BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini, internet menjadi salah satu bagian dari kehidupan kita. Bagi sebagian orang internet merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa ditinggalkan.
Mereka
rela
meluangkan
banyak
waktu
berlama-lama
memanfaatkan internet untuk mencari informasi yang mereka butuhkan. Bahkan biaya yang mereka keluarkan untuk menggunakan internet juga tidak sedikit. Internet masuk ke Indonesia pada awal tahun 1990an. Penggunanya bertambah dari tahun ke tahun. Hasil survei dari MarkPlus Insight memberikan gambaran, bahwa jumlah pengguna internet pada tahun 2006 mencapai 20 juta, selanjutnya menjadi 25 juta (2007), 31 juta (2008), 40,4 juta (2009), serta 48,7 juta pada akhir tahun 2010. Di tahun 2011 hingga 55 juta orang, dimana 23% sudah terpenetrasi koneksi internet yang kebanyakan berpusat di kota-kota besar, hanya 4,1% yang berada di area lainnya1. Pengguna internet tertinggi adalah di Jakarta, kemudian diikuti oleh kota-kota besar lainnya di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Penggunaan internet sangat bervariasi di seluruh Indonesia, yaitu mencerminkan perbedaan jangkauan, ukuran pasar dan kondisi infrastruktur2. Kebutuhan penggunaan internet di kota besar sangat berbeda dengan kebutuhan di desa. Keterjangkauan ponsel, disebabkan oleh turunnya biaya telepon dan paket layanan, telah mempercepat pertumbuhan pengguna internet Amir Karimuddin. 2011. Survei MarkPlus Insight: Pengguna Internet di Indonesia 55 Juta. Terarsip di: http://dailysocial.net/2011/10/28/survei-markplus-insight-penggunainternet-di-indonesia-55-juta/ Tanggal akses 14 Juni 2012. 2 Deloitte Access Economic. 2011. The Connected Archipelago: The Role of The Internet in Indonesia’s Economic Development. hal. 1. Terarsip di: http://www.deloitte.com/assets/Dcom.Australia/Local%20Assets/Documents/Services/Co rporate%20Finance/Access%20Economics/Deloitte_The_Connected_Archiplelago_Eng_Dec_ 2011.pdf Tanggal akses 18 Juni 2012. 1
1
di kota. Namun kemampuan yang lebih sederhana terdapat di pedesaan yang lebih banyak mengandalkan satelit dan warung internet (Warnet). Tidak dipungkiri bisnis Warnet ikut memberi andil pertumbuhan pengguna internet di Indonesia. Tahun 2009 total jumlah Warnet di Indonesia diperkirakan mencapai 20 ribu, belum pertambahan hingga tahun 2012. Warnet yang semula banyak tumbuh di daerah perkotaan, perlahan tapi pasti mulai merambah ke daerah pedesaan. Pertumbuhan jumlah Warnet di kota besar saat ini berbeda dengan dulu. Sekarang banyaknya layanan akses internet murah untuk rumah, serta harga komputer yang semakin terjangkau, membuat peminat Warnet di kota besar berkurang. Justru pertumbuhan pengguna internet Warnet semakin pesat terlihat di kota-kota kecil bahkan di pedesaan. Kehadiran Warnet di pedesaan merupakan praktik bermedia baru bagi masyarakat desa. Pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat desa yang biasa menggunakan media televisi, radio, koran, perlahan menggunakan internet. Praktik bermedia baru tersebut bukan berarti tanpa membawa konsekuensi. Setidaknya
membawa
konsekuensi
sosio-kultural
bagi
kehidupan
di
masyarakat3. Salah satunya perubahan moral dan nilai dalam diri mereka. Masyarakat desa terkenal dengan menjunjung nilai moral yang dianut. Banyaknya informasi dari luar yang didapat melalui internet, dengan mudah mereka mengadopsi nilai-nilai yang kurang sesuai dengan nilai kelokalan. Mereka kurang peduli dengan kehidupan sekitarnya dan memilih nyaman dengan kehidupan maya. Makin lama mereka menggunakan internet, semakin kurang mereka berinteraksi dengan lingkungan sosial. Konsekuensi lain yang ditimbulkan adalah pengguna Warnet yang umumnya remaja, orang dewasa mulai memengaruhi anak-anak. Perlahan tapi pasti mulai dari anak TK hingga SD mulai mengenal Warnet dan internet. Penyebaran bisnis Warnet dari kota ke desa, juga terjadi di beberapa daerah di Kabupaten Klaten. Klaten merupakan kota kecil yang diapit kota besar yaitu Solo dan Yogyakarta, di mana kedua kota itu mengalami perkembangan informasi dan teknologi secara pesat. Perkembangan ini Ana Nadhya Abrar. 2003. Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Lesfi. hal. 78.
3
2
berdampak ke sejumlah daerah Klaten, khususnya di desa-desa, salah satunya di Desa Ceper. Desa Ceper bertempat di Kecamatan Ceper terletak 10 km dari utara Kota Klaten. Ceper merupakan desa dengan luas wilayah 129 ha dan jumlah penduduk 3700 jiwa. Terdiri dari enam dukuh, yaitu Ceper, Karangmojo, Pason, Bakalan, Krenekan dan Jeblogan. Sampai saat ini di desa tersebut terdapat sekitar 10 Warnet dan 2 game center. Sebagian besar pelanggan Warnet di Desa Ceper adalah anak-anak dan remaja yang masih sekolah. Sayangnya banyak Warnet tidak memberlakukan batasan jam bagi pelajar sekolah. Pemilik Warnet dengan sengaja membuka Warnet miliknya selama 24 jam. Biasanya anak-anak sepulang sekolah langsung ke Warnet dan malam harinya masih ke sana lagi. Bahkan pada malam Minggu mereka mengakses internet di Warnet sampai pagi. Selama weekend (akhir Minggu), pengguna internet Warnet akan naik daripada hari biasanya. Di hari libur anak-anak lebih banyak meluangkan waktu untuk memenuhi kebutuhan internetnya dan biasa mengakses internet selama berjam-jam. Biaya yang terjangkau, mengakibatkan anak-anak dengan mudah menggunakan fasilitas internet di Warnet. Besarnya biaya mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Kebanyakan Warnet mematok harga Rp 3000 agar bisa menggunakan internet selama satu jam. Persaingan pemilik Warnet dalam mencari pelanggan bermacam-macam, ada yang memangkas biaya menjadi Rp 2000/jam atau tetapi Rp 3000/jam dengan tambahan bonus satu teh botol. Lewat pukul sepuluh malam pemilik Warnet bahkan memberikan potongan harga hingga Rp 1500/jam (happy hour). Anak-anak semakin dimanjakan dengan adanya tarif paket yang ditawarkan sejumlah Warnet dan Game Center, misal Rp 10.000 untuk lima jam. Kemudahan dalam bentuk biaya akses seperti ini membuat anak senang untuk lebih lama menggunakan internet Warnet. Anak-anak tidak segan datang ke Warnet berjam-jam berseluncur di dunia maya. Selama anak-anak di Warnet tidak ada orang dewasa atau orang tua ikut mendampingi maupun mengontrol. Pemilik Warnet maupun orang dewasa yang berada di tempat tersebut, seakan tidak peduli dan tidak mau mengawasi apa yang sedang diakses anak. Ada beberapa Warnet yang mau peduli dengan 3
pelanggan anak-anak. Hanya sedikit orang tua menemani serta ikut mendampingi anak ketika menggunakan internet di Warnet. Kontrol orang tua hanya sebatas anak pergi dengan teman sebayanya ke Warnet. Orang tua tidak menyadari bahwa anak mereka bisa saja sedang berinteraksi dengan orang yang tidak ia kenal. Orang tua juga kurang peduli konten atau situs internet yang dijelajah anak serta meremehkan jumlah waktu anak saat online mengakses internet. Kurangnya pengawasan dan kontrol membuat anak leluasa dalam menggunakan internet di Warnet. Jika kita lihat, konten internet masih banyak yang kurang sesuai dengan anak-anak, seperti kekerasan, jejaring sosial untuk orang dewasa, hingga pornografi. Tanpa pengawasan, anak-anak dengan mudah mengakses situs-situs yang sebenarnya bukan untuk mereka. Ketidakpedulian orang tua maupun orang dewasa di sekitarnya akhirnya menimbulkan keresahan di Desa Ceper. Tentang kejadian anak SMP hamil di luar nikah. Saat dikonfirmasi anak itu mengaku bahwa biasa mengakses situs porno dan melakukan tindak asusila di Warnet. Di beberapa Warnet bahkan menjadi tempat favorit anak-anak dan remaja untuk berbuat asusila. Mungkin tidak banyak orang tua yang mengetahui apa saja yang dilakukan anak mereka ketika menggunakan fasilitas internet di Warnet. Saat pra-observasi di lapangan mendapatkan gambaran bahwa usia anak-anak pengguna internet di beberapa Warnet di Ceper adalah usia anak sekolah yaitu, sekitar 6-15 tahun. Biasanya mereka datang berkelompok, kemudian memilih bilik sendiri atau berbagi bilik dengan temannya. Masingmasing anak memiliki ketertarikan yang berbeda dalam memilih situs yang akan mereka kunjungi. Situs yang sering mereka kunjungi adalah Facebook. Anak-anak memanfaatkan Facebook untuk chatting, saling mengomentari status teman, melihat profil teman, ada juga beberapa anak sudah mulai mencari pasangan lewat Facebook, dan selebihnya Facebook dimanfaatkan untuk bermain game. Selain Facebook, situs atau konten yang sering dikunjungi anak-anak adalah Google dan Youtube. Mereka biasa menggunakannya untuk mencari sesuatu yang mereka sukai seperti lagu, video maupun gambar. Anakanak bebas mencari apa yang mereka inginkan lewat internet. Dengan keberadaan internet pula anak-anak semakin berkembang dan mempunyai rasa keingintahuan yang besar terhadap dunia luar. 4
Melihat pemaparan di atas kita tahu bahwa ada sisi positif dan sisi negatif ketika anak-anak menggunakan internet. Namun tidak semua orang tua menyadari dua sisi tersebut. Anak-anak pada umur 6-15 tahun, merupakan masa emas perkembangan. Ketika anak-anak dalam masa perkembangan, orang tua perlu mendampingi serta mengontrol mereka. Anak memerlukan pengarahan dan pengawasan dari orang tua untuk memunculkan kebiasaan baik4. Setiap orang tua perlu mempunyai sikap untuk mengawasi anak ketika bermain internet di Warnet sehingga memunculkan kebiasaan baik bagi anak. Mengingat bahwa psikologis anak dalam masa perkembangan tergolong masih labil dan belum rasional. Apa yang didapatkannya dari internet bisa diterima begitu saja. Anak-anak tergolong mudah mengadopsi nilai-nilai yang mereka dapatkan lewat internet dan dibawa dalam kesehariannya. Dengan berdasar pemaparan dan pertimbangan di atas, maka penelitian ini dilakukan pada anak-anak yang ada di Desa Ceper, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten. Lokasi dipilih karena banyaknya permasalahan yang ditimbulkan serta banyaknya jumlah Warnet dalam satu desa, yang menyebabkan anak-anak leluasa menggunakan internet. Warnet menjadi tempat untuk pengadopsian nilai bagi anak-anak. Kehadiran Warnet dan internet dalam kehidupan kita membawa praktik bermedia baru. Pengguna yang umumnya orang dewasa kini mulai memengaruhi anak-anak. Anak-anak dengan bebas menggunakan internet tanpa ada pendampingan maupun kontrol dari orang tua. Sebenarnya bagaimana Warnet hadir dalam kehidupan anakanak desa? Apa saja konten internet yang diakses anak-anak ketika di Warnet? Berapa lama penggunaan internet di Warnet oleh anak-anak? Apa motif anakanak menggunakan internet? Bagaimana praktik pengadopsian nilai dari internet dalam keseharian anak-anak? Apa konsekuensi internet bagi anak? Berawal dari berbagai pertanyaan ini, peneliti tertarik untuk mengetahui praktik penggunaan internet di Warnet yang dilakukan anak-anak. Serta untuk mengetahui pemanfaatan internet bagi anak-anak. Dengan adanya
4Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D. Gunarsa. 2008. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia. hal. 12.
