9
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Franchise adalah merupakan kegiatan berwirausaha dengan membeli bisnis yang sudah ada, dikenal istilah franchise yang sudah di Indonesiakan menjadi waralaba. Waralaba berasal dari kata wara artinya lebih dan laba artinya untung. Dari arti secara
harafiah tersebut, maka dapat diketahui bahwa warabala
merupakan usaha yang memberikan keuntungan lebih/istimewa. Franchise pada dasarnya adalah sebuah perjanjian mengenai metode pendistribusian barang dan jasa kepada konsumen. Franchise adalah sebuah metode pendistribusian barang dan jasa kepada masyarakat konsumen, yang dijual kepada pihak lain yang berminat. Pemilik dari metode ini disebut franchisor sedang pembeli yang berhak untuk menggunakan metode itu disebut franchisee. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, diketahui bahwa waralaba merupakan salah satu bentuk format bisnis dimana pihak pertama yang disebut pemberi waralaba (franchisor) memberikan hak kepada pihak kedua yang disebut penerima waralaba (franchisee) untuk mendistibusikan barang/jasa dalam lingkup area geografis dan periode waktu tertentu dengan mempergunakan merek, logo, dan sistem operasi yang dimiliki dan dikembangkan oleh franchisor. Pemberian hak ini dituangkan dalam bentuk perjanjian waralaba. Di Indonesia franchise dikenal sejak era 70-an ketika masuknya Shakey Pisa, KFC, Swensen dan Burger King. Perkembangannya terlihat sangat pesat dimulai sekitar 1995. Data Deperindag pada 1997 mencatat sekitar 259 perusahaan
1 Universitas Sumatera Utara
10
penerima franchise di Indonesia. Setelah itu, usaha franchise mengalami kemerosotan karena terjadi krisis moneter. 1 Para penerima franchise asing terpaksa menutup usahanya karena nilai rupiah yang terperosok sangat dalam. Hingga 2000, franchise asing masih menunggu untuk masuk ke Indonesia. Hal itu disebabkan kondisi ekonomi dan politik yang belum stabil ditandai dengan perseteruan para elit politik. Barulah pada 2003, usaha franchise di tanah air mengalami perkembangan yang sangat pesat.2 Franchise pertama kali dimulai di Amerika oleh Singer Sewing Machine Company, produsen mesin jahit Singer pada 1851. Pola itu kemudian diikuti oleh perusahaan otomotif General Motor Industry yang melakukan penjualan kendaraan bermotor dengan menunjuk distributor franchise pada tahun 1898. Selanjutnya, diikuti pula oleh perusahaan-perusahaan soft drink di Amerika sebagai saluran distribusi di AS dan negara-negara lain. Sedangkan di Inggris franchise dirintis oleh J Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg pada dekade 60-an.3 Franchise saat ini lebih didominasi oleh franchise rumah makan siap saji. Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root Beer membuka restaurant cepat sajinya. Pada tahun 1935, Howard Deering Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restauran modern. Gagasan mereka adalah membiarkan rekanan mereka untuk mandiri menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan, logo dan bahkan membangun desain sebagai
1
Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu. 2004. Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia Modern. Jakarta: Refika Aditama, hal. 113. 2 Ibid. 3 Ibid., hal. 114.
Universitas Sumatera Utara
11
pertukaran dengan suatu pembayaran. Dalam perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama di tahun l950-an yang kemudian dikenal menjadi franchise sebagai format bisnis (business format) atau sering pula disebut sebagai franchise generasi kedua. Perkembangan sistem franchise yang demikian pesat terutama di negara asalnya, AS, menyebabkan franchise digemari sebagai suatu sistem bisnis diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha ritel yang ada di AS. Sedangkan di Inggris, berkembangnya franchise dirintis oleh J. Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada tahun 60-an. Bisnis franchise tidak mengenal diskriminasi. Pemilik franchise (franchisor) dalam menyeleksi calon mitra usahanya berpedoman pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan Suku, Agama dan Ras (SARA).4 Perjanjian waralaba tersebut merupakan salah satu aspek perlindungan hukum kepada para pihak dari perbuatan merugikan pihak yang lain. Hal ini dikarenakan perjanjian dapat menjadi dasar hukum yang kuat untuk menegakkan perlindungan hukum bagi para pihak. Jika salah satu pihak melanggar isi perjanjian, maka pihak yang lain dapat menuntut pihak yang melanggar tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku. Perjanjian waralaba (franchise agreement) memuat kumpulan persyaratan, ketentuan dan komitmen yang dibuat dan dikehendaki oleh franchisor bagi para franchiseenya. Di dalam perjanjian waralaba tercantum ketentuan berkaitan dengan hak dan kewajiban franchisee dan franchisor, misalnya hak teritorial yang dimiliki franchisee, persyaratan lokasi,
4
Abdulkadir Muhammad. 2002. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 371.
