 5 15.089,41 15.744,27
6.631,53 11.534,00
7.107,07 13.047,55
5.224,23 9.865,18
5.306,07 10.438,20
100,00
100,00
100,00
100,00
36,51 63,49
32,26 64,74
34,62 65,38
33,70 66,30
13,65
10,95
4,54
4,34
11,69 14,81
7,17 13,12
0.72 6,69
1,57 5,81
3.2.2 Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Dari ketiga jenis pengeluaran dalam kelompok konsumsi terlihat bahwa nilai terbesar atau andil terbesar adalah pengeluaran untuk konsumsi Rumah Tangga. Sedangkan Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba mempunyai pengeluaran yang terkecil dari ketiga jenis pengeluaran PDRB baik atas dasar harga berlaku maupun konstan tahun 2010. Pertumbuhan konsumsi lembaga non profit meski mempunyai kontribusi yang rendah namun nilai pertumbuhannya di Tahun 2014 adalah yang tertinggi baik berdasarkan harga konstan maupun harga berlaku. Ini menunjukkan pengeluaran untuk konsumsi lembaga non profit mempunyai peningkatan yang cukup tinggi.
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
20
Tabel 3.2.1.1 Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga Atas Dasar Harga Berlaku Dan Konstan 2010 Tahun 2013 dan 2014 (milyar rupiah) Komponen Pengeluaran 1 1. Konsumsi LNPRT 2. Kontribusi Konsumsi LNPRT 3. Pertumbuhan Konsumsi LNPRT
Atas Dasar Harga Berlaku 2013 2014 2 3
Atas Dasar Harga Konstan 2013 2014 4 5
307,38
355,81
252,58
274,00
1,03
1,06
0,97
1,00
17,16
15,76
7,63
8,48
Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut pengeluaran untuk konsumsi lembaga swasta nirlaba sebesar 355,81 milyar rupiah, naik sebesar 15,76 persen dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 307,38 milyar rupiah. Pengeluaran untuk konsumsi lembaga swasta nirlaba merupakan pengeluaran yang paling kecil terhadap nilai PDRB dibandingkan pengeluaran-pengeluaran yang lain, yaitu hanya sekitar 1,06 persen dari nilai PDRB. Sedangkan menurut harga konstan pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba sebesar 274,00 milyar rupiah , naik sekitar 8,48 persen dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 252,58 milyar rupiah.
3.2.3 Konsumsi Pemerintah Pemerintah mempunyai peran penting dalam sistem perekonomian baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain sebagai regulator dan fasilitator, pemerintah juga merupakan konsumen akhir yang perilaku permintaannya akan mempengaruhi struktur penyediaan domestik. Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
21
Grafik 3.2.2.1 Perubahan Sumbangan Konsumsi Pemerintah Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Kabupaten Semarang Tahun 2007 – 2011 (persen)
7,68
7,64
7,58 7,45
7,25
7,76
7,73
7,14 6,94
2010
2011
2012
adh berlaku
2013
2014
adh konstan
Konsumsi pemerintah atas dasar harga berlaku pada tahun 2014 sebesar 2 588,96 milyar rupiah atau sekitar 7,73 persen dari PDRB. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 2 319, 81 milyar rupiah atau sebesar 7,76 persen dari PDRB. Sedangkan atas dasar harga konstan untuk tahun 2014 sebesar 7,14 persen atau sebesar 1 911, 13 milyar rupiah, menunjukkan kenaikan dibanding tahun 2013 yang sebesar 6,94 persen atau sebesar 1 853,57 milyar rupiah. Adapun pertumbuhan atas dasar harga berlaku, untuk tahun 2011 mencapai 12,33 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2010 yang sebesar 11,44 persen. Sedangkan atas dasar harga konstan, tahun 2011 adalah sebesar 10,76 persen, lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar 14,09 persen.