5
penelitian ini diharapkan memperoleh deskripsi tentang penggunaan internet oleh anak.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana praktik penggunaan internet yang dilakukan anak-anak di Desa Ceper?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. untuk mendeskripsikan pengalaman anak-anak dalam praktik penggunaan internet di Warnet. 2. untuk mendeskripsikan praktik pengadopsian nilai dari internet dalam keseharian anak-anak. 3. untuk memetakan dampak dan manfaat penggunaan internet oleh anakanak.
D. Manfaat Penelitian Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penelitian ini: 1. Memperkaya kajian ilmu komunikasi seputar praktik internet yang dilakukan anak-anak. 2. Memberikan gambaran kepada khalayak luas, khususnya orang tua terkait dengan praktik dan kegiatan anak-anak menggunakan internet di Warnet.
E. Kerangka Pemikiran 1. Perkembangan Media Komunikasi a. Media Lama Peristiwa komunikasi manusia yang berjarak dari ruang dan waktu, jauh lebih tua daripada bentuk-bentuk media massa yang kini digunakan. Proses ini penting bagi penyelenggaraan masyarakat terdahulu yang berlangsung pada
6
rentang waktu lama dan kemudian meluas ke wilayah yang lebih besar. Masyarakat yang terbuka semakin mudah memunculkan kecenderungan untuk mengembangkan teknologi komunikasi. Perkembangan teknologi komunikasi diawali dengan penemuan media cetak lalu berkembang ke televisi, radio, film, hingga berkembang menjadi media baru, seperti internet sekarang ini. Komunikasi massa sangat dekat dengan media lama, mulai dari buku, surat kabar, film, dan radio. Media massa pun telah masuk ke dalam kehidupan modern. Melalui media massa kita dapat mengetahui berbagai hal tentang dunia luar.
Dengan
adanya
media
massa
orang
dengan
mudah
untuk
mengekspresikan ide-ide mereka ke khalayak luas sehingga demokrasi modern terwujud dengan baik. Media massa dapat menjadi penghibur yang baik karena bisa mendapatkan bagitu banyak audiens. Fenomena seperti ini kita lihat pada audiens radio dan televisi. Sejarah media modern dimulai dengan media cetak, merupakan semacam revolusi, tetapi awalnya sebagai alat teknis untuk mereproduksi serangkaian teks yang sama kemudian disalin dengan tangan manual atau mesin. Teknologi cetak muncul akibat temuan dari Gutenberg5. Gutenberg menciptakan mesin cetak yang semula tulisan ditulis dengan tangan kemudian bisa disebarluaskan. Media cetak yang menggunakan warisan Gutenberg adalah buku, majalah, dan koran. Buku mengubah sejarah manusia dengan mempercepat pertukaran ide dan informasi antar manusia. Buku sebagai wahana utama untuk mengajarkan nilai-nilai sosial kepada generasi baru dan sarana utama bagi generasi baru untuk memahami pelajaran dari generasi lama. Buku sebagai media massa merupakan komoditas yang tumbuh stabil, baik volume maupun jumlah konten. Surat kabar sebagai media massa, awal ditandai dengan kemunculannya berkala dengan basis komersil dan karakternya terbuka. Orientasi surat kabar terletak pada pembaca individu atau kelompok, realitas, teknologi dan cara penyebarannya yang berkala dan sering. Surat kabar biasa berbentuk koran dan majalah dengan kala terbit tertentu. 5
Denis McQuail. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika. hal. 27,
7
Selain media cetak, yang termasuk media lama adalah film. Film sebagai media massa diartikan bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dan cepat. Film merupakan bagian dari respon penemuan waktu luang, waktu libur untuk menghabiskan waktu. Film adalah bagian kehidupan seharihari kita dalam banyak hal. Film memilik kekuatan spesial dalam membentuk nilai-nilai kultural6. Radio dan televisi termasuk juga ke dalam media massa. Ciri radio dan televisi adalah pola distribusi yang terpusat dengan pasokan datang dari pusat kota tanpa adanya arus timbal balik. Radio lebih mudah dan fleksibel bagi khalayak daripada televisi. Tidak ada batasan tempat di mana radio dapat diperdengarkan atau batasan batasan waktu karena mendengarkan dapat digabung dengan aktivitas lainnya. Audiens memiliki kemungkinan untuk berinteraksi melalui telepon dan dapat mengakomodasi beragam genre. Televisi sebagai media yang paling besar dalam jangkauan dan waktu yang dihabiskan7. b. Media Baru Perkembangan teknologi mendorong berkembangnya media, hingga melahirkan media baru. Istilah media baru telah digunakan sejak tahun 1960an dan mencakup seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin berkembang dan beragam. Lievrouw dan Livingstone dalam McQuail mendefinisikan media baru dengan cara yang berbeda, yaitu menghubungkan antara teknologi informasi dan komunikasi dengan konteks sosial yang menyatukan tiga elemen, (1) alat dan artefak teknologi, (2) aktifitas, praktik, dan penggunaan, dan (3) tatanan serta organisasi sosial yang terbentuk di sekeliling alat dan praktik tersebut8. Sejauh ini ciri utama dari media baru yang paling utama adalah kesalingterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima pesan, interaktivitasnya, kegunaannya beragam sebagai karakter terbuka dan sifatnya ada di mana-mana.