Universitas Sumatera Utara
12
ketentuan pelatihan, biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh franchisee kepada franchisor,
ketentuan
berkaitan
dengan
lama
perjanjian
waralaba
dan
perpanjangannya dan ketetentuan lain yang mengatur hubungan antara franchisee dengan franchisor. Hal-hal yang diatur oleh hukum dan perundang-undangan merupakan das sollen yang harus ditaati oleh para pihak dalam perjanjian waralaba. Jika para pihak mematuhi semua peraturan tersebut, maka tidak akan muncul masalah dalam pelaksanaan perjanjian waralaba. Akan tetapi sering terjadi das sein menyimpang dari das sollen. Penyimpangan ini menimbulkan wanprestasi. Adanya wanprestasi dapat menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak. Terhadap kerugian yang ditimbulkan dalam pelaksanaan perjanjian waralaba ini berlaku perlindungan hukum bagi pihak yang dirugikan, yaitu pihak yang dirugikan berhak menuntut ganti rugi kepada pihak yang menyebabkan kerugian. Seperti perjanjian pada umumnya ada kemungkinan terjadi wanprestasi di dalam pelaksanaan perjanjian waralaba. Wanprestasi terjadi ketika salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana tertera di dalam perjanjian waralaba. Jika karena adanya wanprestasi, salah satu pihak merasa dirugikan, maka pihak yang dirugikan tersebut dapat menuntut pihak yang wanprestasi untuk memberikan ganti rugi kepadanya. Kemungkinan pihak dirugikan mendapatkan ganti rugi ini merupakan bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh hukum positif di Indonesia. Bentuk-bentuk wanprestasi yang dilakukan oleh para pihak dalam perjanjian waralaba tergantung kepada siapa yang melakukan wanprestasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
13
Wanprestasi dari pihak franchisee dapat berbentuk tidak membayar biaya waralaba tepat pada waktunya, melakukan hal-hal yang dilarang dilakukan franchisee, melakukan pelayanan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam sistem waralaba, dan lain-lain. Wanprestasi dari pihak franchisor dapat berbentuk tidak memberikan fasilitas yang memungkinkan sistem waralaba berjalan dengan sebagaimana mestinya, tidak melakukan pembinaan kepada franchisee sesuai dengan yang diperjanjikan, tidak mau membantu franchisee dalam kesulitan yang dihadapi ketika melaksanakan usaha waralabanya, dan lain-lain. Sebagai bahan penelitian dalam skripsi ini maka diajukan penelitian pada perjanjian franchise izzi kebab. Franchise izzi kebab adalah suatu perjanjian berbentuk waralaba dengan produk kebab merek izzi. Artinya terjadinya suatu perjanjian waralaba penjualan produk kebab bermerek izzi. Sebagai suatu perjanjian maka tentunya para pihak diikat dalam suatu hak dan kewajiban. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mengambil judul tentang “Analisis Hukum Pelaksanaan Perjanjian Franchise Izzi Kebab Menurut Hukum Perdata (Studi Pada Izzi Kebab Jalan Letda Sujono Medan)”.
B. Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Siapakah para pihak yang melaksanakan perjanjian franchise? 2. Apakah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian franchise? 3. Bagaimana analisis hukum pelaksanaan perjanjian franchise menurut KUH Perdata (Studi Pada Izzi kebab Jl. Letda Sujono Medan?
