BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan kapan ingin mendapatkan anak dan berapa jumlahnya. Bila kita memutuskan untuk menunggu mendapatkan keturunan, maka kita biasa memili beberapa cara untuk menunda kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Manuaba, 2002). Menurut WHO (2011) keberhasilan program Kb dapat dilihat dari rendahnya fertilitas/Total Fertility Rate (TFR) sebagaimana di Negara Asia Tenggara seperti ; Laos 4,7%, Kamboja 4,0%, Filipina 3,7%, Thailand 1,7%, di Negara maju dan Negara lain. Tujuan umum keluarga berencana adalah untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial-ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar, 2002) Jumlah penduduk Indonesia menurut hasil sementara sensus 1980 adalah 147 jiwa, tahun 2000 diperkirakan 200 juta jiwa, dengan angka pertumbuhan penduduk 2,34%. Oleh karena itu, untuk mengatasi kependudukan di Indonesia pada saat ini pemerintah Indonesia mengambil kebijaksanaan dalam bidang
1
kependudukan yang berbeda pada tahun-tahun sebelumnya “Antinalis” (Mubarak, 2009). Sebagai realisasi dari kebijaksanaan yang di anut, pemerintah telah mulai dengan turutnya presiden Soeharto menandatangani Deklarasi PBB tentang kependudukan (United Deklaration on Population). Kemudian di ikuti dengan berdirinya Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) pada tahun 1996. LKBN menjadi satu program dari tujuan ini adalah angka kelahiran kasar (sebanyak 50% pada tahun 1990 di bandingkan keadaan tahun 1971 ( Mubarak, 2009). Ketersediaan dan akses informasi dan pelayanan KB, dapat mencegah kehamilan yang tidak di inginkan. Jika semua perempuan mempunyai akses terhadap kontrasepsi yang aman dan efektif, diperkirakan kematian ibu menurun hingga 50% termasuk menurunnya resiko kesehatan reproduksi yang terkait dengan kehamilan , persalinan dan aborsi tidak aman (widyastutu, 2009) Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Hal ini diselenggarakan melalui kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas insani dan sumber daya manusia karakteristik pembangunan antara lain dilaksanakan melalui pengendalian pertumbuhan penduduk, keluarga berencana, dan dengan cara pengembangan kualitas penduduk, melalui perwujudan keluarga kecil berkualitas (Depkes RI, 2005).
2
Ada berbagai macam alat kontrasepsi seperti komdom, pil, suntik, AKDR, Implan, sterilisasi (kontap dan lannya). Kadang orang bingung memilih alat kontrasepsi mana yang dipakai, metode kontrasepsi yang berbeda akan meberikan keuntungan yang berbeda dan juga kerugian dalam arti perasaan tidak nyaman dan resiko kesehatan lain yang juga berbeda (Bararah, 2011). Jumlah aseptor KB menurut jenis kontrasepsi yang di gunakan di provinsi Aceh tahun 2007 adalah : IUD 2,6%, MOP/MOW 1,06%, Implan 1,67%, Suntik 44,06%, Pil 46,01%, Kondom 5,04%, (Dinas Kesehatan Aceh, 2010). KB adalah keluarga berencana untuk menunda kehamilan tetapi KB bukan cara untuk membunuh anak. tujuan KB terdiri dari menunda/mencegah kehamilan. Alasan menunda atau menjarangkan anak agar jangan terlalu rapat , Dibawah ini ada berbagai alasan wanita untuk memakai kb diantaranya karena dari faktor kesibukan orang tuanya contohnya wanita karir, menjarangkan anak agar tidak terlalu rapat karena jika terlalu rapat, sianak tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua yang penuh terhadap anaknya , dari segi ekonimi juga adalah suatu alasan untuk menggunakan KB, dengan faktor ekonomi yang sangat-sangat kurang, gizi seorang anak tidak bisa terpenuhi. Di latar belakang ini peneliti simpulkan akan meneliti beberapa macam KB diantaranya ada KB Implan, AKDR, Suntik, Pil di tinjau dari segi Pengetahuan, Pendidikan, Pekerjaan, dan juga informasi yang di dapat oleh ibu.
3
Data registrasi yang penulis dapatkan di Pukesmas Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar tercatat aseptor KB rata-rata perbulan 123 orang yang memakai alat kontrasepsi. Berdasarkan Hasil survey penulis dari 7 orang akseptor KB yang datang kepuskesmas Ingin Jaya hanya 3 orang yang tau tentang beberapa jenis-jenis kontrasepsi, oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul tentang” Gambaran Pengetahuan, Pendidikan, Media Informasi, Pekerjaan terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Aseptor KB Di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Beser 2013
B. Rumusan masalah Rumusan Masalah dalam dalam penelitian ini adalah Bagaianakah Gambaran Pengetahuan, Pendidikan, Pekerjaan, Media Informasi Terhadap Pemakain Alat Kontrasepsi Terhadap Pemakaian KB di Pukesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana gambaran Pengetahuan, Pendidikan, Pekerjaan, Media Informasi Terhadap Pemakain Alat Kontrasepsi di Pukesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
4
2. Tujuan Khusus 3. Untuk mengetahui pengaruh
terhadap pemakaian alat kontrasepsi di tinjau
dari pengetahuan a. Untuk mengetahui pengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi di tinjau
dari Pendidikan b. Untuk
mengetahui pengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi
berdasarkan informasi yang didapat klien. c. Untuk mengetahui pengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi di tinjau
dari pekerjaan
D. Manfaat Penelitian 1. Peneliti Mengembangkan dan menerapkan pengetahuan serta kemampuan peneliti terhadap mata kuliah metodologi penelitian, statistik dan mata kuliah KB. 2. Lahan Penelitian Sebagai referensi atas data yang telah ada, untuk mengkaji dan mengembangkan informasi tentang KB khususnya mengenai konseling terhadap peserta KB Implan. 3. Bagi instansi pendidikan Dapat menambah bahan kepustakaan di Akademi Kebidanan Stikes U’Budayah.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Obat dan Alat Kontrasepsi 1. Kb Implan a. Pengertian implan Imlpant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang di bungkus dalam kapsul silastik silicon (polydimetbylsioxane) dan di susupkan di bawah kulit. Implan merupakan kontrasepsi wanita yang disusupkan di bawah kulit melalui oprasi kecil, terdiri dari 6 kapsul kecil (panjang masing-masing 3 cm) berisi zat mencegah kehamilan. Impalant adalah kontrasepsi yang menggunakan lenovorgestrel (LNG) sebagai bahan aktifnya. Implant terdiri atas enam kapsul , masing-masing berdiameter 2,4 mm dan panjang 34 mm. Tiap kapsul mengandung 36 mg LNG. Keenam kapsul melepaskan 80 mcg LNG setiap hari selama 6-18 bulan pertama yang selanjutnya menurun sampai 30 mcg dan akan terus berlangsung sampai paling sedikit lima tahun (Mubarak, 2009). Alat kontrasepsi implant (AKBK) atau implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit. Preparat yang terdapat saat ini adalah implant dengan dangang “ NORPLANT”. Implan
6
terdiri dari 6 batang, 4 batang bahkan 1 batang kapsul silastik, dimana setiap kabsulnya berisi lenovorgesrel sebanyak 36 mg (Suratun, 2008). b. Jenis-jenis Kb implant Menurut saifuddin (2006), jenis kontrasepsi implant antara lain : Norplan, Implanon, Jadena, Indoplant. 1.
Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang di isi dengan 36 mg lenovorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2.
Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kirakira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang di isi dengan 8 mg 3 ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3.
