BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indikator
derajat
kesehatan
masyarakat
ditentukan
oleh
rendahnya angka kematian ibu (AKI). AKI di Indonesia cukup tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia dan Singapura. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan tingginya AKI di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (2013), AKI di provinsi NTB mencapai angka 100 per 100.000 kelahiran hidup dengan kejadian anemia ibu hamil sampai dengan September 2013 mencapai 7,9%. Kematian ibu di Indonesia secara umum disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, penyebab obstetri langsung meliputi perdarahan 28%, preeklampsi/eklampsi 24%, infeksi 11%, sedangkan penyebab tidak langsung yaitu adanya permasalahan nutrisi meliputi anemia pada ibu hamil 40%, kekurangan energi kronis 37%, serta ibu hamil dengan konsumsi energi dibawah kebutuhan minimal 44,2% (Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2004; Departemen Kesehatan Republik Indonesia [Depkes RI], 2010). Anemia dalam kehamilan akan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu baik selama kehamilan, persalinan, maupun nifas, serta pada masa
1
2 laktasi. Anemia akan memberi pengaruh tidak baik pula pada janin yang dikandungnya. Berbagai penyulit yang akan timbul akibat anemia adalah: abortus, partus prematurus, partus lama, perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri, infeksi saat dalam proses persalinan atau pasca persalinan. Anemia akan meningkatkan risiko terjadi kematian ibu 3,7 kali lebih tinggi jika dibandingkan ibu yang tidak anemia (Harnany, 2006). Sebagian besar anemia di Indonesia selama ini dinyatakan sebagai akibat kekurangan besi (Fe) yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga Pemerintah Indonesia mengatasinya dengan mengadakan pemberian suplemen besi untuk ibu hamil, namun hasilnya belum memuaskan. Penduduk Indonesia pada umumnya mengkonsumsi Fe dari sumber nabati yang memiliki daya serap rendah dibanding sumber hewani. Kebutuhan Fe pada janin akan meningkat hingga pada trimester akhir sehingga diperlukan suplemen Fe (Surinati, 2011). Prevalensi kejadian anemia di Lombok mencapai angka 77,01% pada ibu hamil tahun 2002 yakni lebih tinggi dibanding angka secara nasional sebesar 40,1%. Upaya Pemerintah dalam mengurangi angka kejadian anemia pada ibu hamil yaitu melalui pemberian tablet tambah darah yang diberikan sebanyak 90 tablet selama kehamilan (Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2007). Suhardjo (2003) menyatakan di beberapa negara berkembang masih adanya kepercayaan terkait dengan tabu makanan terhadap jenis makanan tertentu bagi ibu hamil maupun ibu nifas. Wanita hamil dan
3 setelah persalinan di Meksiko dilarang makan makanan yang bersifat “dingin”. Di Indonesia wanita hamil dan setelah persalinan dilarang makan makanan yang meliputi telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong, daun lembayung, nanas, serta makanan yang digoreng dengan minyak (Dinkes Pemalang, 2001). Penelitian Harnany (2006) menunjukkan adanya praktek tabu makanan di kota Pekalongan. Sebagian besar ibu hamil mengatakan mulai berpantang makanan setelah kehamilan berusia tujuh bulan, kecuali nanas dan durian justru berpantangnya pada awal kehamilan karena khawatir terjadi abortus, dan dianjurkan makan banyak nanas setelah kehamilan tua agar bayi yang dikandungnya bersih. Alasan tabu cenderung irasional, sebagai contoh cumi harus dihindari karena mempunyai tinta yang berwarna ungu/biru dikhawatirkan anak yang dilahirkan menjadi biru atau hitam. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada bulan Februari, ditemukan bahwa masyarakat Lombok masih memiliki kepercayaan terhadap pantang makanan tertentu selama kehamilan dan setelah persalinan. Adapun makanan yang dilarang untuk dikonsumsi adalah: cumi, udang, ikan, gurita, sambal, nanas, serta mangga. Adanya tabu makanan terhadap jenis makanan tertentu dapat mempengaruhi kebutuhan gizi ibu selama kehamilan. Pemenuhan gizi dengan mikronutrient penting yang tidak adekuat pada ibu hamil seperti protein, asam folat, vitamin C, vitamin A, zinc dan mikronutrient lain dapat
4 menghambat penyerapan zat besi. Penyerapan zat besi yang terganggu akibat kekurangan mikronutrient penting akan meningkatkan kejadian anemia selama kehamilan. Kondisi ini dapat menghambat masa pertumbuhan dan perkembangan janin. Masalah anemia di Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu kabupaten dengan anemia tertinggi di Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan data di atas, maka peneliti perlu melakukan kajian untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari faktor di atas terhadap kejadian anemia di Lombok Barat.
B. Perumusan Masalah Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan hubungan perilaku berpantang makanan dan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah dengan kejadian anemia pada ibu hamil, sehingga rumusan masalah yang penulis ajukan : “Adakah hubungan perilaku berpantang makanan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Gerung?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Mengetahui hubungan perilaku berpantang makanan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Gerung.
5 2. Tujuan Khusus : a. Mengetahui gambaran perilaku makan pada ibu hamil dan jenis makanan yang dipantang. b. Mengetahui faktor predisposisi dengan kejadian anemia pada ibu hamil. c. Mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian anemia.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi di bidang keperawatan maternitas terkait transcultural nursing sehingga dapat mengurangi terjadinya penyulit dalam kehamilan yang diakibatkan oleh anemia. 2. Manfaat Praktis Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : a. Manfaat bagi ibu hamil Hasil penelitian ini dapat mengubah pemahaman ibu terkait kepercayaan berpantang makanan selama masa hamil sehingga terjadi perubahan ke arah perilaku hidup sehat dan menurunkan kejadian anemia pada ibu hamil.
