BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menempati peringkat ke-37 negara dengan persentase pernikahan dini yang tinggi di dunia, serta tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Dalam Riset Kesehatan Dasar 2010, sekitar 22.000 perempuan usia 10-14 tahun di Indonesia terikat pernikahan, sementara hasil Survei Demografi dan Kesehatan tahun 2012 menunjukkan 10 persen remaja usia 15-19 tahun sidah pernah melahirkan atau sedang hamil anak pertama.Saat ini jumlah remaja usia 10-24 tahun di Indonesia berjumblah kurang lebih 64 juta jiwa atau 27,6% dari jumlah penduduk Indonesia 237,6 juta jiwa (Sensus Penduduk, 2010). Hasil Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) menunjukkan laju pertumbuhan penduduk Indonesia selama tahun 2000-2010 sebesar 1,49 persen pertahun. Laporan kerja Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2012 menunjukan bahwa salah satu akar masalah dari tingginya laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah pernikahan usia muda. Data pernikahan usia dini, Bappenas (2008) menemukan bahwa 34,5% dari 2.049.000 perkawinan pada tahun 2008 adalah perkawinan anak. Hal serupa di tujunkan oleh Riset Kesehatan Dasar (2010) yang menemukan bahwa pernikahan usia 15-19 tahun mencapai 41,9%. Terdapat pula pernikahan usia 10-14% tahun sebesar 4,8%. Sedangkan jika di kaitkan antara pernikahan dini dengan KDRT, penelitian Plan Indonesia (2011), di 8 kabupaten di Indonesia (indramayu, grobogan, Rembang, Tabanan, Dompu Timor Tengah, sikka, dan Lembata) menemukan bahwa 44% anak 2
perempuan yang menikah di usia dini mengalami KDRT dengan frekwensi tinggi, dan sisanya 56% dalam frekwensi rendah. Dan 33,5% ana usia 13-18 tahun pernah menikah, dan rata rata mereka menikah pada usia 16 tahun. Sumber; (Kurikulum Diklat Teknis Bina Keluarga Remaja (BKR) tahun 2014).
Tingginya pernikahan usia muda tersebut kontradiktif dengan undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan keluarga. Dalam UU tersebut di nyatakan bahwa pembangunan nasional mencakup semua dimensi dan aspek kehidupan termasuk perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur,
serta
mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas dilakukan upaya pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk pada seluruh dimensinya, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, penyiapan dan pengaturan perkawinan serta kehamilan sehingga penduduk menjadi sumber daya manusia yang tangguh bagi pembangunan dan ketahanan nasional, serta mampu bersaing dengan bangsa lain, dan dapat menikmati hasil pembangunan secara adil dan merata. Sejatinya pernikahan usia muda masih tergolong tinggi di indonesia, bahkan hingga saat ini indonesia masih bertahan dengan posisinya menduduki pringkat ke dua di asia tenggara dengan persentase pernikahan usia muda tertinggi. Mengingat UU yang telah berlaku di atas, bagaimana pembangunan keluarga, peningkatan kwalitas keluarga, serta peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga akan terwujud, jika pernikahan usia muda terus terjadi. Sementara kita semua telah memahami banyak kerugian dan resiko dalam pernikahan usia muda, dimana resiko 3
tersebut menyebabkan terganggunya peran dan fungsi keluarga. Dan saya kira hal ini akan berdampak kedalam pembangunan nasional. Setiap wanita beresiko tinggi terkena kanker leher rahim atau serviks tanpa memandang usia maupun gaya hidup. Yayasan Kanker Indonesia (YKI) pun mencatat kasus baru.Sebanyak 40-45 orang per hari terkena kanker.Dengan resiko kematian mencapai separuh lebih. Atau setiap satu jam, seorang wanita meninggal karena mengindap serviks. Kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang tidak hanya mengganggu fisik dan kehidupan seksual saja.Tetapi juga mengganggu psikologis.Pernikahan usia muda merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kanker leher rahim pada wanita. Perempuan yang menikah dibawah umur 20 th beresiko terkena kanker leher rahim. Pada masa transisi (remaja) sel-sel leher rahim belum matang, rawan akan terjadinya infeksi saat berhubungan suami istri. Tidak itu saja, terlalu sering melahirkan, kontrasepsi oral jangka panjang dan kurangnya perawatan kebersihan juga berpeluang terkena serviks. (http://serbamakalah.blogspot.com/2013/02/ketahui-resiko-pernikahan-dini.html
diakses pada tanggal 8 januari 2015). Seperti yang kita pahami masa depan bangsa sangat ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Namun pada kenyataannya masih banyak sekali faktor-faktor yang menghambat tumbuh kembang para penerus bangsa ini, khususnya remaja. Banyak remaja yang terjebak dalam pernikahan usia muda, dimana pada saat itu kondisi mereka yang belum memungkinkan untuk melakukan pernikahan yang di karenakan kesiapan mental emosional, kondisi psikososial, ekonomi, dan fisik atau kesehatan, Akibat belum adanya kesiapan tersebut, akan berdampak ke berbagai resiko dalam kehidupan pasangan suami-istri tersebut.