Jedena, dan indoplant, terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg lenovorgestrel dengan lama kerjanya 3 tahun. Jenis lain dari implant adalah jadelle dan implanon yang sudah banyak
di pasarkan di eropa. Jadelle adalah implant 2 batang yang melepaskan lenovorgestrel (sekitar 35mg/hari hingga 18 bulan), memiliki profil farmakologis dan klinis identik dengan norplant. Keuntungan pertama dari jadelle adalah pemasangan lebih mudah di bendingkan norplant. Implanon adalah system 1 batang yang melepaskan lenovorgestrel dengan dosis yang bertahap, yaitu 60-70 mg/hari pada bulan pertama pemasangan, sampai 25-30 mg/hari pada akhir tahun ketiga. Implant ini
7
muda dalam pemasangan maupun pengeluaran, serta memiliki profil farmakologis dan klinis yang sangat baik (suratun, 2008). Menurut Glasier ( 2006), jenis implant antara lain sebagai berikut: Norplant, Implanon, Jadena, Uniplant. a.
Norplant, adalah system implant 6 kapsul yang di buat oleh lairas, filandia yang sekarang di pasarkan di seluruh dunia bersama-sama dengan schering dan wyeth. System ini mengandung lenovorgestreldi inti masing-masing kapsul.
b.
Implanon, adalah system 1 batang yang melepaskan etonogestrel (sebelum di kenal sebagai 3-keto-desogestrel), 60-70 mg/hari pada akhir minggu ke-5 sampai ke-6 menurun menjadi 35-45 mg/hari pada akhir tahun ke-1 dan 25-30 mg/hari pada akhir tahun ke-3. Implant ini mudah di masukkan dan di keluarkan serta memiliki profil farmakologis dan klinis yang sangat baik.
c.
Jadene,
adalah
suatu
system
dua-batang
yang
melepaskan
levornorgestrel (sekitar 30 mg/hari hingga 18 bulan) dan memiliki farmakologis dan klinis yang hamper identik dengan norplant. Keunggulan pertamanya di bandingkan dengan norplant adalah pemsangan yang relative mudah (dengan alat pemasangan yang telah terisi) demikian juga pengeluarannya.
8
d.
Uniplant, juga merupakan system 1 batang yang di pasarkan di beberapa Negara amerika dan menggunakan nomogestrel asetat sebagai progestogennya. Implant ini efektif selama 1 tahun.
c. Efek samping dan penanganannya Efek samping dari penggunaan implant adalah: Gangguan haid,Depresi, keputihan, Jerawat, Perubahan libido, Perubahan BB, Hematoma, infeksi (Suratun, 2008). Efek samping dari imlpan antara lain : gangguan pola haid seperti terjadinya spotting, pendarahan, haid memanjang atau lebih sering berdarah (metrohagia), amenoria, mual-mual, pening, sakit kepala, kadang2 terjadi perubahan pada libido, dan berat badan timbulnya agne. Oleh karena jumlah progesterone yang di keluarkan
kedalam darah
sangat kecil, maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaan pil KB (Winkjosastro, 2005).
d. Keuntungan Menurut Saufuddin (2006), keuntungan kontrasepsi implant adalah daya guna tinnggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun), mengembalikan tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu kegiatan senggama, tidak mengganggu Asi, klien hanya perlu 9
kembali ke klinik bila ada keluhan, dapat di cabut setiap saatsesuai dengan kebutuhan.
e. Kerugian Implant Menurut Winkjosastro (2005), kerugian implant antara lain inersi dan pengeluaran harus di lakukan oleh tenaga terlati, petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk inersi dan penyakitan implant, lebih mahal, sering timbul perubahan pola haid, akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri beberapa orang wanita mingkin segan untuk menggunakan karena kurang mengenalnya, implant kadang-kadang dapat terlihat oleh orang
2. Kb AKDR a. Pengertian AKDR AKDR merupakan suatu alat yang dimasukan kedalam rahim yang bentuknya macam-macam, terdiri dari plantic (polyethylene). Ada yang terlilit tembaga (Cu) adapula yang tidak, adapula yang terlilit tembaga bercampur perak (Ag)Selain itu adapula yang dibatangkannya berisi hrmon progesteron. Alar kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif, aman dan reversiber bagi
10
wanita rertentu, terutama yang tida terjangkit PMS dan sudah pernah melahirkan. AKDR adalah suatu alat plastik atau logam kecil yang di masukan ke uterus melalui kanalis servikalis (Wulansari, 2006)
b. Jenis-jenis AKDR Menurut Suratun (2008) adapun jenis-jenis AKDR yang beredar yaitu : 1. IUD generasi pertama, disebut Lippes Iiop, berbentuk spiral atau huruf S ganda, tersebut dari plantic (poye-thline) 2. IUD generasi kedua a.
Cu T 200 B, berbentuk T yang batangnya terlilit tembaga (Cu) dengan kandungan tembaga
b.
Cu 7 berbentuk angka 7 yang batangnya terlilit tembaga
c. ML Cu 250 berbentuk 3/3 lingkaran elips yang bergerigi yang batangnya diilit tembaga 3. AUD generasi ketiga a.
Cu T 308 A, berbentuk huruf T dengan lilitan tembaga yang lebih banyak dan perak
b.
ML Cu 375 batangnya dililit tembaga berlapis perak
c.
Nova Tcu 200 A, batang dan lengannya dililit tembaga
11
4. IUD generasi keempat Ginefix, merupakan AKDR tanpa rangka, terdiri dari benang polipropilen monofilament dengan enam butir tembaga.
d. Keuntungan AKDR Menurut Saifiddin (2003) keuntungan AKDR adalah sebagai kontrasepsi efektifitas tinggi. Sangat efektif A 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan), AKDR sangat efektif segara setelah pemasangan, tidak mempengaruhi hubungan seksual, tidak ada efek sampng hormonal dengan Cu AKDR (Cu T308A), tidak mempengaruhi kualitas dan volum Asi, dapat di pasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat, dapat digunakan sampai menipouse (1 tahun atau lebih haid terakhir), tidak ada interaksi dengan obat-obat dan membantumencegah kehamilan ektopik.
12
e. Kerugian AKDR Menurut Saifuddin (2003) efek samping
yang umum terjadi adalah
perubahan siklus (umimnya pada tiga bulan pertama dan akan berkurang setelah tiga bulan), haid lebih lama dan banyank, pendarahan antar menstruasi, saat haid lebih sakit. Komplikasi lain yaitu merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan, pendarahan berat waktu haid, tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS, harus memeriksa benang dari waktu ke waktu, tidak mencegah terjadinyakehamilan ektopik karena fungsi AKDR mencega kehamilan normal. f. Efek samping AKDR adalah Pendarahan, keputihan, ekspulsi, nyeri pada waktu pemasangan, infeksi, translokasi(pindahnya AKDR dari tempat seharusnya.
3. Kb pil a. Pengertian Kb Pil Pil kb adalah pil atau tablet yang berisi zat yang berguna untuk mencegah terlepasnya sel telur wanita dari indung telur, dengan cara pil harus di minum oleh wanita setiap hari satu tablet, tidak boleh lupa, keuntungannya apabila diminum secara teratur dapat
mencegah
kehamilan, dan kelemahannya apabila lupa diminum maka kehamilan
13
dapat terjadi, dapat terjadi bercak perdarahan di luar haid, bertambah gemuk, pusing-pusing, muntah-muntah dan lain-lain (BKKBN, 2003). Pil Kb adalah kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dengan cara menelan setiap hari secara teratur. Pil Kb yang mengandung hormon estrogen dan progestin ini mencegah terjadinya kehamilan dengan cara meniadakan ovulasi (mengeluarkan telur dari indung telur) dan mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sulit memasuki rahim. Pil Kb tidak menggugurkan kehamilan yang telah terjadi (Hartanto, 2003).
b.
Jenis Kontrasepsi Pil 1.
