BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat dipersamakan dengan itu. Dalam perekonomian suatu negara tabungan merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi, maka diperlukan dana yang besar untuk mencapainya. Sumber dana dalam negeri yang digunakan untuk pengerahan modal dalam negeri terdiri dari tabungan nasional (tabungan domestik) yang terdiri dari tabungan masyarakat dan pemerintah. Perlunya tabungan nasional ini dibuktikan dengan adanya savinginvesment gap yang semakin melebar dari tahun ke tahun yang menandakan
bahwa
pertumbuhan
investasi
domestik
melebihi
kemampuan dalam mengakumulasi tabungan nasional. Secara umum, usaha pengerahan modal dari masyarakat dapat berupa pengerahan modal dalam negeri maupun luar negeri. Pengklasifikasian ini didasarkan pada sumber modal yang dapat digunakan dalam pembangunan. Pengerahan modal yang bersumber dari dalam negeri berasal dari 3 sumber utama (Sadono Sukirno 2006), yaitu; pertama, tabungan sukarela masyarakat. Kedua, tabungan pemerintah. Dan ketiga, tabungan paksa (forced saving or involuntary saving). Sedangkan modal yang berasal dari
1
luar negeri yaitu melalui pinjaman resmi pemerintah kepada lembagalembaga keuangan internasional seperti International Monetary Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB), Word Bank, maupun pinjaman resmi bilateral dan multilateral, juga melalui foreign direct investment (FDI). Diantara sumber-sumber pembiayaan dari dalam negeri tabungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang cukup penting untuk membiayai pembangunan, dan diharapkan peranannya akan semakin meningkat dimasa-masa mendatang. Hal ini karena tabungan masyarakat merupakan sumber dana pembangunan strategis, dan selain itu peningkatan tabungan masyarakat secara tidak langsung mencerminkan peningkatan taraf perekonomian serta peningkatan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan nasional. Tabungan masyarakat, pada dasarnya adalah bagian dari pendapatan yang diterima masyarakat yang tidak digunakan untuk konsumsi atau dengan kata lain tabungan masyarakat merupakan selisih antara pendapatan masyarakat dikurangi dengan konsumsi masyarakat. Mengingat pentingnya peranan tabungan masyarakat dalam menopang pembiayaan pembangunan maka ahli-ahli ekonomi pembangunan telah berupaya menemukan dan merumuskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi serta mendorong tingkat tabungan masyarakat. Beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat adalah tingkat perkembangan lembaga keuangan, serta pandangan masyarakat terhadap tabungan itu sendiri. Kemampuan masyarakat menabung ditentukan oleh tingkat pendapatan masyarakat setelah dikurangi pajak serta tingkat pengeluaran konsumsinya. Kemauan
2
untuk menabung juga ditentukan oleh faktor-faktor budaya, sosial, ekonomi, dan politik. Faktor ekonomi, yaitu tingkat balas jasa tabungan atau tingkat suku bunga tabungan juga menjadi faktor penting. Faktorfaktor inilah yang harus diperhatikan dalam mengkaji permasalahan tabungan masyarakat disuatu negara ataupun disuatu daerah. Menurut Keynes, tingkat konsumsi di tentukan oleh besarnya tingkat pendapatan. Ini berarti belanja konsumsi itu merupakan bagian dari pendapatan (Nopirin, 1993). Dimana besarnya keinginan menabung ditunjukkan dengan selisih antara pendapatan dan konsumsi. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1996), tabungan merupakan sebagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi atau tabungan sama dengan pendapatan dikurangi dengan konsumsi. Dalam pembahasan disini, masyarakat di bagi menjadi dua yakni masyarakat elit dan nonelit, untuk lebih jauh akan dibahas mengenai apa yang mempengaruhi masyarakat elit dan nonelit dalam menabung. Menurut Samuelson (1996) bahwa orang kaya lebih banyak menabung dari pada orang miskin tidak hanya dalam jumlah absolutnya saja, tetapi juga dalam presentase dari seluruh pendapatannya. Mereka bahkan membelanjakan uangnya lebih banyak dari pada yang mereka peroleh dari pendapatannya. Perkembangan jumlah tabungan masyarakat di kota Makassar terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di kota Makassar. Peningkatan jumlah tabungan masyarakat kota Makassar yang terus terjadi setiap tahun merupakan titik cerah untuk pengerahan tabungan sebagai modal pembiayaan guna meningkatkan
3
pertumbuhan
ekonomi
Sulawesi
Selatan
khususnya
maupun
pembangunan nasional pada umumnya. Mengingat pentingnya sumbangan masyarakat kota Makassar dalam penghimpunan tabungan di kota Makassar, maka menjadi sangat penting
dan
menarik
untuk
mengetahui
faktor-faktor
apa
yang
mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat elit maupun nonelit di kota Makassar. Hal-hal tersebut diatas menjadi alasan kuat dan dasar dalam penulisan skripsi dengan judul : Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat elit dan nonelit di kota makassar.
1.2. Rumusan masalah “Apakah faktor konsumsi, pendapatan, jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga, dan lokasi tempat tinggal, tingkat pendidikan, pendapatan bunga
berpengaruh signifikan terhadap
tingkat tabungan masyarakat, baik yang elit maupun nonelit di kota Makassar”.
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat elit maupun nonelit di kota Makassar.
4
1.3.2. Kegunaan Penelitian 1.
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat tentang hal-hal yang berhubungan dengan tingkat tabungan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.
Sebagai bahan pertimbangan, pembanding, serta bahan pustaka bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
1.4. Sistematika Penulisan Untuk lebih mengarahkan penelitian ini, maka penelitian ini dibagi menjadi sebagai berikut:
Bab I
: Pendahuluan Merupakan bab yang berisi uraian latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II
: Tinjauan Pustaka Merupakan yang berisi uraian secara ringkas teori-teori yang menjelaskan tentang permasalahan yang akan diteliti. Dalam hal ini permasalahan yang diuraikan yaitu tinjauan umum tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan.
5
Bab III
: Metode Penelitian Merupakan bab yang berisi penjelasan secara rinci mengenai semua unsur metode dalam penelitian ini, yaitu penjelasan mengenai lokasi penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, model analisis data serta batasan variabel.
Bab IV
: Pembahasan dan Hasil Penelitian Merupakan bab yang berisi pembahasan dari hasil penelitian, berupa
kondisi
wilayah
dan penduduk,
perkembangan
tabungan di kota Makassar, hasil empiris, serta pengujian hipotesis dan pembahasan.
Bab V
: Penutup Bab ini berisi kesimpulan dari hasil pembahasan,dan saran yang dapat disampaikan dalam penulisan skripsi ini.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tabungan Menurut Undang- undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang pokok-pokok perbankan dijelaskan sebagai berikut :
Tabungan adalah
simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan / atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi atau sama dengan jumlah pendapatan yang dikurangi dengan jumlah konsumsi, menurut Paul A. Samuelson & William D. Nordhaus (1997). Tabungan diartikan sebagai kemampuan dan kesediaan menahan nafsu konsumsi selama beberapa waktu agar di masa depan terbuka kemungkinan konsumsi yang lebih memuaskan, menurut Prof. Sumitro Djojohadikusumo (Kasmir, 2002). Tabungan adalah bagian pendapatan dari seseorang (tabungan pribadi), sebuah perusahaan atau lembaga (laba ditahan) yang tidak dibelanjakan atau dikeluarkan untuk dikonsumsi sekarang, menurut Christopher Pass & Bryan Lowes (1994).
7
Tabungan
adalah
bagian
pendapatan
yang
diterima
masyarakat yang secara sukarela tidak digunakan untuk konsumsi. Masyarakat menggunakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi tersebut untuk beberapa tujuan : disimpan saja tanpa digunakan, disimpan atau ditabung pada lembaga-lembaga keuangan, dipinjamkan kepada anggota masyarakat lainnya, serta digunakan untuk penanaman modal yang produktif ; menurut Sadono Sukirno (2000).
Dalam mempersoalkan masalah tabungan masyarakat, perlulah dibedakan pada dua pengertian berikut :
Kesanggupan menabung (ability to save) adalah kemampuan suatu masyarakat untuk mengerahkan tabungan dalam negeri. Hal ini terutama tergantung kepada seperti yang dijelaskan diatas, tingkat pendapatan perkapita dan lain-lain. Dengan demikian kesanggupan menabung disebut juga sebagai tingkat tabungan potensil. Kemauan menabung (willingness to save) adalah besarnya tabungan yang sebenarnya diciptakan oleh suatu masyarakat, dengan demikian kemauan untuk menabung merupakan tingkat tabungan rill dari suatu masyarakat. Kemauan untuk menabung ditentukan oleh tingkat perkembangan lembaga keuangan yang ada atau tingkat bungan yang dibayar oleh lembaga keuangan atas tabungan yang dilakukan oleh masyarakat. (Sadono Sukirno, 1985).
8
Berdasarkan kepada sumber dana yang dapat digunakan untuk pembangunan, maka jenis atau jumlah tabungan yang tersedia di suatu negara secara sederhana adalah Tabungan Domestik dan Tabungan Asing/Luar Negeri. Tabungan pemerintah terutama sekali terdiri dari tabungan anggaran yang diperoleh dari kelebihan penerimaan pemerintah atas konsumsinya, dimana konsumsi pemerintah didefenisikan sebagai semua pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang ditambah semua aliran modal keluar misalnya untuk pembelian peralatan-peralatan militer, pengeluaran-pengeluaran untuk subsidi, gaji pegawai negeri dan angkatan bersenjata, dan perbaikan jalan-jalan dan pembuatan jembatan serta cicilan hutang plus bunga. Selain itu, di beberapa negara, tabungan perusahaan-perusahaan milik pemerintah juga mempunyai kontribusi terhadap tabungan pemerintah. Tabungan swasta juga diperoleh dari dua sumber yakni tabungan
perusahaan
dan
tabungan
rumah
tangga.