Ibid., hal. 35. Ibid., hal. 38-40. 8 Ibid., hal. 43. 6 7
8
Rasmussen berpendapat bahwa media baru memiliki efek yang berbeda terhadap integrasi sosial dalam jaringan masyarakat modern. Kontribusi pokoknya adalah untuk menjembatani antara ruang publik dan privat antara kehidupan nyata dan dunia sistem atau organisasi9. Media baru memberikan keragaman penggunaan dan partisipasi yang besar. Media baru membantu merekatkan kembali individu akibat dari efek modernisasi, serta memberikan pengaruh terhadap perubahan sosial karena lebih terlibat, fleksibel, dan kaya informasi. Teknologi telah melahirkan apa yang disebut sebagai media baru, yang sebenarnya merujuk kepada sebuah perubahan dalam proses produksi media, distribusi dan penggunaan. Ada beberapa kata kunci untuk memahami media baru, seperti digitality, interactivity, dan dispersal10. Dalam konsep digitality semua proses media diubah dalam bentuk digital. Konsep interactivity merujuk di mana teks dalam media baru mampu memberikan kesempatan kepada users untuk komunikasi dua arah. Sementara konsep dispersal, adanya desentralisasi pada media baru terletak pada proses produksi dan distribusi pesan dan mengandalkan keaktifan individu. Hadirnya media baru menyebabkan perbedaan karakter dalam proses komunikasi. Rogers memaparkan setidaknya ada tiga perbedaan, yakni 11: 1. Interactivity, yang mengandung dua pengertian, pertama adanya teknologi yang mampu memberi respon terhadap penggunanya (interaktivitas antara mesin dan manusia), kedua interaktivitas antara pengguna dengan pengguna lainnya. Individu dituntut aktif, tidak hanya sekedar pasif dan reaktif. 2. De-massified, di mana kontrol terhadap sistem komunikasi terletak pada pengguna bukan pada produser media tersebut. Pesan yang ingin disampaikan dapat dipertukarkan dengan beberapa individu. Misal setiap individu yang menggunakan media baru seolah-olah berkomunikasi tatap muka seperti komunikasi interpersonal. Ibid., hal. 154. Ido Prijana Hadi. 2008. Penelitian Khalayak dalam Perspektif Reception Analysis. dalam Jurnal Ilmiah Scriptura.Vol.(2). No.1. hal. 5. Terarsip di: http://puslit.petra.ac.id/journals/pdf.php?PublishedID=IKO09030101 . Tanggal akses 9 Juli 2012. 11 Everett M. Rogers. 1986. Communication Technology, The Media baru In Society. London: The Free Press. hal. 3. 9
10
9
3. Asynchronous, media mampu untuk menerima maupun mengirim pesan kapanpun untuk siapapun. Kendali waktu berada di tangan pengguna, termasuk juga pertukaran pesan di mana dimungkinkan adanya jeda waktu antara pengiriman dan penerimaan pesan. Hal ini menyebabkan media menjadi media yang lebih fleksibel dalam dimensi waktu. Selain ketiga karakteristik media baru yang dipaparkan Rogers Van Dijk menambahkan karakteristik lain yaitu integrasi dan digital code. Hal terpenting dalam media baru adalah adanya integrasi antara telekomunikasi, data komunikasi dan media massa, atau sering disebut proses konvergensi media. Di mana jaringan data baik umum atau privat dalam data komunikasi, telekomunikasi,
maupun
multifungsional
yaitu
media
jaringan
massa dengan
bersama-sama kecepatan
mencipatakan
tinggi
(electronic
superhighway)12. Sedangkan digital code, segala bentuk komunikasi dan informasi diubah dan ditransmisikan ke dalam bentuk yang sering disebut byte. 2. Internet a. Pengertian Internet Era komunikasi yang sedang kita alami sekarang ini adalah era komunikasi interaktif. Era yang dimulai dengan ditemukannya komputer yang bisa membantu manusia melakukan komunikasi perorangan dari jarak jauh dalam waktu yang sangat pendek. Orang menjadi sangat mudah untuk berkomunikasi. Weiner mengatakan sesungguhnya media interaktif adalah media yang dipakai untuk saling tukar informasi, baik untuk keperluan hiburan, pendidikan, bisnis, yang menggunakan komputer, terminal video text, telepon, atau layar televisi13. Ciri utamanya adalah memberi peluang untuk saling tukar informasi. Internet termasuk ke dalam media interaktif, bukan sebagai media massa. Internet dikembangkan pada tahun 1969 dengan nama ARPAnet (Advanted Research Projects Agency Network). Pada saat itu, empat institusi dihubungkan dalam satu jaringan yang dinamakan ARPAnet. Pada tahun 1975 12
9. 13
Jan Van Dijk. 2006. The Network Society: Social Aspects of New Media. Sage: London. hal 6Abrar. Op., Cit. hal. 19.
10
pengurusan internet dipindahkan kepada US Defense Communication Agency. Tujuan awal dibentuknya internet ini adalah untuk membentuk suatu jaringan komputer yang tersebar sehingga apabila terjadi peperangan, informasi tidak akan hilang karena informasi tersebut disimpan secara tersebar tidak hanya pada satu titik14. Internet adalah singkatan dari interconnected network. Internet merupakan sebuah sistem komunikasi yang mampu menghubungkan jaringanjaringan komputer di seluruh dunia. Berbagai jenis komputer dengan spesifikasi yang berbeda-beda dapat saling berkomunikasi melalui internet. Beberapa bentuk jaringan berbeda saling bertukar informasi dan data melalui internet menggunakan seperangkat aturan yang disebut protokol TCP/IP15. Media penghubung internet berupa kabel, satelit maupun frekuensi radio. Menurut Ellsworth, Internet sendiri sebenarnya adalah sekumpulan jaringan besar yang dibentuk oleh interkoneksi jaringan komputer di seluruh dunia melalui saluran telepon, satelit, dan sistem telekomunikasi lainnya16. Ketika individu mengakses internet, maka ia sesungguhnya mengakses sebuah jaringan besar yang dibentuk oleh interkoneksi jaringan komputer di seluruh dunia sehingga individu tersebut bisa memperoleh banyak informasi dalam waktu singkat. Livingstone menambahkan bahwa internet adalah kombinasi antara interaktivitas dengan ciri inovatif bagi komunikasi massa, jenis konten tidak terbatas, jangkauan khalayak, sifat global dari komunikasi17. Sebagai sebuah jaringan komputer, internet dapat dikatakan sebagai jalur transportasi informasi yang berbentuk file atau data pada komputer lain. Dengan demikian, informasi dapat ditemukan melalui internet. Informasi sendiri berada pada komputer-komputer yang terhubung ke internet dan komputer sebagai penyimpan informasi, bukan internet. Dengan adanya internet, semua komputer di seluruh dunia yang terhubung dalam suatu jaringan dapat saling berkomunikasi dan bertukar informasi. Internet menghubungkan jaringan dari jaringan-jaringan komputer Lia Kuswayanto, dkk. 2006. Mahir Berkomputer. Jakarta: Grafindo Media Pratama. hal. 3. Arief Ramadhan. 2007. Internet dan Aplikasinya. Jakarta: Gramedia. hal. 1. 16 Ibid., 19. 17 McQuail. Op., Cit. hal. 151. 14 15
11
yang ada di dunia. Namun, jaringan yang terbentuk bukanlah bersifat terpusat sehingga apabila satu komputer atas satu jaringan terputus, tidak akan mengganggu koneksi komputer atau jaringan yang lainnya. Fungsi dari internet mampu membuat pekerjaan kita menjadi lebih mudah dan efisien. Segala informasi bisa dengan mudah didapat melalui internet. Dengan adanya internet, perbedaan jarak tidak lagi menjadi hambatan melakukan komunikasi. Semua orang dapat saling terhubung saling berkomunikasi dan bertukar informasi secara bebas dengan semua pengguna internet di dunia. b. Internet Sebagai Media Baru Internet sebagai jejaring komputer global menciptakan dunia maya, di mana lautan data, informasi, maupun pengetahuan diolah, diproses, disimpan, ditransmisikan, dan serentak dihadirkan kembali. Internet berbeda dengan media
konvensional
sebelumnya,
karena
ia
dapat
merengkuh
dan
menggabungkan citra, gambar gerak, teks, dan audio-visual secara sempurna dan nyata. Internet membedakan diri dari jenis media sebelumnya yang searah dengan apa yang disebut interaktivitas. Interaktivitas merupakan keunikan dalam medium internet terutama dalam hal isinya, seperti adanya mekanisme timbal balik melalui e‐mail (electronic mail), obrolan online atau wawancara langsung. Informasinya mudah ditelusur, dapat diperbarui setiap saat, dan dapat dihubungkan ke situs lain18. Nilai lainnya adalah adanya sifat globalitas, konektivitas komunikasi personal, ekonomis dan politik, serta hilangnya kontrol jurnalistik atas pasar informasi. Sebuah media konvensional yang berkembang ke arah media baru, pada akhirnya
melahirkan
konvergensi.
Sebuah
penyatuan
antara
media
konvensional, telekomunikasi dan teknologi informasi yang memudahkan akses informasi. Konvergensi media juga telah mengubah komunikasi dari yang sifatnya terbatas menjadi global. Tidak dibatasi wilayah, negara, bahkan bangsa sehingga, globalisasi akibat internet ini memberikan kemampuan komunikasi secara instan. Konsekuensi yang lebih besar adalah konvergensi dalam berbagai 18
Folkertz dalam Hadi. Op., Cit. hal. 2.
12
media dalam kaitannya dengan pengaturan, distribusi, penerimaan, dan regulasi mereka19. Esensi internet sebagai media baru memberikan kemudahan bagi kita untuk melakukan lebih dari sekedar menerima informasi. Kita dapat menanggapi pesan yang kita terima, memilih gambar mana yang akan kita terima, atau bahkan mengirim pesan sesuai dengan keinginan kita sendiri. Kita juga bisa memanfaatkan media sebagai alat pertemuan kota elektronik, yang memungkinkan para anggotanya untuk berbicara satu sama lain dari lokasi yang berbeda. Yang paling signifikan, internet menyediakan link komputer yang memungkinkan e‐mail, percakapan audio dengan gambar video, penerbitan dan penyiaran berbasis internet, belanja dan perdagangan saham online, dan adanya akses 24 jam untuk mengakses berita dan informasi pemerintah. Dalam semua contoh tadi, perbedaan antara pengirim dan penerima menjadi kabur, karena semua orang yang memiliki akses ke teknologi bisa lebih dari pengguna pasif. 3. Relasi Anak Dengan Media dan Internet Relasi anak dan media terkait dengan penggunaan media oleh anakanak. Anak-anak yang lahir setelah tahun 1990an adalah anak-anak yang tumbuh bersama komputer dan perkembangan teknologi lainnya. Anak-anak seakan tidak ada batasan ruang dan waktu dengan berbagai teknologi terutama media yang bisa saja memengaruhi perkembangan anak. Anak-anak memahami perubahan-perubahan media ketika mereka juga tengah tumbuh. Media juga tumbuh mengalami proses konvergensi terus-menerus. Menempatkan anak-anak sebagai kategori konseptual yang berbeda belum lama. Sebagaimana dinyatakan Dennis dan Pease dalam bukunya Children and the Media20:
McQuail. Op., Cit. hal. 150. Budi Irawanto. 2009. Media dan Anak: Sekadar Mengelola Kecemasan. Terarsip di: http://budiirawanto.multiply.com/journal/item/12/media/-dan-anak-sekadar-mengelolakecemasan. Tanggal akses 16 Juni 2012. 19 20
13
While children are mentioned in the Bible and in the writings of Plato, the idea that they ought to be protected catered to and nurtured is a fairly recent notion in public discourse. That they are a constituency of the media in all of its functions—news and information, opinion, entertainment and marketing—is it self rather revolutionary.