Pil KB/Kontrasepsi Oral Tipe Kombinasi Terdiri dari 21-22 pil Kb/kontrasepsi oral dan setiap pilnya berisi derivat estrogen dan progestin dosis kecil, untuk penggunaan satu siklus. Pil Kb/kontrasepsi oral pertama mulai pada hari pertama perdarahan haid, selantnyasetiap hari diminum 1 pil selama 21-22 hari.
2. Pil KB/Kontrasepsi Oral Tipe Sekuensial
14
Terdiri dari 14-15 pil Kb/kontrasepsi oral yang berisi derivat estrogen dan 7 pil berikutnya berisi kombinasi estrogen dan progestin.
Cara penggunaannyasama dengan tipe kombinasi.
Efektivitsnys sedikit lebih rendah dan lebih sering menyebabkan halhal yang tidak diinginkan. 3. Pil KB/Kontrasepsi Oral Tipe Pil Mini Hanya berisi derivat progestin, noretindron atau norgestrel, dosis kecil, terdiri dari 21-22 pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara tipe kombinasi. 4. Pil KB/Kontrasepsi ral Tipe Pil Pasca senggama (morning after pil) Berisi dietilbestrol 25 mg, diminum 2 kali sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam pasca senggama, selama 5 hari berturut-turut (Hartanto,2004).
5. Pil Kontrasepsi Darurat Berbeda dengan pil kombinasi dan pil mini, pil kontrasepsi darurat tidak diminum secara teratur. Pil ini hanya diminum setelah melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan. Pil ini sama sekali bukan untuk menggugurkan tetapi hanya mencegah pertemuan sel telur dan sperma sehingga tidak terjadi pembuahan.
15
c. Keuntungan Pil Menurut Hartanto (2004) keuntungan pil untuk wanita yang menderita penyakit tromboembolik dan juga cocok untuk wanita dengan keluahan efek samping yang di sebabkan oleh estrogen (sakit kepala, hipertensi, nyeri tungkai bawah, closma, berat badan bertamba dan rasa mual) pada alat kontrasepsi suntik karena pil tidak mengandung estrogen sehingga : a.
Sangat efektif bila dipakai dengan benar
b.
Tidak mengurangi kenyamanan hubungan suami istri
c.
Mestruasi (haid) menjadi teratur, lebih sedikit dan lebih singkat waktunya, juga mengurangi rasa nyeri haid.
d.
Dapat dipakai selama diinginkan, tidak harus beristirahat dulu
e.
Dapat dipakai oleh semua wanita usia reproduksi
f.
Dapat dipakai oleh wanita yang belum pernah hamil
g.
Dapat dihentikan pemakaiannya dengan muda dan kapan saja
h.
Kesuburan akan segera kembali setelah pemakaian pil dihentikan
d. Kerugian Pil
16
Kerugian pil dari penelitian-penelitian terbukti, meskipun pil jarang
menimbulkan efek
samping
dan
jarang
mempengaruhi
metabolisme dibandingkan suntikan kombinasi, pil juga mempunyai kelemahan-kelemahan yang perlu mendapat perhatian seperti pil kurang efektif dalam mencega kehamilan dibandingkan dengan suntikan kombinasi karena tidak mengandung estrogen, pil menamba insiden dari perdarahan kerja, pil seperti IUD kurang efektif dalam mencega kehamilan
ektopik
dibandingkan
dengan
mencegah
kehamilan
Intrauterin, dan lupa minum 1-2 tablet pil, atau kegagalan dalam absorpsi pil oleh sebab muntah atau diare, sudah cukup untuk meniadakan proteksi kontra septifnya (BKKBN,2003).
4. KONTRASEPSI SUNTIKAN a. Pengertian kontrasepsi suntik Kontrasepsi suntikan adalah cara kontrasepsi bagi wanita yang di berikan melalui suntikan berupa hormon progesteron. Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik (Anonymous, 2008).
17
b. Jenis Kontrasepsi Suntikan 1. Jenis kontrasepsi suntikan satu bulan Menurut Jhon (2002) Jenis kontrasepsi satu bulan yaitu Cyclofem medrokdi progesteron asetat, mengandung 50 mg dan komponen estrogen, 2. Jenis kontrasepsi suntikan tiga bulan Menurut Bari (2003) jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu Depo Medrokdiprogeteron Asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daera bokong), Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat) yang mengandung 200 mg noretindron enantat diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular.
c. Keuntungan penggunaan alat kontrasepsi suntikan Menurut Hartanto (2004) keuntungan menggunakan alat kontrasepsi suntikan adalah tidak perlu minum pil setiap hari atau mengukur suhu badan basal setiap hari, tidak perlu membeli atau menyimpan persediaan, kontraspsi suntikan dapat di hentikan setelah 3 bulan dengan
18
cara tidak disuntik ulang, sedangkan IUD dan implant harus di keluarkan oleh orang lain.
d. Efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi suntikan Menurut Bari (2003) keterbatasan alat kontrasepsi suntikan adalah perdarahan yang tidak menentu, terjadinya amenorho ( tidak datang bulan) atau berkepanjangan, klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan), tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut, tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus atau infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV), terlambatnya
kembali
kesuburan
bukan
karenan
terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan), terjadinya perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas), pada penggunaan jangka
panjang
dapat
menimbulkan
kekeringan
pada
vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nevorsitas, jerawat, terlambatnya kembali kesuburan setela penghentian pemakaian.
19
5. Kb Vasektomi a. Pengertian vasektomi Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehingga alur transportasi sperma terhadap dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Saifuddin, 2002). Vasektomi dilakukan dengan cara pemotongan Vas Deferens sehingga saluran transportasi sperma terhambat dan proses penyatuan dengan ovum tidak bekerja. Seorang pria yang sudah divasektomi, volume air maninya sekitar 0,15 cc yang tertahan tidak ikut keluar bersama ejakulasi karena scrotum yang mengalirkannya sudah dibikin buntu. Sperma yang sudah dibentuk tidak akan dikeluarkan oleh tubuh, tetapi diserap & dihancurkan oleh tubuh (Agnesa, 2012).
20
Vasektomi adalah
tindakan
memotong
saluran sperma yang
menghubungkan buah zakar dengan kantong sperma, sehingga tidak dijumpai lagi bibit dalam ejakulat seorang pria (Wikipedia, 2012)
b. Jenis-jenis Vasektomi 1.
Vasektomi Metode Standar (Insisi Skrotum) Vasektomi ini dimulai dengan melakukan anestesi/bius lokal ke daerah pertengahan skrotum. Kemudian dilakukan sayatan 12cm diatasnya. Bila saluran sudah tampak maka saluran akan dipotong, lalu kedua ujungnya akan diikat. Hal sama akan dilakukan pada saluran sperma satunya. Kemudian luka ditutup dengan penjahitan (Agnesa, 2012).
2. Vasektomi Tanpa Pisau (VTP atau No-scalpel Vasectomy)
21
Vasektomi Tanpa Pisau merupakan penyederhanaan dan penyempurnaan
teknik
vasektomi
yang
diharapkan
dapat
memperkecil komplikasi dan mempermudah permasyarakatannya terutama untuk orang yang takut pisau operasi. Waktu yang diperlukan untuk tindakan VTP paling cepat adalah 4 menit dan paling lambat 16 menit. Pada kelompok akseptor VTP tidak ditemukan komplikasi pasca tindakan, sedangkan pada kelompok akseptor Vasektomi Metode standar ditemukan 1 kejadian infeksi luka operasi. Metode VTP dalam hal kemudahan lebih baik, sedangkan dalam hal keamanan dan efektivitasnya tidak berbeda dengan metode vasektomi standar. (Dachlan I, dan Sungsang R,1999). 3. Vasektomi Semi Permanen Vasektomi Semi Permanen yakni vas deferen yang diikat dan bisa dibuka kembali untuk berfungsi secara normal kembali dan tergantung dengan lama tidaknya pengikatan vas deferen, karena semakin lama vasektomi diikat, maka keberhasilan semakin kecil, sebab vas deferen yang sudah lama tidak dilewati sperma akan menganggap sperma adalah benda asing dan akan menghancurkan benda asing (Agnesa, 2012).
