BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas. Secara klinis pubertas dimulai dengan timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan reproduksi. Kejadian yang penting dalam pubertas ialah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya kelamin sekunder, menarche, dan perubahan psikis. Masa remaja merupakan suatu periode dimana terjadi perubahan dramatis pada setiap kehidupan manusia yang ditandai dengan terjadinya peningkatan kecepatan pertumbuhan. Perubahan yang sangat cepat ini dihubungkan dengan perubahan fisik, hormonal, kongnitif dan emosi yang membutuhkan kecukupan gizi (Kurniawan, 2005). Di Negara Eropa usia rata-rata menarche terus menurun sekitar empat bulan pada setiap dicade dalam abad ini (Santrock, 2003). Sedangkan di Amerika Serikat selama tahun-tahun terakhir menstruasi pertama atau menarche pada seorang anak perempuan terjadi antara usia 8 sampai 13 tahun. Namun usia menarche di Prancis rata-rata 12,8 tahun, sedangkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Klunge tahun 2006 tentang penurunan usia menarche pada tahun 1992 yaitu 12,2 tahun (Sarwano, 2006). Begitu
1
2
juga di Indonesia, usia perempuan pada saat mendapatkan menstruasi pertama, bervariasi lebar yaitu antara 10-16 tahun, tapi rata-ratanya 12,5 tahun. Menurut (BKKBN, 2004) usia menarche perempuan Indonesia adalah pada usia 13 tahun. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Yulianto di Demak usia rata-rata menarche yaitu 12,53 tahun. Menurut Depkes RI dalam Kurniawan (2005) sepertiga dari jumlah penduduk Indonesia adalah remaja, yang terdiri dari 50,9% remaja laki- laki dan 49,1% remaja perempuan, karena jumlah yang besar itulah sehingga memerlukan perhatian khusus baik dari keluarga maupun pemerintah, karena usia tersebut lonjakan tumbuh kembang kedua setelah periode lonjakan tumbuh kembang pertama pada saat umur di bawah 2 tahun. Bila remaja tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup, maka akan kehilangan kesempatan untuk mengejar pertumbuhan yang akan berdampak pada terjadinya kurang gizi (seperti anak pendek dan kurus) pada masa dewasa, bahkan pada saat lanjut usia. Nutrisi
mempengaruhi
kematangan
seksual
pada
gadis
yang
mendapatkan menstruasi pertama lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat menstruasi pertama dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada usia yang sama (Soetjiningsih, 2004). Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Prawirohardjo, 2005). Berbagai penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi kurang gizi pada remaja putri 31% sampai 41,2%. Pengukuran atropomentri pada
3
anak baru masuk SD usia 5-11 tahun menyimpulkan bahwa anak Indonesia rata-rata pendek, dimana tinggi badan lebih rendah dari 50%
median
(Kurniawan, 2005), sedangkan di NAD berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan tahun 2007 (Kota Banda Aceh), remaja putri yang mengalami gizi kurang berjumlah 7.850 orang (5%) dan mengalami gizi buruk berjumlah 1.287 orang (0,78%), dan di Banda Aceh jumlah remaja putri yang mengalami gizi kurang sebanyak 889 orang (4%), gizi buruk berjumlah 49 orang (Dinkes NAD, 2007). Awal pubertas jelas dipengaruhi oleh bangsa, iklim, gizi dan kebudayaan. Pada abad ini secara umum ada pergeseran permulaan pubertas kearah umur yang lebih muda yang diterangkan dengan meningkatnya kesehatan umum dan gizi (Sastrawinata dalam Wiknjosastro, 2007). Cepat atau lambatnya kematangan seksual (menstruasi atau kematangan fisik) ini kecuali dipengaruhi oleh faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, cara hidup, dan milieu/lingkungan anak. Badan yang lemah atau penyakit yang diderita seorang anak gadis, umpamanya bisa memperlambat tibanya menstruasi. Selanjutnya, rangsangan-rangsangan kuat dari luar, umpamanya saja berupa film- film seks (blue film), buku bacaan atau majalah- majalah bergambar seks godaan dan rangsangan dari kaum pria, pengamatan secara langsung terhadap perbuatan
seksual/coitus,
semua
itu
tidak
hanya
mengakibatkan
memuncaknya atau panasnya reaksi-reaksi seksual saja, akan tetapi juga mengakibatkan kematangan seksual yang lebih cepat pada diri anak. Maka pengaruh kultur dan peradaban itu tampaknya ambivalen sifatnya, artinya :