Masyarakat modern melihat anak-anak sebagai kelompok yang pasif. Namun sesungguhnya anak-anak sekarang sebagai users yang aktif. Anak-anak aktif menggunakan media sebagai proses sosialisasinya. Dihadapkan dengan teknologi yang modern, seperti internet dan televisi seakan tidak ada penghalang terhadap anak untuk menggunakannya. Anak-anak sebagai pengguna media memanfaatkan berbagai media yang ada. Seperti ketika anakanak menggunakan radio lebih menyukai program yang bukan program anakanak21. Lebih tertarik mendengarkan program remaja maupun dewasa, misal musik, olah raga, hingga drama romantis. Untuk anak-anak kalangan menengah ke atas yang memiliki fasilitas televisi kabel mempunyai kebebasan memilih jaringan manapun. Mereka menonton program acara televisi bisa kapan saja dengan berbagai pilihan. Sebagian kalangan mencemaskan anak-anak dewasa sebelum waktunya karena media. Sedikit banyak terpengaruh muatan media yang kurang memperhatikan tingkat kematangan anak-anak. Program acara televisi yang ditujukan ke anak namun dengan format seperti orang dewasa. Misalnya, program kompetisi bakat di televisi bahkan sinetron dan FTV anak semi remaja. Bahkan banyak acara orang dewasa ikut dinikmati anak-anak, seperti acara musik televisi. Anak-anak lebih sering mendengarkan lagu orang dewasa dibanding lagu anak, mereka cukup hafal lirik lagu orang dewasa. Saat ini hampir sebagian besar anak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi. Seperti yang ditemukan pada penelitian sebelumnya, mengenai anak menonton televisi22. Menonton televisi menjadi ritual yang Haejung Paik. 2001. The History of Children’s Use of Electronic Media dalam Handbook of Children and The Media, Dorothy G. Singer dan Jerome L. Singer (Ed). Amerika: Sage. hal. 13. 22 Diambil dari Skripsi Dewi R. Nuraini. 2010. Menonton Televisi di Pesantren: Studi Etnografi Praktik Menonton Televisi Santri Permpuan di Pondok Pesantren Baiqunniyah Bantul, Yogyakarta. Yogyakarta: UGM. hal. 91. 21
14
dilakukan anak-anak untuk memperoleh kesenangan. Meskipun setiap anakanak mempunyai tingkat kepuasan dan kesenangan yang berbeda terhadap televisi. Kesenangan adalah sebuah makna yang dihasilkan audiens untuk beragam alasan yang muncul dari terpenuhinya berbagai kebutuhan tertentu. Kesenangan yang diperoleh audiens diperoleh dari anak-anak berkaitan dengan ekspresi dari hubungan antara televisi dan audiens. Hasil dari penelitian tersebut sebagian besar program yang ditonton informan adalah film kartun karena informan masih anak-anak. Informan ratarata menonton televisi mulai pukul 08.00. Pilihan program yang ditonton dapat dibedakan menjadi tiga jenis (genre), yaitu genre anak-anak: animation series/ puppet (film kartun), genre hiburan: musik live/ musik, genre film: drama, horor, cerita fantasi. Program yang banyak ditonton adalah program dengan genre anak-anak yaitu animation series atau film kartun. Selain televisi, internet dan game tidak terlepas dari kehidupan anak. Berkembangnya teknologi, terutama gadget memudahkan mereka untuk mengakses apapun. Internet mempunyai daya tarik tersendiri di mana internet tidak hanya sebagai media yang interaktif namun juga mampu memenuhi keinginan anak-anak, seperti game online, semua hal yang mereka sukai dan sebagainya. Internet tidak hanya menyebabkan anak-anak sibuk dan nyaman dengan dengan game online, tetapi internet bisa menjadi ancaman yang lebih. Anak sering dijadikan objek eksploitasi seksual. Mudah menemukan konten hiburan, pornografi hingga kekerasan di internet. Internet sendiri muncul di pertengahan 1950-an sebagai medium baru yang kuat. Internet memiliki pengertian jaringan kabel dan telepon, satelit, yang menghubungkan ke komputer23. Dimana awalnya diciptakan untuk jaringan Departemen Pertahanan Amerika dan dikembangkan hingga seperti sekarang. Sejak tahun 1980 internet tumbuh dengan cepat. Mulai 1990 pengguna internet naik 50% tiap tahunnya. Menurut Dizard kenaikan jumlah pengguna dikarenakan kehadiran WWW (World Wide Web) beserta konten yang ada
23
John Vivian. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana. hal: 262.
15
didalamnya24. Pengguna internet adalah dari kalangan anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Anak-anak dan remaja biasa memanfaatkan internet untuk menemukan berbagai informasi, misalnya informasi tentang kesehatan, pendidikan, berita, sosial media seperti mengirim e‐mail, hingga memanfaatkan chat room. Sedangkan para orang dewasa menggunakan internet untuk keperluan bisnis dan pekerjaan, mencari berbagai informasi, sosial media, hingga mencari konten porno dan seks. Ketika orang dewasa menggunakan chat room digunakan untuk mendiskusikan tentang hubungan personal (relationship) dan gaya hidup mereka. Penggunaan sosial media ditujukan untuk mendapatkan berbagai informasi tentang hobi maupun pekerjaan. Terlebih lagi, sosial media dimanfaatkan untuk bertemu dengan orang maupun teman dari sisi lain dengan motivasi lebih dari non-sosial25. Penggunaan internet tidak terbatas untuk mencari informasi umum yang mereka inginkan. Users dari kalangan anak-anak menggunakannya untuk mendengarkan musik, bermain games, mengunduh software, mencari bahan untuk tugas sekolah, ada juga yang memanfaatkan untuk melihat konten porno26. Tidak mudah memonitori anak-anak ketika menggunakan internet. Informasi yang didapat dari internet tidak terbatas dan tidak terkontrol. Awalnya fungsi dari internet yaitu menjadi alat antisosial maupun prososial. Lawrence dan Giles mengungkapkan bahwa hanya 6% konten internet berisi pendidikan dan 1,5% berisi pornografi. Masih banyak halaman web yang berisi konten pornografi yang tentunya tidak sesuai untuk konsumsi anak-anak27. Penyedia konten web, menyediakan berbagai pengalaman baru bagi penggunanya. Saat itu juga anak berkomunikasi langsung dengan berbagai macam konten provider, karakter favorit, serta mendapatkan berbagai pesan dari web28. Kebanyakan dari orang tua anak tidak mengontrol bentuk atau interaksi yang ada di internet bahkan mereka membiarkan anak sendirian Paik. Op., Cit. hal. 23. Ibid., hal. 23. 26 Ibid., hal. 24. 27 Ibid., hal. 25. 28 Marie L. Mares dan Emory H. Woodard. 2001. Prosocial Effects on Children Social Interactions dalam Handbook of Children and The Media, Dorothy G. Singer dan Jerome L. Singer (Ed). Amerika: Sage. hal. 198. 24 25
16
ketika manfaatkan sosial media maupun chat room. Bahaya yang mengintai anak-anak saat menggunakan internet adalah ketika mereka bertemu dengan orang yang tidak dikenalnya. Merekapun dengan mudah diajak maupun mengajak orang dewasa untuk bertemu bertatap muka (kopi darat). Permasalahan seperti ini sudah tidak asing lagi di kehidupan sekitar kita. Berbeda dengan media lainnya, internet memberikan akses untuk anak-anak dalam mengakses konten pornografi. Dengan mudah anak-anak menemukan konten seks dan pornografi. Konten pornografi secara tidak langsung mengeksploitasi anak. Misal dengan live video di chat room, mengirim informasi lewat e‐mail berupa gambar maupun video, lebih parah lagi adalah phone sex29. F. Kerangka Konsep 1. Anak Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi di setia tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga memiliki pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan persepsi mereka mengenai dunia. Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), prasekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Perkembangan
tidak
dapat
dipisahkan
dari
pertumbuhan.
Perkembangan berhubungan dengan keseluruhan kepribadian individu, karena kepribadian
individu
membentuk
satu
kesatuan
yang
terintegrasi.
Perkembangan dari setiap aspek kepribadian tidak selalu bersama-sama, bisa saja mendahului atau mengikuti aspek lainnya tergantung dari faktor lingkungan tumbuh anak. Aspek perkembangan terdiri dari aspek fisik, intelektual, sosial, bahasa, emosi, moral dan keagamaan30. Aspek pertama yaitu perkembangan fisik. Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan–perubahan pada tubuh, otak, kapasitas Ibid., hal. 198. Nana Syaodih Sukmadinata. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. hlm. 114.