22
c. Keuntungan Dan Kerugian Menurut Hartanto (2002) keuntungan Kontap-Pria (Vasektomi) adalah efektif, Aman, morbiditas rendah dan hamper tidak ada mortalitas, sederhana, cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit, menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi local saja, biaya rendah, secara cultural, sangat dianjurkan di Negara-negara dimana wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan para medis wanita
d. Efek Samping dan Komplikasi a. Komplikasi minor; Echymosis, terjadi pada 2-65% Penyebabnya: pecahnya pembuluh darah kecil subkutan sehingga terjadi pembesaran darah dibawah kulit. Tidak memerlukan terapi dan akan
hilang
sendiri
dalam
1-2
minggu
post-operatif,
pembengkakan (0,8-67 %), rasa sakit/ rasa tidak enak (Hartanto, 2002).
23
b. Komplikasi mayor; Hematoma, Insidens: < 1%, terjadi pembentukan massa bekuan darah dalam kantung scrotum yang berasal dari pembuluh darah yang pecah, penceghan : hemostosis yang baik selama operasi, pengobatan hematoma kecil : kompres es, istirahat beberapa hari, hematoma besar : membuka kembali scrotum, ikat pembuluh darah dan lakukan drainase.
6. Kb Kondom a. Pengertian Kondom Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermicidal) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual (Saifuddin, 2006). Kondom dalam berbagai jenis bentuk telah digunakan sejak beberapa abad yang lalu. Kondom berfungsi sebagai barrier yang
24
membungkus penis untuk melindungi dari penyakit yang telah digunakan sejak 1350 sebelum masehi dan digunakan untuk mencegah kehamilan sekitar abad ke-16 (Lubis, 2008).
b. Jenis-jenis Kondom 1. Kondom Pria Kondom pria merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis sebagai tempat penampungan air mani yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak tercurah pada vagina. Bentuknya ada dua macam, yaitu polos dan berputing. Bentuk berputing ada kelebihannya yaitu untuk menampung sperma setelah ejakulasi. Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa mencapai saluran genital (Saifiddin, 2003) 2. Kondom Wanita Kondom untuk wanita adalah suatu sarung polyurethane dengan panjang 15 cm dan garis tengah 7 cm yang ujungnya terbuka melekat ke suatu cincin polyurethane lentur. Cincin polyurethane ini berfungsi sebagai alat untuk memasang dan melekatkan kondom di vagina. Kondom wanita mengandung
25
pelumas berbahan dasar silikon dan tidak memerlukan pelumas spermisida serta hanya sekali pakai. Efektivitas dari penggunaan kondom ini menunjukkan sama dengan efektivitas dari penggunaan diafragma (Saifuddin, 2006).
c. Efek samping Pada umumnya saat menggunakan kondom, pemakai kondom dan pasangannya tidak akan mengalami efek samping. Namun pada beberapa kasus terutama yang alergi terhadap latex,
bisa
menimbulkan iritasi. Apalagi jika latex kondomnya ditambahi dengan bahan spermicidal, maka nyeri yang timbul akan semakin parah. Guna menghindari reaksi alergi ini, maka sebaiknya memakai kondom dari bahan polyurethane atau kondom natural skin serta tidak memakai bahan spermicidal (Kusmarjadi, 2009).
d. Keuntungan Kondom
26
keuntungan kondom antara lain tidak memngganggu produksi kelancaran
Asi,
tidak
mengganggu
kesehatan
klien,
tidak
mempunyai pengaruh sistemi, murah dan dapat dibeli secara umum, tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus, Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda, dapat mencegah PMS (Saifuddin, 2002).
7. Kb Tubektomi a. Pengertian Tubektomi Kata tubektomi berasal dari tuba dan ektomi yaitu tuba adalah saluran telur wanita sedangkan ektomi adalah membuang atau mengangkat. Tubektomi adalah prosedur bedah untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen. Tubektomi adalah metode kontrasepsi permanen dimana saluran tuba di potong sehingga sel telur tidak bisa masuk ke dalam rahim (Suratun, 2008).
b. Jenis-jenisnya Minilaporotomi adalah sayatan kecil sekitar 3 cm di daerah perut bawah (suprapblik) atau subumbilikal (pada lingkar pusat bawah). Laparoskopi (sayatan besar) (Suratun, 2008).
27
c. Keuntungan Efektif apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius(0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan), tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding), tidak bergantung pada faktor senggama, baik bagi klien, pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokaldalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium, tidak ada efek samping dalam jangka panjang Tidak ada perubahan) (Saifuddin, 2002)
d. Kerugian Kerugiannya bila pikiran anda beruba dan ingin punyak anak lagi, peluang anda sangat kecil. Oleh karena itu pertimbangkan baik-baik bila anda akan menjalani oprasi ini, jangan memutuskan jika anda sedang kalut dan krisis. Bila anda memiliki keraguan, diskusikan dengan dokter atau pasangan anda (Mubarak, 2009).
e. Efek samping
28
Efek samping dari alat kontrasepsi tersebut antara lain alergi anastesi, infeksi atau abses pada luka, perforasi rahim, perlukaan kandung kemih, perlukaan usus, perdarahan mesosalping (Mubarak, 2009).
B. Gambaran Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Ditinjau Dari : 1. Pengetahuan Pengetahuan
keseluruhan
pikiran,
gagasan,
ide,
konsep
dan
pemahaman yang di miliki manusia tentang dunia dan segalah isinya. Termasuk manusia dan kehidupannya.Pengetahuan mencangkup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Juga mencakup praktek atau kumpulan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum dibuktikan cara sistematik dan metodis. Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”. Dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pasca indera manusia, yakni : indera penglihatan, penciuman, raba, dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang cukup di dalam kognitif mempunyai enam tinggkat yakni : 1. Tahu (know)
29
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam engetahuan tinggkat ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang di terima. Oleh sebab itu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus bias menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang di pelajari. 3. Aplikasi (Aplikation) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi dan kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prisip, dan sebagainnya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu subjek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan. Dan sebagainnya. 30
5. Sintesis (Syinthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu criteria-keriteria yang telah ada. Misalnya : dapat memandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainnya.
Pengukuran pengetahuan dapat
di lakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakkan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atauresponden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut di atas (Notoadmodjo, 2005) Pengetahuan baik
: Bila> 75 % jika jawaban benar
Pengetahuan cukup
: Bila 60-75% jika jawaban benar
Pengetahuan rendah
: Bila < 60% jika jawaban benar
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh terhadap pemakaian kb, antara pengetahuan dan pendidikan kaitanya sangat erat dengan adanya 31
seseorang perendidikan yang tinggi maka seseorang pun memiliki pengetahuanyang akurat baik tentang kb maupun tentang kesehatan (Notoadmodjo, 2005).
2. Pendidikan adalah suatu penerapan pendidikan didalam bidang kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kea rah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003) Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan
proses
mengembangkan
pembalajaran
potensi
dirinya
agar untuk
peserta memiliki
didik
secara
kekuatan
aktif
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. Menurut Ihsan (2005), jenjang pendidikan formal dibagi tiga yaitu: 1.
Pendidikan Dasar Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan
32
pengetahuan dan keterampilan, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengh. Pendidikan dasr meliputi sekolah dasar ( SD/Sederajat). 2.
Pendidikan Menengah Pendidikan menenga merupak pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyrakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbale balik dengan lingkungan social budaya dan alam sekitarnya dan mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam lingkungan kerja atau kemampuan tinggi. Pendidikan menengah meliputi pendidikan sekolah menengah atas (SMP/Sederajat).