Tabungan
perusahaan didefenisikan sebagai laba yang ditahan oleh perusahaanperusahaan (pendapatan perusahaan setelah pajak dikurangi dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham). Tabungan rumah tangga adalah bagian dari pendapatan rumah tangga yang tidak dibelanjakan. Tabungan swasta terdiri atas dua tabungan, yaitu tabungan perusahaan (corporate saving) dan tabungan rumah tangga (household saving). Di negara-negara berkembang, tabungan swasta domestik mempunyai peranan yang besar dalam mendukung pembentukan modal,
9
dimana komponen utamanya berasal dari tabungan rumah tangga, selain dari tabungan perusahaan. Tabungan perusahaan pada umumnya mempunyai peranan lebih kecil di negara berkembang dibandingkan tabungan rumah tangga. Hal ini karena di negara berkembang tersebut mempunyai hambatan seperti pasar modal yang belum berkembang ditambah hukum yang lemah sehingga tidak kondusif untuk dunia usaha (Gillin,1987) Jenis tabungan yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah tabungan domestik dan lebih khusus lagi tentang tabungan masyarakat elit dan nonelit.
2.2. Pengaruh Konsumsi Terhadap Tabungan Konsumsi adalah barang atau jasa yang dibeli oleh rumah tangga konsumsi terdiri dari barang tidak tahan lama (Non Durable Goods) adalah barang yang habis dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian. Kedua adalah barang tahan lama (Durable Goods) adalah barang yang memiliki usia panjang seperti mobil, televisi, alat-alat elektronik, ponsel hdan lainnya. Ketiga, jasa (services) meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu dan perusahaan seperti potong rambut dan berobat ke dokter (Mankiw, 2000). Konsumsi adalah bagian dari pendapatan yang dibelanjakan untuk pembelian barang-barang dan jasa-jasa guna mendapatkan kepuasan dan memenuhi kebutuhan. (Deliarnov,1995)
10
Konsumsi adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan ataupun memenuhi kebutuhannya. (Samuelson & Nordhaus, 1997). Konsumsi
terbagi
2, yakni
konsumsi rutin dan konsumsi
sementara. Konsumsi rutin adalah pengeluaran untuk pembelian barangbarang dan jasa yang secara terus menerus dikeluarkan selama beberapa tahun. Konsumsi sementara adalah setiap tambahan yang tidak terduga terhadap konsumsi rutin. (Diulio, 1993). Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhannya dalam satu tahun tertentu. Pendapatan yang diterima oleh rumah tangga akan
digunakan
untuk
membeli
makanan,
pakaian,
biaya
jasa
pengangkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya (Sukirno, 1996). Keputusan konsumsi rumah tangga dipengaruhi keseluruhan perilaku baik jangka panjang maupun jangka pendek. Keputusan konsumsi rumah tangga untuk jangka panjang adalah penting karena peranannya dalam pertumbuhan ekonomi. Sedangkan untuk analisa jangka pendek peranannya penting dalam menentukan permintaan aggregate. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, namun pertambahan konsumsi yang terjadi, lebih rendah dari pada pertambahan pendapatan yang berlaku. Akan tetapi, pada tingkat pendapatan yang sangat rendah, bisa saja seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi sehingga
11
tabungan adalah nol. Bahkan terpaksa konsumsi dibiayai dari kekayaan atau pendapatan masa lalu. Kondisi ini disebut dissaving atau mengorek tabungan.
2.3. Pengaruh Pendapatan Terhadap Tabungan Menurut Samuelson (1996) bahwa orang kaya lebih banyak menabung daripada orang miskin tidak hanya dalam jumlah absolutnya saja, tetapi juga dalam presentase dari seluruh pendapatannya. Orang yang terlalu miskin jelas tidak akan mampu menabung sama sekali. Mereka
bahkan membelanjakan uangnya lebih banyak daripada yang
mereka peroleh dari pendapatannya. Kekurangannya akan tertutupi dari hutang atau mengambil tabungan yang telah ada sebelumnya. Dari pendapat Samuelson ini dapat dikatakan bahwa tingkat tabungan juga dipengaruhi oleh distribusi pendapatan, karena makin kurang orang miskin maka jumlah orang yang akan menabung akan semakin banyak. Konsep tabungan selanjutnya menurut Duesemberry, yaitu pendapatan relatiflah yang menentukan konsumsi suatu negara (Ackley Gardner, 1991). Dengan turunnya pendapatan maka mereka berusaha melakukan pengeluaran konsumsi yang sedikit mungkin apabila selama periode kepulihan (recovery) berikutnya, pendapatan akan naik ke arah yang sama dengan tingkat yang tertinggi yang pernah dicapainya dalam periode terdahulu, maka gerak naiknya konsumsi pun berlangsung
12
perlahan-lahan dan kenaikan itu sebagian besar digunakan untuk kepulihan tingkat tabungan. Konsep tabungan selanjutnya menurut Keynes yaitu bahwa tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga tergantung besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga itu. Makin besar jumlah pendapatan rumah tangga, maka tingkat tabungan rumah tangga akan makin besar. Dari hubungan pendapatan dan tingkat konsumsi maka Keynes mengemukakan suatu hukum yang dikenal dengan “Psycohological law of Consumption”, yang hukum ini dikenal dengan membahas tingkah laku masyarakat mengenai
konsumsi
bila mana dihubungkan dengan
pendapatan. Hukum ini menyatakan bahwa : 1) Bilamana pendapatan naik, konsumsi pun naik tetapi tidak sebanyak atau sebanding dengan kenaikan pendapatan. 2) Setiap kenaikan pendapatan digunakan untuk konsumsi
dan
tabungan.3)
Setiap
kenaikan
pendapatan
jarang
menurunkan konsumsi dan tabungan. Menurut Keynes, tingkat konsumsi ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan. Ini berarti belanja konsumsi itu merupakan bagian dari pendapatan (Nopirin, 1993). Bagian pendapatan yang tidak dikonsumsikan itu akan turun bila pendapatan turun. Konsep ini disebut “fungsi konsumsi” yang berarti bahwa setiap tingkat pendapatan masyarakat akan cenderung untuk membelanjakan bagian tetap tertentu dari pendapatan atas konsumsi tersebut. Dimana besarnya keinginan menabung ditunjukkan dengan selisih antara pendapatan dan konsumsi
13
(S = Y – C). Ini berarti bahwa tabungan merupakan fungsi dari pendapatan, besarnya tabungan masyarakat secara grafis ditentukan oleh kurva “Marginal Propensity to Save (MPS)”.
2.4. Pengaruh Jenis Pekerjaan Terhadap Tabungan Dalam
melakukan
suatu
pekerjaan
atau
aktivitas
sangat
membutuhkan energi atau tenaga, energi tersebut berasal dari makanan yang dikonsumsi. Energi dalam jumlah besar terutama diperlukan untuk kerja otot. Misalnya orang yang bekerja dengan mengandalkan kekuatan otot. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin sedikit kepala keluarga yang bekerja pada kelompok pekerjaan yang tidak terampil atau dengan kata lain pendidikan berbanding terbalik dengan kelompok jenis pekerjaan yang tidak terlalu memerlukan keterampilan. Sedangkan untuk kelompok jenis pekerjaan terampil terlihat bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin banyak kepala keluarga yang bekerja pada kelompok jenis pekerjaan ini atau dengan kata lain pendidikan berbanding lurus dengan kelompok jenis pekerjaan yang membutuhkan keterampilan. (Akmal,2003) Rahmatia
(2004)
menjelaskan
bahwa
jenis
pekerjaan
mempengaruhi tingkat konsumsi individu. Jenis pekerjaan yang jauh dari rumah akan berpengaruh positif terhadap konsumsi diluar seseorang. Sebaliknya makin dekat tempat kerja dengan rumah maka akan berpengaruh negatif terhadap konsumsi rumah tangga. Artinya, semakin jauh seseorang dari rumah untuk bekerja maka jumlah pengeluarannya
14
untuk konsumsi diluar rumah akan semakin besar. Demikian sebaliknya, semakin dekat orang dari rumah untuk bekerja maka pengeluaran untuk konsumsi akan semakin kecil. Apabila pengeluaran konsumsi semakin besar maka bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi akan semakin berkurang, atau jumlah tabungan semakin berkurang.
2.5.
Pengaruh
Jumlah
Anggota
Keluarga
Terhadap
Tabungan Variabel rumah tangga selanjutnya yang berpengaruh terhadap tingkat tabungan rumah tangga adalah Jumlah Anggota Keluarga. Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik berada di rumah pada saat pencacahan maupun sementara tidak ada. Anggota rumah tangga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan pindah atau akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap anggota rumah tangga. Orang yang telah tinggal di suatu rumah tangga 6 bulan atau lebih, atau yang telah tinggal di suatu rumah tangga kurang dari 6 bulan tetapi berniatmenetap di rumah tangga tersebut, dianggap sebagai anggota rumah tangga (BPS, 2004).
Hasil Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 1990 membuktikan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga semakin besar proporsi pengeluaran untuk makanan daripada non pangan. Ini berarti semakin
15
kecil jumlah anggota keluarga semakin kecil pula bagian pendapatan untuk kebutuhan makanan (Sumarwan,1993). Sebaliknya keluarga akan mengalokasikan sisa pendapatanya untuk konsumsi bukan makanan.
Tingkat pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga terhadap barang dan jasa dipengaruhi langsung oleh banyaknya anggota keluarga atau orang yang ditanggung oleh kepala rumah tangga. Semakin tinggi Jumlah Anggota Keluarga maka tingkat konsumsi akan semakin besar, dan jumlah tabungan atau selisih pendapatan dan konsumsi akan berkurang.
2.6. Pengaruh Lokasi Elit dan Non Elit Terhadap Tabungan Menurut
Undang-Undang
No.
4
Tahun
1992
Tentang
Perumahan dan Permukiman di Indonesia : Rumah Adalah merupakan
tempat
awal
pengembangan
kehidupan dan penghidupan keluarga dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur dan indah serta mempunyai fungsi penting terhadap kesejahteraan dan pertumbuhan serta perkembangan anggota keluarga. Perumahan adalah sekelompok/ sekumpulan rumah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana umum tertentu. Tempat Tinggal adalah suatu bangunan, tempat seseorang/ beberapa orang tinggal secara menetap dalam jangka waktu tertentu, di suatu tempat tertentu.