29 30
17
sensorik dan keterampilan motorik31. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perkembangan intelektual. Salah satu bagian perkembangan
kognitif
masa
kanak-kanak
yang
belum
sepenuhnya
ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme. Salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fable yaitu berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya. Aspek kognitif atau intelektual perkembangannya diawali dengan perkembangan kemampuan mengamati, melihat hubungan dan memecahkan masalah sederhana, kemudian berkembang ke arah pemahaman dan memecahkan masalah yang lebih rumit. Aspek ini berkembang pesat pada masa mulai masuk sekolah dasar (6-7 tahun). Berkembang konstan selama masa belajar dan mencapai puncaknya pada masa sekolah menengah atas (usia 16-17 tahun). Aspek berikutnya perkembangan sosial dimana ketrampilan sosial cukup kompleks, dan anak perlu waktu untuk memahaminya. Anak perlu belajar tentang bagaimana merasakannya, bagaimana mendengar, berbagi, bekerjasama, mengambil atau memberi, dan mengatasi konflik. Kemudian aspek emosi yang mana perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah, serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya. Emosi yang berkembang
akan
sesuai
dengan
impuls
emosi
yang
diterimanya.
Perkembangan aspek afektif atau perasaan (emosi) berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (usia 13-14 tahun) dan remaja tengah (usia 15-16 tahun). Pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi dengan rasa bingung menghadapi perubahanperubahan yang terjadi pada dirinya. 31 D. E. Papalia, S. W. Olds, &, R. D. Feldman. 2001. Human Development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill. Terarsip di: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/ Tanggal 194412051967101-KOKO_DARKUSNO_A/ASPEK-ASPEK_PERKEMBANGAN.pdf akses 27 Juni 2014.
18
Selanjutnya adalah aspek perkembangan moral dan keagamaan yang berkembang sejak kecil. Peranan lingkungan terutama keluarga sangat dominan bagi perkembangan aspek ini. Pada mulanya anak melakukan perbuatan bermoral atau keagamaan karena meniru, kemudian menjadi perbuatan atas prakarsa sendiri. Perbuatan prakarsa sendiri inipun, pada mulanya dilakukan karena ada kontrol atau pengawasan dari luar, kemudian berkembang karena kontrol dari dalam dirinya sendiri. Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral adalah melakukan sesuatu perbuatan bermoral karena kemantapan hati nurani, tanpa perintah, tanpa harapan akan suatu imbalan atau pujian. Anak merupakan subjek dalam penelitian. Karena penelitian ini membahas menganai penggunaan media khususnya oleh anak, maka kategori anak dikhususkan bagi anak usia sekolah (6-10 tahun) dan usia anak pra remaja (11-25 tahun). Pemilihan anak di usia ini berdasarkan dari aspek intelektual yang sudah memiliki kemampuan untuk mengamati, melihat hubungan dan memecahkan masalah sederhana, kemudian berkembang ke arah pemahaman dan memecahkan masalah yang lebih rumit. Erikson berpendapat bahwa anak usia ini mencari peluang untuk menguasai dan menunjukkan keterampilan baru, untuk membuat keputusan independen dan mengontrol perilaku mereka sendiri serta membentuk hubungan sosial yang baik dengan teman sebaya dan orang dewasa di luar keluarga32. Anak-anak belajar tentang dunia di luar diri keluarga terhadap harapan orang lain membandingkan kinerja mereka dengan rekan-rekan mereka, dan mengembangkan cara-cara adat menanggapi tantangan dengan kesempatan belajar. Pemilihan subjek anak dalam usia ini juga menjadi unik. Keunikan ini karena anak-anak pada rentang usia tersebut mempunyai
karakter
psikologis
yang
spesifik
dalam
bermedia
dan
berhubungan langsung membentuk perkembangan anak. Anak usia ini dikategorikan dalam usia anak-anak sekolah dasar yang sudah sudah beranjak ke lingkungan yang lebih luas dari keluarga dan mengenal media33. Karena pada 32
Jacquelynne S. Eccles. 1999. The Develompment of Children Ages 6 to 14. Terarsip di: https://www.princeton.edu/futureofchildren/publications/docs/09_02_02.pdf Tanggal akses 27 Juni 2014 33 John W Santrock. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga. hal. 193.
19
masa ini anak-anak memiliki kemampuan dasar seperti membaca, menulis, berhitung dan mengeksplor dunia yang lebih luas beserta kultur di dalamnya. Selain alasan teoritis, di pra-observasi ditemukan data bahwa pengguna internet Warnet adalah anak-anak usia pelajar. Berdasarkan pertimbangan yang ada informan dalam penelitian ini adalah anak-anak usia sekolah antara 615 tahun. Peneliti akan menggali secara mendalam mengenai informan sebagai pengguna internet di Warnet, dengan berbagai pertanyaan seperti sejak kapan mereka mulai mengenal internet terutama internet di Warnet, kapan saja mereka menyempatkan ke Warnet, dan apa saja yang sering mereka lakukan di Warnet. Dengan demikian, peneliti dapat memperoleh pemahaman dan pemaknaan lebih spesifik mengenai penggunaan internet oleh anak. Faktor lain yang menjadi pertimbangan peneliti adalah seperti latar belakang sosial, serta mempertimbangkan praktik bermedia yang dilakukan informan. Peneliti mencoba mengamati penggunaan berbagai media, seperti media massa dalam kehidupan sehari-hari informan. Konsumsi media yang beragam untuk melihat perubahan penggunaan media dari media lama ke media baru. 2. Penggunaan Internet Internet merupakan salah satu sumber informasi yang memungkinkan pengguna memperoleh informasi dalam waktu singkat dari berbagai penyedia web. Internet diakui sebagai alat yang berguna bagi kegiatan ilmiah yang produktif. Hal ini menunjukan bahwa internet memudahkan dalam pertukaran dan memperoleh informasi. Sebagai teknologi hadirnya internet membawa dampak. Pertama, pengaruh yang kuat dari munculnya komunikasi melalui internet
adalah hilangnya diferensiasi sosial. Hubungan sosial semakin
ditentukan oleh kebebasan dan kepercayaan, bukan pengekangan dan ketundukan kepada kekuasaan. Kedua, adanya arus lalu lintas informasi melalui informasi superhighway, sehingga setiap orang bisa akses informasi mengenai apa saja34.
34
Abrar., Op., Cit. hal. 19.
20
Ada beberapa indikator yang akan digunakan untuk mengetahui dalam penggunaan internet oleh anak-anak. Penentuan indikator ini merujuk berdasarkan temuan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pengguaan internet oleh anak. Seperti penelitian mengenai penggunaan internet di kalangan anak-anak umur 0-8 tahun di Inggris, mendapati banyak temuan, antara lain a. seberapa banyak anak-anak yang menggunakan teknologi layar sentuh, b. yang dilakukan anak ketika menggunakan internet, seperti kegiatan dunia virtual dan jaringan sosial di bawah umur, c. keuntungan anak ketika online, seperti untuk kepentingan
pendidikan,
literasi digital,
