Sebagian orang mengatakan bahwa sebuah kebebasan adalah sikap acuh dengan orang lain. Tidak memerhatikan keadaan sekitar. Bisa dikatakan pernyataan diatas adalah keegoisan dari seorang individu.
Batasan kebebasan bisa dikatakan sebagai rasa peduli terhadap orang lain. Sebenarnya itu tidak bisa dikatakan sebagai betasan, karena kebebasan adalah suatu pemikiran dimana seorang dibebaskan berpikir. Tidak ada batasan dalam pemikiran. Menjalani
kehidupan
dengan
apa
adanya.
Menaati peraturan yang sudah ada. Maksudnya adalah tidak memikirkan hal yang belum yang terjadi. Peraturan yang sudah kita jalani dengan
senang hati, memungkinkan akan ada buah yang baik atasnya.
Kebebasan bukanlah aliran, melainkan sebuah pendekatan yang bisa di jangkau siapapun, tidak memandang aliran apapun.
Kebebasan adalah membebaskan orang untuk berpikir. Bukan membebaskan orang untuk bertindak semaunya.
Pada intinya, pemikiran yang dibebaskan adalah bagaimana seorang individu dibebaskan untuk berpikir. Berpikir dengan keadaan yang nyata, apa adanya. Tidak melampaui hal yang belum diketahui oleh orang tersebut. Menjalani kehidupan dengan apa adanya. Menaati peraturan yang sudah ada.
Dewasa ini, sering kebebasan diartikan dengan hal yang negatif. Seperti kebebasan bergaul dengan siapa saja, seks bebas, bebas untuk melakukan tanpa melihat keadaan sekitar. Hal tersebut masuk dalam kategori keegoisan. Lebih masuk dalam keegoisan. Bukan pada kebebasan. Saya sangat mengagungkan kebebasan karena saya tidak ingin paradigma kebebasan hanya masuk pada keegoisan. Tidak adanya saling peduli dan menghormati antar manusai. Dasar dari pembelaan saya terhadap paradigma salah
–masuk
kebebasan
yang
keegoisan-
adalah supaya
pada
kategori
semua orang
tidak
memandang orang yang mengikuti jejak kebebasan yang selama ini ada,
yakni kebebasan yang
menimbulkan hal yang negatif. Mengubah paradigma keegoisan adalah tujuan saya. Bukan saya sematamata hanya mengagungkan kebebasan ini tanpa dasar, tetapi saya memandang kebebasan adalah suatu pikiran dimana semua manusia memunyai kebebasan tersebut. Ada lagi, yakni seseorang tidak mau dikatakan penganut pemikiran kebebasan. Padahal di dalam dirinya terdapat banyak molekul kebebasan yang menyebar ditubuhnya. Saya agak jijik melihat orang sedemikian rupa. Kedua hal tersebut yang mendasari saya untuk menjunjung tinggi dan mengubah paradigma yang salah
menjadi
paradigma
yang
benar,
yakni
kebebasan bukan hanya pada perbuatan, melainkan pada pemikiran. Kebebasan, selain masuk dalam tubuh manusia, juga terdapat dalam segala aliran. Tidak memungkiri aliran yang begitu ekspresif dalam dogma-dogmanya. Semua memerlukan jasa dari kebebasan tersebut. Saya membenarkan seseorang yang mengatakan bahwa sebuah perbuatan berawal dari sebuah pemikiran.
Sedangkan saya
menjunjung tinggi
kebebasan dalam berpikir. Ya,
saya memang
membenarkan perkataan yang seperti itu. Tetapi tidak untuk kebebasan yang saya pikirkan. Kebebasan yang saya pikirkan adalah kebebasan yang berpikir untuk peduli, menghormati, dan pada akhirnya orang disekitar kita akan segan terhadap kita bukan pada
kekuatan kita, tetapi pada kekuatan bagaimana kita menghormati orang tersebut. Kata kunci yang paling dominan di buku ini adalah, PEDULI, MENGHORMATI, DISEGANI. Dengan maksud, kita peduli terhadap orang lain, kita menghormati orang lain, dan pada akhirnya kita akan disegani oleh orang lain.
Untuk memngingatkan kembali pada tulisan saya diatas, pemikiran tentang kebebasan yang saya anut kebebasan berpikir, bukan kebebasan bertindak. Kebebasan berpikir akan menimbulkan kesenangan bagi msayarakat sekitar. Sedang kebebasan akan menimbulkan keegoisan yang akan menimbulkan peselisihan diantara manusia.