16
Domisili adalah lokasi/ alamat tempat tinggal/ rumah seseorang/ sekelompok orang yang berada di dalam suatu lokasi/ daerah tertentu. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan bagi masyarakat tertentu. Menurut Bintarto (1983), kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen dan kehidupan materealistis. Kota juga dapat diartikan sebagai sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsuralami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materealistis dibandingkan dengan daerah belakangnya. Menurut Ernes W. Burgess dalam Hadi Sabari Yunus (2004) mengemukakan teori memusat atau konsentris yang menyatakan bahwa daerah perkotaan dapat dibagi dalam enam zona, yaitu ; Zona pusat daerah kegiatan (Central Business District), yang merupakan pusat pertokoan besar, gedung perkantoran yang bertingkat, bank, museum, hotel restoran dan sebagainya. Zona peralihan, merupakan daerah kegiatan. Penduduk zona ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun sosial ekonomi.
17
Daerah ini sering ditemui kawasan permukiman kumuh yang disebut slum karena zona ini dihuni penduduk miskin. Namun demikian sebenarnya zona
ini
merupakan
zona
pengembangan
industri
sekaligus
menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di luarnya. Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. Zona
permukiman
kelas
menengah
(residential
zone),
merupakan kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan kelas proletar. Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian penduduk merupakan kaum eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi. Zona penglaju (commuters), merupakan daerah yang yang memasuki daerah belakang (hinterland) atau merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran. Masalah perumahan tidak sekedar tempat tinggal atau tempat tidur tetapi sudah saling kait mengkait dengan sarana dan prasarana seperti tempat kerja, pasar, sekolah, transportasi dan lain-lain. Padahal
18
dalam sejarah kota dikenal adanya perkampungan atau permukiman kaum elit. Perkampungan kaum berpenghasilan rendah dari penduduk asli kota yang bersangkutan (Marbun, 1994). Perkembangan kemajuan pembangunan perumahan di kotakota Indonesia, bagi penduduk kelompok bawah seperti penduduk asli dan pendatang, tumbuh agak liar dan tanpa rencana, bahkan sekitar 80% dari kelompok perumahan ini tidak mempunyai IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta tidak mengikutu pola tata kota secara konsekuen sampai saat ini pun ruang kota dan perumahan yang teratur berikut sarana dan prasarana yang mencukupi, baru dinikmati oleh segelintir kecil warga kota yang terdiri warga elit (pegawai negeri pejabat pemerintahan) orang kaya dan orang asing (yang menyewa rumah-rumah mewah). Ini berarti hampir 60% tanah atau tapak permanen kota didiami hanya sekitar 20% warga diatas ini, sementara 80% warga kota mendiami sekitar 20% tapak perumahan atau yang disebut perkampungan kumuh/slum atau tinggal di gang-gang kecil yang sempit dan sumpek (Marbun,1994). Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu yaitu golongan Elite dan golongan Non Elite. Menurut dia pangkal dari pada perbedaan itu karena ada orangorang yang memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas yang berbeda-beda. Pengertian Kawasan Elit dan Non Elit (Rahmatia, 2004). Kawasan Elit Kota Lama(kategori Sampel 1) adalah pengelompokan (kategori) daerah/kawasan domisili rumah tangga (responden) dengan
19
indikator adalah terletak di kawasan pusat kota (lama) yang termasuk dalam radius jangkauan pusat kegiatan pertokoan (bisnis), perkantoran dan jalan utama (poros) serta memiliki pendapatan rumah tangga (tetap/utama) rata-rata di atas Rp 3 juta per bulan. Kawasan Non-elit Kota Lama (kategori Sampel 2) adalah pengelompokan (kategori) daerah/kawasan domisili
rumah
tangga
(responden) dengan indikator adalah terletak di kawasan pusat kota (lama) yang termasuk dalam lingkungan pemukiman bagian dalam (Lorong),
relatif
tidak
beraturan
dengan
kepadatan
tinggi
dan
sarana/prasarana publik terbatas serta memiliki pendapatan rumah tangga (tetap/utama) rata-rata di bawah Rp 3 juta per bulan. Kawasan Elit Kota Baru/Pengembangan (kategori Sampel 3) adalah pengelompokan (kategori) daerah/kawasan domisili rumah tangga
(responden) dengan indikator adalah terletak di kawasan kota
baru (pengembangan kota) termasuk pada kawasan perumahan dalam radius jangkauan pusat kegiatan pertokoan (bisnis), perkantoran dan jalan utama (poros) serta memiliki pendapatan rumah tangga (tetap/utama) rata-rata di atas Rp 3 juta per bulan dengan memiliki kondisi rumah Tipe 70 atau dengan nilai (taksiran responden) rumah (bangunan dan tanah) di atas rata-rata harga Rp. 50 juta. Kawasan Non-elit Kota Baru/Pengembangan (Kategori Sampel 4) adalah pengelompokan (kategori) daerah/kawasan domisili rumah tangga (responden) dengan indikator adalah terletak di kawasan kota baru
(pengembangan
kota) yang
termasuk
pada
kawasan
20
perumahan (penduduk) padat dengan sarana/prasarana publik terbatas (fasilitas jalan kurang/lorong) serta memiliki pendapatan rumah tangga (tetap/utama) rata-rata di bawah Rp 3 juta per bulan.
2.7. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Tabungan Variabel pendidikan sebagai Human capital merupakan salah satu variabel lingkungan yang diharapkan akan memberikan efek terhadap jumlah
tabungan.
Variabel
pendidikan
ini
akan
mempengaruhi
produktifitas dari faktor produksi dengan mempengaruhi efisiensi relatif dari faktor produksi dan kemudian akan merubah real income suatu induvidu. Rumah tangga yang pada akhirnya memberi suatu efek pendapatan dan efek subtitusi. (Rahmatia, 2004). Michael (1972,1973) dan Becker (1993) secara teoritis telah memperlihatkan efek pendidikan (scholling) terhadap produktifitas suatu rumah tangga. Meningkatnya produktifitas dalam suatu rumah tangga menurunkan shadow price dari semua aktifitas sehingga berarti meningkatkan pula pendapatan riil rumah tangga. Meskipun tidak diinginkan terjadi pengaruh yang sama untuk semua aktifitas agar dapat memberi suatu efek terhadap harga relatif. Kemudian hal ini tentu dapat memberikan suatu efek perbedaan produktifitas atas penggunaan input barang dan waktu. Becker (1993) mendefenisikan bahwa human capital sebagai hasil dari keterampilan, pengetahuan, dan pelatihan yang dimiliki seseorang, termasuk akumulasi investasi meliputi aktivitas pendidikan, job training,
21
dan migrasi. Lebih jauh, Echrenberg dan Smith (1994), melihat bahwa pekerja dengan sepatuh waktu akan memperoleh lebih sedikit human capital. Hal ini disebabkan karena sedikit jam kerja dan pengalaman kerja. Kemudian
ditambahkan
oleh
Jacobsen
(1998)
bahwa
dengan
meningkatnya pengalaman kerja akan meningkatkan penerimaan dimasa akan datang (Rahmatia, 2004).
2.8. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Tabungan Ketertarikan masyarakat untuk menabung didorong pula oleh besarnya tingkat suku bunga bank. Tingkat suku bunga merupakan salah satu sasaran kebijaksanaan moneter yang berpengaruh besar, dimana jika penentu tingkat suku bunga yang tidak cermat maka akan menghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dipihak lain juga dapat mempengaruhi mobilisasi dana perbankan sehingga dapat menimbulkan kesenjangan antara tabungan dan investasi. Menurut kaum klasik, suku bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang akan dilakukan oleh perekonomian, yang menyebabkan tabungan tercipta pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari suku bunga, dengan
hubungan
positif. Salah
satu
tokoh
kaum
klasik
yang
mengembangkan teori ini adalah Wicksell, yang menyatakan bahwa tingginya minat masyarakat untuk menabung dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat bunga.
Makin tinggi suku bunga, makin tinggi pula
22
keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya pada suku bunga lebih tinggi, masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan. (Anwar Nasution, 1991). Menurut klasik adanya tabungan masyarakat tidaklah berarti dana hilang dari peredaran tetapi dipinjamkan atau dipakai oleh para pengusaha untuk membiayai investasi. Penabung mendapatkan bunga atas tabungannya, sedang pengusaha bersedia membayar bunga tersebut selama harapan keuntungan yang diperoleh dari investasi lebih besar dari bunga tersebut. Adanya kesamaan antara tabungan dengan investasi adalah sebagai akibat bekerjanya mekanisme suku bunga. Suku bunga akan berfluktuasi sehingga keinginan masyarakat menabung akan sama dengan keinginan investasi oleh pengusaha. Maka dapat disimpulkan dalam teori Klasik bahwa suku bunga merupakan penentu utama untuk mempengaruhi perkembangan investasi maupun tabungan. Apabila tabungan akan ditingkatkan maka suku bunga harus dinaikkan atau investasi ingin dinaikkan maka suku bunga harus diturunkan. Dalam teori Leonable Funds, tingkat suku bunga ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran akan Leonable Funds (Anwar Nasution, 1991). Teori ini merupakan cabang dari teori ekonomi klasik. Komponen penawaran Lonable Funds terdiri atas tabungan nasional, surplus pembayaran luar negeri, serta tambahan kredit dalam negeri otoritas moneter. Permintaan akan Lonable Funds terdiri atas permintaan masyarakat untuk keperluan investasi maupun untuk menahan uang
23
tunai. Dengan demikian semakin besar tambahan kredit dalam negeri otoritas moneter serta surplus neraca pembayaran luar negeri, semakin besar tambahan Lonable Funds sehingga dapat menurunkan tingkat suku bunga. Pendapat klasik tentang hubungan yang positif dan signifikan antara tabungan dan tingkat bunga ini diragukan oleh ahli ekonomi setelah klasik. Menurut kaum klasik, apabila seseorang menabung untuk mendapatkan sejumlah pendapatan pada waktu yang akan datang, dengan tingkat bunga yang tinggi maka tabungan saat ini dapat dikurangi dan tetap memperoleh pendapatan yang tinggi pada waktu yang akan datang. Tingkat bunga yang tinggi akan menghasilkan penerimaan yang tinggi sehingga jumlah konsumsi menjadi lebih tinggi. Apabila masyarakat mengutamakan pendapatan yang akan diterima dari tabungan, dengan naiknya
tingkat
bunga
maka
akan
mengurangi
tabungan
dan
meningkatkan konsumsi. Teori Keynes tentang suku bunga bahwa suku bunga ditentukan interaksi antara sektor rill dan sektor moneter. Teori Keynes membedakan permintaan akan uang menurut motivasi masyarakat untuk menahannya. Keynes membagi tiga motivasi masyarakat menahan uang yaitu untuk keperluan transaksi, berjaga-jaga, dan untuk keperluan spekulasi. Selanjutnya Keynes mengemukakan bahwa perekonomian belum mencapai full employment. Oleh karena itu produksi masih dapat ditingkatkan tanpa mengubah tingkat upah maupun tingkat harga-harga. Dengan demikian setidaknya untuk jangka pendek, kebijaksanaan moneter dalam teori Keynes berperan dalam meningkatkan produksi
24
nasional. Setelah perekonomian berada dalam keadaan full employment barulah kebijaksanaan moneter tidak dapat berperan untuk meningkatkan Produksi Nasional (Anwar Nasution, 1991). Keynes menganjurkan untuk meningkatkan tingkat suku bunga serendah mungkin agar dapat merangsang peningkatan investasi. Pada gilirannya, peningkatan investasi dapat meningkatkan produksi nasional dan menciptakan lapangan kerja. Kelemahan pokok dari semua teori ini adalah bahwa tidak satupun diantaranya yang dapat memberikan petunjuk seberapa besar tingkat suku bunga yang paling optimal (Anwar Nasution, 1991). Jadi secara umum tabungan itu selain dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, juga ditentukan oleh tingkat bunga. Sama seperi yang dikemukakan oleh J. Hicks bahwa tabungan ditentukan oleh pendapatan dan tingkat suku bunga. Sementara tingkat suku bunga itu sendiri terbagi atas dua yaitu : (1) tingkat bunga nominal, yang merupakan tingkat bunga yang berlaku menurut kekuatan penawaran dan permintaan uang atau yang ditentukan oleh pemerintah suatu negara atau daerah untuk diberlakukan secara umum dalam masyarakat, dan (2) tingkat suku bunga rill, yang merupakan selisih antara tingkat bunga nominal dan tingkat inflasi dalam suatu negara atau daerah. Konsep tabungan menurut John R. Hicks merupakan gabungan antara Keynes dan Klasik yaitu besar kecilnya tabungan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat suku bunga dan besar kecilnya pendapatan atau S = f (Y,I). Jadi semakin tinggi tingkat suku bunga masyarakat cenderung menabung sehingga jumlah tabungan lebih besar. Sebaliknya bila tingkat
25
suku bunga rendah, masyarakat mengurangi tabungan di bank, dan bahkan mereka maninjau kredit dari bank untuk menanam investasi atau usaha produktif lainnya.