kemampuan sosial digital, dan interaksi sosial dan bermain, d. kemungkinan resiko anak, melihat dari jaringan sosial yang mereka kunjungi, dunia virtual anak, berbagi situs video, serta teknologi dan aplikasi handphone, e. keluarga dalam menyikapi yang anak lakukan35. Penelitian lainnya adalah penelitan penggunaan jejaring sosial untuk anak umur 11-16 tahun di Inggris. Data yang ditemukan yaitu, a. menggunakan situs jejaring sosial, b. pengalaman online, c. pengalaman online antara laki-laki dan perempuan36. Dari hasil temuan penelitian sebagian ada yang sama, ada pula yang berbeda, namun saling melengkapi. Untuk mengarahkan penelitian dan memberikan batasan dalam penggunaan internet, maka mengambil dari beberapa temuan penelitian sebelumnya tentunya yang sesuai dengan rumusan dan tujuan dalam penelitian ini. Pembatasan penggunaan internet antara lain, a. anak ketika online, b. konsekuensi positif dan negatif internet bagi anak, c. kemampuan sosial digital, interaksi sosial, dan bermain, d. pemanfaatan fasilitas internet, e. intensitas akses, f. sikap keluarga terhadap anak. Penjelasan adalah sebagai berikut: a. Anak ketika online Anak ketika online bisa dilihat dari dunia virtual dan jejaring sosial. Anak-anak semakin berkembang dalam penggunaan media internet. Holloway,D., Green, L. and Livingstone, S. 2013. Zero to eight. Young children and their internet use. LSE, London: EU Kids Online. Terarsip di: http://eprints.lse.ac.uk/52630/1/Zero_to_eight.pdf Tanggal akses 27 Juni 2014. 36 Claire Lilley and Ruth Ball. 2013. Younger Children and Social Networking Sites: a Blind Spot. Terarsip di: http://www.nspcc.org.uk/Inform/resourcesforprofessionals/onlinesafety/ 11-16-social-networking-report_wdf101574.pdf Tanggal akses 27 Juni 2014. 35
21
Kegiatannya mereka memperluas untuk mencari informasi, menyelesaikan pekerjaan rumah, dan bersosialisasi. Internet membentuk dunia maya bagi anak di mana anak-anak berinteraksi satu sama lain melalui avatar. Penelitian mengenai situs jejaring sosial di bawah umur bisa menimbulkan masalah yang sebenarnya jejaring sosial tersebut untuk remaja atau orang dewasa, seperti Facebook37. Usia minimum untuk keanggotaan Facebook adalah 13 tahun. Padahal banyak anak di bawah umur memiliki Facebook. Hal ini sebagai teguran untuk menyelidiki kemampuan anak bernegosiasi dengan situs yang aman dan menguntungkan, serta menunjukkan nilai dalam mengeksplorasi sikap orangtua terhadap hal ini. b. Konsekuensi positif dan negatif internet bagi anak Banyak pengalaman anak-anak senang bermain game, menonton video dan bersosialisasi secara online. Keterlibatan mereka dengan internet membantu untuk mengembangkan munculnya kemahiran digital. Hal ini juga dapat mendukung prestasi akademik masa depan, pertemuan dan interaksi sosial38. Internet memberikan peluang baru untuk belajar, berpartisipasi, berkreativitas dan berkomunikasi dengan orang lain. Penggunaan internet oleh anak-anak di bawah usia sembilan tahun, menunjukkan bahwa banyak orang tua mendukung anak-anak mereka menguasai
internet
dengan
menyediakan
kesempatan
untuk
mengeksplorasi dan bermain online. Bahkan situs jejaring sosial yang ditujukan remaja dan dewasa dapat dikunjungi oleh anak-anak di bawah usia minimum. Ada sedikit penelitian yang menguraikan pengalaman anak-anak ketika mengunjungi situs jejaring sosial. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa 80% dari anak-anak di bawah 13 tahun yang memiliki akun di sebuah situs jejaring sosial yang mendapat dukungan dalam penggunaan akun mereka: 35% dari ayah, 33% dari ibu, 30% dari teman dan 17% dari Broadbent, H., Fell, L., Green, P., & Gardner, W. 2013. Have Your Say: Listening to Young People About Their Online Rights and Responsibilities. Plymouth: Childnet International and UK Safer Internet Centre. Terarsip di http://www.saferinternet.org.uk/research. Tanggal akses 27 Juni 2014. 38 Johnson, G. M. 2010. Young Children’s Internet Use at Home and School: Patterns and Profiles. hal.14. Terarsip di: http://eprints.lse.ac.uk/52630/1/Zero_to_eight.pdf Tanggal akses 27 Juni 2014. 37
22
saudara39. Pengguna Facebook di bawah umur menjadi kekhawatiran bagi orang tua, namun sebaliknya justru sebagian orang tua mendukung anakanak mereka. Anak-anak usia ini dalam perkembangannya harus siap atau memiliki keterampilan penting yang dibutuhkan untuk menjaga mereka aman ketika mereka bermain dan berinteraksi dalam dunia maya. Menonton video adalah resiko kedua, dimana salah satu kegiatan awal yang dilakukan anak-anak, seperti menonton Youtube. Kemudahan grafis memungkinkan anak-anak mengaktifkan video dan playlist lainnya yang mereka sukai, meskipun harus ada tanggung jawab dari orang dewasa. Namun kemudahan ini menjadi kekhawatiran bila anak mengakses tanpa kepedulian dari orang dewasa40. Resiko yang ketiga dalah pengguna teknologi gadget. Anak-anak merupakan kelompok pengguna teknologi telepon yang bisa mengakses internet melalui berbagi perangkat41. Teknologi gadget meningkatkan akses dan penikmat internet untuk semua anak. Privasi dan keamanan anak-anak menggunakan ini dapat dikompromikan. Pengaturan keamanan menjadi rumit sehingga sering terjadi perbedaan ketika orang tua dan anak dalam menggunakan operasi serupa. Banyak anak menggunakan aplikasi tertentu tanpa ada orang tua maupun orang dewasa lainnya perlu tahu, seperti rincian identitas anak, nomor telepon, atau jejaring sosial dan internet. c. Kemampuan sosial digital, interaksi sosial, dan bermain Banyak anak-anak yang memasuki sekolah dengan pengalaman yang signifikan dalam penggunaan komputer dan internet. Mereka menunjukkan keterampilan yang muncul dalam menjelajahi, mengambil dan membuat konten42. Melek huruf di usia digital melibatkan beberapa kemahiran dan keterampilan dalam mengakses, memahami, melihat dan menciptakan dalam berbagai format digital. Keterampilan digital yang muncul juga membentuk dasar untuk penggunaan teknologi yang bertanggung jawab. Mampu
menggunakan
komputer
dan
internet
secara
efektif
Holloway. Op., Cit. hal. 16. Ibid., hal. 18. 41 Ofcom. 2012. Children and Parents: Media Use and Attitudes Report. London. hal. 79. Terarsip di: http://stakeholders.ofcom.org.uk/binaries/research/media-literacy/oct2012/main.pdf Tanggal akses 27 Juni 2014. 42 Holloway. Op., Cit. hal. 15. 39 40
23
dan
bertanggung jawab mendukung interpersonal yang baik. Anak-anak menggunakan internet mencerminkan penggunaan media dan teknologi konvensional generasi sebelumnya. Mereka bermain, belajar, berinteraksi dan menjaga hubungan dengan anak-anak lain dan anggota keluarga, menggunakan e‐mail, messaging, bermain di dunia maya, dan video. Ini adalah beberapa contoh cara di mana internet menopang interaksi sosial dan bermain anak-anak. d. Pemanfaatan fasilitas internet Pemanfaatan fasilitas internet adalah melihat fasilitas internet Warnet apa saja yang sering mereka akses, yaitu seperti website, search engine, chatting, web portal, dll. e. Intensitas akses Intensitas akses internet adalah gambaran berapa lama dan berapa sering informan menggunakan internet dengan berbagai tujuan dan motivasi. Intensitas akses berkaitan dengan terpaan, yaitu keadaan pengguna terkena pesan-pesan yang disebarkan oleh media43. Durasi waktu merupakan lamanya waktu yang digunakan untuk berkomunikasi dan mencari atau menelusur informasi. Berdasarkan tujuan penggunaan internet, waktu yang diperlukan berbeda dalam waktu akses untuk berkomunikasi atau penelusuran informasi. Moris dan Ogan menyatakan bahwa perkembangan teknologi di bidang komunikasi yang mengubah bentuk komunikasi penyiaran dan percetakan menjadi bentuk informasi digital mampu memperpendek batas pandangan terhadap segala macam informasi44.
Kecepatan
menggunakan
dan
memperoleh
terkoneksi
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain pengalaman menggunakan, kemahiran atau pengetahuan menggunakan komputer, penggunaan kata kunci, pengetahuan alamat yang akan dituju, dan ketersediaan komputer. f.
Sikap keluarga terhadap anak. Studi akhir-akhir ini perlu adanya peran dari saudara yang lebih tua
untuk mengawasi, membimbing, dan mempengaruhi pilihan internet untuk 43 Onong Uchyana Effendi. 1998. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju. hal. 13. Terarsip di http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/pp141052.pdf Tanggal akses 27 Juni 2014. 44 Ibid., hal. 14.