3.
Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyrakat yang memiliki kemampuan tinggi yang bersifat akedemik atau professional. Pendidikan tingkat tiggi meliputi pendidikan diploma-III (D-III) atau pengguruan tinggi ( PT ). Pendidikan seseorang bisa mempengaruhi dalam pemakaian alat kontrasepsi, wanita yang kurang berpendidikan lebih cenderung mulai mengandung lebih mudah 19% remaja yang tidak sekolah telah mulai mempunyai anak dibandingkan dengan 4% remaja yang berpendidikan. Pendidikan sangat berperan di dalam peran keluarga karena mereka yang
33
berpendidikan tinggi dapat mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan berpendidikan rendah (BKKBN, 2008) Pendidikan yang tinggi sanagt perlu bagi kaum wanita, karena tingkat pendidikan yang tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup, membuat keputusan yang menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri. Semua petugas kesehatan mengakui bahwa pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang program-program kesehatan yang lain (Yani, 2009)
3.
Media Informasi Media informasi adalah yang diproses dalam bentuk yang mempunyai arti si penderita dan mempunyai nilai nyata terasa lagi keputusan saat ini atau keputusan mendatang. Sumber informasi adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan kemampuan (Notoatmodjo, 2010). Informasi tidak dapat lepas dari dari media karena melalui media, pesan-pesan yang di sampaikan dapat lebih menarik dan di pahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sehingga bias memutuskan untuk
34
mendapatkan prilaku yang positif. Tujuan media informasi yang sangat diperlukan diantaranya mediah dapat mempermudah dalam penyampaian informasi, media dapat menghindari kesalapahaman tentang suatu informasi, dapat memperjelakan informasi yang akurat, media dapat mempermudah untuk mengetahui informasi. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesanpesan keehatan, media di bagi menjdi 3 macam yaitu : 1.
Media Cetak Mediah cetak merupakan suatu media statis dan mengutamakan pesan-pasan visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang sangat berfariasi antara lain sebagai berikut : a. Booklet, ialah suatu mediah yang menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku,baik berupa tulisan maupun gambar. b. Leaflet, ialah bentuk menyampaikan informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat, isi infomasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi. c. Flyer (selembaran) bentuknya seperti leaflet, tetapi tidak terlipat. d. Flift chrt (lembar balik), ialah media menyampaikan pesan atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku dimana setiap lembar/halaman berisi gambar
35
penanganan dan lembar baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut. e. Rublik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah membahas suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. f. Poster ialah bentuk media cetak yang berisi pesa-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya di temple ditembok-tembok, tempat-tempat umum. 2.
Media Elektronik Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan yang berbeda-beda jenisnya, antara lain : a.
Televisi, ialah menyampaikn pesan-pesan informasi-informasi kesehatan melalui media televise yang dampak dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau Tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidaton (ceramah) TV sport, kuis, atau cerdascermat dan sebagainya.
b.
Radio, ialah penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan melalui media radio yang juga dapat bermacam-macam bentuk antara lain obrolan (Tanya-jawab) sandiwara radio, ceramah, radio, sport dan sebagainya.
36
c.
Vidio ialah penyampaian pesan informasi-informasi kesehatan melalui media video.
d.
Slide, ialah dapat di gunakan untuk menyimpan pesan atau informasi-informasi kesehatan.
e.
Film strip, ialah juga dapat di gunakan untuk menyimpan pesan atau informasi-informasi kesehatan.
3.
Media luar ruang Media luar ruang yaitu media yag menyampaikan pesan-pesanya diluar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronik secara statis, misalnya : a.
Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum di jalanan dan yang di pasang di tempat-tempat umum dapat di isi dengan pesan- pesan atau informasi kesehatan. Media ini juga mencakup pesan-pesan yang di tulis pada lembaran seng di temple pada kenderaan-keneraan umum (Bus dan Taksi).
b.
Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang dibuat di atas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan di pasang di suatu tempat umum agar dapat di lihat semua orang sepeti pameran, banner, televise layar lebar. Media informasi dapat mempengaruhi ibu dalam memakai kb
karena ketersediaan dan akses terhadap informasi dan pelayanan kb,
37
dapat mencegah kehamilan yang tidak di inginkan. Dengan adanya informasi ibu dapat mengetahui informasi kesehatan baik melalui tenaga kesehatan, ataupun dari berbagai mediayang menyampaikan pesanpesan atau informasi kesehatan tentang iklan kb di telefisi, radio media papan seperti spanduk yang dipasang ditempat-tepat umum dan sebagainya.
4. Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang di lakukan seseorang yang dapat menghasilkan uang. Hal tersebut di lakukan tidak lebih sebagai tuntutan pemenuhan kebutuhaan hidup sehari-hari, sehingga jarang masyarakat memperioritaskan tugas-tugas lain yang di anggap lebih penting dari pada memperhatikan kondisi kesehatannya (Admin, 2009). Mubarak dan Chyatin (2009) mengemukakan bahwa lingkungan pekerjaan
dapat
menjadikan seseorang
memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Wanita yang bekerja akan memperoleh pengakuan dari lingkungan karena produktifitas dan kreaktifitas yang telah ia hasilkan diproleh dalam rangka mencukupi kebutuhan sehari-hari agar meningkatkan kualitas hidup keluarga, atau kebutuhan sekunder seperti perabot rumah tangga, mobil dan jaminan kedehatan. Wanita bekerja akan menjumpai banyak relasi, teman
38
sehingga dapat
memperkaya wawasan bagi wanita dan juga dapat
meningkatkan keterampilan/kopetensi. Dengan bekerja wanita terus terpacu untuk selalu meningkatkan keterampilan sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi yang lebih sebagai karyawan (Yani, 2009).
39
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini mengacu teori yang di lakukan yang di temukakan oleh Notoadmodjo, (2003) yang mengatakan bahwa pengetahuan, pendidikan pekerjaan, Media informasi dapat mempengaruhi ibu untuk memakai alat kontrasepsi. Adapun dalam kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan
Pendidikan
Pemakain Alat Kontrasepsi
Media Informasi
Pekerjaan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
40
B. Definisi Operasional Tabel . 3.1. Definisi Operasional No
Variabel
Definisi
Skala Cara Ukur
Dependen 1.
Alat Ukur
Hasil Ukur
Operasional
Ukur
Pemakaian Menurut jenis Wawancara dengan Alat KB yang di meyebarkan kontrasepsi inginkan ibu kuensioner
Kuensioner - Suntik - Pil - Kondom - AKDR - Implan
Ordinal
Variabel Independen 2.
Pengetahuan Sesuatu yang diketahui ibu tentang KB
3.
Pendidikan pendidikan formal yang pernah diselesaikan oleh seorang wanita
4.
Media
Wawancara dengan Kuensioner - Baik meyebarkan - Cukup kuensioner dengan - Rendah kategori a. Baik >76-100% b. Cukup 56- 75% c. Kurang <56% Wawancara dengan menyebarkan kuensioner dengan kategori a. Tinggi apabila tamat Diploma/PT b. Menengah apabila tamat SMA/MA atau sederajat c. Dasar apabila tamat SD/MIN/SMP atau sederajat
Kuensioner -Tinggi 0rdinal -Menengah -Dasar
A. Informasi yang Wawancara dengan Kuensioner - Ya diproleh ibu-ibu menyebarkan - Tidak
41
Ordinal
Ordinal
Informasi
5.