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
22
Tabel 3.2.2.2 Nilai Konsumsi Rumah tangga, Lembaga Swasta Nirlaba dan Pemerintah Kabupaten Semarang Tahun 2010 – 2014 Atas Dasar Harga Berlaku (milyar rupiah) Jenis Pengeluaran
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
13 124,05
14 486,78
15 984,07
18 165,52
20.154,62
213,51
230,65
262,36
307,38
355,81
3. Konsumsi Pemerintah
1.657,08
1.852,62
2.063,41
2.319,81
2.588,96
Jumlah Konsumsi
14.994,64
16.570,05
18.309,84
20.792,71
23.099,38
2. Konsumsi Lemb Swasta Nirlaba
Grafik. 3.2.2.1 Nilai Konsumsi Rumah tangga, Lembaga Swasta Nirlaba dan Pemerintah Kabupaten Semarang Tahun 2010 – 2014 Atas Dasar Harga Berlaku (milyar rupiah)
2010
2011 kons ruta
2012 kons lnprt
2013
2014 kons pem
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
23
Grafik 3.2.2.2 Nilai Konsumsi Rumah tangga, Lembaga Swasta Nirlaba dan Pemerintah Kabupaten Semarang Tahun 2007 – 2011 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (milyar rupiah)
2010
2011 kons ruta
2012
2013
kons lnprt
2014 kons pem
Tabel 3.2.2.3 Nilai Konsumsi Rumah tangga, Lembaga Swasta Nirlaba dan Pemerintah Kabupaten Semarang Tahun 2010 – 2014 Atas Dasar Harga Konstan 2010 (milyar rupiah) Jenis Pengeluaran
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
13124,05
15.089,41
15.744,27
2. Konsumsi Lemb Swasta Nirlaba 3. Konsumsi Pemerintah Jumlah Konsumsi
13.760,82 14.433,99
213,51
222,48
234,68
252,58
274,00
1 657,08
1 708,60
1 763,10
1 853,57
1 911,13
14.994,64
15 691,89
16 431,78
17 195,57
17 929,40
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
24
3.2.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Pembentukan modal tetap bruto menggambarkan bagian dari realisasi investasi fisik yang dilakukan oleh berbagai pelaku ekonomi produksi di suatu wilayah. Peranan Pembentukan Modal Tetap Bruto sebagai unsur utama untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan usaha, sehingga pada giliran selanjutnya dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Pembentukan Modal Kerja dapat digolongkan dalam bentuk bangunan / konstruksi, mesin-mesin dan alat-alat perlengkapannya. Pembentukan modal tetap bruto atas dasar harga berlaku pada tahun 2014 mencapai 13 495,26 milyar rupiah, lebih besar dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 11 981,59 milyar rupiah. Pertumbuhan PMTB atas dasar harga berlaku mempunyai fluktuasi yang cukup besar, dari 15,08 persen (2011), 16,82 persen (2012), 6,14 persen (2013), dan menjadi 12,63 persen di tahun 2014. Peranan pembentukan modal tetap bruto terhadap PDRB berkisar antara 38 sampai 42 persen dalam kurun waktu tahun 2010 sampai tahun 2014, dengan peranan sebesar 41,77 persen di tahun 2012.
Grafik 3.3.1 Laju Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Tahun 2011-2014 15,08 9,31
16,82 12,63
10,91 6,14 3,57
2011
2012 adh berlaku
2013
3,12
2014
adh konstan
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
25
Pembentukan modal tetap bruto atas dasar harga konstan pada tahun 2014 mencapai 10 873,27 milyar rupiah, atau naik sebesar 3,12 persen dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 10 544,11 milyar rupiah. Angka pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2013 yang mencapai 3,57 persen. Peranan pembentukan modal tetap bruto berkisar 38 sampai 42 persen tiap tahunnya, dengan peranan sebesar 39,49 persen di tahun 2014.
3.3. Perubahan Inventori (Stok) Pengertian inventori /stok adalah persediaan barang-barang pada akhir tahun baik berasal dari pembelian yang akan dipakai sebagai masukan pada suatu kegiatan ekonomi atau untuk dijual lagi, atau barang yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang belum dijual, baik barang jadi maupun barang dalam proses produksi. Perubahan stok merupakan selisih antara persediaan barang pada akhir tahun terhadap awal tahun.