24
anak-anak. Pentingnya praktik mediasi keluarga seperti orang tua ikut serta dalam mengawasi seperti dengan mengajak diskusi mengenai resiko dan manfaat penggunaan internet bagi anak-anak. Pihak orang tua dan orang dewasa harus mengawasi dan mendampingi anak-anak mereka dalam aktivitas digitalnya, dan terlibat didalamnya. Salah satu cara sederhana, contohnya orang tua dapat menjadi 'teman' di akun jejaring sosial anak, karena di sinilah anak-anak dan remaja 'bermain' di dunia maya45. Penggunaan internet adalah faktor determinan dari pengaruh internet terhadap anak-anak. Pengaruh internet baik yang positif maupun negatif muncul berdasarkan cara menggunakannya, seperti durasi penggunaan, jenis situs yang diakses hingga jenis aktivitas online yang dilakukannya melalui internet46. Maka penelitian ini menjadi penting karena akan mendeskripsikan dan membahas penggunaan internet pada anak-anak sehingga dapat memperoleh gambaran umum penggunaan internet pada anak-anak. G. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
Dibutuhkan suatu metode penelitian untuk membantu peneliti dalam
mendapatkan data yang sesuai dengan penelitian. Sebelum menentukan metode yang akan digunakan, langkah awal adalah menentukan pendekatan penelitian. Pendekatan penelitian dimaksudkan untuk mendapatkan data yang relevan dan mendalam. Untuk memperoleh deskripsi mendalam mengenai praktik penggunaan internet oleh anak-anak dan makna sosial dibaliknya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif agar bisa mendapatkan data 45
KOMINFO. Diperlukan Upaya Meningkatkan Kesadaran Anak-Anak dan Remaja Kaitannya Keamanan Intrnet. Diperbarui 20 Februari 2014. Terarsip di: http://kominfo.go.id/index.php/ content/detail/3847/Diperlukan+Upaya+Meningkatkan+Kesadaran+anak+dan+remaja+kaitannya+ keamanan+internet/0/berita_satker#.U6-xXPl_vao Tanggal akses 27 Juni 2014. Puspita Adiyani Candra. Penggunaan Internet Pada Anak‐Anak Sekolah Usia 6‐12 Tahun di Surabaya. Terarsip di: http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Artikel%20Jurnal%20%20Puspita%20Adiyani%20070810462%20(AB).doc Tanggal akses 27 Juni 2014. 46
25
sesuai yang diinginkan. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, data yang diperoleh kaya deskripsi sehingga diharapkan mampu membantu peneliti menelisik penelitian lebih dalam. Mengacu pendekatan kualitatif dan kebutuhan data dalam penelitian, maka metode yang relevan digunakan dalam penelitian ini ialah etnografi. Neuman menyatakan bahwa etnografi muncul dari antropologi budaya. Istilah etnografi berasal dari kata Ethnos (bangsa) berarti orang atau folk, sementara Graphein (menguraikan) mengacu pada penggambaran sesuatu. Oleh karena itu etnografi merupakan penggambaran suatu budaya atau cara hidup orang-orang dalam sebuah komunitas tertentu47. Etnografi yang berakar dari ilmu antropologi, pada dasarnya adalah kegiatan penelitian untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati dalam kehidupan sehari-hari. Etnografi sebagai usaha untuk menjelaskan suatu budaya atau suatu aspek dari budaya. Secara lebih khusus, etnografi berusaha memahami tingkah laku manusia ketika mereka berinteraksi dengan sesamanya di suatu komunitas. Etnografi memusatkan perhatiannya pada upaya memaparkan kebudayaan dan memahami pandangan hidup dari sudut pandang pelaku budaya48. Metode ini memosisikan manusia dan tindakannya sebagai suatu yang tidak eksplisit dalam mengungkapkan makna. Peneliti penting menelisik lebih dalam relasi tindakan-tindakan tersebut dalam konteks sosial yang lebih spesifik. Peneliti melakukan wawancara tatap muka dan masuk ke dalam sebuah kelompok sosial. Etnografi menempatkan subjek penelitiannya dalam lingkungan alamiah dimana dia biasa menjalankan kehidupan sehari-harinya. Menurut pandangan Hammersley dan Atkinson etnografi adalah49: Bambang Mudjiyanto. 2009. Metode Etnografi Dalam Penelitian Komunikasi dalam Jurnal Komunikasi Massa Vol. (1). hal. 79. 48 Syafrizal. 2010. Penelitian Lapangan Untuk Kajian Komunikasi dalam Komunikasi dan Dunia Penelitian Kualitatif, Hermin Indah Wahyuni, (Ed). Yogyakarta: Fisipol UGM. hal. 201202. 49 Martyn Hammersley dan Paul Atkinson. 2007. Ethnography: Principles in Practice. London: Routledge. hal. 3. 47
26
“usually involves the researcher participating, overtly or covertly in people’s daily lives for an extended period of time, watching what happens, listening what is said, asking questions through informal and formal interviews, in fact, collecting whatever data are available to throw light on the issues with which he or she is concerned”. Kerja etnografer tak dapat dilakukan di tataran permukaan, ia perlu melakukan in‐depth studies. Cara ini menjadi jaminan kedalaman informasi yang diperoleh peneliti, sekaligus kedalaman penghayatan atas pengalaman budaya yang dimiliki oleh subjek penelitian. Tugas etnografer adalah pergi ke lapangan dengan cara observasi dan wawancara untuk dapat menggambarkan praktik informal dalam konteks kultural, serta membuat catatan-catatan etnografi berupa catatan kecil ketika peneliti di lapangan. Peneliti dituntut untuk merancang langkah penelitian yang sistematis. Langkah ini penting untuk menjadi panduan ketika peneliti
melakukan wawancara, percakapan,
mendengar, dan melihat manusia yang diteliti. Untuk mendapatkan kedalaman data dan informasi yang dibutuhkan, peneliti juga harus terlibat dalam kehidupan subjek penelitian dalam kurun waktu panjang, bulanan, atau tahunan. Dalam rentang tersebut peneliti harus memelajari pengalaman subjek, rutinitas dan kepentingan mereka, harapan, impian, bahkan kecemasan mereka50. Penelitian yang akan dilakukan bersifat deskriptif. Peneliti mencoba untuk memaparkan setiap kejadian dalam kelompok masyarakat yang menjadi objek penelitian. Salah satu karakteristik laporan etnografi deskripsi padat (thick description) tidak hanya didapat dari merekam apa saja yang dilakukan partisipan. Thick description merupakan catatan pangalaman yang padat dan mendetail terhadap pengalaman, pola, dan koneksi hubungan sosial yang menyatukan orang. Geertz menyatakan, tujuan dari deskripsi yang padat adalah untuk menarik kesimpulan yang luas dari fakta-fakta yang kecil, namun memiliki struktur yang sangat padat. Deskripsi yang padat melampaui hal-hal
50
Syafrizal. Op., Cit. hal. 205.
27
faktual, artinya, deskripsinya bersifat analitis sekaligus teoritis. Etnografi deskriptif berfokus pada deskripsi tentang komunitas atau kelompok51. Metode etnografi menghindari generalisasi fenomena yang terjadi, dimana penjelasan di satu fenomena tertentu tidak bisa disamakan dengan penjelasan atas fenomena yang sama di tempat lain. Etnografi menempatkan subjek penelitian dalam lingkungan alamiah dimana dia biasa menjalankan kehidupan sehari-harinya. Penelitian ini menginginkan hasil penelitian deskriptif dan mendalam. Dengan menggunakan metode etnografi, maka diharapkan bisa mendeskripsikan tujuan dari penelitian, yaitu untuk mengetahui praktik penggunaan internet oleh anak. Peneliti memiliki keleluasaan untuk mengarahkan penelitiannya berdasar pada kebutuhan di lapangan. Diharapkan juga mampu menggali informasi secara mendalam dengan sumber-sumber yang luas. Selain itu, penelitian etnografi merupakan suatu penelitian yang bersifat holistik dan ilmiah sehingga peneliti harus mengamati setiap kejadian langsung dari sumbernya, kemudian melakukan peninjauan kembali dan interpretasi data. Yang menjadi sumber penelitian tidak hanya yang bersifat eksplisit, namun juga yang bersifat implisit. Dengan demikian, walaupun informan tidak pernah mengatakan secara langsung, peneliti harus mampu memahami, mengungkapan, dan menarik kesimpulan. Adapun jenis penelitian etnografi yang digunakan adalah observatory as participant, di mana peneliti memposisikan diri sebagai bagian dari informan yang diteliti. Peneliti mencoba masuk ke dalam aktivitas dan fenomena informan dalam penggunaan internet di Warnet, beserta segala hal yang menunjang dalam penelitian ini. 2. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini memerlukan data-data kualitatif yang nantinya akan dianalisis sehingga menghasilkan deskripsi mengenai praktik penggunaan internet oleh anak-anak. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data 51
Mudjiyanto. Op., Cit. hal. 82.
28
primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber aktual pada saat terjadinya peristiwa pengumpulan data. Sedangkan data sekunder seperti berbagai pendapat yang diambil melalui sumber sekunder untuk menjelaskan data primer52. 1. Data primer berupa data observasi dan wawancara tentang cerita pengalaman informan dalam praktik menggunakan internet, serta praktik penggunaan internet yang dilakukan informan dalam kesehariannya. 2. Data sekunder berupa dokumentasi visual berupa foto yang menunjukkan situasi ketika informan sedang mengakses media, serta merujuk pada studi pustaka, seperti artikel dalam media massa, buku teks, publikasi organisasi dan pemerintah. 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data dengan proporsi seimbang bagi peneliti dan subjek penelitian, peneliti menggunakan dua macam perspektif, yaitu perspektif etik dan perpesktif emik. Perspektif emik adalah pendekatan penelitan etnografi untuk cara anggota budaya tertentu menerima dunia mereka. Sedangkan perspektif etik adalah pendekatan penelitian etnografi untuk cara non-anggota budaya menerima dan mengintrepretasikan perilaku dan fenomena yang diasosiasikan dengan budaya tertentu53. Melalui perspektif emik, peneliti memperoleh data penelitian melalui percakapan dengan subjek. Perspektif etik, peneliti memperoleh data penelitian melalui catatan etnografi dan observasi partisipan. Dapat disimpulkan bahwa teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa peneliti terlibat langsung dalam keseharian informan (observasi partisipan), catatan etnografis, serta wawancara mendalam, yang nanti pada akhirnya menghasilkan data deskriptif mendalam tentang praktik anak dalam menggunakan internet di Warnet.
Ratna. Op., Cit. hal: 145. Emzir. 2011. Metodelogi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo. hal. 147.
52 53
29
Berikut ini adalah rincian teknik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti: a. Teknik observasi partisipan Observasi partisipan adalah observasi yang mengharuskan peneliti mengalami hidup bersama dengan objek. Teknik ini digunakan untuk membantu peneliti memahami rutinitas yang dilakukan para informan dengan berpartisipasi dalam rutinitas-rutinitas itu sendiri54. Peneliti mengamati orang lain tanpa menyampuri situasinya. Peneliti tinggal bersama di antara orang-orang yang berbeda dengan dirinya untuk memahami cara hidup mereka. Dengan mengamati perilaku informan, peneliti belajar tetang sesungguhnya yang dilakukan mereka. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat yang terlibat, dengan membiarkan informan mengetahui bahwa ia sedang diteliti. Peneliti ikut berpartisipasi dengan aktivitas anak-anak menggunakan internet di Warnet. Proses ini penting dilakukan agar peneliti memperoleh data dan gambaran aktivitas anak-anak menggunakan internet dalam kesehariannya. Dalam observasi melibatkan tiga objek sekaligus, yaitu lokasi atau tempat penelitian itu berlangsung, para pelaku dengan peran-peran tertentu, dan aktivitas para pelaku yang dijadikan objek penelitian. Penelitian terlebih dahulu menentukan lokasi penelitian kemudian diikuti dengan proses, sebagai alur penelitian dengan melibatkan para pelaku dengan berbagai tindakannya. b. Wawancara mendalam Wawancara mendalam ditujukan untuk memperoleh data rinci dan lengkap.