4
Keluarga merupakan lembaga pertama tempat anak berpijak dan melakukan interaksi sosial. Maka dari pada itu untuk mendukung perkembangan kualitas dan kemajuan anak-anak Indonesia sangat di pengaruhi oleh kesejahteraan keluarga itu sendiri, Pasangan suami istri usia muda dan belum memiliki kematangan usia perkawinan biasanya akan memiliki kesulitan dalam menjalankan peran dan fungsi keluarga sebagaimana mestinnya, jika hal ini terjadi maka anak sebagai generasi penerus bangsa, perkembangannya akan terganggu dan masalah ini akan berdampak pada pembangunan sumber daya manusia
jangka panjang, karena anak adalah
investasi masa depan bangsa. Memang pada dasarnya kedewasaan seseorang tidak dapat di ukur dari seberapa tua usia orang tersebut. Namun bagaimanapun masa remaja adalah masa dimana seseorang mencari identitas diri, masa dari proses perkembangan fisik menuju kematangan. Kondisi kematangan psikologis ibu menjadi hal utama karena sangat berpengaruh terhadap pola asuh anak di kemudian hari. Dari survey awal yang di lakukan peneliti, Kecamatan Sawit Seberang merupakan salah satu kecamatan dengan persentase pernikahan dini yang cukup tinggi.Peneliti sendiri berdomisili di kecamatan sawit seberang sehingga peneliti sudah mengenal baik tentang bagaimana keadaan lingkungan kecamatan sawit seberang, khususnya memahami fenomena-fenomena yang sering terjadi dalam lingkungan pergaulan remaja di lingkungan tersebut. Seperti bagaimana pergaulan Serta memahami kebiasaan yang sering terjadi, seperti fenomena hiburan malam dan lain sebagainya. Terdapat dua malam minggu bagi remaja di sawit seberang, yaitu malam kamis dan malam minggu yang sesungguhnya.Mereka biasa menyebut malam kamis sebagai malam minggu kecil kecilan.Jika kedua malam ini tiba biasanya para remaja 5
memanfaatkan moment tersebut untuk bertemu dengan kekasihnya.Mereka biasa menyebutnya dengan “apel” yang artinya jadwal bertemu dengan kekasih (pacaran).memang, pacaran merupakan hal lumrah yang sering kita dapati pada masa remaja, namun kita harus jelih melihat pacaran yang bagaimana yang dapat di sebut lumrah. Masalah ketidak pantasan ketika sepasang kekasih tanpa ikatan pernikahan mengumbar kemesraan di muka umum, Apalagi usia pasangan kekasih tersebut masih tergolong sangat muda, yaitu masi duduk di bangku SMA bahkan masih duduk di bangku SMP. Sepertinya kontrol dari orang tua mereka juga kurang, dan tak jarang beberapa dari mereka telah mendapatkan izin dari orang tua. Fenomena lain yang sering terjadi dan sudah dianggap bukan kejadian yang anehserta sudah biasa disaksikan oleh masyarakat adalah acara pesta pernikahan yang mempertunjukan pasangan pengantin yang masih berusia muda. Biasanya berusia 18 tahun kebawah, yang mana dalam ilmu psikologi sering di sebut dengan usia masa remaja hingga masa pubertas.bahkan tak jarang pihak mempelai wanita telah hamil duluan,dan tak jarang pula pada saat di sandingkan perut dari pasangan pengantin wanita terlihat jelas bulat besar, yang pada dasarnya masyarakat juga sudah paham hal tersebut mengindikasikan sang mempelai wanita sedang mengandung. Wanita yang belum cukup umur tetapi telah mengandung maka kehamilannya akan beresiko, bukan itu saja menikah di usia muda bagi wanita akan rentan terserang kangker serviks dan ksehatan reproduksi akan terganggu. Yang disayangkan lagi adalah apabila pasangan suami istri masing-masing masih berusia muda. Dimana sang suami masih berusia remaja
kesiapan mental emosional,
maupun ekonomi di kategorikan belum matang. Hal ini nantinya hanya akan menjadi beban bagi orang tua setelah mereka menikah.
6
Sebagai bagian perhatian dari kehidupan sosial, masalah pernikahan usia muda perlu mendapat perhatian kusus untuk di selesaikan. Dimana perhatian tersebut di tujukan dalam hal penelitian yang berjudul faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan usia muda di kelurahan sawit seberangkecamatan sawit seberang kabupaten langkat sumatera utara.
7
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan oleh peneliti di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : “Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan usia muda di Kelurahan Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat?”. 1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah
untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan usia muda di Kelurahan Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat”. 1.3.2 Manfaat penilitian Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
kegunaan
bagi
akademisi, pembuat kebijakan dan masyarakat pada umumya mengenai kajian faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan usia muda.
Secara
spesifik dan terperinci manfaat yang didapatkan oleh berbagai pihak adalah sebagai berikut : 1. Bagi akademisi. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian mengenai pernikahan usia muda. Selain itu penelitian ini dapat menjadi literatur bagi akademisi yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai pernikahan usia muda dan diharapkan berguna dalam
8
rangka pengembangan konsep dan teori yang berkenaan dengan pernikahan usia muda, 2. Bagi pembuat kebijakan. Bagi pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan dan sebagai tolak ukur dalam menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan dini untuk membuat kebijakan yang tepat terkait penekanan jumlah pernikahan dini dalam rangka penanganan jumlah penduduk. 3. Bagi masyarakat Bagi masyarakat khusunya pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor penyebab pernikahan dini serta beberapa kerugian yang terjadi sebagai akibatnya. Sehingga dapat menjadi bahan renungan dalam pengambil keputusan untuk menikah dini.
9
1.4
Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas : BAB I
: PENDAHULUAN Berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA Berisi uraian tentang konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang di teliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi oprasional.
BAB III
: METODE PENELITIAN Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB IV
: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, yang berhubungan dengan masalah objek yang akan di teliti.
BAB V
: ANALISA DATA Berisikan tentang uraian data yang di peroleh dalam penelitian beserta analisisnya.
BAB VI
: PENUTUP Berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian. 10