Tabel 3.4.1 Perubahan Inventori PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dan Konstan 2010 Tahun 2013 dan 2014 (milyar rupiah) Komponen Pengeluaran 1 1. Konsumsi LNPRT 2. Kontribusi Konsumsi LNPRT
Atas Dasar Harga Berlaku 2013 2014 2 3
Atas Dasar Harga Konstan 2013 2014 4 5
1 490,88
1 172,51
709,71
689,54
4,99
3,50
2,73
2,50
Nilai inventori mempunyai pola yang berfluktuasi setiap tahunnya. Nilai perubahan inventori Tahun 2014 sebesar 1 172,51 milyar rupiah atas dasar harga berlaku dan 689,54 untuk atas dasar harga konstan. Kontribusi komponen ini terhadap PDRB menurut Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
26
pengeluaran sebesar 3,50 persen untuk harga berlaku dan 2,50 persen untuk atas dasar harga konstan tahun 2010.
3.2.6
Net Ekspor
Kegiatan ekspor dan impor meliputi suatu transaksi yang terjadi atas suatu barang dan jasa antara masyarakat suatu wilayah dengan masyarakat wilayah lain atau dengan luar negeri. Besar nilai ekpor di Kabupaten Semarang lebih kecil dibanding nilai impor barang ke kabupaten Semarang. Hal ini mengakibatkan nilai net ekspor Kabupaten Semarang bernilai negatif. Net ekspor Kabupaten Seamrang atas dasar harga berlaku Tahun 2014 sebesar 4 284,18 milyar rupiah, sedangkan atas dasar harga konstan tahun 2010 sebesar 1 957,33 milyar rupiah.
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
27
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
28
Tabel. 1 Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas dasar harga berlaku menurut Pengeluaran di Kabupaten Semarang Tahun 2010 - 2014 (milyar rupiah)
KOMPONEN
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah 13.124,05 14.486,78 15.984,07 18.165,52 20.154,62 Tangga a. Makanan, minuman, dan 5.135,62 5.526,43 5.937,66 6.631,53 7.107,07 rokok b. Non Makanan
7.988,43
8.960,35
10.046,41
11.534,00
13.047,55
213,51
230,65
262,36
307,38
355,81
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
1.657,08
1.852,62
2.063,41
2.319,81
2.588,96
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
8.396,78
9.663,22
11.288,36
11.981,59
13.495,26
871,31
1.552,98
1.961,76
1.490,88
1.172,51
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
5. Perubahan Inventori
6. Net Ekspor
(2.690,60) (3.345,69) (4.535,98) (4.372,78) (4.284,18)
PDRB
21.572,14
24.440,56
27.023,98
29.892,40
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
33.482,97
29
Tabel. 2 Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas dasar harga konstan Tahun 2010 menurut Pengeluaran di Kabupaten Semarang Tahun 2010 - 2014 (milyar rupiah)
KOMPONEN
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
13.760,82
14.433,99
15.089,41
15.744,27
5.160,27
5.186,98
5.224,23
5.306,07
7.988,43
8.600,55
9.247,01
9.865,18
10.438,20
213,51
222,48
234,68
252,58
274,00
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
1.657,08
1.708,60
1.763,10
1.853,57
1.911,13
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
8.396,78
9.178,69
10.180,17
10.544,11
10.873,27
871,31
1.703,51
1.294,93
709,71
689,54
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah 13.124,05 Tangga a. Makanan, minuman, dan 5.135,62 rokok b. Non Makanan
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
5. Perubahan Inventori
6. Net Ekspor
(2.690,60) (3.648,64) (3.600,16) (2.473,37) (1.957,33)
PDRB
21.572,14
22.925,46
24.306,72
25.976,02
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
27.534,88
30
Tabel. 3 Distribusi Persentase Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran di Kabupaten Semarang Tahun 2010 - 2014 (Persen)
KOMPONEN
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
60,84
59,27
59,15
60,77
60,19
23,81
22,61
21,97
22,18
21,23
37,03
36,66
37,18
38,59
38,97
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
0,99
0,94
0,97
1,03
1,06
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
7,68
7,58
7,64
7,76
7,73
38,92
39,54
41,77
40,08
40,30
4,04
6,35
7,26
4,99
3,50
-12,47
-13,69
-16,79
-14,63
-12,80
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga a. Makanan, minuman, dan rokok b. Non Makanan
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
5. Perubahan Inventori
6. Net Ekspor
PDRB
100,00
100,00
100,00