Teknik
wawancara,
merupakan
teknik
penelitian
yang
memungkinkan kita untuk mengetahui gagasan-gagasan orang lain beserta pendapat dan sikap mereka55. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi latar dan data yang kompleks, interpretif. Dengan teknik ini diharapkan bisa memudahkan dalam pengumpulan data yang mendukung penelitian. Serta membantu peneliti memelajari pengalaman dari informan, baik rutinitasnya dan kepentingan mereka dalam kaitannya praktik 54 55
Jane Stokes. 2006. How to Do Media and Cultural Studies. Yogyakarta: Bentang. hal. 135. Ibid., hal. 128.
30
pengguan internet Warnet. Antara peneliti dan informan harus memiliki kedekatan psikis untuk mempermudah jalannya wawancara agar peneliti memiliki peluang untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam sesuai dengan kebutuhan penelitian. Kualitas penelitian tidak hanya ditentukan kemampuan membaca fenomena melainkan perlu didukung pendokumentasian data melalui catatan-catatan lapangan. Catatan bisa berupa coretan-coretan singkat hingga deskripsi panjang tentang sebuah peristiwa. Dapat pula dilengkapi dengan foto, video, rekaman wawancara dan percakapan serta artifak kebudayaan yang relevan dengan penelitian. c. Catatan etnografis Dalam mendokumentasikan seluruh kegiatan praktik anak dalam menggunakan internet, peneliti akan mencatat segala hal yang berkaitan dengan anak menggunakan internet, seperti aktivitas ketika ber-internet, situasi dan ekspresi yang muncul pada saat itu, hingga catatan mengenai hubungan mereka dengan orang tua dan teman. Catatan-catatan tersebut didokumentasikan secara sistematis berdasarkan tanggal dan waktu peristiwa tersebut terjadi. Sebagai data utama, catatan etnografi berfungsi sebagai acuan dalam melakukan wawancara mendalam dengan informan. Langkah berikutnya, catatan-catatan etnografis yang diperoleh dari observasi dan hasil wawancara yang telah terseleksi datanya akan digunakan untuk bahan analisis data. 4. Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil dari dokumentasi dan wawancara untuk dijadikan sebagai bentuk peningkatan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai penelitian kepada orang lain56. Setiap catatan lapangan yang dimiliki oleh peneliti dalam satu periode merupakan bahan untuk mencari data pada periode berikutnya. Noeng Muhadjir. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif: Filsafat Ilmu, Telaah Sistematis, Fungsional Komparatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. hal. 104.
56
31
5. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini sumber atau subjek fenomena adalah anak-anak, yang diposisikan sebagai informan. Informan secara personal pernah atau aktif menggunakan internet di Warnet baik secara rutin maupun berkala. Informan adalah anak-anak usia anak sekolah dan praremaja, baik anak yang duduk di bangku SD maupun SMP dengan pertimbangan usia 6-15 tahun. Alasan peneliti memilih anak dalam usia ini didasarkan pada fakta sebagian besar pengguna internet adalah anak-anak. Anak-anak di jaman sekarang menjadikan Warnet adalah salah satu tempat bermain mereka. Terutama bagi anak-anak sedari kecil sudah mengenal internet. Meski anakanak dalam usia ini belum mampu mengungkapkan pemikiran secara subjektif, namun anak dalam usia ini perlu kita teliti. Anak usia ini perlu tambahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Perkembangan anak lebih cepat disertai dorongan kuat untuk ekspansi dan berpetualang. Seorang anak belum bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri sehingga anak membutuhkan pengawasan dan pengarahan dari orang tua. Pendampingan orang tua perlu diikutsertakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar anak merasa aman dan terlindungi jika ditemani oleh orang tua mereka. Penelitian yang melibatkan anak-anak memiliki hal khusus yang harus diperhatikan. Anak-anak lebih rentan dalam beberapa aspek, memiliki lebih sedikit hak, dan mungkin belum memahami bahasa dari persetujuan. Beberapa aturan khusus yang perlu dipertimbangkan antara lain: a. Keterangan persetujuan dari orang tua atau wali diperlukan untuk peserta di bawah umur. Mereka harus diberi informasi yang diperlukan dalam bahasa yang sesuai dan memiliki hak untuk menolak. b. Peneliti tidak membawakan dirinya sebagai konselor dalam melaporkan hasil penelitiannya kepada orang tua. c. Anak-anak tidak boleh dipaksa untuk berpartisipasi dalam penelitian. d. Segala bentuk bayaran untuk anak-anak tidak memengaruhi akan penerapan aturan-aturan etika57. Etika ini digunakan untuk keperluan wawancara dalam memperoleh data. Dengan demikian, diharapkan informan mampu memberikan informasi Rahmita Noorbaiti. 2012. Etika dan Penelitian . Terarsip dalam: http://www.academia.edu/4655342/Etika_dan_Penelitian Tanggal akses 27 Juni 2014.
57
32
mengenai praktik penggunaan internet sesuai yang diharapkan oleh peneliti tanpa merasa ada tekanan. Selain mempertimbangkan etika, untuk memilih informan yang ideal dapat mempertimbangkan beberapa kriteria sebagai berikut58: a. Orang yang sangat memahami kebudayaan dan menjadi saksi mata atas peristiwa penting yang diteliti. b. Orang yang terlibat langsung dengan praktik budaya di lapangan. c. Orang yang dapat meluangkan waktunya untuk membantu penelitian, seperti untuk diwawancarai, diobservasi, dilibatkan dalam percakapan yang panjang. d. Individu yang nonanalitikal, yaitu individu yang mengungkapkan perasaan dan pikirannya berdasarkan pada sudut pandang pelaku budaya. Bukan berdasar pada hasil analisis yang produksi oleh hasil kerja media, ilmuan atau kelompok terdidik lainnya. Selain mempertimbangkan beberapa kriteria tersebut langkah awal menemukan subjek penelitian dilakukan dengan mendatangi Warnet yang ada di Desa Ceper. Hal ini dimaksudkan untuk melihat fenomena yang ada di lapangan serta memberi batasan informan yang berdomisili di lokasi penelitian yang telah ditentukan. Cara ini memunculkan sedikit kesulitan untuk menentukan informan yang tepat. Banyak anak yang semula didekati namun merasa kedatangan informan semacam mengganggu kegiatan mereka. Memang sebagian besar anak-anak pengguna Warnet belum mengenal atau pernah tahu sebelumnya dengan peneliti. Kemudian langkah lain dilakukan peneliti agar memudahkan penelitian yaitu menentukan informan yang aktif ke Warnet, dengan sudah mengenal atau sebelumnya sudah tahu baik informan maupun keluarga dari informan itu sendiri. Dari hasil pencarian tersebut peneliti menetapkan lima orang pengguna Warnet yang paling tepat menjadi subjek penelitian. Untuk menjaga kedalaman analisis dan juga karena keterbatasan peneliti, maka informan dibatasi lima orang dengan latar belakang yang beragam, baik dari segi tingkat pendidikan anak, ekonomi orang tua maupun pendidikan orang tua. Lima orang terdiri dari 58
Syafrizal. Op., Cit. hal. 212.
33
tiga anak perempuan, yaitu dua anak SMP dan satu anak SD, serta dua anak lakilaki yaitu satu anak SD dan satu anak SMP. Peneliti menetapkan mereka sebagai subjek penelitian setelah melakukan praobservasi mengenai seputar kegiatan mereka yang berhubungan di Warnet, seperti kapan saja mereka ke warnet, situs yang sering mereka buka, dan pendapat lainnya berhubungan dengan kegiatan Warnet. 6. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Desa Ceper, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten. Kecamatan Ceper terletak sekitar 10 km arah utara Klaten sepanjang jalan raya Klaten - Solo. Luas Desa Ceper sekitar 129 ha, dengan jumlah penduduk sekitar 3700 jiwa. Desa Ceper terdiri dari enam dukuh, yaitu Ceper, Jeblogan,
Bakalan,
Pason,
Karangmojo,
Krenekan.
Perkembangan
perekonomian, ditunjang dari beberapa sektor, antara lain pertanian, perdagangan, industri, maupun wiraswasta. Pertimbangan memilih lokasi penelitian di desa ini karena selama ini masih jarang ada penelitian di lingkungan Kecamatan Ceper. Terlebih penelitian yang berkaitan dengan media sehingga diharapkan penelitian ini memberikan konstribusi terhadap daerah yang bersangkutan mengenai praktik penggunaan internet di Warnet oleh anak-anak. 7. Metode Penulisan Hasil dari penelitian ini berupa uraian dekriptif atas fenomena yang diteliti yang akan dituangkan dalam 5 bab. Uraian tentang latar belakang penelitian mengambil bahasan tentang anak menggunakan internet, akan diuraikan penuh dalam Bab I. Selanjutnya Bab II akan berisi tinjauan pustakan yang digunakan, berupa pemahaman mendalamdari kerangka pemikiran yang ada terutama yang berkaitan dengan praktik penggunaan internet. Bab III akan membahas mengenai subjek penelitian berupa deskripsi profil informan serta menyertakan informasi keseharian, sosial ekonomi, gaya hidup informan. Bab IV akan memaparkan mengenai pembahasan tentang temuan praktik penggunaan internet oleh anak. Yang terakhir, Bab V akan berisi penutup yang terdiri atas kesimpulan saran dari penelitian.
34