Pekerjaan
tentang KB kuensioner dengan melalui kategori berbagai media a. Jika mendapat informasi diberiri nilai: 1 b. Jika tidak mendapat informasi diberi nilai: 0 Kegiatan yang Wawancara dengan Kuensioner -Bekerja di lakukan menyebarkan -Ibu rumah seorang wanita kuensioner dengan tanggah Ordinal dalam kategori memenuhi a. Bekerja : PNS kebutuhan b. T. bekerja : IRT hidupnya
42
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian dimana peneliti atau pengumpulan data dilakukan secara bersamaan atau sekaligus (Notoatmodjo, 2003). penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran penerapan konseling KB Implan dari dari segi pengetahuan, pendidikan, media informasi, pekerjaan di Pukesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar 2013.
B. Populasi Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memakai kontrasepsi di Pukesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar 2013 dengan jumlah populasi 123 orang. 2. Sampel a. Besar sampel Berdasarkan sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memakai kontrasepsi di Pukesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh besar, dengan besar sampel 55 orang dari populasi 123 orang. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan rumus slovin (Notoatmodjo, 2005)
43
Rumus : n =
N 1 + N(
Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi D = Tingkat signifikansi( n=
N 1+N(
n=
123 1 + 123 (
n=
123 1 + 123 ( 0,01 )
n=
123 1 + 1,23
n = 123 2,23
44
n = 55
b. Cara pemilihan sampel Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada/tersedia. C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar tahun 2013. 2. Waktu penelitian Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 11 Juni-18 Agustus 2013.
D. Alat dan Pengumpulan Data 1. Instrumen/Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini kuensioner dengan wawancara, yang berisi pertanyaan untuk mengukur secara langsung pengetahuan ibu-ibu yang memakai alat kontrasepsi dengan wawancara dan kuensioner tersebut berisi 26 pertanyaan. a. Tahap Persiapan Pengumpulan data Pada pengumpulan data peneliti melakukan prosedur adminitrasi dengan meminta izin dari direktur Akademi Kebidanan U’Budiyah Indonesia 45
Banda Aceh dan meminta izin kepada kepala Pukesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. b. Tahap Pengumpulan Data Data yang di kumpulkan adalah data primer dan data primer dan data sekunder. Data primer yaitu dengan penyebaran kuensioner , sedangkan data sekunder di proleh dengan adanya data jumlah responden dari Pukesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
E. Pengelolaan dan Analisa Data 1. Pengelolaan data Menurut budiarto (2004) data yang telah didapatkan akan diolah dengan tahap-tahap berikut : a. Editing data (memeriksa) yaitu melakukan pengecekan kembali apakah semua item pertanyaan telah terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang mungkin dapat mengganggu pengolahan data selanjutnya. b. Coding data yaitu memberikan kode berupa nomor pada lembaran kuisioner untuk memudahkan pengolahan data. c. Transfering data yaitu data yang telah penulis member kode secara berurutan mulai dari responden pertama hingga responden yang terakhir kedalam tabel sesusi dengan veriabel yang diteliti.
46
d. Tabulating data yaitu mengelompokkan responden yang telah dibuat pada tiap-tiap variabel yang di ukur dan selanjutnya dimasukan kedalam tabel distribusi frekuensi. 2. Analisa Data Analisa data dilakukan meliputi: a. Analisa Univariat Analisa data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisa data univariat. Analisa yang di gunakan untuk menjabarkan secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi variable yang di teliti baik variable dependent maupun variable independent Data didapat dari pengisian wawancara dan kuisioner, di analisa secara persentase ke dalam bentuk table distribusi menggunakan rumus (Budiarto, 2002), yaitu sebagai berikut: P
x 100 %
Keterangan : P : persentase f : Frekuensi teramati n : Jumlah responden yang menjadi sampel
47
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Lokasi Penelitian Pukesman Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar menyapai areal seluas 1907 m2 dan luas bangunan 788,44 m2 yang terletak di Desa Lubuk Bate Kabupaten Aceh Besar yang berbatasan dengan : a. BagianTimur : berbatasan dengan Kecamatan Krueng Barona b. Bagian Barat : berbatasan dengan Kecamatan Darul Imarah dan Kota Banda Aceh c. Bagian Utara : berbatasan dengan Kota Banda Aceh d. Bagian Selatan :berbatasan dengan Kecamatan Suka Makmur
2. Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan data penelitian di laksanakan dari tanggal tanggal 11 Juni sampai 18 Agustus 2013 di Pukesmas Ingin Jaya Kabapaten Aceh Besar. Jumlah sampel yang di dapat sebagai responde yaitu 55 orang. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil kasus atau responden
48
yang kebetulan berobar ke poli KB ada/tersedia yaitu tentang gambaran terhadap pemakaian alat kontrasepsi. 3.
Analisa Univariat a. Pengetahuan Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
No
Pengetahuan ibu
f
(%)
1
Baik
26
47,3
2
Cukup
19
34,6
3
Rendah
10
18,1
Jumlah
55
100
Sumber Hasil penelitian diolah, 2013 Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 55 responden, sebanyak 26 orang (47,3%) mempunyai pengetahuan yang baik b. Pendidikan Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
49
No
Pendidikan
f
(%)
1
Tinggi
13
23,7
2
Mengah
20
36,4
3
Rendah
22
40
Jumlah
55
100
Sumber Hasil penelitian diolah, 2013 Berdasarkan tabel 5.2 diatas bahwa dari 55 responden, mayoritas ibu-ibu yang berpendidikan rendah 22 responden (40%).
c. Media Informasi Tabel 5.3 Distribusi Responden Berasarkan Media informasi Di Puknmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar Banda Aceh tahun 2013
No
Media informasi
f
(%)
1
Ya
31
56,4
2
Tidak
24
43,6
Jumlah
55
100
Sumber Hasil penelitian diolah, 2013
50
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 55 responden sebagian besar mendapat media informasi tentang pemakaian alat kontrasepsi yaitu 31 responden (56,4%).