2.9. Kerangka Konsepsional Menabung adalah salah satu kegiatan yang penting untuk dilakukan
setiap
orang,
karena
hasil
tabungan
tersebut
dapat
dimanfaatkan untuk menanggulangi berbagai kebutuhan mendesak. Tabungan yang dilakukan oleh perseorangan tidak hanya bermanfaaat bagi penabung, tetapi juga bermanfaat bagi negara dan masyarakat, karena tabungan tersebut dapat dijadikan modal usaha dan investasi pinjaman oleh orang lain.
Dalam
penulisan
ini
variabel-variabel
yang
mempengaruhi
tabungan masyarakat elit dan nonelit yang digunakan adalah pendapatan, jenis pekerjaan, tingkat suku bunga, jumlah anggota keluarga, dan lokasi tempat tinggal karena faktor-faktor ini merupakan faktor yang diyakini penulis selalu berpengaruh terhadap peningkatan tabungan masyarakat.
26
Gambar 1 Kerangka Konsepsional
Konsumsi Pendapatan Jenis Pekerjaan Jumlah Anggota Keluarga
TABUNGAN
Lokasi Tempat Tinggal Elit dan Non Elit Tingkat Pendidikan Pendapatan Bunga
27
2.10. Studi Empiris
Saleh (2003) membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat di Kabupaten Bone. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa variabel jumlah anggota keluarga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tabungan masyarakat.
Rahmatia (2004) mengamati pola konsumsi wanita pekerja Sulsel pada umumnya dan Kota Makassar pada khususnya memperoleh hasil bahwa pola konsumsi wanita pekerja SULSEL pada umumnya adalah barang kebutuhan pokok baik barang kebutuhan sehari-hari maupun barang tahan lama yang seharusnya barang Lux.
Djamil (2005) membahas tentang pengaruh pendapatan dan tingkat suku bunga terhadap tabungan masyarakat di kota makassar. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa ternyata variabel pendapatan dan tingkat suku bunga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perubahan jumlah tabungan.
Mitha (2008) membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah tabungan makassar di Makassar periode 1988-2007. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa tingkat suku bunga, PDRB, dan inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap peningkatan jumlah tabungan masyarakat di kota Makassar.
28
2.11. Hipotesa Sehubungan dengan permasalahan diatas maka hipotesa atau jawaban sementara terhadap objek yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah :
Diduga bahwa pendapatan, tingkat suku bunga, tingkat pendidikan, dan lokasi tempat tinggal berpengaruh positif dan signifikan terhadap tabungan masyarakat elit dan nonelit di kota Makassar. Diduga bahwa jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga, dan tingkat konsumsi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tabungan masyarakat elit dan nonelit di kota Makassar.
29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di kota Makassar
3.2. Jenis dan Sumber Data Data Primer Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner pada masyarakat yang bertempat tinggal di kota Makassar. Penarikan sampel dengan model penentuan sampel Sloving dan diperoleh sebanyak 100 responden. Dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental Sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti dan dianggap cocok sebagai sumber data yang akan menjadi sampel penelitian (Sugiono,2001). Penentuan jumlah sampel Berdasarkan pada rumus sloving sebagai berikut:
30
n= N/1+Ne2 Dimana: 1= konstanta n = ukuran sampel N = Ukuran Populasi e2= kelonggaran atau ketidaktelitian karena kesalahan pengubah sampel yang dapat ditolerir yakni 1% dengan tingkat kepercayaan 99% .
=
1.272.349 1 + 1.272.349 (0,01) =99,9921
3.3. Metode Pengumpulan Data Dalam penulisan ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu: Studi kepustakaan (Library Research), yaitu teknik pengumpulan data dari berbagai literature guna memperoleh peralatan dasar teori-teori seperti buku-buku, jurnal-jurnal, serta bacaan lain yang relevan dengan masalah yang diteliti. Studi Lapangan Objek (Field Research), yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti dengan penelitian lapangan maksudnya
adalah
melakukan
penelitian
dan
pencatatan
melalui
31
wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3.4. Model Analisis Tabungan masyarakat merupakan fungsi dari pendapatan dan tingkat bunga yang dinyatakan sebagai berikut : S = f (K, PD, JP, JAK,LOK, TP, i)......................................................
(1)
Atau dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi Cobb-Douglas sebagai berikut : S = α0 Kβ1 Pdβ2 JAKβ4 TPβ6 iβ7 e(β3JP+β5LOK+µ) ...........................
(1a)
Dimana : S
= Tabungan
K
= Konsumsi
PD
= Pendapatan
JP
= Jenis Pekerjaan
JAK
= Jumlah Anggota Keluarga
LOK
= Lokasi Tempat Tinggal
TP
= Tingkat Pendidikan
i
= Pendapatan Bunga
α0
= Konstanta
β1-β7 = Parameter yang akan diestimasi e
= Bilangan eksponensial
µ
= Error term
32
Berdasarkan
fungsi
persamaan
(1a)
diatas
maka
akan
dikembangkan kedalam bentuk regresi berganda dan linear (Ordinary Least Squere) dengan mentransferkan persamaan (1a) dalam bentuk ln (logaritma natural) guna menghitung nilai elastisitas dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, maka diperoleh persamaan estimasi sebagai berikut :
In S = β 0 - β1In K + β2In PD - β3JP - β4 In JAK + β5LOK + β6ln TP + β7ln i + µ ....(2)
Persamaan (2) diatas inilah yang akan diregresi dengan OLS (Ordinary Least Square). Dimana β0 = In α0 dan β1 sampai dengan β6 adalah elastis, sedangkan β7 dapat dijadikan elastisitas yaitu β7 (rata-rata tingkat bunga sampel/rata-rata tabungan sampel). Untuk
mengetahui
tingkat
signifikansi
dari
masing-masing
koefisien regresi variabel bebas terhadap variabel terikat maka akan digunakan uji statistik sebagai berikut :
1. Uji statistik t Untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel bebas secara mandiri terhadap variabel terikat dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%.
33
2. Uji statistik F Untuk mengetahui tingkat signifikansi antara variabel-variabel terikat
secara
menyeluruh
terhadap
variabel
bebas
dengan
menggunakan tingkat signifikansi 5%. 3. Uji statistik R dan R2 Nilai pangkat dua dari R disebut koefisien yang akan menunjukkan presentase dari variabel terikat dapat dijelaskan oleh semua variabel bebas yang digunakan dalam model.
3.5. Batasan Variabel Agar supaya tidak menimbulkan pemahaman yang saling berbeda terhadap variabel-variabel yang dipergunakan dalam pnelitian ini, maka penulis memberikan batasan pengertian variabel sebagai berikut : 1. Tabungan (S) adalah bagian dari pendapatan yang diterima masyarakat secara sukarela tidak digunakan untuk konsumsi tetapi disimpan
atau
ditabung
pada
lembaga-lembaga
keuangan.
(Rp/bulan) 2. Tingkat Konsumsi (K) adalah jumlah pengeluaran konsumsi rumah tangga responden, terdiri dari kebutuhan makanan dan pakaian (Rp/bulan).
34
3. Pendapatan (PD) adalah pendapatan keluarga yang diperoleh dari pekerjaan utama (Rp/bulan). 4. Jenis Pekerjaan (JP) adalah terdiri dari berpendapatan tetap dan tidak tetap. 5. Jumlah Anggota Keluarga (JAK) adalah besarnya jumlah orang yang menjadi tanggungan kepala keluarga/responden (jiwa). 6. Lokasi Tempat Tinggal (LOK), dibagi menjadi dua yaitu; Lokasi Tempat Tinggal Elit adalah suatu kawasan di mana terdapat beberapa/sekelompok orang yang tinggal menetap dalam jangka waktu tertentu, pada radius jalan utama (poros), ditandai dengan perumahan dengan sarana dan prasarana publik yang memadai, pendapatan rumah tangga (tetap/utama) rata-rata diatas 5 juta/bulan, dengan kondisi rumah minimal tipe 70, pendidikan kepala keluarga rata-rata sarjana. Lokasi Tempat Tinggal Non elit adalah suatu kawasan di mana terdapat beberapa/sekelompok orang yang tinggal menetap dalam jangka waktu tertentu, pada radius jalan lorong (fasilitas jalan kurang) dengan sarana dan prasarana publik yang terbatas, memiliki
pendapatan
rumah tangga
(tetap/utama) rata-rata
dibawah 5 juta/bulan. 7. Tingkat Pendidikan (TP) adalah jenjang pendidikan yang dicapai. 8. Pendapatan Bunga (i) adalah diukur dengan rata-rata pendapatan responden yang ditabung dalam satu tahun terakhir (Rp/bulan).
