BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa ada 500.000
kematian ibu melahirkan di seluruh dunia setiap tahunnya. Adapun 99 persennya terjadi di negara berkembang. Berdasarkan angka tersebut, diperkirakan bahwa hampir satu orang ibu setiap menit meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Angka kematian maternal di negara berkembang diperkirakan mencapai 100 sampai 1.000 lebih per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara maju berkisar antara 7 sampai 15 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti bahwa di negara berkembang resiko kamatian maternal adalah satu diantara 29 persalinan, sedangkan di negara maju adalah satu di antara 29.000 persalinan (Ronald, 2011). Banyak pandangan masyarakat umum yang khawatir tentang berhubungan seks saat hamil (Utami, 2008). Hubungan seksual mempunyai peranan dalam pernyataan perasaan kasih sayang, rasa aman, dan tenang, kebersamaan, kedekatan perasaan dalam hubungan suami istri. Pasangan suami istri dapat menyatakan perasaan kasih sayang dengan saling bertukar pikiran (komunikasi), berpelukan, ciuman, atau pun pijatan tanpa harus melakukan hubungan seksual (Suririnah, 2004). Frekuensi hubungan seksual selama kehamilan sangat tergantung pada kondisi wanita. Semakin jarang hubungan frekuensi seksual pada pasangan, semakin tidak sehat pernikahan tersebut (Dianloka, 2008). Pemahaman tentang berhubungan seks selama kehamilan seperti apa itu hubungan seksual, dan frekuensi berhubungan seks dalam kehamilan, Secara singkat
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat diramalkan bagaimana seseorang suami akan bereaksi, setelah dia merasa cemas tetapi secara umum dapat dikatakan Bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan dan pemahaman mengenai hubungan seks selama kehamilan maka dapat menurunkan kecemasan mengenai dampak berhubungan seks sehingga frekuensi seks dalam normal. Begitu juga sebaliknya, semakin tidak memahami bagaimana berhubungan seks selama kehamilan akan menimbulkan kecemasan, kebingungan dan kekhawatiran sehingga menurunnya aktivitas seksual atau frekuensi seks dalam kehamilan (Close, Sylvia, 1998). Secara fisiologis pada saat istri hamil suami tidak terganggu, tetapi keinginan berhubungan seks dengan istri akan terganggu secara emosi. Oleh karena itu, keinginan berhubungan seks dengan istrinya yang sedang hamil berbeda. Pada kebanyakan pasangan akan timbul kecemasan karena perubahan saat istri hamil antara lain rasa takut pada keguguran sehingga suami memilih untuk menghentikan hubungan seks. Beberapa situasi yang menyarankan untuk menghentikan hubungan seksual yaitu jika terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri atau panas, terjadi perdarahan saat berhubungan seks, terdapat pengeluaran cairan (air) yang mendadak, pernah mengalami keguguran, terjadi plasenta previa, kehamilan kembar (Manuaba, 2000). Ketuban pecah secara spontan sebelum usia gestasi 37 minggu adalah sekitar 3-6%. Faktor-faktor penyebab meliputi infeksi, polihidramnion atau defek kolagen. Sekitar 30-40% persalinan prematur didahului oleh pecah ketuban.Komplikasi ini merupakan faktor yang paling signifikan terhadap kemungkinan persalinan dan pelahiran premature. Saat ketuban pecah, 50% ibu akan mengalami persalinan secara spontan dalam 24 jam dan 80% akan memulai persalinan dalam 48 jam (Liu, 2008).
Universitas Sumatera Utara
World Health Organization (WHO) mendefenisikan kelahiran premature adalah pelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu. Berdasarkan pada defenisi ini 6-10% kelahiran adalah premature tetapi sekitar 50% pelahiran lebih dari usia gestasi 35 minggu dengan hampir 100% angka bayi yang diperkirakan bertahan hidup lahir setelah usia kehamilan 32 minggu. Kemampuan bertahan hidup melebihi 50% setelah usia kehamilan 27 minggu dan meningkat seiring usia gestasi mencapai 32 minggu (Liu, 2008). Menurut Bibilung (2007) dalam Aini (2013) berdasarkan penjelasan seorang psikiater di Jakarta mengatakan bahwa beberapa pria mengalami perubahan hormonal selama kehamilan istrinya. Sampai saat ini dilaporkan 22%-79% dari calon ayah mengalami perubahan hormonal, 11%-50% diantaranya mengalami kecemasan karena tidak mengerti dengan perubahan yang terjadi. Berdasarkan studi pendahuluan di Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kec. Baitussalam Aceh Besar, terdapat 131 ibu hamil diantaranya 40 orang kehamilan trimester III dan dijumpai dari 8 orang ibu hamil yang datang periksa kehamilannya 5 orang mengatakan bahwa suaminya merasa cemas dan khawatir melakukan hubungan seksual saat hamil sehingga frekuensi seksual menurun, dan 3 orang mengatakan bahwa suaminya tidak merasa cemas dan khawatir melakukan hubungan seksual saat kehamilan istrinya sehingga frekuensinya normal. Survey awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Ridos Medan Tahun 2014, terdapat 32 ibu hamil trimester III didapatkan bahwa sebanyak 12 orang suami ibu hamil trimester III cemas melakukan hubungan seksual selama usia kehamilan trimester III.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Kecemasan suami dalam hubungan seksual pada ibu hamil trimester III di Rumah Sakit Ridos Medan Tahun 2014.
B. Rumusan Masalah Dari uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu pertanyaan, yaitu : 1. Bagaimana faktor-faktor penyebab kecemasan suami dalam hubungan seksual pada ibu hamil trimester III? 2. Bagaimana tingkat kecemasan suami dalam hubungan seksual pada ibu hamil trimester III? 3. Bagaimana frekuensi hubungan seksual suami pada ibu hamil trimester III?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kecemasan suami dalam hubungan seksual pada ibu hamil trimester III. 2. Untuk mengetahui tingkat kecemasan suami dalam hubungan seksual pada ibu hamil trimester III 3. Untuk mengetahui frekuensi suami dalam hubungan seksual pada ibu hamil trimester III 4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat menerapkan riset kebidanan tentang kecemasan suami dalam hubungan seksual pada ibu hamil trimester III. 2. Bagi Institusi Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan atau informasi bagi penelitian selanjutnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya. 3. Bagi Tempat Penelitian Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan antenatal care.
Universitas Sumatera Utara