4
kultur dan peradaban dapat memperlambat atau mempercepat tempo kematangan seksual anak. Jadi juga memperlambat atau mempercepat awal dari menstruasi anak gadis (Suryani dan Widyasih, 2008). Usia menarche sangat bervariasi diberbagai negara, hal ini dipengaruhi oleh s istim susunan saraf pusat, sistim indra, sistim hormonal dan nutrisi (Manuaba, 2003). Pada umumnya menarche terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun (Proverawati dan Misaroh, 2009). Menarche adalah pembentukan atau permulaan fungsi menstruasi (Dorland, 1996). Ovarium mulai berfungsi dibawah pengaruh hormon gonadotropin dari hipofisis dan hormon ini dikeluarkan atas pengaruh releasing faktor dari hipotalamus. Dalam ovarium folikel mulai tumbuh walaupun folikel- folikel itu tidak sampai menjadi matang karena sebelumnya mengalami
atresia,
mengeluarkan
namun
estrogen.
folikel- folikel
Sastrawinata
tersebut
dalam
sudah
sanggup
Wiknjosastro
(2007),
mengemukakan bahwa pada saat yang kira-kira bersamaan korteks kelenjar suprarenal mulai membentuk androgen dan hormo n ini memegang peranan dalam pertumbuhan badan. Menarche dapat menimbulkan reaksi positif maupun negatif bagi remaja perempuan. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapat informasi tentang akan datangnya menstruasi maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang mendapatkan informasi maka akan merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2004). Pengamatan secara psikoanalitis, bahwa ada reaksi-
5
reaksi psikis tertentu pada saat haid pertama lalu timbul proses yang disebut oleh dr. Helena Deutsch sebagai “kompleks Kastrasi” atau trauma genitalia. Pada beberapa peristiwa komplek kastrasi atau trauma genitalia itu muncul macam- macam gambaran fantasi yang aneh-aneh dibarengi kecemasan dan ketakutan-ketakutan yang tidak riil, disertai perasaan bersalah, yang semuanya dikaitkan dengan masalah perdarahan pada organ kelamin dan proses haidnya (Suryani dan Widyasih, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan jumlah seluruh remaja putri di SMA Negeri 2 Meulaboh 366 orang sedangkan remaja putri yang kelas X hanya berjumlah 116 orang terdiri dari 7 kelas, semua remaja putri sudah mendapatkan haid, dari wawancara yang dilakukan terhadap 12 orang siswi hanya 3 orang yang mengetahui mengenai gizi mempunyai hubungan dengan usia menarche, dan tidak ada 1 siswi pun yang mengetahui bahwa genetik dan gaya hidup juga mempunyai hubungan dengan usia menarche. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usia Menarche Pada Remaja Putri Kelas X Di SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat ”.
6
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usia Menarche Pada Remaja Putri Kelas X Di SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk
mengetahui Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Usia
Menarche Pada Remaja Putri Kelas X Di SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap usia menarche pada remaja putri Kelas X di SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. b. Untuk mengetahui pengaruh genetik terhadap usia menarche pada remaja putri Kelas X di SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. c. Untuk mengetahui pengaruh status gizi terhadap usia menarche pada remaja putri Kelas X di SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
7
D. Manfaat Penelitian 1. Peneliti Hasil penelitian dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan menstruasi (usia menarche). 2. Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan dan informasi bagi mahasiswi STIKes U’Budiyah tentang menstruasi (menarche) serta diharapkan dapat bermanfaat dimasa yang akan datang. 3. Bagi Peneliti Yang Lain Sebagai bahan masukan dan perbandingan wawasan pengetahuan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya. 4. Tempat Penelitia Diharapkan supaya informasi dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk pihak SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat sehingga pihak guru- guru dapat memberikan ilmu pengetahuan yang lebih tentang menstruasi (usia menarche) terhadap siswi-siswi.