d. Pekerjaan Tabel 5.4 Distribusi Responden Berasarkan Pekerjaan Di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar Banda Aceh tahun 2013
No
Pekerjaan
f
(%)
1
Bekerja
37
67,3
2
Tidak Bekerja
18
32,7
Jumlah
55
100
Sumber Hasil penelitian diolah, 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 55 responden, ibu-ibu yang bekerja yaitu sebanyak 37 (67,3%)
e. Alat kontrase Tabel 5.5 Distribusi Responden Pemakaian Alat kontrasepsi Di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh BesarBanda Aceh tahun 2013 51
N0 Jenis Alat Kntrasepsi
f
(%)
1
Suntik
19
11,0
2
Pil
15
12,7
3
Kondom
8
34,5
4
AKDR
7
27,3
5
Implan
6
14,5
Jumlah
55
100
Sumber Hasil penelitian diolah, 2013 Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 55 responden,yaitu sebanyak 19 orang (34,5%) responden memakai alat kontrasepsi suntik 4. Analisa Tabulasi Silang a. Pengetahuan dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Tabel 5.6 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
Pemakaian Alat Kontrasepsi Pengetahuan
Total Suntik
Pil
Kondom AKDR Implan
52
f
%
f
%
f
%
f
Baik
6
31,6
5
50
4
50
Cukup
9
47,4
6
46,7
2
Rendah
4
21
4
13,3
Jumlah
19
100 15
100
%
f
%
5 71,4 6 100
26
47,3
25
2 28,6 0
0
19
34,5
2
25
0
0
10
18,2
8
100 7 100 6 100
55
100
0
f
0
%
Sumber Hasil penelitian diolah, 2013
Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat dilihat hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan pemakain alat kontrasepsi. Dari 19 orang responden yang memakai alat kontrasepsi suntik, dalam kategori yang pengetahuan cukup terdapat (47,4%), sedangkan
dari 26 orang responden yang memakai alat
kontrasepsi kondom, dalam kategori yang
pengetahuannya tinggi ada (50%),
sisanya 10 0rang responden yang memakai alat kontrasepsi pil, yang dalm kategori pengetahuannya rendah terdapat (13,3%) di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
b. Pendidikan dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Tabel 5.7
53
Tabulasi Silang Antara Pendidikan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
Pemakaian Alat Kontrasepsi Total Pendidikan
Suntik
Pil
Kondom
AKDR
Implan
f
f
f
%
f
%
f
%
Tinggi
5
26,3 1
6,7
1
12,5
Menengah
4
21
7 46,7 4
50
%
%
f
1 14,3 5 83,4 13 23,7 5 71,4 0
0
20 36,4
Dasar
10 52,7 7 46,7 3
37,5
1 14,3 1 16,6 22
Jumlah
19 100 15 100
100
7
8
%
100
6
40
100 55 100
Sumber Hasil Penelitian diolah Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat di lihat bahwa hasil tabulasi silang antara pendidikan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Dari 13 orang responden yang memakai Alat kontrasepsi implan, berada dalm kategori pendidikan tinggi ada (83,4%), dari 20 orang responden yang memakai alat kontrasepsi suntik, yang kategori pendidikan menengah ada (21%), dan dari 22 orang responden yang memakai alat kontrasepsi terdapat (14,3%) di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. c. Media Informasi dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Tabel 5.8
54
Tabulasi Silang Antara Media Informasi Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
Pemakaian Alat Kontrasepsi Media
Total Suntik
Pil
Kondom
AKDR
F
f
Implan
Informasi f Ya
%
f
%
%
%
f
%
f
%
13 68,4 10 66,7 5 62,5
1 14,3 2
33,4 31
56,4
Tidak
6
6 85,7 4
66,7 24
43,6
Jumlah
19 100 15 100
100 55
100
31,6 5 33,4 3 37,5 8
100
7
100
6
Sumber Hasil penelitian diolah, 2013 Berdasrkan tabel 5.8 diatas dapat dilihat hasil tabulasi silang antaran media informasi dengan pemakaian alat kontrasepsi. Dari 31orang responden yang memakai Alat kontrasepsi suntik, yang mendapat informasi sebanyak (68,4%), sedangkan dari 24 orang responden yang memakai alat kontrasepsi AKDR, yang tidak mendapat informasi ada (85,7%) di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
55
d. Pekerjaan dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Tabel 5.9 Tabulasi Silang Antara Pekerjaan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
Pemakaian Alat Kontrasepsi Pekerjaan
Suntik f
Bekerja T.Bekerja Jumlah
%
Pil f
Kondom
Tota
AKDR
l
Implan
%
F
%
f
%
80
6
85,7
6
16,7
1 71,4 37
32,7
6 31,6 4 28,4 2
14,3
1
43,4
5 28,7 18
67,3
19 100 15 100
100
7
100
6
100
13 68,4 11
8
f
%
f
100 55
%
Sumber Hasil penelitian diolah, 2013
Berdasarkan tabel 5.9 diatas dapat di lihat hasil tabulasi silang antara pekerjaan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Dari 37 orang responden yang memakai alat kontrasepsi pil, yang mempunyai pekerjaan ada (85,7%) sisanya dari 18 orang responden yang memakai alat kontrasespsi kondom, terdapat (14,3%) yang tidak mempunyai pekerjaan, di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
56
B. PEMBAHASAN 1. Pengetahuan dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 19 orang responden yang memakai alat kontrasepsi suntik, dalam kategori yang pengetahuan cukup terdapat (47,4%), sedangkan dari 26 orang responden yang memakai alat kontrasepsi kondom, dalam kategori yang pengetahuannya tinggi ada (50%), sisanya 10 0rang responden yang memakai alat kontrasepsi pil, yang dalm kategori pengetahuannya rendah terdapat (13,3%) di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Hal ini sesuai dengan yang di kemukaan Hartanto (2009) menyebutkan pengetahuan tentang kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat , kelompok atau individu dapat memperoleh wawasan tentang informasi kesehatan. Sehingga pengetahuan aseptor dapat mempengaruhi frekuensi pemakaian obat kontrasepsi baik jenis suntik maupun pil. Menurut hasil penelitian Trisnawati (2009) pengetahauan seseorang sangat penting untuk bisa mencapai pengetahuan seseorang yang lebih baik untuk bisa menentukan kesehatannya, dan juga sangat penting dalam memilih jenis kntrasepsi apa yang cocok untuk ibu dengan begitu ibu merasa nyaman dengan pilihannya sendiri tentang KB suntik dari pada KB lain. Berdasarkan asumsi penelitian dapat tergambar bahwa dari segi pengetahuan Aseptor ternyata yang lebih banyak diketahuinya adalah jenis 57
KB suntik, karena menurunya selain mudah mendapatkannya juga mudah cara pasngnya mudah dan tidak susah, aseptor juga ternyata pengetahunnya di dapat melalui iklan, banyak membaca buku dengan demikian aseptor dapat mengetahui tentang KB suntik. Aseptor juga mengetahui jenis KB lain tetapi tidak lebih mengetahui karena tidak terbiasa memakainnya atau masih langkah, beda halnya KB suntik karena lebih banyak memilih KB suntik. Oleh sebab itu Aseptor lebih mengetahui obat kontrasepsi suntik dari pada jenis KB lain di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar
2. Pendidikan dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 13 orang responden yang memakai Alat kontrasepsi implan, berada dalm kategori pendidikan tinggi ada (83,4%), dari 20 orang responden yang memakai alat kontrasepsi suntik, yang kategori pendidikan menengah ada (21%), dan dari 22 orang responden yang memakai alat kontrasepsi terdapat (14,3%) di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Menurut Glazier (2006) mengatakan bahwa pemakaian kontrasepsi di pengaruhi oleh pendidikan dan pengetahuan aseptor dalam memasang alat kontrasepsi AKDR, Kondom Maupun Implan, dengan demikian dapat di simpulkan bahwa pendidikan yang rendah menyebabkan jumlah pemasangan alat kontrasepsi tersebut masih sedikit.
58
Menurut hasil penelitian Asnidar (2009) makin tinggi pendidikan maka makin tinggi juga pengetahuan seseorsng maka dengan muda memperoleh pengetahunnya dalam memilih jenis kontrasepsi yang terbaik untuknya, sebaliknya jika pendidikannya rendah maka makin kurang juga pengetahuan yang didapat.