35
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
4.1. Kondisi Wilayah dan Penduduk Kota Makassar berada di pulau Sulawesi, lebih tepatnya berada di bagiab barat provinsi Sulawesi Selatan. Kota Makassar berbatasan Sebelah utara dengan Kabupaten Pangkep, Sebelah Timur Kabupaten Maros, Sebelah Selatan Kabupaten Gowa, dan Sebelah Barat adalah Selat makassar. Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 Km2 yang meliputi 14 Kecamatan, 143 Kelurahan.
Berdasarkan pencatatan Stasiun Meteorologi Maritim Paotere, secara rata-rata kelembaban udara sekitar 77 persen, temperatur udara sekitar 26,20 - 29,30 celcius, dan rata-rata kecepatan angin 5,2 knot. Dapat dilihat keadaan penduduk Kota Makassar yang dirinci menurut kecamatan sebagai berikut :
36
Tabel 1 : Penduduk Makassar yang Dirinci Menurut Kecamatan No
Kecamatan
Luas Wilayah (Km2)
Penduduk 2008 (Jiwa)
Penduduk 2009 (Jiwa)
1
Mariso
1,82
54.616
55.431
Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 0,93
2
Mamajang
2,25
60.394
61.294
0,45
3
Tamalate
20,21
152.197
154.464
2,08
4
Rappocini
9,23
142.958
145.090
1,62
5
Makassar
2,25
82.907
84.143
0,54
6
2,63
28.637
29.064
0,51
7
Ujung Pandang Wajo
1,99
35.011
35.533
0,45
8
Bontoala
2,10
61.809
62.731
1,09
9
Ujung Tanah
5,94
48.382
49.103
1,21
10
Tallo
5,83
135.315
137.333
1,94
11
Panakukang
17,05
134.548
136.555
1,09
12
Manggala
24,14
99.008
100.484
2,98
13
Biringkanaya
48,22
128.731
130.651
3,57
14
Tamalanrea
31,84
89.143
90.473
1,15
Makassar
175,77
1.253.656
1.272.349
1,63
Sumber; Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2010
Penduduk Kota
Makassar Tahun 2009
tercatat sebanyak
1.272.349 jiwa yang terdiri dari 610.270 laki-laki dan 662.079 perempuan. Sementara itu jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2008 tercatat sebanyak 1.253.656 jiwa.
37
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin penduduk Kota Makassar yaitu sekitar 92,17 persen, yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 92 penduduk laki-laki. Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut Kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah Kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak 154.464 atau sekitar 12,14 persen dari total penduduk, disusul Kecamatan Rappocini sebanyak 145.090 jiwa (11,40 persen). Kecamatan Panakukang sebanyak 136.555 jiwa (10,73 persen), dan yang terendah adalah Kecamatan Ujung Pandang sebanyak 29.064 jiwa (2,28 persen). Ditinjau dari kepadatan penduduk kecamatan Makassar adalah terpadat yaitu 33.390 jiwa per Km2, disusul Kecamatan Mariso (30.457 jiwa per Km2), Kecamatan Bontoala (29.872 jiwa per Km2). Sedang kecamatan Biringkanaya
merupakan
kecamatan
dengan
kepadatan
penduduk
terendah yaitu sekitar 2.709 jiwa per Km2, kemudian Kecamatan Tamalanrea (2.841 jiwa per Km2), Manggala (4.163 jiwa per Km2), Kecamatan Ujung Tanah (8.266 jiwa per Km2), Kecamatan Panakukang 8.009 jiwa per Km2. Wilayah-wilayah yang kepadatan penduduknya masih rendah tersebut masih memungkinkan untuk pengembangan daerah pemukiman terutama di 3 (tiga) kecamatan yaitu Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala. Jumlah penduduk Kota Makassar tentu saja terus akan tumbuh seiring dengan perkembangan Kota Makassar itu sendiri, sebagai pusat perdagangan, pendidikan, dan kebudayaan di Kawasan Timur Indonesia.
38
Dan pesatnya pertumbuhan penduduk tersebut dipengaruhi oleh kelahiran dan urbanisasi yang cukup besar. Implikasi pertumbuhan penduduk yang cukup pesat tersebut tentu saja menimbulkan masalah-masalah sosial ekonomi di perkotaan dan memberikan pekerjaan yang besar bagi pemerintah daerah kota Makassar untuk pengelolaannya, seperti masalah pengelolaan sarana dan prasarana ekonomi perdagangan masyarakat kota. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut, maka kota Makassar juga telah ditetapkan sebagai kota metropolitan, sejajar dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Hal ini sangat memungkinkan karena kota
Makassar
telah
dilengkapi
berbagai
prasarana
dan
sarana
infrastruktur yang berstandar internasional, seperti pelabuhan dan bandar udara. Demikian pula pengembangan pemukiman-pemukiman dengan berbagai pilihan telah tersedia, sebagaimana layaknya dengan kota-kota besar lainnya. Kota Makassar sebagai salah satu kota dengan kepadatan penduduk terbesar di Indonesia dan merupakan kota metropolitan mempunyai prospek yang potensial untuk pengerahan tabungan sebagai modal pembiayaan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sulawesi Selatan khususnya maupun pembangunan nasional pada umumnya.
39
4.2. Perkembangan
Tabungan
Masyarakat
di
Kota
Makassar Berdasarkan data yang diperoleh mengenai jumlah dana yang dihimpun dari masyarakat oleh Bank Pemerintah dan Bank Swasta, dapat dilihat perkembangannya dari tahun ke tahun.
Tabel 2 : Tabungan dari masyarakat oleh Bank Pemerintah dan Swasta di Kota Makassar tahun 2005-2009 Tahun
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jumlah Tabungan (Juta Rupiah)
2005
1.202.161
4.163.505
Pertumbuhan Tabungan (Persen) -
2006
1.223.540
5.111.711
18,54
2007
1.235.239
7.416.873
31,07
2008
1.253.656
7.588.840
2,26
2009
1.272.349
9.970.632
23,88
Sumber: Badan Pusat Statistik, data diolah. 2010.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Makassar, jumlah tabungan masyarakat di Bank Pemerintah Dan Bank Swasta terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada persentase perkembangan tabungan terjadi penurunan di tahun 2008, kemudian meningkat kembali di tahun 2009.
40
Tabel 3 :
Penghimpunan Dana dari Masyarakat oleh Bank
Pemerintah/Swasta di Kota Makassar Tahun 2009 (Juta Rupiah) Jenis Dana
Bank Pemerintah
Bank Swasta
Jumlah
Giro
2.441.666
1.378.558
3.820.224
Deposito
2.865.706
5.669.819
8.535.525
Tabungan
5.116.435
4.854.197
9.970.632
Sumber; Badan Pusat Statistik, Makassar 2010
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah dana yang disimpan masyarakat di Bank Pemerintah dan Bank Swasta 22.326.381 juta rupiah dengan rincian giro sebesar 3.820.224 juta rupiah, deposito sebesar 8.535.525 juta rupiah, dan tabungan sebesar 9.970.632 juta rupiah. Dapat dilihat bahwa jumlah dana yang dihimpun melalui giro dan deposito lebih kecil dibandingkan jumlah dana yang dihimpun melalui tabungan.
4.3.
Hasil Empiris Sesuai dengan permasalahan dan perumusan model yang telah dikemukakan, serta kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis verifikatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk memperoleh kejelasan
mengenai
ciri-ciri
variabel
yang
diteliti
atau
untuk
41
menggambarkan perilaku variabel-variabel yang diamati berdasarkan data-data statistik yang diperoleh. Sedangkan verifikatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan alat uji statistik yaitu model regresi linier berganda dengan bantuan komputer melalui program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.
4.3.1 Deskripsi dan Tanggapan Responden 1. Konsumsi Tingkat konsumsi (K) adalah jumlah pengeluaran konsumsi rumah tangga responden, terdiri dari kebutuhan primer dan sekunder, khususnya makanan dan pakaian (Rp/bulan). Berdasarkan hasil tabulasi data responden dalam penelitian ini, maka persentase Konsumsi akan digambarkan pada tabel 4. Tabel 4 Deskripsi Tingkat Konsumsi Responden terhadap Tabungan Masyarakat Elit dan Non Elit di Kota Makassar Tabungan (Rp) Tingkat Konsumsi
Rendah
Menengah
Tinggi Jumlah
Total
Rata-Rata
Jiwa/
Tabungan
(%)
(Rp)
< 1 jt
<2 jt
<4 jt
4jt-8 jt
>8jt
5
1
1
0
0
7
71,42%
14,28%
14,28%
26
17
17
14
3
77
33,76%
22,07%
22,07%
18,18%
3,89%
0
0
8
6
2
50%
37,5%
12,5%
26
20
5
31
18
16
100
714.285,71
2.230.000,00
4.843.750,00 2.542.700,00
Sumber; Hasil Olahan Data Primer , Juni 2011
42
Persentase Konsumsi 7% Rendah (Rp.< 1 Juta)
16%
Menengah ( Rp. 1 Juta - 4 Juta) 77%
Tinggi ( Rp. > 4 Juta)
Sumber ; data diolah, 2011
Dari tabel 4 dapat dsimak tingkat tabungan rata-rata dan distribusi tabungan berdasarkan tingkat konsumsi masyarakat elit dan non elit. Tingkat tabungan responden untuk semua tingkat konsumsi adalah Rp 2.542.100,00 perbulan, di mana tingkat tabungan rata-rata tertinggi ada pada tingkat konsumsi tinggi yaitu Rp 4.843.750,00 perbulan. Dan yang terendah ada pada tingkat konsumsi rendah yaitu sebesar Rp 714.285,71. Proporsi jumlah penabung terbesar untuk semua tingkat konsumsi adalah ( < Rp 1000.000) perbulan sebanyak 31%/responden. Dan proporsi terendah untuk jumlah penabung atas total penabung ( > Rp 8000.000) perbulan adalah 5%/responden. Persentase konsumsi dari masyarakat elit dan non elit di kota Makassar yang paling besar berada pada Tingkat Konsumsi Menengah yaitu 77%.