6 b. Manfaat bagi Puskesmas Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan pelayanan dan penanganan ibu hamil dengan anemia, sehingga kejadian anemia pada ibu hamil dapat dicegah dengan pemeriksaan secara dini melalui pengawasan pola konsumsi ibu hamil. c. Manfaat bagi praktek keperawatan Memberikan gambaran perilaku berpantang makanan pada ibu hamil di Lombok sehingga perawat khususnya spesialis maternitas dapat menyusun program nutrisi untuk ibu hamil dengan pendekatan budaya.
E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian
Sarwa
(2003)
dengan
judul
penelitian
“Pengaruh
Intensifikasi Penyuluhan Gizi dalam Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil Terhadap Kepatuhan Mengkonsumsi dan Pencapaian Nilai Hemoglobin Harapan. Penelitian ini dilakukan di Semarang dengan melibatkan 56 responden untuk mengetahui pengaruh intensifikasi penyuluhan gizi dalam pemberian zat besi pada ibu hamil terhadap kepatuhan mengkonsumsi zat besi dan pencapaian Hb harapan. Jenis penelitian ini adalah pre test-post test control group. Hasil pnelitian menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian nilai Hb harapan adalah penyuluhan gizi dan asupan protein. Persamaan dari
7 penelitian ini yaitu untuk menilai kepatuhan mengkonsumsi zat besi pada ibu hamil. Perbedaan dari penelitian ini adalah tujuan dan metode yang digunakan serta sampel yang terlibat dalam penelitian. 2. Penelitian Harnany (2006) dengan judul Pengaruh Tabu Makanan, Tingkat Kecukupan Gizi, Konsumsi Tablet Besi dan Teh Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Kota Pekalongan tahun 2006. Penelitian ini dilakukan di Kota Pekalongan dengan tujuan mengetahui pengaruh tabu makanan, dan beberapa faktor lain, yakni tingkat kecukupan konsumsi zat gizi, konsumsi tablet besi, kebiasaan minum teh terhadap kadar Hb pada ibu hamil. Penelitian ini melibatkan 79 responden dengan menggunakan metode survei, dengan rancangan cross sectional, yang didahului dengan studi kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh responden menjalankan tabu makanan.
Makanan yang dipantang adalah cumi (55,7%), udang
(54,4%), ikan sembilan (51,9%), lele (49,4%), semua jenis ikan laut (11,4%), telur (24,1%), daging kambing (17,7%), nanas (29,1%), durian (32,9%), jantung (30,4%), terong (34,2%), dan gula jawa (1,3%). Lebih dari separuh responden (70,9%) menunjukkan tingkat kecukupan gizi dan vitamin C yang tergolong defisit, tingkat kecukupan protein tergolong kurang (26,6%), lebih dari separuh responden (63,3%) menunjukkan konsumsi tablet besi kurang dari yang dianjurkan, dan lebih dari separuh responden (51,9%) menderita anemia. Persamaan pada penelitian ini yaitu pada variabel penelitian
8 ibu hamil anemia, tabu makanan dan rancangan cross sectional. Perbedaan pada penelitian ini yaitu pada sampel penelitian yang berada di daerah perkotaan. 3. Penelitian Budiyarti (2010) dengan judul penelitian Hubungan Perilaku Berpantang Makanan Selama Masa Nifas dengan Status Gizi Ibu di Banjarmasin. Penelitian ini dilakukan di Banjarmasin dengan melibatkan 108 responden dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku berpantang makanan selama masa nifas dengan status gizi ibu di Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan menunjukkan adanya hubungan bermakna antara tingkat pendidikan, tipe keluarga, pengetahuan ibu, pengetahuan masyarakat dan sikap masyarakat dengan perilaku ibu berpantang makanan selama masa nifas. Persamaan penelitian ini yaitu pada variabel penelitian independent serta metode penelitian yang digunakan. Perbedaan penelitian ini yaitu pada variabel penelitian dependent, tempat serta jumlah sampel yang terlibat. 4. Penelitian Surinati (2011) dengan judul penelitian Perbedaan Berat Badan Lahir dan Berat Plasenta Lahir Pada Ibu Hamil Aterm dengan Anemia Dan Tidak Anemia Di RSUD Wangaya Kota Denpasar. Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar dengan melibatkan 110 responden dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan berat badan lahir dan berat plasenta lahir pada ibu hamil aterm dengan anemia dan
9 tidak anemia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara berat badan lahir pada ibu hamil aterm dengan anemia dan tidak anemia, dimana berat badan lahir lebih rendah pada ibu hamil dengan anemia. Sedangkan berat plasenta pada ibu hamil aterm dengan anemia juga lebih rendah dibandingkan pada ibu hamil aterm tidak anemia. Persamaan penelitian ini yaitu pada sampel penelitian yang melibatkan ibu hamil anemia. Perbedaan penelitian ini adalah pada variable dependent yang diteliti. 5. Penelitian Khairi (2012) dengan judul penelitian Pengambilan Keputusan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Anemia di Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur Provinsi NTB: Studi Grounded Theory. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Lombok Timur dengan melibatkan 25 partisipan dengan tujuan untuk mengembangkan konsep tentang proses pengambilan keputusan pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu hamil anemia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan grounded theory. Hasil
penelitian
ini
yaitu
menemukan
sebuah
konsep
“ketidakberhasilan memutuskan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan”. Persamaan penelitian ini yaitu variabel penelitian ibu hamil anemia. Perbedaan penelitian ini yaitu tujuan dan metode yang digunakan peneliti.