Berdasarkan asumsi peneliti dapat tergambar bahwa dari segi pendidikan Aseptor dapat di lihat ternyata yang pendidikannya tinggi lebih memilih obat kontrasepi pil dari pada kontrasepsi lain karena kontrasepsi pil mudah pendapatkannya
dan tanpa ke
bidan atau kedokter
untuk
mendapatkannya. Alasannya karena kontrasepsi pil tidak susuh untuk cara pemakaiannya hanya diminum setiap hari, sangat efektif,tidak mengurangi kenyamanan saat berhubungan, haid lebih teratur, kesuburan segera kembali setelah pemakaian Kb tertebut dan juga cara penghentiannya mudah dan kapan saja. Oleh karena itu Aseptor yang pendidikannya tinggi lebih memilih kontrasepsi pil. makin tinngi tingkat pendidikan itu maka akan bertambah pula pengalaman
bagi
seseorang
untuk
perubahan
tingkah
laku
dalam
melaksanakan aktivisas sehari-hari di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar
59
3. Media Informasi dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Berdasrkan hasil penelitian dari 31orang responden yang memakai Alat kontrasepsi suntik, yang mendapat informasi sebanyak (68,4%), sedangkan dari 24 orang responden yang memakai alat kontrasepsi AKDR, yang tidak mendapat informasi ada (85,7%) di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
Menurut Suratun (2008) bahwa Media informasi adalah dimana seseorang dapat memperole informasi terutama tentang kesehatan melalui berbagai media berupa pesan, gambar video dan lain-lain. Suratun juga mengemukakan bahwa pemakaian kontrasepsi di pengaruhi oleh pengetahuan, media informasi, dan status ekonomi. Semakin banyak informasi yang diperoleh dari berbagai media informasi maka semakin tinggi frekuensi pemakaian kontrasepsi. Penelitian Juita (2008) Dengan mendapat informasi maka minat seseorang untuk mencobanya ada apalagi berkaitan dengan kesehatan salah satunya adalah memakai alat kontrasepsi, bahwa informasi sangat penting dalam kehidupan ssehari-hari dan ternyata media informasi juga penting dalam mengakses berbagai informasi sebanyak-banyaknya yang paling
60
penting untuk ibu dalam memilih jenis kontrasepsi yang cocok untuknya dan suaminya demi menjaga keharminisan rumah tanggah. Berdasrkan asumsi penelitiaan dapat tergambar bahwa ternyata mendapat informasi dari berbagai media informasi, tetapi yang lebih banyak Aseptor mendapatkan informsi dari tenaga kesehatan dan ada juga dari media informasi berupa iklan di TV, radio, dan bahkan aseptor dapat memperoleh informasi 2 kali dalam seminggu dari media informasi maupun dari tenaga kesehatan, dan ada pula aseptor yang mendapat informasi yang belum jelas atau yang membuat di penasaran, Aseptor mencari tahu dari berbagai macam kadang-kadang aseptor mencari majalah yang berhubungan dengan Kb. Dari tidak berminat memakai alat kontrasepsi menjadi tertarik untuk memakai alat kontrasepsi karena iya banyak mendapat informasi dari berbagai media informasi di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar
4. Pekerjaan dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Berdasarkan hasil penelitian tentang pekerjaan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Dari 37 orang responden yang memakai alat kontrasepsi pil, yang mempunyai pekerjaan ada (85,7%) sisanya dari 18 orang responden yang memakai alat kontrasespsi kondom, terdapat (14,3%) yang tidak mempunyai pekerjaan, di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
61
Menurut Hanafi (2004) mengatakan bahwa wanita bekerja akan menjumpai banyak relasi, teman sehinnga dapat memperkaya wawasan bagi wanita dan juga dapat meningkatkan keterampilan/kopetensi. Sehinga pekerjaan merupakan salah satu penyebab pemakaian alat kontrasepsi, dengan demikian wanita pekerja lebih memih alat kontrasepsi daripada memilih obat kontrasepsi. Menurut Admin (2009) mengatakan bahwa pekerjaan adalah Pada dasarnya, buruh, Pekerja, Tenaga Kerja maupun karyawan adalah sama. namun dalam kultur Indonesia, "Buruh" berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran dan sebagainya. sedangkan pekerja, Tenaga kerja dan Karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan kerja. akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata ini sama mempunyai arti satu yaitu Pekerja. hal ini terutama merujuk pada Undang-undang Ketenagakerjaan, yang berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia dengan, dengan demikian seseorang kadanga-kadang tidak memikirkan masalah kesehatannya. Hasil penelitian Risma (2007) wanita yang memiliki pekerjaan lebih memilih Kb AKDR, dimana ibu yang memiliki pekerjaan sebayak 26 responden (7,8%) yang memili alat kontrasepsi AKDR, sedangakan yang tidak memiliki pekerjaan sebayak 20 orang responden (4,23%).
62
Berdasarkan asumsi peneliti dapat tergambar bahwa Aseptor yang memiliki pekerjaan lebih memilih jenis alat kontrasepsi AKDR alasanya karena sibuk pekerja tidak sempat melakukan pemasangan kontrasepsi dalam waktu yang cepat, oleh karenan itu Aseptor lebih memilih alat kontrasepsi AKDR selain waktu jangka pemakaian panjang, AKDR juga tidak menambah hormonal, sangat efektif, dan tidak perlu mengingat-ingat seperti halnya kontrasepsi pil yang setiap hari harus diminum secara teratu. Sedangkan yang tidak pempunyai pekerjaan lebig memilih jenis kontrasepsi suntik karena tidak ada kesibukan bagi Aseptor untung melakungan suntukan ulan setiap bulannya di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar
63
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di Pukesmas Ingin jaya Kabupaten Aceh Besar tahun 2013, maka penulis dapat simpulkan sebagai berikut : 1. Pengetahuan sangat mempengahui ibu dalam mmilih jenis Kontrasepsi, dari 19 orang responden yang memakai alat kontrasepsi suntik, yang dalam kategori pengetahuan cukup (47,4%) responden di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar 2. Dari segi pendidikan juga dapat mempengarui ibu dalam memilih kontrasepsi seperti hasil yang didapat dari penelitian, dari 13 orang responden yang memakai Alat kontrasepsi implan, berada dalam kategori pendidikan tinggi ada (83,4%), di Pukesmas Ingin Jaya Kabupeten Aceh Besar 2013 3. Media Informasi sanagt mempengaruhi Aseptor dalm memili jenis kontrasepsi, dari 31orang responden yang memakai Alat kontrasepsi suntik, yang mendapat informasi sebanyak (68,4%), Kabupaten Aceh Besar
64
di Puskesmas Ingin Jaya
4. Begitu juga dilihat dari segi pekerjaan, dari Dari 37 orang responden yang memakai alat kontrasepsi pil, yang mempunyai pekerjaan ada (85,7%) di Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar
B. Saran 1. Bagi institusi Pendidikan 2. Bagi Lahan Peneliti 3. Bagi Penulis
65
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, jilid III. FKUI, Jakarta Anonimous. 2008. Pengantar Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Fakultas Keshatan Universitas Indonesia Admin, 2009. Hyperemisis, dalam http://www.infokes.co.id Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan bina Pustaka, Jakarta BKKBN. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta. .2004. Alat Kontrasepsi Petunjuk untuk petugas, Jakarta Budiarto, E. 2002. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesrhatan Masyarakat, EGC, Jakarta. Bidan mustika Sofyan, dkk. 2006. 50 Tahun Ibi Bidan Menyongsong Masa Depan, Jakarta. Bararah, VF, (2011), Macam-Macam Alat Kontrasepsi. http://www. Detikhealth. com Depkes RI. 2005. Angka Data Statistik Indonesia . www. Data WHO.com Kematian Ibu,http://www.google.com (diakses 10 februari 2013) Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2011, Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2010, dikutip 11 februari 2013 dari http://www.dinas.nad.go.id Glasier, Anna. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Hanafi. 2004. Buku Acuan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : ISBN 66
http://jurnal bidan diah.blogspot.com. kb-implan.2012 . Diakses tanggal 2 Desember. 2012 Hartanto, 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Sinar harapan, Jakarta http://dr-suparyanto.blogspot.com. Konsep-dasar-kb-keluarga-berencana.html. 2011. Diakses 8 Desember 2012 Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. EGC. Jakarta. Mubarak, 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan teori. Selemba Medika. Jakarta 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Selemba Medika. Jakarta Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta . 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta . 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta. . 2005. Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan. Jakarta . 2010, Promosi Kesehatan dan aplikasi. Jakarta : Rineka cipta. . 2003. Ilmi kesehatan Masyarakat prinsip- prisip Dasar, Jakarta Raharjo, 2004. Pengantar ilmu Psikologi. Rineka Cipta, Jakarta Saifuddin, (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi 2, penerbit: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta . 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Jakarta. 67
Suratun, (2008), Pelayanan Kelurga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi, Penerbit Trans Info Media, Jakarta. Winkasastro,h. 2005. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo. Jakarta. Wulan Sari. 2006. Ragam Metode Kontrasesi. EGC, Jakarta Winkjosastro. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: yayasan bina
pustaka sarwono
prawirohardjo Widyastuti, Y. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta Yani Widyastuti.dkk, 2009. Kesehatan Reproduksi.Penerbit Fitramaya. Yogyakarta
68
69