100,00
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
100,00
31
Tabel. 4 Distribusi Persentase Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Menurut Pengeluaran di Kabupaten Semarang Tahun 2010 - 2014 (Persen)
KOMPONEN
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
60,84
60,02
59,38
58,09
57,18
23,81
22,51
21,34
20,11
19,27
37,03
37,52
38,04
37,98
37,91
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
0,99
0,97
0,97
0,97
1,00
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
7,68
7,45
7,25
7,14
6,94
38,92
40,04
41,88
40,59
39,49
4,04
7,43
5,33
2,73
2,50
-12,47
-15,92
-14,81
-9,52
-7,11
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga a. Makanan, minuman, dan rokok b. Non Makanan
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
5. Perubahan Inventori
6. Net Ekspor
PDRB
100,00
100,00
100,00
100,00
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
100,00
32
Tabel. 5 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran di Kabupaten Semarang Tahun 2010 - 2014 (Persen)
KOMPONEN
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
10,38
10,34
13,65
10,95
7,61
7,44
11,69
7,17
12,17
12,12
14,81
13,12
8,03
13,75
17,16
15,76
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
11,80
11,38
12,43
11,60
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
15,08
16,82
6,14
12,63
5. Perubahan Inventori
78,23
26,32
-24,00
-21,35
6. Net Ekspor
24,35
35,58
-3,60
-2,03
13,30
10,57
10,61
12,01
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga a. Makanan, minuman, dan rokok b. Non Makanan
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
PDRB
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
33
Tabel. 6 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Menurut Pengeluaran di Kabupaten Semarang Tahun 2010 - 2014 (Persen)
KOMPONEN
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga a. Makanan, minuman, dan rokok
4,85
4,89
4,54
4,34
0,48
0,52
0,72
1,57
b. Non Makanan
7,66
7,52
6,69
5,81
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
4,20
5,49
7,63
8,48
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
3,11
3,19
5,13
3,10
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
9,31
10,91
3,57
3,12
5. Perubahan Inventori
95,51
(23,98)
(45,19)
(2,84)
6. Net Ekspor
35,61
(1,33)
(31,30)
(20,86)
6,27
6,03
6,87
6,00
PDRB
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
34
Tabel. 7 Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Pengeluaran di Kabupaten Semarang Tahun 2010 - 2014 (Persen)
KOMPONEN
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
100,00
105,28
110,74
120,39
128,01
100,00
107,10
114,47
126,94
133,94
b. Non Makanan
100,00
104,18
108,64
116,92
125,00
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
100,00
103,67
111,79
121,69
129,86
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
100,00
108,43
117,03
125,15
135,47
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
100,00
105,28
110,89
113,63
124,11
5. Perubahan Inventori
100,00
91,16
151,49
210,07
170,04
6. Net Ekspor
100,00
91,70
125,99
176,79
218,88
100,00
106,61
111,18
115,08
121,60
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga a. Makanan, minuman, dan rokok
PDRB
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
35
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
36
Tabel. 9 Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Menurut Pengeluaran di Kabupaten Semarang Tahun 2010 - 2014 (Persen)
KOMPONEN
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
100,00
104,85
109,98
114,98
119,96
100,00
100,48
101,00
101,73
103,32
b. Non Makanan
100,00
107,66
115,76
123,49
130,67
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
100,00
104,20
109,92
118,30
128,33
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
100,00
103,11
106,40
111,86
115,33
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
100,00
109,31
121,24
125,57
129,49
5. Perubahan Inventori
100,00
195,51
148,62
81,45
79,14
6. Net Ekspor
100,00
135,61
133,81
91,93
72,75
100,00
106,27
112,68
120,41
127,64
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga a. Makanan, minuman, dan rokok
PDRB
Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang
37