43
2. Pendapatan Pendapatan (PD) adalah pendapatan keluarga yang diperoleh dari pekerjaan utama (Rp/bulan). Berdasarkan hasil tabulasi data responden dalam penelitian ini, maka persentase pendapatan akan digambarkan pada tabel 5.
Tabel 5. Deskripsi Tingkat Pendapatan Responden terhadap Tabungan Masyarakat Elit dan Non Elit di Kota Makassar
Tabungan (Rp)
Tingkat Pendapatan
Rendah
Menengah
Tinggi Jumlah
Total
Rata-Rata
Jiwa/
Tabungan
(%)
(Rp)
< 1 jt
<2 jt
<4 jt
4jt-8 jt
>8jt
0
2
0
0
0
2
18
22
0
40
45%
55%
0
18
40
58
31,03%
68,96%
40
40
100% 0
0
0
0
0
2
18
100
250.000,00
630.000,00
3.939.872,58 2.542.100,00
Sumber; Hasil Olahan Data Primer , Juni 2011
44
Persentase Pendapatan 3% Rendah (Rp. < 2 juta) 39% 58%
Menengah (Rp. 2 juta - 5 Juta) Tinggi ( Rp. 5 Juta)
Sumber; Data diolah, 2011
Dari tabel 5 disajikan deskripsi tabungan masyarakat elit dan non elit di kota Makassar menurut Tingkat Pendapatan. Rata-rata tingkat tabungan responden adalah sebesar Rp 2.542.100,00 perbulan, dimana tingkat tabungan rata-rata tertinggi ada pada tingkat pendapatan tinggi yaitu Rp 3.939.872,58 perbulan dan yang terendah ada pada tingkat pendapatan rendah yaitu Rp 250.000,00 perbulan. Persentase pendapatan dari masyarakat elit dan non elit di kota Makassar yang paling besar berada pada Tingkat Pendapatan Tinggi (> Rp 5000.000) perbulan, yaitu 58%/responden.
3. Jenis Pekerjaan Berdasarkan hasil tabulasi data responden dalam penelitian ini, dilihat dari jenis pekerjaan responden, maka di golongkan dalam jenis pekerjaan tetap dan jenis pekerjaan tidak tetap.
45
Tabel 6 Deskripsi Jenis Pekerjaan Responden terhadap Tabungan Masyarakat Elit dan Non Elit di Kota Makassar
Tabungan (Rp)
Jenis
Total
Rata-Rata
Jiwa/
Tabungan
(%)
(Rp)
Pekerjaan
< 1 jt
<2 jt
<4 jt
4jt-8 jt
>8jt
Buruh &
0
1
0
0
0
1
54
Angkutan
100% 15
8
17
11
3
27,77
14,81
31,48%
20,37%
5,55%
%
%
PNS, TNI,
6
2
7
6
2
POLRI
26%
8,69%
30,43%
26,08%
8,69%
2
1
1
0
0
4
50%
25%
25%
8
6
1
3
0
18
44,44
33,33
5,55%
16,66%
%
%
31
18
26
20
Pedagang & Pengusaha
Pensiunan
Peg. Swasta
Jumlah
-
2.738.888,88
23
3.152.608,69
900.000,00
1.622.222,22
5
100
2.542.100,00
Sumber; Hasil Olahan Data Primer , Juni 2011
Persentase Jenis Pekerjaan 44% 56%
Tetap Tidak Tetap
Sumber; Data diolah, 2011
46
Pada tabel 6 dapat dilihat deskripsi tabungan masyarakat elit dan non elit menurut jenis pekerjaannya. Rata-rata tingkat tabungan tertinggi ada pada jenis pekerjaan PNS,TNI, dan POLRI yaitu sebesar Rp 3.152.608,69 perbulan, dan yang terendah ada pada jenis pekerjaan kategori Pensiunan yaitu sebesar Rp 900.000,00 perbulan. Dapat pula dilihat bahwa jumlah responden terbanyak berada pada jenis pekerjaan Pedagang dan Pengusaha yaitu sebanyak 54 jiwa dan yang terkecil yaitu berada pada jenis pekerjaan Buruh dan Angkutan yaitu sebanyak 1 jiwa. Pada diagram, jenis pekerjaan dibagi menjadi 2 yaitu Jenis Pekerjaan Tetap dan Tidak Tetap. Jenis pekerjaan Tetap adalah sebesar 56% dari total responden, dan yang berada pada jenis pekerjaan Tidak Tetap sebesar 44% dari total responden.
4. Jumlah Anggota Keluarga Berdasarkan hasil tabulasi data responden dalam penelitian ini, diperoleh persentase jumlah anggota keluarga.menjadi tanggungan kepala keluarga. Jumlah anggota keluarga adalah jumlah orang yang dapat digambarkan dalam tabel 7.
47
Tabel 7 Deskripsi Jumlah Anggota Keluarga Responden terhadap Tabungan Masyarakat Elit dan Non Elit di Kota Makassar Jumlah
Tabungan (Rp)
Anggota Keluarga
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan Jumlah
Rata-Rata
Jiwa/
Tabungan
(%)
(Rp)
< 1 jt
<2 jt
<4 jt
4jt-8 jt
>8jt
6
3
3
0
0
12
50%
25%
25%
10
2
6
11
1
30
33,33%
0,66%
20%
36,66%
3,33%
8
6
7
4
2
29,62%
22,22
25,92
14,81%
7,41%
%
%
2
6
6
5
1
10%
30%
30%
25%
5%
4
1
2
1
1
44,44%
11,11
22,22
11,11%
11,11
%
%
0
1
(jiwa) Dua
Total
0
6.400.000,00
2.997.000,00
27 2.501.851,85
20
3.022.500,00
9 2.266.666,66
% 0
0
1
-
100% 1
0
0
0
0
1
-
18
25
21
5
100
2.542.100,00
100% 31
Sumber; Hasil Olahan Data Primer , Juni 2011
48
Persentase Jumlah Anggota Keluarga 1% 1% 9%
12%
Dua orang Tiga orang
20%
Empat orang 30% 27%
Lima orang Enam orang Tujuh orang Delapan orang
Sumber; Data diolah, 2011
Tabel 7 menyajikan distribusi tabungan rata-rata responden menurut jumlah anggota keluarga pada masyarakat elit dan non elit di kota Makassar. Tabungan rata-rata tertinggi ada pada responden yang memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 2 orang yaitu Rp 6.400.000,00 perbulan dan tabungan rata-rata terendah ada pada responden yang memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 6 orang yaitu Rp 2.266.666,66 perbulan. Pada diagram ditunjukkan persentase responden terbanyak berada pada responden dengan jumlah anggota keluarga 3 orang yaitu sebesar 30 % dari total responden.
49
5. Lokasi Tempat Tinggal Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, lokasi tempat tinggal di golongkan ke dalam lokasi elit dan non elit.
Tabel 8 Deskripsi Lokasi Tempat Tinggal Responden terhadap Tabungan Masyarakat Elit dan Non Elit di Kota Makassar
Lokasi Tempat Tinggal Elit
Non Elit Jumlah
Tabungan (Rp)
Total
Rata-Rata
Jiwa/
Tabungan
(%)
(Rp)
< 1 jt
<2 jt
<4 jt
4jt-8 jt
>8jt
30
14
5
1
0
50
60%
28%
10%
2%
1
4
21
19
5
50
2%
8%
42%
38%
10%
31
18
26
20
5
100
4.290.200,00
794.000,00 2.542.100,00
Sumber; Hasil Olahan Data Primer , Juni 2011
Lokasi Tempat Tinggal
50%
50%
Elit Non Elit
Sumber; Data diolah, 2011
50
Dari tabel 8 dideskripsikan tabungan masyarakat elit dan non elit di kota Makassar menurut lokasi tempat tinggalnya. Tabel tersebut menyajikan tingkat tabungan rata-rata masyarakat yang berada pada lokasi tempat tinggal elit yaitu Rp 4.290.200,00 perbulan dan tingkat tabungan rata-rata masyarakat yang berada pada lokasi tempat tinggal non elit yaitu Rp 794.000,00 perbulan. Total sampel yang berada pada lokasi elit sebanyak 50 responden dan yang berada pada lokasi non elit sebanyak 50 responden, yang dapat dilihat pada diagram diatas.
6. Tingkat Pendidikan Merupakan jenjang pendidikan yang dicapai oleh kepala keluarga masyarakat
elit
dan
non
elit
yang
menjadi
sampel
penelitian.
Berdasarkan hasil tabulasi data responden dalam penelitian ini, diperoleh persentase tingkat pendidikan yang digambarkan pada tabel 9.
51
Tabel 9. Deskripsi Tingkat Pendidikan Responden terhadap Tabungan Masyarakat Elit dan Non Elit di Kota Makassar Tingkat Pendidik
Tabungan (Rp)
Total
Rata-Rata
Jiwa/
Tabungan
(%)
(Rp)
< 1 jt
<2 jt
<4 jt
4jt-8 jt
>8jt
1
1
1
0
0
3
33,33%
33,33%
33,33%
18
7
3
1
0
29
62,07%
24,13%
10,34%
3,45%
Diploma/
3
0
0
0
0
3
Akademi
100% 8
8
21
12
5
54
14,81%
14,81%
38,89
22,22%
9,26%
0
2
1
5
1
22,22%
11,11%
55,55%
11,11%
0
0
1
0
2
6
100
an SMP
SMA
S1
S2
S3 Jumlah
1 50% 31
9
50% 18
26
19
1500.000,00
770.689,65
566.666,66
3.378.703,70 4.333.333,33
2.105.000,00 2.542.100,00
Sumber; Hasil Olahan Data Primer , Juni 2011
Persentase Tingkat Pendidikan 9% 2%
54%
0%
3%
29% 3%
SD SMP SMA Diploma/ Akademi S1 S2 S3
Sumber; Data diolah, 2011
52
Berikutnya adalah gambaran tabungan masyarakat elit dan non elit di kota Makassar menurut tingkat pendidikan. Dapat dilihat pada tabel 9 bahwa tingkat tabungan rata-rata tertinggi ada pada tingkat pendidikan S2 yaitu sebesar Rp 4.333.333,33 perbulan dan yang terendah ada pada tingkat pendidikan Diploma/Akademi
yaitu sebesar Rp 566.666,66
perbulan. Pada diagram ditunjukkan persentase responden terbanyak berada pada tingkat pendidikan S1 sebesar 54% dari total responden.