Universitas Sumatera Utara
14
4. Bagaimana penyelesaian sengketa yang timbul dalam perjanjian franchise izzi kebab?
C. Tujuan Penulisan Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui para pihak yang melaksanakan perjanjian franchise 2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian franchise. 3. Untuk mengetahui analisis hukum pelaksanaan perjanjian franchise menurut KUH Perdata (Studi Pada Izzi kebab Jl. Letda Sujono Medan. 4. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa yang timbul dalam perjanjian franchise izzi kebab.
D. Manfaat Penulisan Sedangkan yang menjadi manfaat penulisan skripsi ini adalah : a. Secara teoritis untuk menambah literatur tentang hukum bisnis khususnya bisnis franchise atau lebih dikenal dengan istilah bisnis waralaba di Indonesia. b. Secara praktis sebagai sumbangan pemikiran dan masukan para pihak yang berkepentingan yaitu masyarakat tentang aspek hukum bisnis franchise.
E. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri atas: 1. Sifat Penelitian
Universitas Sumatera Utara
15
Sifat penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah deskriptif analisis yang mengarah penelitian hukum yuridis empiris atau penelitian hukum doktriner, yaitu suatu penelitian yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain serta penelitian lapangan.
2. Sumber Data Sumber data penelitian ini didapatkan melalui data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui penelitian lapangan pada Izzi Kebab jalan. Letda Sujono Medan, sedangkan data sekunder terdiri dari: a. Bahan hukum primer, dalam penelitian ini dipakai adalah KUH Perdata. b. Bahan hukum sekunder, berupa bacaan yang relevan dengan materi yang diteliti. c. Bahan hukum tertier, yaitu dengan menggunakan kamus hukum maupun kamus umum dan website internet baik itu melalui Google maupun Yahoo.
3. Alat pengumpul data Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui studi dokumen dengan penelusuran kepustakaan serta penelitian lapangan melalui wawancara di Izzi Kebab jalan. Letda Sujono Medan.
4. Analisis data Untuk
mengolah
data yang didapatkan dari penelusuran kepustakaan,
studi dokumen dan penelitian lapangan pada Izzi Kebab jalan. Letda Sujono Medan, maka hasil penelitian ini menggunakan analisa kualitatif. Analisis kualitatif ini pada dasarnya merupakan pemaparan dari hasil penelitian selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
16
dianalisis dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta menarik kesimpulan.
F. Keaslian Penulisan Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Pelaksanaan Perjanjian Franchise Izzi Kebab Menurut Hukum Perdata (Studi Pada Izzi Kebab Jalan Letda Sujono Medan)” ini merupakan luapan dari hasil pemikiran penulis sendiri. Penulisan skripsi ini tidak sama dengan penulisan skripsi lainnya. Sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa Bab, dimana dalam bab terdiri dari unit-unit bab demi bab. Adapun sistematika penulisan ini dibuat dalam bentuk uraian: Bab
I.
Pendahuluan Dalam Bab ini akan diuraikan tentang uraian umum seperti penelitian pada umumnya yaitu, Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan, serta Sistematika Penulisan.
Bab
II.
Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan tentang: Pengertian Perjanjian, Syarat Sahnya Perjanjian, Jenis-Jenis Perjanjian dan Akibat
Universitas Sumatera Utara
17
Hukum Perjanjian. Bab
III. Tinjauan Umum Tentang Franchise Dalam bagian ini akan diuraikan pembahasan tentang: Sejarah Franchise, Pengertian dan Landasan Hukum Franchise, Jenis-Jenis Franchise serta Pola Bagi Hasil Dalam Franchise.
Bab
IV. Perjanjian Franchise Izzi Kebab Jalan Letda Sujono Medan Dalam bagian ini akan diuraikan pembahasan terhadap: Para Pihak Yang Melaksanakan Perjanjian Franchise, Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Franchise, Analisis Hukum Pelaksanaan Perjanjian Franchise Menurut KUH Perdata (Studi Pada Izzi Kebab Jl. Letda Sujono Medan), serta Penyelesaian Sengketa Yang Timbul Dalam Perjanjian Franchise Pada Izzi Kebab.
Bab
V.
Kesimpulan dan Saran Bab ini adalah bab penutup, yang merupakan bab terakhir dimana akan diberikan kesimpulan dan saran.
Universitas Sumatera Utara