7. Pendapatan Bunga Berdasarkan hasil tabulasi data responden dalam penelitian ini, diperoleh persentase pendapatan bunga sebagai berikut.
Tabel 10 Deskripsi Tingkat Bunga Responden terhadap Tabungan Masyarakat Elit dan Non Elit di Kota Makassar Tabungan (Rp)
Tingkat Bunga
1,5%
2%
2,25%
2,5% Jumlah
Total
Rata-Rata
Jiwa/
Tabungan
(%)
(Rp)
< 1 jt
<2 jt
<4 jt
4jt-8 jt
>8jt
18
0
0
0
0
18
13
18
26
6
0
63
20,63%
28,57%
41,26%
9,52%
0
0
0
14
0
14
5
5
100%
100% 0
0
0
0
100% 31
18
26
20
5
100
206.111,11
1.912.698,41
5.857.142,85
9.600.000,00 2.542.100,00
Sumber; Hasil Olahan Data Primer , Juni 2011
53
Persentase Pendapatan Bunga 5% 18%
14%
Tingkat Bunga 1,5% Tingkat Bunga 2% Tingkat Bunga 2,25%
63%
Tingkat Bunga 2,5 %
Sumber; Data diolah, 2011
Yang terakhir adalah deskripsi tabungan masyarakat elit dan non elit di kota Makassar menurut pendapatan bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperoleh responden sesuai dengan jumlah tabungannya perbulan. Dapat disimak pada tabel 10 dan pada diagram bahwa jumlah responden terbanyak berada pada tingkat bunga 2% yaitu sebanyak 63% dari total responden. Pada tabel ditunjukkan tingkat tabungan rata-rata tertinggi ada pada tingkat bunga 2,5% yaitu Rp 9.600.000,00 perbulan.
54
4.3.2. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan
pengolahan
data
diperoleh
nilai
minimum,
maksimum, rata – rata (mean), dan standar deviasi (standard deviation) dari masing-masing variabel penelitian.
Tabel 11. Statistik Deskriptif (Tabungan sebagai Variabel Dependen) Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Tabungan (S)
100
100000.00
10000000.00
2542100.0000
2512789.22452
K
100
600000.00
7550000.00
2692200.0000
1412086.41393
PD
100
1500000.00
30000000.00
8465000.0000
5729110.05482
JP
100
.00
1.00
.8900
.31447
JAK
100
2.00
8.00
3.9100
1.26407
LOK
100
.00
1.00
.5000
.50252
TP
100
2.00
7.00
4.4300
1.14816
I
100
1500.00
250000.00
55106.5000
60401.95021
Valid N (listwise)
100
Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa dengan N = 100 responden, variabel dependen Tabungan (S) mempunyai nilai minimum 100.000 Rupiah dan nilai maksimum 10.000.000 Rupiah. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 2.512.789 Rupiah dan nilai rata - rata (mean) sebesar 2.542.100 Rupiah. Nilai rata - rata (mean) yang
55
lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik. Dari hasil analisis diatas, Konsumsi (K) mempunyai nilai minimum 600.000 Rupiah dan nilai maximum 7.550.000 Rupiah. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 1.412.086 Rupiah dan nilai rata - rata (mean) sebesar 2.692.200 Rupiah. Nilai rata - rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik. Pendapatan (PD) mempunyai nilai minimum 1.500.000 Rupiah dan Nilai Maximum 30.000.000 Rupiah. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 5.729.110 Rupiah dan nilai rata rata (mean) sebesar 8.465.000 Rupiah. Nilai rata - rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik. Jenis Pekerjaan (JP) adalah dummy variabel, mempunyai nilai minimum 0 dan nilai maximum adalah 1. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 0,31447 dan nilai rata-rata (Mean) sebesar 0,8900. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan data terdistribusi dengan baik. Jumlah Anggota Keluarga (JAK) memiliki nilai minimum 2 orang dan nilai maximum adalah 8 orang. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 1,26407 dan nilai rata-rata (Mean) sebesar 3,9100. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan data terdistribusi dengan baik.
56
Lokasi Tempat Tinggal (LOK) adalah dummy variabel, memiliki nilai minimum 0 dan maximum 1. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 0,50252 dan nilai rata-rata (Mean) sebesar 0,5000. Tingkat Pendidikan (TP) memiliki nilai minimum 2 dan nilai maximum 7. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 1,14816 dan nilai rata-rata (Mean) sebesar 4,4300. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan data terdistribusi dengan baik. Pendapatan Bunga (i) mempunyai nilai minimum 1.500 Rupiah dan Nilai maximum 250.000 Rupiah. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 60.401 Rupiah dan nilai rata rata (mean) sebesar 55.106 Rupiah. Dari hasil analisis deskriptif statistik diatas, dapat kita lihat bahwa antara variabel tabungan, konsumsi, pendapatan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pendapatan bunga, jenis pekerjaan, dan lokasi tempat tinggal memiliki gap yang besar dan menimbulkan permasalahan pengolahan
dalam pengolahan
data ini
dibentuk
data. Oleh
model
regresi
karena itu, dalam semi
log
dengan
mentransformasikan nilai tabungan, konsumsi, pendapatan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, dan pendapatan bunga
ke
Logaritma Natural (LN), dan dari penggunaan Logaritma Natural maka diperoleh hasil seperti tabel 12. berikut:
57
Tabel 12. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Variance
LnS
100
11.51
16.12 14.1415
1.25269
1.569
LnK
100
13.30
15.84 14.6521
.58533
.343
LnPD
100
14.22
17.22 15.7327
.67594
.457
JP
100
.00
1.00
.8900
.31447
.099
LnJAK
100
.69
2.08
1.3105
.33246
.111
LOK
100
.00
1.00
.5000
.50252
.253
LnTP
100
.69
1.95
1.4503
.28827
.083
Ln i
100
7.31
12.43 10.2052
1.37416
1.888
Valid N (listwise)
100
Setelah pendapatan,
mentransformasikan jumlah
anggota
nilai
keluarga,
tabungan, tingkat
konsumsi,
pendidikan,
dan
pendapatan bunga ke dalam Logaritma Natural (LN) maka dapat dilihat tidak terdapat gap yang besar dari tiap distribusi data sehingga dapat mempermudah dalam pengolahan data.
4.4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hasil analisis dan pengujian hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Uji - F Berdasarkan Uji - F diperoleh pengaruh secara bersama - sama Tujuh variabel independen yaitu, konsumsi, pendapatan, jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga, lokasi tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan
58
pendapatan bunga terhadap variable dependen Tabungan sebagai berikut.
Tabel 13. Hasil Uji – F ANOVAb Mean Model 1
Sum of Squares
Regression Residual Total
df
Square
155.067
7
22.152
.286
92
.003
155.353
99
F 7133.329
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), Ln i, LnJAK, JP, LnTP, LnK, LOK, LnPD b. Dependent Variable: LnS
Berdasarkan Uji - F diperoleh hasil bahwa nilai F hitung sebesar 7.133,329 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen Tabungan atau secara bersama sama variabel independen konsumsi, pendapatan, jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga, lokasi tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan pendapatan bunga berpengaruh terhadap variable dependen Tabungan.
2. Adjusted R2 Berdasarkan tampilan SPSS model summary diperoleh hasil bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,990, hal ini berarti 99% variasi Tabungan dapat dijelaskan oleh variasi dari keTujuh variabel independen. Sedangkan sisanya sebesar 1% dijelaskan oleh sebab - sebab lain diluar model.
59
Tabel 14. Adjusted R2 Model Summaryb Model 1
R
Adjusted R Square
R Square
.999
a
.998
Std. Error of the Estimate
.998
.05573
a. Predictors: (Constant), Ln i, LnJAK, JP, LnTP, LnK, LOK, LnPD b. Dependent Variable: LnS
3. Uji - t Sementara itu secara parsial pengaruh dari tujuh variabel independen tersebut terhadap Tabungan dipaparkan pada tabel berikut.
Tabel 15. Hasil Regresi Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Masyarakat Elit dan Non Elit di Kota Makassar Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
4.892
.271
LnK
-.010
.018
LnPD
.026
JP LnJAK LOK LnTP Ln i
Beta
T
Sig.
18.050
.000
-.001
-.538
.592
.022
.014
11.199
.234
-.003
.021
-.001
-.148
.882
-.030 .083 -.013 .882
.019 .025 .029 .008
-.008 -.1.621 .033 3.395 -.003 -.451 .967 105.463
.108 .001 .653 .000
a. Dependent Variable: LnS
60
Dari tabel 15 dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
S = a + b1 K + b2 PD + b3 JP+ b4 JAK + b5 LOK + b6 TP + b7 i + e lnS = a + b1lnK + b2lnPD + b3 JP + b4lnJAK + b5 LOK + b6lnTP + b7ln i + µ
LnY = 4.892 - 0.010LnK + 0.026LnPD – 0.003JP – 0.030LnJAK + 0.083LnLOK – 0.013LnTP + 0.882Ln i (-0.538) (11.199) (-0.148) (-1.621) (3.395) (-0.451) (105.762) Angka yang terdapat dalam kurung adalah nilai t hitung.
Adj. R2
=
0,998
R-Square =
0,998
F- Test
=
7133,329
N
=
100
Nilai koefisien untuk konsumsi (K) adalah -0,010 artinya apabila konsumsi meningkat sebesar
1% maka jumlah tabungan mengalami
penurunan sebesar 0,010%, dengan asumsi pendapatan, jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga, lokasi tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan pendapatan bunga tetap (konstan). Hubungan variabel tersebut adalah tidak signifikan dengan nilai t = - 0,538 dimana nilai t tabel dengan tingkat signifikansi 5% pada derajat kebebasan (df=92) adalah 1,662. Jadi hitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari
t
t
tabel, sehingga dapat
dikatakan bahwa konsumsi mempunyai hubungan yang negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah tabungan masyarakat elit dan non elit di kota
61
Makassar. Artinya variabel konsumsi mempunyai pengaruh tidak nyata terhadap tabungan jika dilakukan penambahan terhadap konsumsi. Konsumsi
berkorelasi
negatif
terhadap
tingkat
tabungan
masyarakat elit dan non elit di kota Makassar, menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat konsumsi maka akan menurunkan tingkat tabungan. Namun ketika dikatakan konsumsi tidak signifikan dengan tabungan, ini menunjukkan bahwa tingginya konsumsi masyarakat elit dan non elit di kota Makassar tidak nyata pengaruhnya dalam menurunkan tabungan. Disebabkan karena rata-rata responden sudah menyisihkan bagian pendapatannya untuk ditabung.
Nilai koefisien untuk Pendapatan (PD) adalah 0,026 artinya apabila pendapatan meningkat sebesar 1% maka jumlah tabungan meningkat sebesar 0,026%, dengan asumsi konsumsi, jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga, lokasi tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan pendapatan bunga tetap. Hubungan variabel tersebut adalah tidak signifikan dengan nilai t = 11,199 dimana nilai
t tabel dengan tingkat
signifikansi 5% pada derajat kebebasan (df=92) adalah 1,662. Jadi hitung mempunyai nilai yang lebih besar dari
t
t tabel, sehingga dapat
dikatakan bahwa konsumsi mempunyai hubungan yang positif dan tidak signifikan terhadap jumlah tabungan masyarakat elit dan non elit di kota Makassar. Artinya variabel pendapatan mempunyai pengaruh tidak nyata terhadap tabungan jika terjadi penambahan terhadap pendapatan. Pendapatan
berkorelasi
positif
dengan
tingkat
tabungan
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan masyarakat elit dan non
62
elit di kota Makassar maka semakin besar bagian pendapatan yang dapat ditabung. Namun ketika dikatakan pendapatan tidak signifikan dengan tingkat tabungan, ini menunjukkan bahwa walaupun terjadi peningkatan pendapatan, tidak serta merta dapat meningkatkan tabungan sebab ada pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier/mewah.
Nilai koefisien untuk jenis pekerjaan adalah -0,003 artinya apabila jenis pekerjaan meningkat sebesar 1% maka jumlah tabungan menurun sebesar 0,003%, dengan asumsi konsumsi, pendapatan, jumlah anggota keluarga, lokasi tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan pendapatan bunga tetap. Hubungan variabel tersebut adalah tidak signifikan dengan nilai t = 0,148 dimana nilai t tabel dengan tingkat signifikansi 5% pada derajat kebebasan (df=92) adalah 1,662. Jadi t hitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari
t
tabel, sehingga dapat dikatakan bahwa jenis pekerjaan
mempunyai hubungan yang negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah tabungan masyarakat elit dan non elit di kota Makassar. Artinya variabel jenis pekerjaan mempunyai pengaruh tidak nyata terhadap tabungan jika terjadi peningkatan terhadap jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan berkorelasi negatif terhadap tingkat tabungan masyarakat elit dan non elit di kota Makassar, yang mana berarti semakin tinggi status pekerjaan responden maka penggunaan penghasilan untuk konsumsi di luar rumah akan semakin besar dan kemudian akan menurunkan tabungan. Jenis pekerjaan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu jenis pekerjaan tetap (1) dan jenis pekerjaan tidak tetap (0). Jadi,
63
semakin responden berada pada jenis pekerjaan tidak tetap maka ia akan lebih meningkatkan jumlah tabungannya karena mengantisipasi keadaan yang akan datang, apabila tidak memperoleh pendapatan atau apabila pendapatannya menurun. Namun ketika dikatakan jenis pekerjaan tidak signifikan dengan tingkat tabungan, ini menunjukkan bahwa jenis pekerjaan berpengaruh tidak nyata terhadap tingkat tabungan, ini menunjukkan bahwa masyarakat didorong kemauan menabung akibat dari faktor-faktor lain seperti fasilitas perbankan dan espektasi ekonominya.
Nilai koefisien untuk jumlah anggota keluarga adalah -0,030 artinya apabila jumlah anggota keluarga meningkat sebesar 1% maka jumlah tabungan menurun sebesar 0,030%, dengan asumsi konsumsi, pendapatan, jenis pekerjaan, lokasi tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan pendapatan bunga tetap. Hubungan variabel tersebut adalah tidak signifikan dengan nilai t = -1,621 dimana nilai
t
tabel dengan tingkat
signifikansi 5% pada derajat kebebasan (df=92) adalah 1,662. Jadi hitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari
t
t
tabel, sehingga dapat
dikatakan bahwa jumlah anggota keluarga mempunyai hubungan yang negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah tabungan masyarakat elit dan non elit di kota Makassar. Artinya variabel jumlah anggota keluarga mempunyai
pengaruh
tidak nyata
terhadap tabungan
jika
terjadi
penambahan terhadap jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga berkorelasi negatif terhadap tingkat tabungan masyarakat elit dan non elit di kota Makassar, menunjukkan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga responden maka akan
64
menurunkan tingkat tabungannya. Namun ketika dikatakan jumlah anggota keluarga tidak signifikan dengan tingkat tabungan, ini menunjukkan bahwa walaupun terjadi peningkatan jumlah anggota keluarga pengaruhnya tidak nyata terhadap penurunan jumlah tabungan sebab masyarakat sudah memperhitungkan jumlah/bagian pendapatan yang akan dikonsumsi dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarganya.
Nilai koefisien untuk lokasi tempat tinggal adalah 0,083 artinya apabila lokasi tempat tinggal meningkat sebesar 1% maka jumlah tabungan meningkat sebesar 0,083%, dengan asumsi konsumsi, pendapatan, jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, dan pendapatan bunga tetap. Hubungan variabel tersebut adalah signifikan dengan nilai t = 3,395 dimana nilai t tabel dengan tingkat signifikansi 5% pada derajat kebebasan (df=92) adalah 1,662. Jadi t hitung mempunyai nilai yang lebih besar dari t tabel, sehingga dapat dikatakan bahwa lokasi tempat tinggal mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap jumlah tabungan masyarakat elit dan non elit di kota Makassar. Lokasi tempat tinggal dibagi menjadi 2 kategori yaitu lokasi elit (1) dan non elit (0). Lokasi tempat tinggal berkorelasi positif dan signifikan dengan tingkat tabungan, menunjukkan bahwa semakin masyarakat berada pada lokasi elit maka peningkatan tabungannya akan lebih besar dibanding masyarakat yang berada pada lokasi non elit. Hal ini disebabkan karena fasilitas, sarana dan prasarana publik yang memadai, khususnya kemudahan akses dan keamanan perbankan.
65
Nilai koefisien untuk tingkat pendidikan adalah -0,013 artinya apabila tingkat pendidikan meningkat sebesar 1% maka jumlah tabungan menurun sebesar 0,013%, dengan asumsi konsumsi, pendapatan, jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga, lokasi tempat tinggal, dan pendapatan bunga tetap. Hubungan variabel tersebut adalah tidak signifikan dengan nilai t = -0,451 dimana nilai t tabel dengan tingkat signifikansi 5% pada derajat kebebasan (df=92) adalah 1,662. Jadi t hitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari
t tabel, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat
pendidikan mempunyai hubungan yang negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah tabungan masyarakat elit dan non elit di kota Makassar. Artinya variabel tingkat pendidikan mempunyai pengaruh tidak nyata terhadap
tabungan
jika
dilakukan
penambahan
terhadap
tingkat
pendidikan. Tingkat pendidikan berkorelasi negatif terhadap tingkat tabungan, hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Irawan Saleh (2003) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan berkorelasi positif terhadap tabungan masyarakat di Kabupaten Bone. Maka hipotesis ditolak. Tingkat pendidikan berkorelasi negatif terhadap tingkat tabungan masyarakat elit dan non elit di kota makassar, menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka akan menurunkan tabungannya. Semakin tinggi pendidikan responden maka ia akan lebih banyak mengeluarkan biaya
untuk
pendidikan
keluarganya
sehingga
dapat
mengurangi
tabungannya. Namun dikatakan tingkat pendidikan dikatakan tidak signifikan, ini menunjukkan bahwa walaupun tingkat pendidikan tinggi, belum tentu
66
menurunkan tabungan masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat telah menyisihkan bagian pendapatan yang ditabungnya.
Nilai koefisien untuk pendapatan bunga adalah 0,882 artinya apabila pendapatan bunga meningkat sebesar 1% maka jumlah tabungan meningkat sebesar 0,882%, dengan asumsi konsumsi, pendapatan, jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga, lokasi tempat tinggal, dan tingkat pendidikan tetap (konstan). Hubungan variabel tersebut adalah signifikan dengan nilai t = 105,762 dimana nilai t tabel dengan tingkat signifikansi 5% pada derajat kebebasan (df=92) adalah 1,662. Jadi
t
hitung
mempunyai nilai yang lebih besar dari t tabel, sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan bunga mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap jumlah tabungan masyarakat elit dan non elit di kota Makassar. Artinya variabel pendapatan bunga mempunyai pengaruh nyata terhadap tabungan masyarakat elit dan non elit di kota Makassar. Pendapatan bunga berkorelasi positif dan signifikan terhadap tingkat tabungan masyarakat elit dan non elit di kota Makassar, menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan bunga yang diperoleh responden maka akan meningkatkan jumlah tabungannya. Hal ini disebabkan karena masyarakat lebih tertarik untuk menabung jika tingkat bunga yang diperolehnya lebih tinggi.
67
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Konsumsi, pendapatan, jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga lokasi
tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan pendapatan bunga
mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat elit dan non elit di Kota Makassar.
Namun, yang berpengaruh signifikan adalah lokasi tempat
tinggal dan pendapatan bunga.
5.2 Saran Karena tabungan masyarakat merupakan salah satu sumber pembiayaan negara atau untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara, maka untuk mengoptimalkan peningkatan tabungan masyarakat, hendaknya dilakukan penyebaran informasi melalui mediamedia cetak dan elektronik tentang manfaat menabung untuk seluruh lapisan masyarakat. Dan juga sangat diharapkan pelayanan yang optimal dari pihak perbankan baik fasilitas, keamanan dan kemudahan aksesnya guna menghimpun dana dari masyarakat.
68